Anda di halaman 1dari 16

BAB 2 TURBIDIMETRY & NEPHELOMETRY

PENDAHULUAN
Ketika partikel tersuspensi dalam larutan dalam kuvet, mereka membuat
larutan menjadi tidak jelas (keruh). Cahaya insiden memasuki kuvet akan
mengalami tiga reaksi yaitu
• Sebagian cahaya akan diserap (diblokir)oleh partikel
• Beberapa akan ditularkan melalui kuvet
• Beberapa akan tersebar di berbagai arah.

Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi


konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan. Turbidimeter merupakan salah
satu alat yang berfungsi untuk mengetahui atau mengukur tingkat kekeruhan air.
Standar pengukuran kekeruhan dimulai tahun 1970-an ketika nephelometric
turbidimeter dikembangkan yang menentukan kekeruhan dengan cahaya. tersebar
di sebuah sudut 90E dari balok insiden). Sebuah sudut deteksi 90E adalah
dianggap paling sensitif terhadap variasidalam ukuran partikel. Nephelometry
telah diadopsi oleh Standard Metode sebagai cara pilihan untuk mengukur
kekeruhan karena metode’s sensitivitas, presisi, dan penerapan atas berbagai
ukuran partikel dan konsentrasi. Metode nephelometric dikalibrasi menggunakan
suspensi formazin polimer seperti bahwa nilai dari 40 unit nephelometric (NTU)
adalah kira-kira sama dengan 40.
PEMBAHASAN
TURBIDIMETRY

Prinsip umum dari alat turbidimeter adalah sinar yang datang mengenai
suatu partikel adayang diteruskan dan ada yang dipantulkan, maka sinar yang
diteruskan digunakan sebagaidasar pengukuran (Day and Underwood, 2002).
Turbidimetri merupakan analisis berdasarkan hamburan cahaya. Analisis
turbidimetri merupakan analisis kuantitatif berdasarkan pada pengukuran
kekeruhan atau turbidan dari suatu larutan akibat adanya partikel padat dalam
larutan setelah sinar melewati suatu larutan yang mengandung partikel yang
tersuspensi. Akibat partikel-partikel yang terdapat di dalam larutan maka
terjadilah hamburan cahaya. Partikel-partikel tersebut akan menghamburkan
cahaya ke segala arah yang mengenai. Partikel yang tersuspensi dapat
mendispersikan sebahagian sinar yang jatuh padanya ataupun menghalangi berkas
sinar sehingga mengurangi intensitas sinar yang diteruskan, besaran ini
merupakan fungsi dari kandungan partikel yang tersuspensi.
Larutan yang tersuspensi memenuhi kriteria di bawah ini :
1. Terdiri dari dua fasa yaitu tidak jernih dan campuran heterogen
2. Dapat disaring dengan kertas saring serta ukuran partakel sebesar 10-10 cm.
Perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba
merupakan sifat optik dari turbidimetri. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh
suatu suspense adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan.
Pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap
intesitas cahaya yang datang.
2. Pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalam dimana cahaya mulai tidak tampak
dalam lapisan medium yang keruh
3. Pengukuran perbandiangan intensitas cahaya yang diteruskan terhadap cahaya
yang datang.
Cahaya yang diukur pada turbidimeter yaitu cahaya yang diteruskan.
Turbiditas berbanding lurus dengan konsentrasi dan ketebalan namun turbiditas
tergantung juga pada warna. Pada praktikum ini, turbidan atau kekeruhan akan
diukur dengan Visual turbiditimeter (Helige Turbidimeter) dimana mata sebagai
detektor ketika tercapainya kesamaa kekeruhan terhadap pembanding yang
terkalibrasi. Disamping itu, dapat juga diukur secara foto trbidimetri dimana alat
fotometer bertindak sebagai turbidimeter dengan mengukur pengurangan sinar
yang diteruskan.
Larutan yang digunakan pada turbidimetri yaitu berupa koloid atau
tersuspensi. Larutan jernih dapat diukur secara turbidimetri dengan penambahan
emulgator untuk mengemulsi larutan. Ukuran partikel larutan yang tersusoensi
atau koloid yang biasanya dapat dilihat oleh mata yaitu 10 -10
cm. Pada
turbidimeter hamburan yang terukur adalah hamburan yang diteruskan atau
membentuk sudut 180o. Sinar yang dihamburkan oleh partikel dalam larutan dapat
dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Hamburan Tyndall
Hamburan sinarnya memiliki diameter molekul-molekul yang lebih besar
dari sinar yang dihamburkan. Intensitas sinar yang terpancar sebanding dengan
satu perpanjang gelombang berpangkat empat.
2. Hamburan Reylegh
Hamburan sinarnya memiliki molekul-molekul yang jauh lebih kecil dari
sinar yang dihamburkan. Intensitas sinar yang terpancar sebanding dengan satu
perpanjang gelombang berpangkat empat.
3. Hamburan Raman
Hamburan sinarnya dapat mengubah frekuensi antara sinar yang datang
dengan sinar yang dihamburkan.

Delapan macam faktor yang mempengaruhi hamburan cahaya yang


mengenai partikel di dalam larutan yaitu :
1. Konsentrasi cuplikan
Konsentrasi berbanding lurus dengan partikel. Semakin kecil konsentrasi
maka partikelnya juga akan semakin kecil. Partikel yang kecil akan sedikit
menghamburkan sinar sehingga akan sulit untuk membaca turbidannya.
2. Konsentrasi emulgator
Perbandinan antara konsentrasi dan emulgator disebut dengan konsentrasi
emulgator. Konsentrasi memiliki hubungan berbanding lurus dengan koloid
yang terbentuk. Apabila konsentrasi terlalu kecil maka koloid yang terbentuk
juga akan semakin kecil. Terlalu kecilnya koloid yang terbentuk akan sulit
terbaca turbidannya oleh alat. Namun apabila terlalu besar maka akan ada
emulgator yang terbuang dengan sia-sia.
3. Lamanya pendiaman
Faktor ini bergantung terhadap kecepatan reaksi yang terjadi.
4. Kecepatan dan urutan pencampuran reagen
5. Suhu
Suhu tergantung kepada kondisi umum reaksi.
6. pH atau derajat keasaman
pH akan berhubungan dengan emulgator.
7. Kekuatan Ion
8. Intensitas sinar

Turbidimetri terlibat dengan mengukur jumlah cahaya yang ditransmisikan


(dan menghitung cahaya yang diserap) oleh partikel dalam suspensi untuk
menenentukan konsentrasi zat dalam pertanyaan. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan cahaya spektrofotometer. Jumlah cahaya yang diserap, dan oleh
karena itu, konsentrasi bergantung pada
1) Jumlah partikel
2) Ukuran partikel
Rumus yang digunakan :

Keterangan :
t = kekeruhan
b = panjang lintasan cahaya datang melalui larutan cahaya-partikel hamburan
I = intensitas cahaya yang ditransmisikan
Io = intensitas cahaya datang

Perbedaan visual turbidimeter dengan foto turbidimeter yaitu visual


turbidimeter bekerja berdasarkan tercapainya kesamaan pengamatan kekeruhan
dengna detektor mata menggunakan sumber cahaya putih. Sedangkan foto
turbidimeter menggunakan sistema detektor fotosel. Turbidan merupakan sifat
optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya
yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas cahaya yang dipantulkan
oleh suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya
konstan.
Suspensi yang mengakibatkan terjadinya turbiditas dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
log P0 Kbcd 3
S= =
P λ

Keterangan :
S = turbidansi
Po = intensitas cahaya yang datang
 = Panjang gelombang
P = Intensitas cahaya yang dilewatkan
c = konsentrasi
b = ketebalan lapisan sampel
d = diameter rata-rata partikel
K = Ketetapan

Persamaan-persamaan ini berlaku untuk larutan enecer.Untuk radiasi


monokromatis ,K,d, adalah tetapan sehingga persamaan di atas dapat diringkas
menjadi :
S  bc atau S = Kbc

Instrumentasi Turbidimetry
Turbidimetry terdiri dari empat komponen, yaitu :
1. Sumber cahaya
Cahaya yang dihasilkan oleh sumber cahaya harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
a. Intensitas sinar yang dihasilkan harus stabil
b. Cahaya yang dihasilkan harus memiliki range pada cahaya tampak
c. Sinar yang dihasilkan harus kontiniu
Sumber cahaya dapat berupa :
a. Lampu pijar (cahaya tampak)
b. Lampu busur (cahaya tampak)
c. Lampu fluoresen (UV)
d. Nerst Glower dan Globar (IR)
2. Filter
Filter terbagi menjadi dua yaitu filter light dan filter dark. Filter light
digunakan ketika pelarut dan partikel terdispersi tidak berwarna. Sedangkan
filter dark digunakan ketika pelarut dan partikel terdispersi berwarna coklat.
3. Kuvet
Kuvet ada dua macam yaitu kuvet silinder dan kuvet semi oktagonal. Dapat
berupa :
a. Kaca atau plastic
b. Kuarsa (daerah UV)
c. Kristal garam (daerah IR)
4. Detektor
Detektor yang digunakan pada turbidimeter adalah detektor phototube.

Aplikasi Klinis Turbidimetri


 Penentuan konsentrasi total protein dalam cairan biologis seperti urin dan
CSF yang mengandung sejumlah kecil protein (mg/L jumlah) menggunakan
asam trikloroasetat
 Penentuan aktivitas amilase menggunakan pati sebagai substrat. Penurunan
kekeruhan secara langsung sebanding dengan aktivitas amilase.
 Penentuan aktivitas lipase menggunakan trigliserida sebagai substrat.
Penurunan kekeruhan berbanding lurus dengan aktivitas lipase.

Satuan Turbidimetri
 Karena sifat optik bergantung pada ukuran partikel tersuspensi, bahan
sintetis yang stabil disebut "Formazin" dengan ukuran partikel yang
seragam sering digunakan sebagai standar untuk kalibrasi dan
reproduktifitas. Satuan ini disebut Formazin Turbidity Unit (FTU).
 Unit Kekeruhan Nephelometric (NTU) yang ditentukan oleh Badan
Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat adalah kasus khusus FTU, di
mana sumber cahaya putih dan sifat geometris tertentu dari peralatan
pengukuran ditentukan.
 Formazin Nephelometric Unit (FNU), ditentukan untuk 9 pengukuran
kekeruhan dalam pengolahan air oleh ISO 7027, kasus khusus lain dari FTU
dengan cahaya inframerah dekat (NIR) dan hamburan 90°.
 Unit Atenuasi Formazin (FAU) yang ditentukan oleh ISO 7027 untuk
standar pengolahan air untuk kekeruhan pengukuran pada 0 °, juga kasus
khusus FTU.
 Formazin Backscatter Units (FBU), bukan bagian dari standar, adalah unit
detektor hamburan balik optik (OBS), diukur pada 180 °, juga kasus khusus
FTU.
 Unit kekeruhan European Brewery Convention (EBC)
 Unit Konsentrasi (C.U.)
 Densitas Optik (OD)
 Unit Kekeruhan "Lilin" Jackson (JTU; ukuran awal)
 Unit Helms
 Unit kekeruhan American Society of Brewing Chemist (ASBC-FTU)
 Bagian Per Juta zat standar, seperti PPM/DE (Kieselguhr)
 "Trübungseinheit/Formazin" (TE/F) standar Jerman, sekarang digantikan
oleh unit FNU.
 Tanah diatom ("ppm SiO2") standar yang lebih tua, sekarang sudah using

Contoh praktikum penentuan kadar SO4²ˉ dengan turbidimetry


 Tujuan
1. Menentukan kandungan SO4²ˉ berdasarkan proses penghamburan
cahaya oleh partikel yang turbid (keruh) dalam suatu larutan.
2. Dapat membuat grafik hubungan antara Turbidansi (S) terhadap
konsentrasi ion sulfat (ppm).
3. Dapat menghitung nilai turbidansi dan menentukan konsentrasi
sampel berdasarkan grafik.
 Reaksi

 Alat dan Bahan


 Prosedur Kerja
A. Membuat kurva standar
1. Sejumlah larutan K2SO4 induk ditambah HCl 2M secukupnya
sehingga pH= 1
2. Buat sejumlah larutan standar pada labu takar 50 ml sehingga setelah
diencerkan dengan air sampai tanda batas konsentrasinya 5-80 ppm.
3. Ke dalam labu ukur ditambahkan 200 mg BaCl2.2H2O padat.
4. Encerkan dengan air sampai tanda batas.
5. Kocok selama 1 menit atau sampai BaCl2 larut dan terbentuk
endapan BaSO4
6. Pindahkan kedalam kuvet biarkan selama 5 menit
7. Ukur turbidans I pada 480 nm.
8. Buat kurva standar antara turbidans (S) terhadap konsentrasi

B. Menentukan larutan sampel


1. Dari larutan sampel dipipet 10 ml pada labu takar 50 ml setelah
larutan tersebut diasamkan dengan HCl sehingga pH=1
2. Tambah 200 mg BaCl2 padat.
3. Encerkan sampai tanda bata dengan air
4. Kocok sampai BaCl2 larut dan terbentuk endapan BaSO4
5. Ukur turbidans I pada 480 nm.
6. Tentukan konsentrasinya berdasarkan kurva kalibrasi yang
diperoleh.

NEPHELOMETRY

Nefelometri merupakan metode yang digunakan untuk pengukuran kadar


zat dengan mengukur pendaran cahaya (scattered) yang mengenaipartikel dalam
larutan, sedangkan alat yang dipakai adalah nefelometri.Dasar dari pemeriksaan
ini adalah reaksi presipitasi antigen-antibodiklasik yang digambarkan oleh
Heidelberger dan Kendall.Alat ini digunakan untuk mengetahui kuantitas protein
spesifik secaraLebih akurat dan precise, selain itu mudah digunakan dan otomatis.
Sensitivitas dan spesifisitas yang baik menjadikan nefelometri dipakaisebagai
metode standar.SampeI dengan jumlah minimal dapat diukur dengan alat ini.
Penggunaan nefelometri umumnya untuk mengukur protein plasma seperti
imunoglobulin, komponen komplemen, dan protein spesifik yanglain seperti free
light chain.
Nephelometri didasarkan pada pengukuran radiasi tersebar oleh partikel
sampel disudut kanan pada balok. Detektor ditempatkan pada jalan insiden radiasi
dari sumber. Dalam kebanyakan kasus, detektor ditempatkan di 90 derajat relative
terhadap jalur insiden radiasi. Ini mengukur intensitas yang bagian dari radiasi
tersebar yang dipancarkan tegak lurus dari sel ke arah detektor. Untuk pengukuran
nephelometric, persarnaan menggambarkan hubungan antara intensitas radiasi
tersebar, intensitas kejadian radiasi, dan konsentrasi partikel yang menyebabkan
hamburan. Untuk tes solusi diencerkan, ha! ini menguntungkan untuk
menggunakan insiden radiasi yang memiliki intensitas tinggi (Morais, dkk, 2012).
Sinyal yang teredeteksi tersebar mungkin timbul dari partikel bunga tetapi juga
dari debu, bercak di latar belakang, atau dari molekul lain (misalnya, protein dan
lipid) dalam sampel. Refleksi dan menyebar dari komponen optic instrumen juga
dapat menyebabkan sinyal latar belakang. Kinerja terbaik diperoleh dalam solusi
encer mana penyerapan dan refleksi yang minimal. Dengan kondisi tersebut,
hubungan antara konsentrasi hamburan partikel dan intensitas cahaya yang
tersebar hampir linier atas sangat luas berbagai konsentrasi (Morais, dkk, 2012).

Prinsip
 Nefelometri berkaitan dengan pengukuran cahaya yang tersebar dari kuvet
yang berisi partikel tersuspensi dalam larutan.
 Komponen nephelometer sama dengan lampu spektrofotometer kecuali
bahwa detektor ditempatkan pada sudut dari cahaya datang.
 Detektor adalah tabung photomultiplier yang ditempatkan pada posisi untuk
mendeteksi cahaya menyebar ke depan. Detektor dapat ditempatkan pada
90º, 70º, atau 37º tergantung pada sudut di mana sebagian besar cahaya
yang tersebar ditemukan.
 Karena jumlah cahaya yang dihamburkan jauh lebih besar daripada yang
ditransmisikan ringan dalam suspensi keruh, nefelometri menawarkan
sensitivitas yang lebih tinggi daripada turbidimetri.
 Jumlah cahaya yang tersebar tergantung pada ukuran dan jumlah partikel
dalam suspensi.
 Untuk sebagian besar aplikasi klinis, sumber cahayanya adalah lampu
tungsten yang memberi cahaya di daerah yang terlihat
 Untuk sensitivitas yang lebih tinggi dan untuk aplikasi yang menentukan
ukuran dan jumlah partikel dalam suspensi, nephelometer sinar laser
digunakan.
Aplikasi Klinis Nefelometry
Banyak digunakan untuk menentukan konsentrasi tidak diketahui di mana
ada antigen-antibodi reaksi seperti
 Penentuan imunoglobulin (total, IgG, IgE, IgM, IgA) dalam serum dan
cairan biologis lainnya
 Penentuan konsentrasi individu protein serum; hemoglobin, haptoglobin,
transfer, protein c-reaktif, a1-antitripsin, albumin (menggunakan antibodi
spesifik untuk setiap protein)
 Penentuan ukuran dan jumlah partikel (laser-nefelometri)

PERTIMBANGAN DALAM TURBIDIMETRI DAN


NEFELOMETRI

Pengukuran Pengukuran Pengukuran


Biokimia nefelometrik turbidimetri
Ukur absorbansi cahaya Mengukur hamburan Mengukur pengurangan
pada 180 ° oleh kompleks cahaya pada jarak intensitas cahaya yang
berwarna yang terbentuk tertentu dari cahaya ditransmisikan (sebagai
sebagai hasil reaksi datang karena absorbansi) pada 180 °
biokimia pembentukan kompleks karena pembentukan
imun kompleks imun
Pemilihan panjang Pemilihan panjang Pemilihan panjang
gelombang cahaya gelombang cahaya gelombang cahaya
bersifat komplementer tergantung pada ukuran tergantung pada ukuran
dengan kompleks yang kompleks imun yang kompleks imun yang
akan diukur warna bahan terbentuk. terbentuk.
kimia

 Reaksi pada turbidimetri & nefelometri tidak mengikuti hukum beer


 Oleh karena itu, kurva standar harus diplot dan konsentrasi yang tidak
diketahui ditentukan dari kurva standar.
 Karena absorbansi bergantung pada jumlah dan ukuran partikel, larutan
standar yang digunakan untuk kurva standar harus memiliki ukuran yang
sama dalam suspensi sebagai tidak diketahui.
 Karena beberapa pengendapan dan pengendapan partikel dapat terjadi
dengan waktu, untuk mendapatkan akurasi yang baik penting untuk ;
 campur sampel dengan baik sebelum menempatkan kuvet di instrumen
 tetapkan waktu yang sama untuk pengukuran setiap sampel sepanjang
pengukuran.
 Reaksi kinetik (pengukuran kemajuan reaksi dengan waktu) memberikan
derajat yang lebih tinggi akurasi, sensitivitas, presisi dan waktu kurang dari
reaksi titik akhir (mengukur reaksi pada awal dan akhir reaksi)
 Selain itu dalam reaksi kinetik tidak perlu untuk reagen kosong karena
pembacaan sebelumnya dianggap sebagai garis dasar untuk bacaan
berikutnya.
 Reaksi kinetik dapat dilakukan dalam 60, 90 atau 120 detik (mengambil
pembacaan pada interval 10 detik), sedangkan reaksi titik akhir dapat
memakan waktu lebih lama, misal 15-120 menit.
 Pemilihan panjang gelombang
 Jika larutan dan partikel tersuspensi tidak berwarna, maka gunakan
panjang gelombang apa pun dalam rentang yang terlihat
 Jika larutan berwarna tetapi partikelnya tidak berwarna, kemudian
gunakan panjang gelombang yang memberikan minimum penyerapan
larutan
 Jika partikel berwarna dan larutan tidak berwarna kemudian gunakan
panjang gelombang yang memberikan serapan maksimum dengan
partikel
 Jika larutan dan partikel diwarnai maka gunakan dua panjang gelombang;
salah satu yang memberikan absorbansi minimum untuk larutan dan yang
lainnya absorbansi maksimum untuk partikel. Kurangi absorbansi larutan
dari absorbansi partikel.

TURBIDIMETRY NEFELOMETRY
Mengukur pengurangan intensitas Mengukur hamburan cahaya
cahaya yang ditransmisikan pada dengan sudut (biasanya 90°C) dari
180 ° C karena pembentukan kejadian karena pembentukan
kompleks imun kekebalan
Dapat dilakukan pada sebagian Membutuhkan Nephelometer
besar spektrofotometer khusus
Sensitivitas Kompetitif dengan Sensitif untuk mengukur kompleks
pengukuran nephelometeric untuk imun kecil seperti protein serum
kompleks imun kecil seperti
protein serum
Lebih tepat untuk mengukur Kurang tepat untuk mengukur
kompleks imun yang besar kompleks imun yang besar karena
hamburan cahaya ke depan
Reaksi blanking dan pembacaan Pengosongan harus dilakukan
dapat dilakukan dalam kuvet kuvet pengukur terpisah
pengukur yang sama.
Memberikan presisi yang lebih Karena kinetika reaksi cepat, sulit
baik karena kinetika reaksi yang mendapatkan sampel reagen
lebih lambat karena pengosongan kosong dalam kasus Nephelometry
sampel reagen & Reaksi
imunokimia dapat dipantau dalam
satu kuvetve
SIMPULAN
Ketika partikel tersuspensi dalam larutan dalam kuvet, mereka membuat
larutan menjadi tidak jelas (keruh). Cahaya insiden memasuki kuvet akan
mengalami tiga reaksi yaitu sebagian cahaya akan diserap (diblokir) oleh partikel,
beberapa akan ditularkan melalui kuvet, dan beberapa cahaya juga akan tersebar
di berbagai arah.
Turbidimetri sendiri merupakan analisis berdasarkan hamburan cahaya.
Analisis turbidimetri merupakan analisis kuantitatif berdasarkan pada pengukuran
kekeruhan atau turbidan dari suatu larutan akibat adanya partikel padat dalam
larutan setelah sinar melewati suatu larutan yang mengandung partikel yang
tersuspensi. Prinsip umum dari alat turbidimeter adalah sinar yang datang
mengenai suatu partikel adayang diteruskan dan ada yang dipantulkan, maka sinar
yang diteruskan digunakan sebagaidasar pengukuran.
Nefelometri merupakan metode yang digunakan untuk pengukuran kadar
zat dengan mengukur pendaran cahaya (scattered) yang mengenaipartikel dalam
larutan, sedangkan alat yang dipakai adalah nefelometri. Dasar dari pemeriksaan
ini adalah reaksi presipitasi antigen-antibodiklasik yang digambarkan oleh
Heidelberger dan Kendall.Alat ini digunakan untuk mengetahui kuantitas protein
spesifik secaraLebih akurat dan precise, selain itu mudah digunakan dan otomatis.
Sensitivitas dan spesifisitas yang baik menjadikan nefelometri dipakaisebagai
metode standar.SampeI dengan jumlah minimal dapat diukur dengan alat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R A, dan Underwood, A L., (2002), Analsis Kimia Kuantitatif Edisi
Keenam, Erlangga, Jakarta.
Hadyana , Pudjaatmaka .1994. Buku Ajar Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Buku Kedokteran : Jakarta.
Rizki Agrindra Setya. 2010. Identifikasi Biohidrogen Secara Fermentatatif
Dengan Kultur Campuran Menggunakan Glukosa Sebagai Substrat.
Morais, Ines P. A., Ildiko V. Toth, and Antonio 0. S. S. Rangel. 2012. Dasar
Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai