Anda di halaman 1dari 2

Kepada Yth :

Rencana Baca :
Jurnal Imunologi
Tempat :

Antibody Status and Incidence of SARS-CoV-2


Infection in Health Care Workers
Status Antibodi dan insiden infeksi SARS-CoV-2 pada tenaga kesehatan

Abd. Rahim Mubarak, Tenri Esa, Uleng Bahrun


Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 Ilmu Patologi Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin Makassar
ABSTRAK

LATAR BELAKANG
Hubungan antara keberadaan antibodi terhadap sindrom pernapasan akut berat
coronavirus 2 (SARS-CoV-2) dan risiko infeksi ulang setelahnya masih belum
jelas.
METODE
Kami menyelidiki insiden infeksi SARS-CoV-2 yang dikonfirmasi melalui
Polimerase Chain Reaction (PCR) pada sekelompok pekerja seropositif dan
seronegatif yang mengikuti pemeriksaan tenaga kesehatan pada mereka yang
memiliki gejala dan tanpa gejala di Rumah Sakit Universitas Oxford di Inggris.
Status antibodi dasar para tenaga kesehatan ditentukan dengan pemeriksaan Ig G
anti-spike (analisis primer) dan Ig G anti-nukleokapsid, kemudian dilakukan
pemantauan terhadap semua tenaga kesehatan selama 31 minggu. Kami menilai
insiden hasil tes PCR-positif relatif dan munculnya infeksi dengan gejala baru
disesuaikan dengan status antibodi, usia, jenis kelamin, dan perubahan insiden
dari waktu ke waktu.
HASIL
Sebanyak 12.541 tenaga kesehatan berpartisipasi dan memiliki hasil pemeriksaan
IgG anti-spike ; 11.364 diantaranya dipantau setelah hasil antibodi negatif dan
1265 diantaranya setelah hasil positif, termasuk 88 diantaranya dimana
serokonversi terjadi selama masa pemantauan. Sebanyak 223 tenaga kesehatan
dengan anti-spike-seronegatif memiliki hasil tes PCR positif (1,09 per 10.000
days at risk), 100 diantaranya asimptomatik dan 123 lainnya bergejala pada saat
dilakukan skrining, sementara itu terdapat 2 tenaga kesehatan dengan anti-spike-
seropositif memiliki hasil tes PCR positif (0,13 per 10.000 days at risk), dan
kedua tenaga kesehatan tersebut tidak menunjukkan gejala pada saat dilakukan
pemeriksaan (rasio incidence rate setelah disesuaikan 0,11; convidence interval
95%, 0,03 hingga 0,44; P = 0,002). Tidak ada infeksi yang bergejala pada pekerja
yang memiliki antibodi anti-spike. Rasio tersebut serupa ketika pemeriksaan IgG
anti-nukleokapsid digunakan secara tunggal atau bersamaan dengan pemeriksaan
IgG anti-spike pada penentuan status dasar antibodi.
KESIMPULAN
Keberadaan Ig G anti-spike atau anti-nukleokapsid berhubungan dengan
penurunan risiko reinfeksi SARS-CoV-2 secara substansial dalam 6 bulan
berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai