Anda di halaman 1dari 14

(KASUS ETIKA LINGKUNGAN HIDUP)

Dosen Pengampu :
Dra. Ni Ketut Purnawati, M.S.

Oleh Kelompok 3:

05 Adinda Putri Wijayanti 1807521014


06 Ni Luh Yuliantari 1807521015

ETIKA BISNIS (EKU221M BP1)

PROGRAM STUDI S1 REGULER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

Pada umumnya manusia bergantung pada keadaan lingkungan disekitarnya yaitu berupa
sumber daya alam yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari. Sumber daya alam yang utama
bagi manusia adalah tanah, air, dan udara. Tanah merupakan tempat manusia untuk melakukan
berbagai kegiatan. Air sangat diperlukan oleh manusia sebagai komponen terbesar dari tubuh
manusia. Untuk menjaga keseimbangan, air sangat dibutuhkan dengan jumlah yang cukup banyak
dan memiliki kualitas yang baik. Selain itu, udara merupakan sumber oksigen yang alami bagi
pernafasan manusia. Lingkungan yang sehat akan terwujud apabila manusia dan lingkungannya
dalam kondisi yang baik.

Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat langsung dari
pengelolaan lingkungan hidup yang “nir-etik”. Artinya, manusia melakukan pengelolaan sumber-
sumber alam hampir tanpa peduli pada peran etika. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa krisis
ekologis yang dihadapi umat manusia berakar dalam krisis etika atau krisis moral. Umat manusia
kurang peduli pada norma-norma kehidupan atau mengganti norma-norma yang seharusnya
dengan norma-norma ciptaan dan kepentingannya sendiri. Manusia modern menghadapi alam
hampir tanpa menggunakan ‘hati nurani. Alam begitu saja dieksploitasi dan dicemari tanpa merasa
bersalah. Akibatnya terjadi penurunan secara drastis kualitas sumber daya alam seperti lenyapnya
sebagian spesies dari muka bumi, yang diikuti pula penurunan kualitas alam. Pencemaran dan
kerusakan alam pun akhirnya mencuat sebagai masalah yang mempengaruhi kehidupan sehari-
hari manusia. Dibawah ini akan dibahas mengenai contoh kasus yang berkaitan dengan Etika
Lingkungan Hidup, diantaranya:

1) Kasus Rekayasa Genetika di Monanto/ Pharmacia


2) Kasus Pembakaran Limbah Medis RSUD Bangli
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kasus Rekayasa Genetika di Monsanto / Pharmacia

Pada bulan Maret 2000, dua perusahaan –Monsanto dan Pharmacia & Upjohn –
melakukan merger untuk membentuk usaha baru bernama Pharmacia, produsen terbesar dunia
untuk tanaman dan organisme hasil rekayasa genetika (GE). Kurang dari tiga bulan berikutnya,
23 Juni 2010, beberapa pemegang saham meminta para pemegang saham lain untuk
menyetujui resolusi para pemegang saham yang menyatakan:

- Beberapa pengecer makanan terbesar Eropa menyatakan tidak menggunakan bahan-bahan


hasil rekayasa genetika untuk produk-produk mereka. Di inggris, tiga raksasa makanan
siap saji menghapuskan kedelai dan jagung GE dari menu mereka.
- Gerber Products Co, menyatakan bahwa mereka tidak akan menggunakan jagung dan
kedelai GE untuk semua produk makanan bayi mereka.
- Archer Daniels Midland meminta pemasok mereka untuk memisahkan untuk memisahkan
bahan-bahan hasil GE dari hasil panen tradisional.
- Semakin banyak kekhawatiran bahwa produk-produk pertanian hasil rekayasa genetika
kemungkinan berbahaya bagi manusia, binatang, dan lingkungan.
- Departemen Pertanian Amerika mengakui adanya kebutuhan untuk mengembangkan suatu
pendekatan yang komprehensif untuk mengevaluasi pengaruh-pengaruh jangka panjang
dan sekunder dari produk-produk GE.
- Sejumlah ilmuwan melaporkan bahwa makanan hasil GE kemungkinan berbahya bagi
kesehatan manusia.
- Sejumlah hasil panen GE direkayasa sehingga mengandung kadar racun yang lebih tinggi,
seperti Bacillus thuringiensis (Bt) dengan tujuan agar lebih tahan terhadap serangan hama.
- Uni Eropa menangguhkan persetujuan atas penggunaan organisme-organisme hasil
rekayasa genetika sampai peraturan keamanan untuk organisme hasil rekayasa genetika
diterapkan yang merupakan kelanjutan dari penelitian yang menunjukkan bahwa serbuk
jagung Bt kemungkinan berbahaya bagi spesies kupu-kupu raja.

Memutuskan:
- Para pemegang saham meminta Dewan Direksi untuk menerapkan kebijakan tidak
memasarkan atau mendistribusikan produk-produk pertanian hasil rekayasa genetika
sampai pengujian jangka panjang berhasil menunjukkan bahwa produk-produk tersebut
tidak berbahaya bagi manusia, binatang dan lingkungan.

Monsanto merupakan perusahaan pelopor dalam bioteknologi baru ini. Dua dari produk
hasil rekayasa genetika pertama adalah kedelai dan tanaman kapas Roundup Ready (1994)
yang kebal terhadap pembasmi rumput liar “Roundup” sehingga rumput liar di sekitar tanaman
kedelai atau kapas bisa disemprot dengan pembasmi rumput tanpa merusak tanaman kedelai
dan kapas.

Monsanto juga menggunakan rekayasa genetika untuk mengembangkan jagung Bt dan


kapas Bt tahun 1995. Tanaman-tanaman itu menghasilkan bakteri (Bt) yang membunuh
predator serangga. Organisme-organisme ini dan juga yang lain yang diproduksi Monsanto
disetujui penggunaannya oleh Animal and Plant Health Inspection Servive (APHIS)
Departemen Pertanian Amerika. Federal Drug Administration (FDA) menyatakan bahwa
pihaknya tidak memiliki yuridiksi untuk membuat peraturan tentang bahan makanan yang
dimodifikasi secara genetika.

Monsanto terlibat dalam sejumlah kontroversi salah satunya berkaitan dengan fakta bahwa
para petani, yang membeli Roundup Ready, menyetujui untuk tidak menanam benih-benih
yang dihasilkan dari tanaman ini, namun membelinya lagi dari perusahaan setiap tahun agar
perusahaan tidak kehilangan pasar. Pada maret 1998, perusahaan lain, Delta and Pine Land
Company menyatakan mereka telah menemukan benih “terminator” yang telah direkayasa
secara genetika agar tidak bisa bereproduksi. Saat Monsanto mengumumkan mereka membeli
Delta and Pine Land Company, para pengamat langsung menyimpulkan bahwa Monsanto akan
menggunakan teknologi baru tersebut untuk memastikan agar petani terus membeli produk
mereka setiap tahun.

Muncul kontorversi-kontroversi yang lebih buruk yaitu sejumlah kritikus menuduh bahwa
produk Roundup Ready kemungkinan menyebabkan terjadinya penyerbukan silang dengan
rumput liar dan mentransfer kekebalannya terhadap herbisida Roundup. Hasilnya adalah
muncul rumput liar “super” yang kebal terhadap pembasmi rumput liar dan tersebar dengan
cepat.

Para petani organic mengkhawatirkan bahwa sejalan dengan semakin banyaknya serangga
yang “mengenal” tanaman Bt Monsanto –yang menghasilkan Bt pada daun sehingga predator
serangga menghindarinya– serangga-serangga tersebut pada akhirnya akan kebal terhadap Bt
sehingga para petani tidak akan mampu lagi mempertahankan hasil panen dari predator
serangga tersebut.

Mei 2000, peneliti di Cornell University menerbitkan sebuah hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa serbuk sari dari jagung GE Bt berakibat fatal pada spesies kupu-kupu
raja. Penelitian ini dilakukan dengan memberi makan ulat kupu-kupu raja dengan daun-daun
yang mengandung serbuk sari jagung Bt dan 44% ulat mati setelah empat hari.

Saat ini jagung Bt merupakan varietas utama yang ditanam di seluruh Amerika. EPA
menyatakan bahwa mereka akan mempelajari pengaruh-pengaruh lingkungan jagung Bt dan
meminta para petani menanam jagung non-Bt bersama jagung Bt dengan tujuan agar serangga-
serangga yang menguntungkan bisa memperoleh tempat berlindung.

Warga Eropa menyampaikan sebuah resolusi melalui Uni Eropa yang mewajibkan semua
makanan yang mengandung organisme hasil rekayasa genetika diberi label khusus. Februari
1999, parlemen Inggris membahas sebuah usulan untuk menangguhkan penanaman produk-
produk hasil rekayasa genetika di lingkungan terbuka karena adanya kekhawatiran jika hal
tersebut bisa menciptakan organisme baru yang lebih berbahaya.

Sejumlah perusahaan makanan Amerika menyatakan bahwa mereka tidak akan


menggunakan bahan-bahan makanan hasil rekayasa genetika. Whole Foods Market
mengumumkan bahwa mereka akan mengusulkan pemberian label khusus untuk makanan-
makanan yang mengandung organisme hasil rekayasa genetika. Para aktivis lingkungan
menyatakan bahwa tidak ada bukti nyata yang menunjukkan bahwa organisme-organisme hasil
rekayasa genetika tidak berbahaya bagi lingkungan. Worlwide Institute menyatakan bahwa
“Daripada menyuruh para kritikus untuk membuktikan bahwa teknologi ini memang
membawa ancaman potensial, lebih baik bila produsen dari teknologi ini memberikan bukti-
bukti bahwa teknologi ini aman”
Dalam menyatakan pembelaannya, Monsanto menegaskan bahwa produk tanaman mereka
sepenuhnya aman dan terbukti sangat menguntungkan bagi lingkungan dan masyarakat. Dalam
sebuah pernyataan yang mendesak para pemegang saham untuk menentang resolusi yang
dikutip sebelumnya, perusahaan mengatakan bahwa Bioteknologi mendukung perubahan-
perubahan besar dalam metode produksi pertanian yang mengarah pada peningkatan hasil
panen dan menurunnya penggunaan pestisida tradisional dan produk-produk pertanian yang
dipasarkan Monsanto telah melalui berbagai pengujian untuk menjamin bahwa makanan yang
dihasilkan sama aman dan bergizinya dengan makanan-makanan yang dihasilkan dari tanaman
varietas lain dan bahwa produk-produk ini aman untuk lingkungan.

Perusahaan memasang artikel di websitenya yang menyatakan bahwa kritikus tidak paham
tentang risiko-risiko yang sebenarnya tidak ada dari tanaman mereka terhadap lingkungan.
Disebutkan pula tidak ada bukti ilmiah bahwa organisme-organisme hasil rekayasa genetika
berbahaya bagi lingkungan. Lebih jauh agi menutut Monsanto, varietas baru yang mereka
hasilkan akan membantu memberi makan dunia yang kelaparan.

Tanya Jawab:

1) Pertanyaan:
Menurut penilaian anda, Apa saja, jika ada kewajiban Monsanto/Pharmacia untuk
menunda pemasaran organisme-organisme hasil rekayasa genetika “sampai jangka
panjang menunjukan bahwa produk mereka tidak berbahaya lagi bagi manusia,
binatang, dan lingkungan”? kepada siapa kewajiban ini ditujukan?
Jawab:
Menurut penilaian kami, dimana sampai jangka panjang menunjukan bahwa produk
mereka tidak berbahaya lagi bagi manusia, binatang, dan lingkungan, Monsanto tetap
memiliki kewajiban untuk melakukan uji ulang terhadap produk-produk yang diduga
merugikan banyak pihak agar dapat memperbaiki kegagalan-kegagalan yang dilakukan
oleh GMO. Setelah dilakukannya uji ulang produk rekayasa genetika tersebut, Monsanto
berkewajiban pula untuk menemukan cara dalam mengatasi kegagalan dan kerugian yang
ditimbulkan oleh produk-produknya, sehingga tidak membahayakan pihak manapun.
Kewajiban ini ditujukan terutama kepada pihak-pihak yang berwewenang dan pihak
hukum. Selain itu pemerintah dan konsumen pun juga memiliki hak atas kewajiban yang
dilakukan Monsanto.

2) Pertanyaan:
Analisis tindakan Monsanto/ Pharmacia dalam kaitannya dengan pendekatan
utilitarianisme, hak, dan keadilan. Apakah perusahaan secara moral dibenarkan
untuk terus memasarkan organism-organisme hasil rekayasa genetika?
Jawab:
Dalam menganalisis suatu tindakan yang berhubungan dengan dasar etika untuk tanggung
jawab terhadap lingkungan, kita perlu mengetahui pendekatan yang menjadi dasar etika
tersebut. Antara lain pendekatan ultilitarianisme, hak, dan keadilan. Pada pendekatan
ultilitarianisme dijelaskan bahwa suatu perbuatan atau aturan adalah baik, jika membawa
kesenangan paling besar/banyak untuk jumlah orang paling besar/ banyak atau dengan kata
lain jika memaksimalkan manfaat. Sangatlah jelas bahwa pelestarian lingkungan hidup
membawa keadaan paling menguntungkan untuk seluruh umat manusia termasuk juga
generasi-generasi yang akan datang. Jika dampak atas lingkungan tidak diperhitungkan
dalam biaya-manfaat, pendekatan itu menjadi tidak etis apalagi jika kerusakan lingkungan
dibebankan pada orang lain. Berdasarkan pendekatan hak dijelaskan bahwa manusia
memiliki hak moral atas segala sesuatu yang perlu untuk hidup dengan pantas sebagai
manusia, artinya yang memungkinkan dia memenuhi kesanggupannya sebagai makhluk
yang rasional dan bebas. Jika kita memang mempunyai hak atas lingkungan yang
berkualitas, bisa saja hak ini mengalahkan hak-hak lain termasuk mengalahkan hak
seseorang atau hak milik pribadi beberapa orang.
Sedangkan pada pendekatan keadilan harus dipahami sebagai keadilan distributif,
artinya keadilan yang mewajibkan kita untuk membagi dengan adil. Dapat dikatakan tidak
adil apabila kita memanfaatkan alam demikian rupa sehingga orang lain misalnya generasi-
generasi yang akan datang tidak lagi bisa memakai alam untuk memenuhi kebutuhan
mereka dengan baik.
Keterkaitan ketiga pendekatan dengan kasus rekayasa genetika oleh perusahaan
Monsanto/Pharmacia adalah:

Permasalahan atau kontroversi perusahaan Monsanto/pharmacia


- Perusahaan Monsanto menggunakan teknologi baru untuk memastikan agar para
petani terus membeli produk mereka setiap tahun.
- Menghasilkan ancaman lingkungan dari produk tanaman yang direkayasa secara
genetika seperti munculnya rumput liar “super” yang kebal terhadap pembasmi rumput
liar dan tersebar dengan cepat, menciptakan jenis-jenis infeksi yang kebal terhadap
unsur antibiotik, berakibat fatal pada spesies kupu-kupu raja, dan dapat menciptakan
organisme baru yang lebih berbahaya.
Jadi berdasarkan masalah-masalah yang ditimbulkan dapat dikatakan bahwa
perusahaan Monsanto/Pharmacia secara moral tidak dibenarkan untuk terus memasarkan
organisme-organisme hasil rekayasa genetika karena tidak memperhitungkan akibat yang
ditimbulkan pada lingkungan, dan hanya memikirkan atau memberikan banyak manfaat
pada beberapa orang dibandingkan dengan masyarakat umum khususnya petani.

3) Pertanyaan:
Bagaimana seharusnya perusahaan bersikap terhadap produk-produk seperti
organisme rekayasa genetika apabila informasi tentang kemungkan resiko terhadap
lingkungan masih terbatas atau tidak ada, namun produk tersebut menjanjikan
keuntungan besar bagi manusia? Jelaskan jawaban anda.
Jawab:
Keuntungan yang besar merupakan tujuan dan dambaan setiap perusahaan di dunia
ini, namun apabila perusahaan tidak memiliki informasi yang kuat atas kemungkan resiko
terhadap lingkungan, apakah perusahaan akan bersikap egois dengan tidak memperhatikan
lingkungan melainkan mengutamaan keuntungan? Tentu saja hal tersebut tidak boleh
dilakukan oleh perusahaan manapun. Perusahaan hendaknya menyelidiki serta meneliti
dengan cermat bahan apa saja yang dipakain didalam produk-produk mereka. Perusahaan
juga perlu bersikap jujur dan terbuka dengan masyarakat luas, karena masyarakatlah yang
menggunakan produk tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Jika produk yang mereka
produksi mengandung bahan-bahan berbahaya, pruduk tersebut tidak boleh diproduksi lagi
demi kebaikan bersama. Sebaiknya perusahaan melakukan penyuluhan ataupun iklan-iklan
yang menunjukkan informasi sebenarnya tentang produk yang dibuat oleh perusahaan
tersebut agar konsumen tidak tertipu atau dikorbankan hanya demi memperoleh
keuntungan yang besar.

2.2 Kasus Pembakaran Limbah Medis RSUD Bangli


Dunia medis biasanya identik dengan lingkungan yang bersih dan jauh dari
pencemaran atau polusi. Tetapi bagaimana apabila pencemaran tersebut justru dilakukan
sendiri oleh pihak medis. Kasus inilah yang terjadi di daerah bangli, dimana pembakaran
limbah medis yang dilakukan oleh rumah sakit umum daerah bangli berdampak buruk
terhadap masyarakat sekitar. Kepulan asap hitam dan disusul dengan debu yang
berjatuhan di areal pemukiman membuat masyarakat terkadang mengunci putra-putri
mereka di kamar agar tidak menghirup asap atau pun debu yang berjatuhan akibat adanya
pembakaran limbah.
Mesin incinerator yang digunakan untuk melakukan pembakaran jaraknya juga
sangat dekat dengan pemukiman warga sekitar 3 meter dan bau yang ditimbulkan oleh asap
dan debu hasil pembakaran sangatlah menyengat sehingga warga tidak dapat melakukan
aktivitas di pekarangan/halaman rumah serta tidak jarang pula debu-debu hasil pembakaran
yang berupa gumpalan-gumpalan hitam mengotori lingkungan termasuk jemuran warga.
Dalam kasus pembakaran limbah, RSUD Bangli telah melakukan pelanggaran
etika terhadap lingkungan. Dimana mereka melakukan tindakan yang merugikan
lingkungan atau pencemaran terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh kepulan asap dari
hasil pembakaran limbah atau sering disebut pencemaran udara. Padahal pihak rumah sakit
sendiri seharusnya mengetahui dampak-dampak yang ditimbulkan oleh limbah medis.
Limbah medis termasuk salah satu limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Menurut
UU No. 32 Tahun 2009 pada Bab I, Limbah Bahan berbahaya dan beracun adalah zat,
energy, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan
hidup dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan serta kelangsungan
hidup manusia dan makhluk lain. Dampak yang ditimbulkan oleh polusi udara akibat
limbah B3 dapat berakibat fatal bagi kesehatan maupun tanaman. Pencemaran udara
terhadap tingkat kesehatan dapat mengakibatkan terganggunya saluran pernafasan ataupun
iritasi terhadap bagian tubuh, hal tersebut yang menjadi kekhawatiran atau teror bagi warga
bangli apabila kegiatan tersebut terus berlangsung tanpa adanya perbaikan dari pihak
rumah sakit, karena sampai kasus ini dilaporkan belum ada tanda-tanda atau itikad baik
dari pihak rumah sakit untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Dalam hal ini pihak rumah sakit tidak menjalankan AMDAL (Analisis Mengnenai
dampak lingkungan). Terdapat beberapa kriteria dalam analisis dampak lingkungan (
AMDAL ) diantaranya dalam UU No. 32 Tahun 2009 :
a) Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan.
b) Luas wilayah penyebaran dampak.
c) Intensitas dan lamanya dampak tersebut berlangsung.
Dapat dilihat dari penjelasan AMDAL diatas, pihak rumah sakit mengabaikan
dampak-dampak yang terjadi dari pembakaran limbah rumah sakit sehingga
mengakibatkan adanya pihak yang dirugikan oleh kegiatan pembakaran limbah yakni
masyarakat sekitar. Luas penyebaran dampak dari pembakaran juga tidak diperhitungkan
dengan baik dimana pihak rumah sakit meletakkan mesin pembakar yang jaraknya sangat
dekat dengan pemukiman.

Tanya jawab :
1) Pertanyaan:
Apabila dilihat dari pendekatan-pendekatan yang digunakan sebagai dasar pemikiran untuk
menjalankan tanggung jawab lingkungan hidup, pihak rumah sakit tidak melaksanakan
pemikiran-pemikiran etika lingkungan, menurut anda apa sajakah pemikiran-pemikiran
yang dimaksud?
Jawaban:
Jadi pemikiran-pemikiran etika lingkungan tersebut adalah:
a. Teori hak atas lingkungan. Menurut Blackstone, setiap manusia berhak atas
lingkungan bekualitas yang memungkinkan dia untuk hidup dengan baik
(sutrisna:2010). Akibat dari limbah medis tersebut warga sekitar rumah sakit sudah
kehilangan hak-nya atas lingkungan yang sehat dan bebas dari polusi, karena setiap
kegiatan pembakaran limbah mereka harus waspada akan asap hitam yang
diakibtkan oleh pembakaran limbah. Hal ini tentu saja sangat membuat warga
sekitar merasa sangat tidak nyaman.
b. Teori Deontology. Teori ini menilai tindakan baik atau buruknya berdasarkan
aturan-aturan, prosedur dan kewajiban (sutrisna:2010). Tentunya pihak rumah sakit
sudah melanggar teori ini, dimana pihak rumah sakit tidak menjalankan
kegiatannya sebagaimana mestinya sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak
lain
c. Utilitarianisme. Pendekatan utilitarian menyatakan bahwa seseorang perlu
berusaha menghindari kerusakan lingkungan karena dia juga tidak ingin merugikan
kesejahteraan masyarakat (sutrisna:2010), tetapi justru pihak rumah sakit
memberikan dampak yang buruk bagi masyarakat dengan asap hasil dari
pembakaran sampah medis tersebut.
d. Keadilan. Lingkungan yang bersih dan nyaman merupakan kelangkaan oleh karena
itu, harus dibagi secara adil agar nantinya dapat dinikmati oleh generasi
mendatang.(sutrisna:2010)

2) Pertanyaan:
Menurut anda bagaimanakah peran pemerintah dalam kasus Pembakaran Limbah Medis
RSUD Bangli tersebut?
Jawaban:
Peran pemerintah disini sangat diperlukan untuk menyelesaikan
permasalahan yang terjadi. Pemerintah tidak bisa hanya berdiam diri saja atau pun
hanya mengandalkan atas peraturan yang telah berlaku tetapi pemerintah juga harus
turun secara langsung baik sebagai pihak ketiga atau pihak yang memfasilitasi
antara masyarakat sekitar dengan pihak rumah sakit, karena peraturan atau UU
yang di buat oleh pemerintah belum tentu berjalan secara efisien susuai dengan isi
peraturan atau Undang-undang secara tertulis, dimana terkadang terdapat
perbedaan antara keadaan di lapangan yang sesungguhnya dengan keadaan dalam
peraturan yang tertulis. Tidak hanya pemerintah yang berperan dalam penyelesaian
kasus ini, kesadaran dari pihak rumah sakit juga sangat diperlukan. Sebaiknya pihak
rumah sakit memindahkan letak mesin incinerator sehingga dapat meminimalkan
dampak yang terjadi akibat pencemaran dan pihak rumah sakit juga dapat bekerja
sama dengan badan lingkungan hidup dalam mengelola maupun mengawasi
sehingga mengurangi dampak terjadinya pencemaraan.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1) Monsanto terlibat dalam sejumlah kontroversi salah satunya berkaitan dengan fakta bahwa
para petani, yang membeli Roundup Ready, menyetujui untuk tidak menanam benih-benih
yang dihasilkan dari tanaman ini, namun membelinya lagi dari perusahaan setiap tahun agar
perusahaan tidak kehilangan pasar. Hasil Rekayasa Genetika memiliki kelebihan maupun
kekurangan. Namun sesuai penelitian yang ada, rekayasa genetika lebih dominan dalam
merugikan konsumen dikarenakan bahan-bahan yang digunakan mengakibatkan masalah-
masalah tertentu seperti kerugian maupun kesehatan. Monsanto/ pharmacia juga belum bisa
membuktikan bahwa organism-organisme rekayasa genetika yang mereka buat menghasilkan
kebaikan dalam masyarakat luas (manusia, hewan, maupun tumbuhan).
2) Pembakaran limbah medis yang dilakukan oleh rumah sakit umum daerah bangli berdampak
buruk terhadap masyarakat sekitar. Pihak rumah sakit mengabaikan dampak-dampak yang
terjadi dari pembakaran limbah rumah sakit sehingga mengakibatkan adanya pihak yang
dirugikan oleh kegiatan pembakaran limbah yakni masyarakat sekitar. Luas penyebaran
dampak dari pembakaran juga tidak diperhitungkan dengan baik dimana pihak rumah sakit
meletakkan mesin pembakar yang jaraknya sangat dekat dengan pemukiman.
DAFTAR REFERENSI

Velasquez, Manuel G. 2014. Business Ethics: Concepts and Case Seventh Edition.England:

https://www.academia.edu/32260869/Kasus_Etika_Lingkungan (diakses 28 November 2020


pukul 18.20 WITA)

Anda mungkin juga menyukai