Anda di halaman 1dari 4

Limbah tekstil (garmen) merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian,

proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan


dan proses penyempurnaan. Limbah-limbah yang dihasilkan suatu industri tekstil ini akan
dialirkan ke kolam-kolam penampungan dan selanjutnya dibuang ke sungai. Untuk memperoleh
kualitas air yang lebih baik sebelum air tersebut dibuang ke perairan, maka sebelum dibuang ke
perairan menurut saya dilakukan suatu pengolahan air telebih dahulu menggunakan tahap-tahap
pengolahan air diantaranya :

1. Pengolahan primer
Pengolahan primer mencakup pemisahan kerikil, lumpur, dan penghilangan zat padat
yang terapung (Sugiharto,1987). Hal ini biasa dilakukan dengan penyaringan dan
pengendapan di kolam-kolam pengendapan. Buangan dari pengolahan primer biasanya
akan mengandung bahan organic yang lumayan banyak dan BOD-nya relatif tinggi.
2. Pengolahan sekunder
Pengolahan sekunder mencakup pengolahan lebih lanjut dari buangan pengolahan primer.
Hal ini menyangkut pembuangan bahan organik dan sisa-sisa bahan terapung dan
biasanya dilaksanakan dengan proses biologis mempergunakan filter, aerasi, kolam
oksidasi dan cara-cara lainnya. Buangan dari pengolahan sekunder biasanya mempunyai
BOD5 yang kecil dan mungkin mengandung beberapa mg/L oksigen terlarut.
3. Pengolahan lanjutan (tersier)
Pengolahan lanjutan dipergunakan untuk membuang bahanbahan terlarut dan terapung
yang masih tersisa setelah pengolahan biologis yang normal apabila dibutuhkan untuk
pemakaian air kembali atau untuk pengendalian etrofikasi di air penerima
(Tchobanoglous,1991). Pemilihan seperangkat metode pengolahan tergantung pada
berbagai faktor, termasuk sarana pembuangan yang tersedia (Islam Habibi, 2012)

Limbah tekstil (garmen) termasuk dalam kategori yang limbahnya berasal dari kegiatan
pencucian, pelunturan, pembilasan dan pewarnaan. Limbah cair dari industri tekstil umumnya
mempunyai ciri-ciri, yaitu : berwarna, bersifat sangat basa, BOD tinggi, padatan tersuspensi
tinggi. Oleh karena itu, Teknik perencanaan yang dipakai untuk memilih sistem IPAL
menggunakan sistem biakan melekat (attached culture) dengan aerasi karena dapat mengurangi
kadar BOD, COD dan TSS. Perencanaan yang dipilih adalah dengan proses biofilter aerob-
anaerob karena proses ini sudah diterapkan di berbagai industri garmen salah satunya pencucian
jeans dan terbukti baik untuk menurunkan kadar BOD, COD, dan TSS hingga 85%. Berdasarkan
penelitian Putri Nur Tiara, dkk, (2008) yang menganalisa karakteristik limbah cair industri dan
menentukan parameter yang harus disisihkan berdasarkan KEP. 51/MENLH/10/1995 agar dapat
ditentukan unit operasi dan unit proses yang akan digunakan, effluen dari unit IPAL dengan
proses Biofilter Tercelup sangat baik untuk pengolahan limbah tekstil. Hal ini menurut saya
dapat diterapkan untuk pengolahan limbah tekstil untuk memenuhi Permen LH No. 5 Tahun
2014 tentang baku mutu air limbah industry tekstil.

Tabel 1. Hasil analisa pengolahan limbah pencucian tekstil berdasarkan KEP.


51/MENLH/10/1995

(Putri Nur Tiara, dkk, 2008)

Reverse Osmosis (RO)

Metode pengolahan air limbah yang efektif yaitu reverse osmosis. Reverse osmosis
mampu untuk menyingkirkan beragam kontaminan aestetik yang menimbulkan rasa yang tidak
sedap, warna, dan problim bau seperti rasa asin atau rasa soda yang disebabkan oleh chlorides
atau sulfat. Unit RO secara efektif mampu menyingkirkan semua jenis bakteri dan virus.
Besarnya pori dari membran RO mencapai 0.0001 Mikron (ukuran bakteria 0.2 sampai 1
Mikron, dan virus antara 0.02 sampai 0,4 Mikron). Unit RO mampu untuk menyingkirkan
sebagian besar bahan kimia non organik seperti garam, metal, dan mineral. RO efektif untuk
menyingkirkan kontaminan yang menyangkut kesehatan seperti arsenic, asbestos, atrazine
(herbisida/pesticida), fluoride, lead, mercury, nitrate, dan radium, dan lain-lain. Dengan
kemampuannya tersebut, Reverse Osmosis merupakan teknologi pengolahan air yang sangat
umum digunakan guna menghasilkan air yang berkualitas tinggi. memberi tekanan tinggi pada
air yang dialirkan melalui membran semi permeable dimana pemisahan ion terjadi. Dengan
pemisahan ion, molekul air membentuk barier yang memungkinkan molekul air lainnya untuk
liwat dan menghalangi liwatnya hampir semua kontaminan. Tingkat penolakan kontaminan ini
berkisar antara 85-95% yang tergantung pada kualitas awal dari air yang diolah.

Penilaian komparatif telah dilakukan untuk membandingkan efektivitas dari nanofiltrasi


dan reverse osmosis dalam mengolah limbah tekstil bedasarkan evaluasi kualitas permeat yang
diperoleh setiap proses, pengurangan COD dan BOD, dan konten salinasi. Tes ini dilakukan
dengan menggunakan menggunakan BW30 reverse osmosis dan NF90 nanofiltrasi dengan
berbagai rasio konsentrasi dan dalam kondisi hidrodinamik yang berbeda. Proses yang
diperlakukan dalam kedua kasus, memenuhi kriteria reklamasi dan didapatkan air yang
berkualitas baik untuk digunakan kembali yang dihasilkan masing-masing membran. Air daur
ulang tersebut bisa digunakan kembali untuk proses tekstil seperti mencuci dan pewarnaan,
sehingga menghemat air bersih dan juga energi yang digunakan (Liu dkk, 2011).

Percobaan lebih lanjut untuk membandingkan kinerja antara nanofiltrasi dan reverse
osmosis yaitu dengan melakukan studi banding berdasarkan efisiensi penolakan NF dan RO
modul. Didalamnya efektivitas spiral NF dan RO modul, yang merupakan pilot plant, dievaluasi
dalam simulasi mengobati campuran limbah terkontaminasi dalam hal warna dan pengurangan
garam Na2SO4 pada berbagai konsentrasi umpan dan tekanan umpan dengan menggunakan metil
orange (MO) sebagai model senyawa pewarna Penolakan metil oranye diperoleh melalui RO
(99,99%) sedikit lebih tinggi daripada penolakan dibawa oleh NF (99%), sedangkan penurunan
dalam fluks permeat mungkin bisa dikaitkan dengan polarisasi konsentrasi dan fouling membran.
Selain itu, untuk kedua NF dan RO percobaan, tingkat penghapusan TDS, retensi natrium dan
konduktivitas keseluruhan relative sama dengan pewarna metil oranye (Nataraj dkk, 2009).

Gambar 1. Unit RO dengan pre-treatment ekstensif


Pengolahan dengan proses nanofiltrasi atau reverse osmosis akan menghasilkan air hasil
pengolahan limbah dapat digunakan kembali untuk proses primer pembuatan tekstil. Karena alas
an tersebut, maka proses pengolahan air dengan RO dianggap sebagai terobosan revolusioner
dalam bidang teknologi, dan sangat menjanjikan untuk masa depan.

Referensi

Habibi, Islam. 2012. Tinjauan Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri Tekstil Pt. Sukun Tekstil
Kudus. SKRIPSI. Universitas Negeri Yogyakarta.

Liu, M., Lü, Z., Chen, Z., Yu, S., Gao, C., 2011. Comparison of Reverse Osmosis and
Nanofiltration Membrans in the Treatment of Biologically Treated Textile Effluent for
Water Reuse. Journal Desalination Vol. 281, No. 372-378

Nataraj, S.K., Hosamani, K.M., Aminabhavi, T.M., 2009. Nanofiltration and Reverse Osmosis
Thin Film Composite Membrane Module for the Removal of Dye and Salts from the
Simulated Mixtures. Journal Desalination Vol. 249, No. 1, pp. 12-17.

Putri, Nur Tiara, Daryati, dkk. 2008. Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri Kecil Pencucian
Tektil. Jurnal Menara Jurusan Teknik Sipil FT.UNJ Volume III, No.1 - Januari
2008

Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta:Universitas Indonesia (UI-


Press).

Tchobanoglous, G. 1991. Edisi ke tiga “Teknik Sumber Daya Air”. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai