I. PENDAHULUAN
Pelayanan laboratorium klinik merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis, dengan menetapkan
penyebab penyakit, menunjang sistem kewaspadaan dini, monitoring pengobatan,
pemeliharaan kesehatan, dan pencegahan timbulnya penyakit. (PERATURAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2013).
Aktivitas tersebut idealnya memerlukan laboratorium dengan manajemen dan
desain khusus (Biorisk Management WHO, 2006). Hal ini terkait dengan
keamanan bagi subjek (personil laboratorium) dan objek (bahan penelitian) atau
yang lebih dikenal dengan biosafety dan biosecurity.
Biosafety adalah penerapan pengetahuan, teknik, dan peralatan untuk
melindungi personil laboratorium, laboratorium, dan lingkungan dari paparan
agen yang berpotensi menyebarkan penyakit. Sehingga, biosafety memerlukan
tempat kerja khusus (containment) untuk mencegah agen biologis berbahaya
(biohazard) tidak keluar dari lingkungan kerja dan mencegah risiko paparan
patogen terhadap personil di laboratorium, orang di luar laboratorium, juga
lingkungan laboratorium (Biosafety dan Biosecurity PRVKP?UI, 2016). Selain
aspek biosafety, diperlukan juga aspek lainnya yaitu biosecurity yang pada
perkembangannya memiliki prinsip, suatu perlindungan agen biologis dan kimia
dari suatu penyalahgunaan (bioterrorism). Tujuan biosecurity adalah mencegah,
mengendalikan, dan mengelola risiko terhadap kehidupan dan kesehatan dari
suatu ancaman tertentu. Beberapa ancaman (hazard) dapat ditimbulkan melalui
agen-agen biologi berbahaya seperti: penularan agen biologis dari hewan ke
manusia; penyebaran strain, spesies, tumbuhan, hewan, atau agen lain yang
merusak tumbuhan; pengendalian organisme yang dimodifikasi dengan materi
genetik yang berpotensi mengganggu manusia dan lingkungan; serta spesies yang
keberadaannya mengancam biodiversitas (Biosecurity WHO, 2010). Biosecurity
dan biosafety memiliki kemiripan. Namun, bila ditelaah keduanya dapat
dibedakan pada objek yang dilindungi. Jika, biosafety menitikberatkan pada
manajemen dan desain laboratorium dengan tujuan melindungi staf laboratorium
agar dapat bekerja secara aman di laboratorium. Adapun biosecurity,
menitikberatkan pada penanganan objek penelitian agar aman bagi lingkungan
Coronavirus Disease 2019 (COVID-l9) telah dinyatakan sebagai bencana
non-alam berupa wabah/pandemik sehingga perlu dilakukan upaya
penanggulangan termasuk penguatan fungsi laboratorium yang berfungsi
melakukan pemeriksaan spesimen. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan, jalur
penularan agen infeksius maupun fungsi laboratorium, persyaratan biosafety dari
laboratorium setingkat biosafety berdasarkan ketentuan dari
WHO Laboratory Biosafety Manual (LBM) 3rd edition. Biosafety Level 2 (BSL-
2) yaitu laboratorium yang digunakan untuk menguji agen penyakit yang cukup
potensial membahayakan petugas laboratorium dan lingkungannya. Laboratorium
pemeriksa COVID-19 merupakan laboratorium yang memenuhi standar Bio
Safety Level 2 (BSL-2) dan memiliki alat pemeriksaan Real Time PCR.
III. DEFENISI
IV.