Anda di halaman 1dari 8

Kepada Yth:

Rencana Baca: Jumat 25 Februari 2011 Pkl:08.00

Tugas pendahuluan

TURBIDIMETRI

Yurdiansyah, Erviani, Rosnety


Bagian Ilmu Patologi Klinik FK-UNHAS – BLU RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo

I. PENDAHULUAN
Turbidimetri adalah pengukuran turbiditas (kekeruhan) dengan mengukur rasio intensitas
pancaran cahaya yang dipantulkan dengan intensitas cahaya yang masuk, pengukuran ini
biasanya menggunakan instrumen berupa spektrofotometer atau fotometer.1 Zat padat yang
tersuspensi dalam suatu larutan dapat menyebabkan turbiditas atau kekeruhan pada larutan
tersebut. Turbiditas sendiri dapat diartikan sebagai kekeruhan suatu larutan yang disebabkan oleh
suspensi partikel yang memancarkan cahaya, jumlah cahaya yang dipancarkan bergantung pada
konsentrasi, ukuran/bentuk partikel, dan panjang gelombang. Alat untuk mengukur kekeruhan
disebut turbidimeter yang merupakan salah satu alat penguji kekeruhan dengan sifat optik.1,2,3,4
Standar pengukuran Kekeruhan dimulai tahun 1970-an ketika nephelometric turbidimeter
dikembangkan yang menentukan kekeruhan dengan cahaya tersebar di sebuah sudut 900 dari
balok insiden. Sebuah sudut deteksi 900 adalah dianggap paling sensitif terhadap variasi dalam
ukuran partikel. Nephelometri dan turbidimetri telah diadopsi sebagai pilihan untuk mengukur
kekeruhan karena metode sensitivitas, presisi, dan penerapan atas berbagai ukuran partikel dan
konsentrasi. Turbidimeter menggunakan teknik turbidimetri yang mengukur jumlah cahaya yang
tersebar.3,5,7

II. KARAKTERISTIK CAHAYA

Cahaya merupakan suatu gelombang yang mempunyai sifat elektromagnetik. Cahaya


memiliki karakteristik yakni memiliki panjang gelombang dan amplitudo. Panjang gelombang
merupakan jarak dari puncak gelombang yang satu dengan puncak gelombang yang lain
sedangkan amplitudo adalah tinggi gelombang yang menentukan intensitas cahaya seperti pada
gambar (1). Cahaya tampak sebagai radiasi elektromagnetik yang paling dikenal oleh kita dapat

Turbidimetry – Januari 2011 1


didefinisikan sebagai bagian dari spektrum gelombang elektromagnetik yang dapat dideteksi
oleh mata manusia. Panjang gelombang tampak bervariasi tergantung warnanya mulai dari
panjang gelombang kira-kira 380 nm – 750 nm untuk cahaya yang dapat dilihat oleh mata.
Kegunaan cahaya salah satunya adalah penggunaan laser dalam serat optik pada bidang
telekomunikasi dan kedokteran. Cahaya/sinar dapat berupa cahaya monokrom (satu panjang
gelombang) dan cahaya polikrom (beberapa panjang gelombang). 1,3,4

Gambar 1: Panjang gelombang dan amplitudo cahaya7

Suatu cahaya atau sinar dapat diserap oleh suatu zat. Kemampuan suatu zat menyerap
cahaya disebut absorban. Absorban biasa dinilai dengan unit absorban karena tidak memiliki
satuan tertentu. Absorban berkisar antara 0 - ∞ (tak berhingga). Nilai 0 berarti zat tersebut tidak
menyerap cahaya/sinar yang melaluinya (udara dan air) sebaliknya jika nilainya ∞ berarti zat
yang dilalui oleh suatu sinar mampu menyerap sinar tersebut atau tidak tembus sinar (zat padat).
Sinar yang melalui suatu zat dapat dipantulkan‚ dibelokkan‚ ataupun diteruskan. Perbandingan
intensitas sinar yang tembus (I) dan sinar yang masuk (Io) biasa disebut transmitan (T) atau daya
tembus. Hubungan ini dapat dituliskan dengan persamaan (1).1,2,3,4

I
T= …………………. (1)
Io

Spektrum absorbansi suatu zat bergantung pada struktur molekulnya. Semakin tinggi
konsentrasi molekul maka makin besar intensitas cahaya yang terabsorbsi. Untuk menentukan

Turbidimetry – Januari 2011 2


konsentrasi dari zat secara kuantitatif maka diukur absorbsi sinar yang dapat diserap oleh suatu
zat. 1,2,3,4

