Anda di halaman 1dari 25

3.5.

Perencanaan Pelimpah-Peredam Energi


Fenomena aliran yang terjadi pada saluran peluncur adalah kecepatan aliran
yang tinggi dengan kondisi pengaliran super kritis. Oleh karena itu sebelum aliran air
dialirkan ke sunpgai harus diperlambat dan dirubah pada kondisi aliran subkritis agar
tidak terjadi gerusan yang membahayakan geometri sungai pada bagian dasar dan tebing
sungai. Rumus hidrolika yang digunakan sebagai dasar perencanaan peredam energi
adalah berasal dari prinsip hukum kekekalan energi dengan fenomena gaya-gaya yang
bekerja pada pias saluran untuk keadaan aliran yang mengalami perubahan dengan
superkritis menjadi aliran subkritis.
Peredam energi mempunyai berbagai tipe, dan khusus untuk bendungan urugan
biasanya digunakan tipe-tipe sebagai berikut:
1. Tipe loncatan (water jump type)
2. Tipe kolam olakan (stilling basin type)
3. Tipe bak pusaran (roller bucket type)
1. Peredam Energi Tipe Loncatan
Peredam tipe loncatan biasanya dibuat untuk sunga-sungai yang dangkal
(dengan kedalaman yang kecil dibandingkan dengan kedalaman loncatan hidroulis
aliran di ujung udik peredam energi). Akan tetapi tipe ini hanya cocok untuk sungai
dengan dasar yang kokoh. Demikian pula biaya pembuatannya cukup rendah, tetapi
efektifitas kerjanya lebih rendah dari tipe yang lain.
2. Peredam Energi Tipe Kolam Olakan
Peredam energi yang secara luas digunakan sebagai dasar perencanaan
umumnya adalah peredam energi tipe “kolam olakan”, yang prinsip peredam energinya
sebagian besar terjadi akibat gesekan atau benturan diantara molekul-molekul air,
sehingga timbul olakan-olakan di dalam kolam tersebut, oleh karenanya dinamakan
peredam energi tipe kolam olakan atau disingkat dengan nama kolam olak.
a. Kolam olakan datar tipe I
Kolam olakan tipe I adalah suatu kolam olakan dengan dasar yang datar dan
terjadinya peredam energi yang terkandung dalam aliran air dengan benturan secara
langsung aliran tersebut ke atas permukaan dasar kolam. Benturan langsung tersebut
menghasilkan peredam energi yang cukup tinggi, sehingga perlengkapan-perlengkapan
lainnya guna penyempurnaan peredaman tidak diperlukan lagi pada kolam olakan
tersebut.
Karena penyempurnaan redamannya terjadi akibat gesekan-gesekan yang terjadi
antara molekul-molekul air di dalam kolam olakan, sehingga air yang meninggalkan
kolam tersebut mengalir memasuki alur sungai dalam kondisi yang sudah tenang. Akan
tetapi kolam olakan menjadi lebih panjang dan karenanya tipe I ini hanya sesuai untuk
mengalirkan debit yang relatif kecil dengan kapasitas peredam energi yang kecil pula
dan kolam olakannyapun akan berdimensi kecil. Dan kolam olakan tipe I ini biasanya
dibangun untuk suatu kondisi yang tidak memungkinkan pembuatan perlengkapan-
perlengkapan lainnya pada kolam olakan tersebut. Kolam olakan datar tipe I secara teori
cocok untuk keadaan sebagai berikut:
1) Aliran dengan tekanan hidrostatis yang rendah (Pw ˂ 60 m)
2) Debit yang dialirkan kecil (debit spesifik q ˂ 18,5 m3/det/m)
3) Bilangan Froude di akhir saluran peluncur ˂ 4,50
b. Kolam olakan datar tipe II
Kolam olakan tipe II ini dimana terjadinya peredam energi yang terkandung di
dalam aliran adalah akibat gesekan di antara molekul-molekul air di dalam kolam dan
dibantu oleh perlengkapan-perlengkapan yang dibuat berupa gigi-gigi pemencar aliran
di pinggir hilirnya. Kolam olakan datar tipe II secara teoritis cocok untuk keadaan
sebagai berikut:
1) Aliran dengan tekanan hidrostatis yang rendah (Pw > 60 m)
2) Debit yang dialirkan kecil (debit spesifik q > 45 m3/det/m)
3) Bilangan Froude di akhir saluran peluncur > 4,50
c. Kolam olakan datar tipe III
Pada dasarnya prinsip kerja dari kolam olakan tipe ini sangart mirip dengan
sistem kerja dari kolam olakan tipe II. Kolam olakan datar tipe III secara teoritis cocok
untuk keadaan sebagai berikut:
1) Aliran dengan tekanan hidrostatis yang rendah (Pw ˂ 60 m)
2) Debit yang dialirkan kecil (debit spesifik q ˂ 18,5 m3/det/m)
3) Bilangan Froude di akhir saluran peluncur > 4,50
Untuk mengurangi panjang kolam olakan, biasanya dibuatkan gigi pemencar
aliran di tepi udik dasar kolam, gigi penghadang aliran (gigi benturan) pada dasar kolam
olakan.
d. Kolam olakan datar tipe IV
Kolam olakan tipe ini biasanya untuk bangunan pelimpah pada bendungan
urugan yang rendah. Kolam olakan datar tipe IV secara teoritis cocok untuk keadaan
sebagai berikut:
1) Aliran dengan tekanan hidrostatis yang rendah (Pw ˂ 60 m)
2) Debit yang dialirkan kecil (debit spesifik q > 18,5 m3/det/m)
3) Bilangan Froude di akhir saluran peluncur 2,50 s/d 4,50
Rumus hidrolika struktur yang digunakan dalam perhitungan pada kolam olakan
datar antara lain adalah sebagai berikut:
Bilangan Froude di akhir saluran peluncur:
v (3-9)
Fr=
¿¿
dengan:
v = kecepatan aliran (m/det)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/det2)
h = kedalaman aliran (m)
Kedalaman aliran setelah loncatan (kedalaman konyugasi)
d1
d 2= 1+ 8 F r2−1
2 √
(3-10)

