Anda di halaman 1dari 11

ALTERNATIF PENGELOLAAN RISIKO

Disusun Oleh:
Ni Made Lisa Ratna Galih (1807521078)
Iyan Morin Putra Nikad (1807521082)
Gregorius Titan Ryuji Dewanto (1807521085)
I Made Arya Guna Mertha (1807521086)
Ni kadek dwi puspa valentina (1807521092)
Candra Nur Afida Putri (1807521108)

JURUSAN S1 REGULER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Alternatif pengelolaan risiko

2.1.1. Eksposur Risiko & Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko mempunyai peranan penting dalam manajemen risiko.


Eksposur terhadap risiko yang tinggi, jika diimbangi dengan pengendalian risiko yang
baik, akan mengurangi atau meminimalisasi risiko yang dihadapi oleh perusahaan.

Hasil Penilaian Predikat Risiko Inheren


Risiko Komposit
Low Moderate High

Sistem Weak Low to Moderate to High


Pengendalian Moderate High
Risiko
Acceptable Low Moderate High

Strong Low Moderate to High to


Low Moderate

Tabel tersebut menunjukkan bahwa profil risiko ditentukan oleh dua hal :

1. Risiko Inheren
2. Sistem Pengendalian Risiko

Sebagai ilustrasi, misalkan ada perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang


konstruksi. Perusahaan tersebut ditawari pekerjaan di Irak (negara yang masih dibawah
pendudukan Amerika Serikat). Bagaimana evaluasi eksposur risiko tersebut ?

Risiko inheren yang dihadapi perusahaan tersebut jika beroperasi di Irak, adalah
sangat besar. Mereka bisa kena serangan bom, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Karena itu risiko inheren perusahaan tersebut masuk dalam kolom high.
Sistem Pengendalian risiko : Sebagai perusahaan kontraktor yang tidak mempunyai
pengalaman dalam perang atau menghadapi serangan bersenjata, sistem pengendalian
risiko perusahaan tersebut bisa dikatakan lemah (baris pertama). Gabungan dari risiko
inheren tinggi dengan sistem pengendalian risiko rendah menghasilkan profil risiko yang
tinggi.

2.1.2. PENGHINDARAN RISIKO

Jika memungkinkan, risiko yang tidak perlu, risiko yang bisa dihilangkan tanpa ada
pengaruh negatif terhadap pencapaian tujuan, bisa dihindari. Misalkan saja perusahaan
mempunyai dua pilihan untuk gudangnya ,satu daerah rawan banjir,yang lainnya di
daerah aman banjir. Jika segala sesuatu sama (misal harga sewanya sama),perusahaan
seharusnya memilih gudang yang di daerah aman banjir. Dalam kebanyakan situasi,risiko
tidak bisa dihindari.perusahaan secara sengaja melakukan aktivitas bisnis tertentu untuk
memperoleh keuntungan. Dalam melakukan aktivitas bisnis tersebut,perusahaan
menghadapi risiko yang berkaitan dengan aktivitas tersebut,karena itu resiko semacam itu
tidak bisa dihindari.

2.1.3. RISK RETENTION

Alternatif lain dari manajemen risiko adalah perusahaan menanggung sendiri risiko
yang muncul (menahan risiko tersebut atau risk retention). Jika resiko benar-benar
terjadi,perusahaan tersebut harus menyediakan dana untuk menanggung resiko tersebut.
Contoh taksi PT Kelana pada bagian awal bab ini menunjukan bahwa PT Kelana memilih
untuk menahan risiko operasi kendaraanya. Dalam contoh tersebut PT Kelana secara
sadar merencanakan untuk menahan risiko tersebut.

2.1.3.1. Penahanan Yang Direncanakan Dan Tidak Direncanakan

Penahanan risiko bisa terjadi secara terencana dan tidak terencana. Jika
suatu perusahaan mengevaluasi resiko-resiko yang ada, kemudian memutuskan
untuk menahan sebagian atau seluruh resiko, maka perusahaan tersebut menahan
resiko dengan terencana. Pada situasi lain, perusahaan tidak sadar, akan adanya
resiko yang dihadapinya.
2.1.3.2 Pendanaan Resiko Yang Ditahan

Resiko yang ditahan bisa didanai dan bisa juga tidak didanai. Jika
perusahaan tidak menetapkan pendanaan yang khusus ditujukan untuk mendanai
resiko tertentu, jika risiko tersebut muncul,maka resiko tersebut tidak didanai.
Dalam beberapa situasi, alternative tersebut merupakan pilihan yang masuk akal.

a. Dana Cadangan

Perusahaan menyisihkan dana tertentu secara periodic yang


ditujukan untuk membiayai kerugian akibat dari resiko tertentu.
Dalam contoh di bagian awal, PT Kelana menyisihkan dana
sebesar 1 % dari pendapatan untuk membiayai kerugian akibat
kecelakaan mobil taksinya. Yang perlu diperhatikan adalah
persoalan akuntansinya, yaitu apakah memungkinkan atau tidak,
jika memungkinkan bagaimana aturan dan nama rekening untuk
dana cadangan kerugian semacam itu. Perusahaan bisa juga dana
cadangan dalam bentuk memegang asset yang likuid(misal kas)
yang disiapkan untuk membiayai kerugian jika resiko terjadi.

b. Self- Insurance dan Captive Insurer

Pengelolaan dana cadangan bisa ditingkatkan lagi menjadi


semacam asuransi untuk internal perusahaan sendiri(self
insurance).Meskipun ada keberatan karena istilah self insurance
disini tidak mengindikasikan adanya transfer resiko ke pihak luar.
Resiko masih berada diperusahaan.

Captive Insurer dilakukan dengan mendirikan anak


perusahaan asuransi yang menjadi bagian dari perusahaan. Resiko
dalam perusahaan bisa diasuransikan ke captive insurer tersebut.
Captive insurer tersebut juga bisa menjual asuransi ke pihak
eksternal(perusahaan lain).
2.2 Keputusan memilih alternatif manajemen risiko

Secara umum jika risiko mempunyai frekuensi yang sering dengan severity yang rendah,
maka alternative risiko ditahan merupakan alternatif yang paling optimal. Jika risiko mempunyai
frekuensi yang kecil tetapi mempunyai severity yang besar, maka alternative ditransfer
merupakan alternatif yang optimal. Jika frekuensi dan severity tinggi, maka perusahaan bisa
berpikir untuk menghindari risiko tersebut.

Table berikut ini meringkas alternative risiko tersebut.

Frekuensi (Probabilitas) Severity (Keseriusan) Teknik yang Dipilih

Rendah Rendah Ditahan

Tinggi Rendah Ditahan

Rendah Tinggi Ditransfer

Tinggi Tinggi dihindari

Beberapa ilustrasi bisa diberikan di sini. Risiko kecelakaan mobil dari ​perspektif individu
mempunyai ciri frekuensi rendah, dengan tingkat severity yang tinggi. Untuk resiko semacam
itu, alternative ditransfer merupakan alternatif yang optimal. Karena itu akan lebih jika individu
membeli asuransi kecelakaan mobil dibandingkan menahan risiko tersebut. Risiko kebakaran
atau terkena serangan badai mempunyai ciri frekuensi rendah dengan severity yang tinggi. Untuk
jenis risiko tersebut, alternatife transfer risiko merupakan alternatif yang optimal.

Tentunya besar kecil severity dan frekuensi bersifat relatif, tergantung dari sudut pandang
tertentu. Sebagai contoh, kerugian sebesar sebesar Rp 1 miliar bagi perusahaan kecil akan
terlihat sangat besar, tetapi bagi perusahaan besar, angka tersebut merupakan angka yang kecil.
Di samping itu, alternatif-alternatif tersebut tidak saling menghilang. Perusahaan bisa
menggunakan kombinasi alternative risiko. Sebagai contoh, perusahaan mengasuransikan
kerugian dari kebakaran di atas angka Rp1 miliar. Di bawah angka tersebut, perusahaan bersedia
menanggung (menahan) risiko tersebut. Perusahaan berarti menggunakan alternative menahan
dan sekaligus mentransfer risiko.

Di samping itu, penggunaan alternatif-alternatif tersebut perlu dilengkapi dengan


pengendalian risiko. Pengendalian risiko berkaitan dengan alternatif-alternatif risiko seperti
terlihat berikut ini. Untuk alternatif menahan risiko, maka pengendalian risiko menjadi penting
dilakukan. Pengendalian risiko yang baik bisa memperkecil risiko, sehingga alternatif menahan
risiko menjadi lebih layak. Untuk alternative mentransfer risiko, pengendalian risiko bisa
menurunkan harga yang dibayar untuk mentransfer risiko tersebut. Sebagai contoh, perusahaan
bisa mencoba mengendalikan risiko kebakaran bangunan tersebut. Jika hal tersebut dilakukan,
premi untuk asuransi kebakaran bisa diturunkan.

2.3. Pengendalian risiko

2.3.1.Teori Domino
Domino theory Heinrich merupakan teori yang menggambarkan terjadinya
kecelakaan kerja sebagai akibat dari jatuhnya domino-domino penyebab kecelakaan.
Prinsipnya, jika satu domino jatuh, maka selanjutnya akan menjatuhkan 4 domino di
depannya. Untuk mencegah keseluruh domino jatuh, maka salah satu domino harus
dicabut. Biasanya cara termudah dan dianggap paling efektif adalah menghilangkan
bagian tengah yang memiliki label “unsafe act or condition”. Teori ini dianggap cukup
jelas dan dianggap bisa diaplikasikan di lapangan. Teori ini biasa digunakan pada
aktivitas inspeksi dan investigasi insiden. Pada investigasi insiden, teori ini digunakan
untuk menilai 5 elemen yang dianggap menjadi penyebab terjadinya insiden. Sedangkan
pada aktivitas inspeksi, elemen elemen pada domino diidentifikasi jika ditemukan adanya
kekurangan dari 5 elemen tersebut akan menjadi temuan yang menghasilkan
rekomendasi-rekomendasi perbaikan.
Dalam Teori Domino ini, terdapat 5 elemen yang dapat menyebabkan kecelakaan
secara berurutan:
1. Social Environmental Ancestry (Warisan Lingkungan Sosial)
Urutan pertama domino ada di seputar kepribadian dari pekerja. Heinrich
menjelaskan bahwa kepribadian yang tidak diinginkan seperti keras kepala, rakus,
dan ceroboh dapat diwariskan dari leluhur atau berkembang dari lingkungan
sosial manusia, dan faktor kepribadian keturunan dan lingkungan ini berkontribusi
terhadap kesalahan dari manusia.
2. Fault of Person (Kesalahan Manusia)
Urutan kedua domino juga berada disekitar permasalahan kepribadian. Heinrich
menjelaskan bahwa ciri karakter yang diwariskan atau yang dibentuk seperti
temperamen, ketidakpatuhan dan kecerobohan bermanifestasi terhadap keputusan
yang diambil oleh seseorang apakah ia mengambil tindakan aman atau tidak
aman.
3. Unsafe Act/ Unsafe Condition (Tindakan Tidak Aman/Kondisi Tidak Aman)
Urutan ketiga domino terkait dengan penyebab langsung kecelakaan versi
Heinrich. Seperti telah disebutkan sebelumnya, Heinrich menjelaskan faktor
penyebab langsung seperti “menjalankan mesin tanpa peringatan dan ketiadaan
pelindung mesin”. Heinrich menganalisa bahwa perilaku dan kondisi tidak aman
merupakan faktor kunci untuk mencegah kecelakan, dalam hal ini, domino yang
paling mungkin untuk diangkat sehingga tidak muncul kecelakaan.
Heinrich menjelaskan 4 alasan mengapa orang melakukan tindak tidak aman
yaitu, sikap yang tidak pantas, pengetahuan dan kemampuan yang kurang, fisik
yang tidak memadai, lingkungan fisik serta mekanik.
Heinrich kemudian membagi lagi kategori ini menjadi penyebab langsung dan
penyebab tidak langsung. Misalnya, ada seorang pekerja yang selalu bekerja
secara tidak aman karena kurangnya pengawasan dari supervisor. Bekerja tidak
aman dikategorikan sebagai penyebab langsung sementara kurangnya
pengawasan dari supervisor merupakan penyebab tidak langsung.
4. Accident (Kecelakaan)
Heinrich menggambarkan kecelakaan sebagai “kejadian seperti jatuhnya orang,
tertimpanya orang dari objek jatuh merupakan contoh umum kecelakaan yang
dapat menyebabkan luka”
5. Injury (Luka)
Luka muncul dari kecelakaan dan beberapa jenis kecelakaan yang telah Heinrich
jelaskan dalam “Explanation of Factors” adalah seperti terpotong dan patahnya
tulang.
Dari kelima elemen ini, banyak para praktisi mengembangkan root cause analysis dalam
menjelaskan penyebab-penyebab kecelakaan yang terjadi.

2.3.2. Rantai Risiko


Menurut Mekhofer, 1987, risiko yang muncul bisa dipecah ke dalam beberapa
komponen:
1. Hazard (kondisi yang mendorong terjadinya risiko)
2. Lingkungan di mana hazard tersebut berada
3. Interaksi antara hazard dengan lingkungan
4. Hasil dari interaksi
5. Konsekuensi dari hasil tersebut
Sebagai contoh, di gudang yang banyak bahan mudah terbakar (misal kertas
terdapat kompor dengan menggunakan minyak tanah. Gudang adalah lingkungannya,
sedangkan kompor tersebut adalah hazard. Kompor dengar menggunakan minyak tanah
meningkatkan risiko kebakaran (hazard) Interaksi antara gudang dengan kompor
didalamnya akan semakin meningkatkan risiko kebakaran, sehingga suatu saat terjadi
kebakaran. (faktor keempat). Konsekuensi dari kebakaran tersebut adalah kerugian yang
cukup signifikan.
Dengan melihat komponen risiko tersebut, manajer risiko bisa mengatasi risiko
melalui cara menghilangkan hazard. Dalam contoh di atas, kompor minyak tanah bisa
diganti dengan kompor listrik. Lingkungan bisa dibuat lebih tahan terhadap munculnya
risiko, misal dengan menyingkirkan bahan-bahan yang mudah terbakar. Dengan kompor
listrik dan lingkungan yang bersih dari bahan yang mudah terbakar, interaksi antara
keduanya menjadi lebih kecil kemungkinan untuk terjadi. Konsekuensi dari hasil
(kebakaran dalam hal ini) yang berupa kerugian bisa dikurangi misal dengan membuat
tembok lebih tahan api, sehingga kebakaran pada ruang tersebut tidak akan mudah
menjalar ke ruangan lainnya.
2.3.3 Fokus dan Timing Pengendalian Risiko

2.3.3.1 Fokus Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko bisa difokuskan pada usaha untuk mengurangi


kemungkinan munculnya risiko dan mengurangi keseriusan konsekuensi risiko
tersebut. Sebagai contoh, mengganti kompor minyak tanah dengan kompor listrik
bisa mengurangi kemungkinan risiko kebakaran, selain itu ada juga contoh lain
yaitu memakai peralatan keamanan selama bekerja untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Sebaliknya, memasang alat pemadam
kebakaran di Gedung merupakan contoh usaha untuk mengurangi keseriusan
risiko. Alat pemadam kebakaran ini tidak bisa mencegah terjadinya kebakaran
tetapi kebakaran bisa dengan cepat dipadamkan sehingga kerugian akibat
kebakaran tersebut bisa diminimalkan. Selain itu dengan memasang airbag di
mobil adalah contoh dalam upaya untuk mengurangi keseriusan kecelakaan
mobil, tetapi tetap tidak bisa mencegah terjadinya suatu kecelakaan.

Pemisahan dan duplikasi merupakan dua bentuk umum metode untuk


mengurangi keseriusan risiko. Contoh pemisahan adalah menyebar operasi
perusahaan,sehingga jika terjadi kecelakaan kerja, karyawan yang menjadi korban
akan terbatas. Contoh lainnya yaitu perusahaan mempunyai aturan direktur utama
dan wakil direktur tidak boleh berada pada satu pesawat, karena apabila terjadi
kecelakaan pada salah satu pesawat maka yang lain masih bisa hidup
menggantikan yang lainnya. Duplikasi dilakukan dengan cara menyimpan produk
yang serupa atau mirip ditempat yang terpisah. Sebagai contoh, kita menyimpan
file penting pada beberapa tempat yaitu di ​hard-disk PC kita di kantor, di
hard-disk ​notebook kita, dan di ​flash disk atau CD. Apabila salah satu ​file
mengalami kerusakan atau terkena virus maka ​file lainnya masih bisa
diselamatkan.

Tentunya kita bisa menggunakan metoda mengurangi kemungkinan


munculnya risiko dengan pengurangan keseriusan secara bersamaan. Sebagai
contoh, dokter ahli bedah belajar metode baru dalam pembedahan yang lebih
canggih dan lebih aman. Dengan metode baru tersebut, dokter tersebut bisa
mengurangi probabilitas terkena risiko digugat akibat malpraktik dan juga
menurunkan keseriusan tuntutan jika risiko gugatan terjadi.

2.3.3.2. Timing Pengendalian Risiko

Berdasarkan sisi ​timing atau waktu, pengendalian risiko bisa dilakukan


sebelum, selama, dan sesudah sebuah resiko itu terjadi. Contohnya yaitu, apabila
suatu perusahaan bisa melakukan ​training untuk para karyawannya mengenai
peraturan, prosedur, dan Teknik untuk menghindari kecelakan kerja. Karena
aktivitas ​training ini dilakukan sebelum terjadinya sebuah kecelakaan kerja, maka
aktivitas ini merupakan aktivitas sebelum risiko terjadi. Pengendalian suatu risiko
juga bisa dilakukan pada saat terjadinya risiko, contohnya airbag yang berada
pada mobil akan secara otomatis mengembang apabila terjadi kecelakaan.
Pengendalian risiko ini bisa dilakukan setelah risiko terjadi. Sebagai contoh,
sebuah perusahaan bisa mengelola nilai sisa dari bangunan yang terbakar, atau
memperbaiki mobil yang rusak karena kecelakaan kemudian bisa dijual lagi
dengan harga yang lebih tinggi. Jika hal semacam ini bisa dilakukan maka
kerugian bisa dikurangi.

Anda mungkin juga menyukai