III. TURBIDIMETER

A. Instrumen Turbidimeter

Instrumen turbidimeter dasar berisi sumber cahaya, wadah sampel atau sel, filter light
(saringan sinar) untuk menyerap sinar-sinar yang tidak diperlukan dan fotodetektor untuk
mengetahui cahaya yang tersebar. Sumber cahaya yang paling umum digunakan adalah lampu
tungsten filamen, Halogen, Xenon, dan laser. Lampu filamen tungsten sangat tergantung pada
tegangan listrik. Tegangan listrik yang digunakan pada lampu menentukan karakteristik keluaran
spektrum yang dihasilkan. 5,6,7,8

Turbidimetry – Januari 2011 3


Gambar 2. Turbidimeter12

Beberapa desain turbidimeter memanfaatkan sumber cahaya monokromatik untuk


mengatasi beberapa keterbatasan lampu pijar. Cahaya monokromatik memiliki band yang sangat
sempit dari panjang gelombang cahaya. Fotodetektor mendeteksi cahaya yang dihasilkan dari
interaksi antara cahaya yang masuk dan volume sampel dan menghasilkan sinyal elektronik yang
kemudian detektor ini menghasilkan berbagai konfigurasi yang tergantung pada desain instrumen
tersebut. Empat jenis detektor umum digunakan termasuk tabung photomultiplier, dioda vakum,
dioda silikon, dan fotokonduktor sulfida cadmium. 3,4,8

B. Prinsip Turbidimetri

Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu : 1,2,3
1. Pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap intensitas cahaya
yang datang;
2. Pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman dimana cahaya mulai tidak tampak di dalam
lapisan medium yang keruh.
3. Instrumen pengukur perbandingan Tyndall disebut sebagai Tyndall meter. Dalam instrumen
ini intensitas diukur secara langsung. Sedang pada nefelometer, intensitas cahaya diukur
dengan larutan standar.

Turbidimeter meliputi pengukuran cahaya yang diteruskan. Turbiditas berbanding lurus


terhadap konsentrasi dan ketebalan, tetapi turbiditas tergantung. juga pada warna. Untuk partikel
yang lebih kecil, rasio Tyndall sebanding dengan pangkat tiga dari ukuran partikel dan
berbanding terbalik terhadap pangkat empat panjang gelombangnya. 1,2,3

I = Io е-bt ............................ (2)

1 I oₒ
t = ln …………………… (3)
b I

Turbidimetry – Januari 2011 4


Dimana;

t = turbiditas

b = jarak antara larutan yang terkena sinar dengan hamburan cahaya yang dihasilkan

I = intensitas cahaya yang dipancarkan

Io= intensitas cahaya yang masuk

Gambar 3. Pembentukan sudut hamburan cahaya 1

Turbidimetry – Januari 2011 5


Gambar 4. Hamburan cahaya pada turbidimeter11

Prinsip pengukuran turbiditas dengan menggunakan turbidimeter memanfaatkan interaksi


antara cahaya dengan partikel yang ada pada suatu zat. Cahaya dipancarkan melewati kuvet yang
berisi larutan. Panjang gelombang cahaya 380 nm - 750 nm akan meningkatkan intensitas
cahaya. Penurunan intensitas cahaya akan terbaca oleh fotodetektor pada turbidimeter. Semakin
keruh suatu larutan maka makin banyak cahaya yang diabsorbsi oleh partikel yang ada pada
larutan tersebut. 3,4

Prinsip turbidimetri digunakan dalam mengukur kompleks imun. Tes imunologi


bergantung pada reaksi antigen-antibodi yang membentuk kompleks imun. Serum pasien yang
mengandung kompleks antigen-antibodi dideteksi oleh detektor dengan melihat banyaknya
cahaya yang dihamburkan ketika cahaya melalui kuvet sampel. Semakin banyak kompleks imun
yang terbentuk dalam suatu larutan berbanding lurus dengan peningkatan hamburan cahaya yang
terbentuk. 1,2,7

C. Peranan/aplikasi prinsip turbidimetri


Saat ini prinsip turbidimetri banyak dipakai dalam praktik patologi klinik untuk
mengukur kadar protein serum/plasma‚ cairan urin‚ CSS‚ dan pemeriksaan antigen-antibodi.
Prinsip turbidimetri digunakan juga untuk menentukan level Ig G dan Ig M.
Sysmex‚ Hitachi‚ dan Integra merupakan contoh alat yang biasa menggunakan prinsip ini. 5,6,7,8

Selain perannya dalam dunia patologi klinik, prinsip turbidimeter juga sangat berperan
pada pengukuran kualitas air pada air yang keruh. Kekeruhan pada air terbuka dapat disebabkan
oleh pertumbuhan fitoplankton. Kegiatan manusia yang mengganggu tanah, seperti konstruksi ,
dapat mengakibatkan tingginya sedimen yang ada dalam air.5,6,7,8