Panjang kolam olakan (lihat grafik)


Tinggi drempel (sill sebagai penahan energi yang di tempatkan di akhir peredam
energi):
2 2 2 2/ 3
d ( 1+ 2. F r ) . √1+ 8 F r −1−5. F r g
h1
= 2
1+4. F r −√ 1+8 Fr 2 [− √ . Fr
C ] (3-

11)
dengan:
d = tinggi drempel (m)
h1 = kedalaman aliran pada awal peredam energi (m)
Fr = bilangan froude pada awal peredam energi
g = percepatan gravitasi bumi (9,81 m/dt2)
C = koefisien (1,40)
Gambar 3.9. Panjang Kolam Olakan Datar Tipe I, II, III, dan IV
Kehilangan Energi dan Efektifitas Peredam Energi
Kehilangan energi pada loncatan dalah sama dengan perbedaan energi spesifik
sebelum dan sesudah terjadinya loncatan. Besarnya kehilangan energi adalah:
( y 2− y 1 )3
∆ E=E1−E 2= y2 (3-12)
4 y1
dengan:
∆E = kehilangan energi
E1 = energi spesifik sebelum loncatan
E2 = energi spesifik setelah loncatan
Y1 = kedalaman air sebelum loncatan
Y2 = kedalaman air setelah loncatan
Kehilangan relatif adalah besarnya rasio atau perbandingan antara kehilangan
energi dengan spesifik sebelum loncatan (∆E/E1). Efektifitas peredam adalah rasio
antara energi spesifik stelah loncatan dengan seblum loncatan didefinisikan sebagai
efisiensi loncatan, yang besarnya dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
E2 (8 F12 +1)3 / 2−4 F 12+ 1
= 2 2
y2 (3-13)
E1 8 F1 (2+ F 1 )
dengan:
E1 = energi spesifik sebelum loncatan
E2 = energi spesifik setelah loncatan
F1 = bilangan Froude
Berikut adalah gambar kolam olakan datar tipe I, II, III dan IV.
Gambar 3.10. Kolam Olakan Datar Tipe I