Meskipun partikel-partikel tersuspensi belum tentu berbahaya bagi manusia, namun


turbiditas merupakan suatu indikator awal dari pencemaran air oleh beberapa material. Semakin
tinggi turbiditas , maka tingkat pencemaran dalam air semakin tinggi pula. Ada dua metoda yang
digunakan untuk mengukur turbiditas, yaitu: 5,6,7,8

Turbidimetry – Januari 2011 6


1. Metode Jackson Candell Unit
Satuan Jackson Turbidity Unit (JTU), dimana 1 JTU sama dengan turbiditas yang
disebabkan oleh 1 mg/l SiO2 dalam air
2. Metode Nephelometric Turbidity Unit (NTU)
Sebuah turbidimeter selalu memantau cahaya pantulan dari partikel dan tidak atenuasi karena
keadaan keruh. Di Amerika Serikat pemantauan lingkungan unit standar kekeruhan disebut
Nephelometric Turbidity Unit (NTU), sedangkan unit standar internasional disebut Formazin
Nephelometric Unit (FNU). Unit berlaku paling umum adalah Formazin Turbidity Unit
(FTU), meskipun metode pengukuran yang berbeda dapat memberikan nilai sangat berbeda
seperti yang dilaporkan dalam FTU.

Dalam air minum, semakin tinggi tingkat kekeruhan, semakin tinggi resiko bahwa orang-
orang dapat mengembangkan penyakit gastrointestinal. Ini terutama masalah bagi orang-
terancam kekebalan, karena kontaminan seperti virus atau bakteri dapat menjadi melekat pada
padatan tersuspensi. Padatan tersuspensi mengganggu disinfeksi air dengan klorin karena
partikel bertindak sebagai perisai untuk virus dan bakteri. Demikian pula, padatan tersuspensi
dapat melindungi bakteri dari ultraviolet (UV) sterilisasi air. 5,6,7,8,9

IV. RINGKASAN

Turbidimeter merupakan alat untuk menguji kekeruhan dengan sifat optik akibat dispersi
sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang
tiba. Turbidimeter umumnya sekarang menggunakan teknik nephelometry, yang mengukur
jumlah cahaya yang tersebar. Prinsip turbidimetri tidak dapat terlepas dari karakteristik cahaya
yang merupakan suatu gelombang yang mempunyai sifat elektromagnetik (memiliki panjang
gelombang dan amplitude). Oleh karena hal tersebut maka suatu cahaya atau sinar dapat diserap
oleh suatu zat. Instrumen turbidimeter dasar berisi sumber cahaya, wadah sampel atau sel, dan
fotodetektor untuk merasakan cahaya yang tersebar.

Turbidimetri banyak dipakai dalam praktik patologi klinik untuk mengukur kadar protein
serum‚ plasma‚ cairan urin‚ CSS‚ dan pemeriksaan antigen-antibodi. Selain itu turbidimetri juga
berperan pada penentuan kualitas air dengan mengukur tingkat kekeruhannya.

Turbidimetry – Januari 2011 7


DAFTAR PUSTAKA

1. Carl A, Edward R, David E. Tietz Fundamentals of Clinical Chemistry. Sixth Edition.


Missouri. Elsiever Saunders. 2008. p:63-64,80-82

2. Mary L. Linne & Ringsrud’s Clinical Laboratory Science. Fifth Edition. Missouri. Elsiever
Saunders. 2007. p: 138-139

3. Kory M, Craig A, Alan M. Clinical Laboratory Instrumentation and Automation. Philadelpia.


W.B Saunder Company. p: 79-85

4. John B H. 1996. Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. Philadelpia. W


B Saunders. p:61,142

5. Sadar, MJ. Understanding Turbidity Science. Hach Company Technical. Information Series -
Booklet No. 11. 1996

6. Basset J et all. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi 4. Jakarta. EGC.
Jakarta. 1994. Hal:909-910

7. Edijanto SP. Fotometer Serapan dalam Prinsip-prinsip Dasar Peralatan Laboratorium Klinik.
1985

8. Turbidimetry. Available at http://www.fivecreeks.org. Accessed on January 2011.

9.Turbidimetri-kekeruhan. Diperoleh http://library.usu.ac.id/download/fmipa/kimia-farida.pdf.


Akses pada Januari 2011.

10.Laboratory Instrumentation and Automation Volome. 2002. www.devicelink.com/ivdt.


Accessed on January 2011

11.Turbidity. Available at www.etslabs.com. Accessed on January 2011.

12. Laboratory Turbidimeter.Available at http://www.turbidity.ca/micro_100_turbidimeter.htm.


Accessed on January 2011.

Turbidimetry – Januari 2011 8

Anda mungkin juga menyukai