Gambar 3.11. Kolam Olakan Datar Tipe II

Gambar 3.12. Kolam Olakan Datar Tipe III


Gambar 3.13. Kolam Olakan Datar Tipe IV
Untuk meyakinkan kemampuan efektifitas dan keamanan peredam energi, maka
perlu dilakukan uji model test hidrolika di laboratium, dimana pada penelitian ini akan
dilakukan pengujian untuk debit banjir rancangan Q2th, Q100th, Q1000th dan QPMF.
3.5.1. Plotting Desain Pelimpah, Saluran Transisi, Saluran Peluncur dan Peredam
Energi/Energy Dissipator
3.5.2. Perhitungan Hidrolika Pelimpah-Peredam Energi
Koefisien debit (C) pada umumnya berkisar antara angka 1,6-2,2 yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut (Sosrodarsono, 1981: 181):
 Kedalaman air di dalam saluran pelimpah
 Kemiringan lereng hulu pelimpah
 Tinggi air di atas mercu pelimpah
 Perbedaan antara tinggi air rencana pada saluran pengatur alirran yang bersangkutan
Pengaruh-pengaruh kedalaman air di dalam saluran pengarah aliran dan
kemiringan lereng bendung terhadap angka C pada berbagai bangunan pelimpah dapat
dilihat pada gambar berikut ini:
KOEFISIEN DEBIT
4
3.9
3.8
3.7
3.6
Co Koefisien Debit
3.5
3.4
3.3
3.2
3.1
3
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
P/Ho

Gambar 3.14. Koefisien Limpahan Dipengaruhi oleh Faktor P/Ho


Sumber: Anonim (1974:378)

Gambar 3.15. Koefisien Limpahan Dipengaruhi oleh Faktor He/Ho


Sumber: Anonim (1974:378)

Gambar 3.16. Koefisien Limpahan Dipengaruhi oleh Faktor Kemiringan Hulu


Sumber: Anonim (1974:379)
- 0.2

0.98
H1

1.0
- 0.1 H2

0.995
0.97
0.99
p p2
0

0.96
0.94
0.1
1.0 1.0

0.92
0.2
0.995

0.90
0.995

2/H 1
0.3 0.99

0.85
0.99
0.4
0.98
perbandingan aliran tenggelam H

0.80

faktor pengurangan aliran tenggelamf


0.98
0.5 0.97
0.97
0.96
0.6 0.96

0.94
0.7 0.94
0.92
0.92
0.90 0.90
0.8
0.85
0.85 0.80
0.80
0.9 0.70 0.70
0.60 0.60
0.40 0.40
0.20 0.20
1.0
0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0
perbandingan p2/H1

Gambar 3.17. Perbandingan Koefisien Debit karena Pengaruh Aliran Tenggelam


Sumber: Prastumi danp Masrevaniah (2008:105)

Gambar 3.18. Koefisien Limpahan dari Berbagai Tipe Bendung


(yang dipengaruhi oleh kedalaman air dalam saluran pengarah)

Nilai koefisien debit pelimpah didapat dengan persamaan iwasaki:


h
1+2 a ( )
Hd
C=1,6 (3-14)
h
1+a ( )
Hd
Cd = 2,20-0,0416 (Hd/W)0,990 (3-15)
dengan:
C = Koefisien debit limpahan
Cd = Koefisien debit limpahan pada saat h = Hd
h = Tinggi air di atas mercu pelimpah (m)
Hd = Tinggi tekan rencana di atas mercu pelimpah (m)
W = tinggi bendung (m)
a = Nilai koefisien pada saat h = Hd sehingga C = Cd

Gambar 3.19. Tinggi Muka Air di Atas Pelimpah

Sedangkan Perhitungan hidrolika kecepatan aliran di atas pelimpah dapat


dihitung dengan rumus berikut (Chow, Ven Te, 1992: 345):
V z=√ 2 g (Z + H z− y z ) (3-16)
Q
=V z . y z (3-17)
L
Vz
Fz= (3-18)
√ g . yz L
dengan:
Q = debit aliran (m3/dt)
L = lebar efektif pelimpah
Vz = kecepatan aliran (m/det)
g = percepatan gravitasi
Z = tinggi jatuh atau jarak vertikal dari permukaan hulu sampai lantai kaki hilir (m)
Sedangkan untuk menghitung tinggi muka air di atas mercu (crest) pelimpah,
digunakan persamaan dimana kondisi di atas mercu pelimpah dianggap kritis (Fr = 1),
sehingga:
Q
Vz L. y cr (3-
Fz= =
√ g . y z L √ g . y cr
19)
Q
L . y cr (3-20)
1=
√ g . y cr
q2
y cr =
√ g
(3-21)

dengan:
Ycr= tinggi muka air kritis diatas mercu pelimpah
q = debit aliran persatuan lebar
g = percepatan gravitasi (m/dt2)

3.5.2.1. Pelimpah
a. Dimensi Ambang Pelimpah
Ambang pelimpah direncanakan dengan Tipe Ogee dengan bentuk penampang
melintang lengkung Harrold untuk menghindari terjadinya bahaya tekanan negatif pada
mercu ambang.
Pelimpah direncanakan menggunakan pelimpah Tipe Ogee I dengan perhitungan
pelimpah sebagai berikut:
Kala ulang debit banjir rancangan T = 1000 Tahun
Debit inflow maksimum Qi = 668.091 m3/dt
Debit outflow maksimum Qo = 665.889 m3/dt
Lebar ambang pelimpah L = 25 m
Kedalaman aliran di atas ambang pelimpah Hd = 4.865 m
Kedalaman aliran kritis di atas ambang pelimpah Hc = 4.166 m
Kemiringan tubuh spillway Z1 = 1.000
OGEE 1
1,85 0,85
X = 2 x Hd xY  
1,85
Maka Y = 0.130 xX  
Y'
0.241 x X0,85
=  
 
 
Titik awal melalui gradien :  
misal Y' = 1.0000  
1= 0.241 x X0,85  
0,85
X = 4.148  
X= 5.332  
Y= 0.130 x X1,85  
Y= 2.882  
   
   
Perhitungan berikutnya ditabelkan :  
X Y  
0.500 0.036 R1 = 0,2 Hd = 0.973 m
1.000 0.130 Jarak R1 = 0,282 Hd = 1.372 m
1.500 0.276  
2.000 0.470 R2 = 0,5 Hd = 2.432 m
2.500 0.710 Jarak R2 = 0,175 Hd = 0.851 m
3.000 0.995  
3.500 1.323  
4.000 1.694  
4.500 2.106  
5.000 2.559  
5.332 2.882              
b. Profil Muka Air pada Pelimpah
Berikut ini merupakan perhitungan profil muka air pada pelimpah:

El Crest = 80.000 m
H0 = 4.865 m
Q = 665.889 m3/dt
b = 25 m
Tabel 3.16. Perhitungan Profil Muka Air pada Pelimpah
Z YZ VZ El Lereng El Muka
FZ
(m) (m) (m/dt) Spillway Air
1.00 4.059512 5.951 0.943 79.000 83.060
2.00 3.098864 8.596 1.559 78.000 81.099
3.00 2.627744 10.136 1.996 77.000 79.628
4.00 2.357286 11.299 2.350 76.000 78.357
5.00 2.167439 12.289 2.665 75.000 77.167
6.00 2.022271 13.171 2.957 74.000 76.022
7.00 1.905477 13.978 3.233 73.000 74.905

3.5.2.2. Saluran Transisi


Aliran pada saluran transisi direncanakan agar tidak menimbulkan aliran balik
(backwater) atau drawdown pada ujung hulu saluran (upstream regulation part). Bentuk
saluran direncanakan berbentuk segi empat dengan penyempitan dari lebar pada bagian
hulu sebesar 25 m menjadi 15 m pada bagian hilir. Pada ujung saluran peluncur
direncanakan sebuah ambang (sill) setinggi 1 m.
Perhitungan profil muka air pada saluran transisi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.17. Perhitungan Profil Muka Air pada Saluran Transisi dengan Debit Rencana Q200
PERHITUNGAN MUKA AIR SALURAN TRANSISI

Q200 = 421.600 m^3/det


b = 20.000
Yc = 3.565 m
I = 0.000
El. Dasar = 73.000 m
n = 0.012

No Jarak ΔX B1 Z1 h1 El. MA A2 U1 h + Z + U²/ 2g P1 R1 Sf Sf-rata Sfr. ΔX he h2 + Z2 + U²2 / 2g + hf +he Keterangan Fr Keterangan Fr


m m m m m m m/det m m m m m m
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 0 0 20.0 1 3.565 77.565 71.294 5.914 6.347 27.129 2.628 0.001 1.0000 KRITIS
2 15 15 27.5 0 6.193 79.193 170.297 2.476 6.505 39.885 4.270 0.000 0.001 0.011 0.147 6.505 OK 0.3176 SUB KRITIS
3 30 15 35.0 0 6.337 79.337 221.789 1.901 6.521 47.674 4.652 0.000 0.000 0.003 0.013 6.521 OK 0.2411 SUB KRITIS
4 45 15 42.5 0 6.408 79.408 272.333 1.548 6.530 55.316 4.923 0.000 0.000 0.002 0.006 6.530 OK 0.1953 SUB KRITIS
5 65 20 50.0 0 6.449 79.449 322.443 1.308 6.536 62.898 5.126 0.000 0.000 0.002 0.004 6.536 OK 0.1644 SUB KRITIS
Keterangan :
1. Jarak 5. Ketinggian 9. (5) + (4) +((8)^2)/19.62) 13. (Sd.121+(12))/2
2. Jarak 1 - Jarak 2 6. El. Dasar + (4) +(5) 10. (2*(5))+(3) 14. (1) x (13)
3. Lebar Saluran 7. (3) x (5) 11. (7)/(8) 15. ABS(((8)1^2)-(8)2*^2))/19.62)
4. Slope x (1) 8. Q/(7) 12. ((n^2)*((8)^2))(11)^1.333333 16. Sd. (9)1+(14)+(15)

Tabel 3.18. Perhitungan Profil Muka Air pada Saluran Transisi dengan Debit Rencana Q1000
Q1000 = 665.889 m3/det
b = 20.000
Yc = 4.835 m
I = 0.000
El. Dasar = 73.000 m
n = 0.012

No Jarak ΔX B1 Z1 h1 El. MA A2 U1 h + Z + U²/ 2g P1 R1 Sf Sf-rata Sfr. ΔX he h2 + Z2 + U²2 / 2g + hf +he Keterangan Fr Keterangan Fr


m m m m m m m/det m m m m m m
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 0 0 20.0 1 4.835 78.835 96.691 6.887 8.252 29.669 3.259 0.001 1.0000 KRITIS
2 15 15 21.2 0 7.526 80.526 159.213 4.182 8.418 36.207 4.397 0.000 0.001 0.013 0.153 8.418 OK 0.4867 SUB KRITIS
3 30 15 22.3 0 7.666 80.666 171.017 3.894 8.439 37.640 4.543 0.000 0.000 0.010 0.012 8.439 OK 0.4490 SUB KRITIS
4 45 15 23.5 0 7.783 80.783 182.606 3.647 8.461 39.028 4.679 0.000 0.000 0.012 0.009 8.461 OK 0.4173 SUB KRITIS
5 65 20 25.0 0 7.907 80.907 197.664 3.369 8.485 40.813 4.843 0.000 0.000 0.014 0.010 8.485 OK 0.3825 SUB KRITIS
Keterangan :
1. Jarak 5. Ketinggian 9. (5) + (4) +((8)^2)/19.62) 13. (Sd.121+(12))/2
2. Jarak 1 - Jarak 2 6. El. Dasar + (4) +(5) 10. (2*(5))+(3) 14. (1) x (13)
3. Lebar Saluran 7. (3) x (5) 11. (7)/(8) 15. ABS(((8)1^2)-(8)2*^2))/19.62)
4. Slope x (1) 8. Q/(7) 12. ((n^2)*((8)^2))(11)^1.333333 16. Sd. (9)1+(14)+(15)

Tabel 3.19. Perhitungan Profil Muka Air pada Saluran Transisi dengan Debit Rencana QPMF
QPMF = 1336.064 m^3/det
b = 20.000
Yc = 7.691 m
I = 0.000
El. Dasar = 73.000 m
n = 0.012

No Jarak ΔX B1 Z1 h1 El. MA A2 U1 h + Z + U²/ 2g P1 R1 Sf Sf-rata Sfr. ΔX he h2 + Z2 + U²2 / 2g + hf +he Keterangan Fr Keterangan Fr


m m m m m m m/det m m m m m m
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 0 0 20.0 1 7.691 81.691 153.817 8.686 12.536 35.382 4.347 0.002 1.0000 KRITIS
2 15 15 21.2 0 11.131 84.131 235.462 5.674 12.772 43.416 5.423 0.000 0.001 0.015 0.220 12.772 OK 0.5430 SUB KRITIS
3 30 15 22.3 0 11.403 84.403 254.372 5.252 12.809 45.113 5.638 0.000 0.000 0.013 0.023 12.809 OK 0.4966 SUB KRITIS
4 45 15 23.5 0 11.620 84.620 272.618 4.901 12.844 46.701 5.838 0.000 0.000 0.016 0.018 12.843 OK 0.4590 SUB KRITIS
5 65 20 25.0 0 11.844 84.844 296.108 4.512 12.882 48.689 6.082 0.000 0.000 0.019 0.019 12.882 OK 0.4186 SUB KRITIS
Keterangan :
1. Jarak 5. Ketinggian 9. (5) + (4) +((8)^2)/19.62) 13. (Sd.121+(12))/2
2. Jarak 1 - Jarak 2 6. El. Dasar + (4) +(5) 10. (2*(5))+(3) 14. (1) x (13)
3. Lebar Saluran 7. (3) x (5) 11. (7)/(8) 15. ABS(((8)1^2)-(8)2*^2))/19.62)
4. Slope x (1) 8. Q/(7) 12. ((n^2)*((8)^2))(11)^1.333333 16. Sd. (9)1+(14)+(15)
3.5.2.3. Saluran Peluncur
Fenomena aliran yang terjadi pada saluran peluncur adalah dengan kecepatan
aliran yang sangat tinggi, dengan kondisi pengaliran super kritis. Oleh karena itu
sebelum aliran air dialirkan ke sungai harus diperlambat dan dirubah pada kondisi aliran
subkritis, agar tidak terjadi gerusan yang membahayakan geometri sungai pada bagian
dasar dan tebing sungai.
Perhitungan profil muka air pada saluran peluncur adalah sebagai berikut:
Tabel 3.20. Perhitungan Profil Muka Air pada Saluran Peluncur dengan Debit Rencana Q200

Q200 = 421.600 m^3/det


b = 20.000
Yc = 3.565 m
I = 0.500
El. Dasar = 74.000 m
n = 0.012

No Jarak ΔX B1 Z1 h1 El. MA A2 U1 h + Z + U²/ 2g P1 R1 Sf Sf-rata Sfr. ΔX he h2 + Z2 + U²2 / 2g + hf +he Keterangan Fr Keterangan Fr


m m m m m m m/det m m m m m m
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 0 0.0 20 19.36 3.565 96.920 71.294 5.914 24.702 27.129 2.628 0.001 1.0000 KRITIS
2 5 5.0 20 17.50 2.103 93.603 42.067 10.022 24.723 24.207 1.738 0.007 0.004 0.021 0.000 24.723 OK 2.2063 SUPER KRITIS
3 10 5.0 20 15.00 1.672 90.672 33.434 12.610 24.776 23.343 1.432 0.014 0.011 0.053 0.000 24.776 OK 3.1138 SUPER KRITIS
4 15 5.0 20 12.50 1.440 87.940 28.793 14.643 24.868 22.879 1.258 0.023 0.018 0.092 0.000 24.868 OK 3.8964 SUPER KRITIS
5 20 5.0 20 10.00 1.285 85.285 25.695 16.408 25.006 22.570 1.138 0.033 0.028 0.138 0.000 25.006 OK 4.6217 SUPER KRITIS
6 25 5.0 20 7.50 1.171 82.671 23.413 18.007 25.197 22.341 1.048 0.044 0.038 0.191 0.000 25.197 OK 5.3136 SUPER KRITIS
7 30 5.0 20 5.00 1.081 80.081 21.628 19.493 25.448 22.163 0.976 0.057 0.050 0.251 0.000 25.448 OK 5.9847 SUPER KRITIS
8 35 5.0 20 2.50 1.009 77.509 20.175 20.897 25.766 22.018 0.916 0.071 0.064 0.318 0.000 25.766 OK 6.6429 SUPER KRITIS
9 39 3.7 20 0.00 0.950 74.950 18.996 22.194 26.056 21.900 0.867 0.086 0.078 0.290 0.000 26.056 OK 7.2709 SUPER KRITIS
Loncatan Air : F = 7.271
Y2 = 9.303 m
Keterangan :
1. Jarak 5. Ketinggian 9. (5) + (4) +((8)^2)/19.62) 13. (Sd.121+(12))/2 Froude = =(8)akhir/(9.81*(5)akhir)^0,5
2. Jarak 1 - Jarak 2 6. El. Dasar + (4)+(5) 10. (2*(5))+(3) 14. (1) x (13) Y2 = 0.5*(5)akhir*((8*(Fr^2+1)^0,5) -1)
3. Lebar Saluran 7. (3) x (5) 11. (7)/(8) 15. ABS(((8)1^2)-(8)2*^2))/19.62)
4. Slope x (1) 8. Q/(7) 12. ((n^2)*((8)^2))(11)^1.333333 16. Sd. (9)1+(14)+(15)
Tabel 3.21. Perhitungan Profil Muka Air pada Saluran Peluncur dengan Debit Rencana Q1000
Q1000 = 665.889 m^3/det
b = 20.000
Yc = 4.835 m
I = 0.500
El. Dasar = 74.000 m
n = 0.012

No Jarak ΔX B1 Z1 h1 El. MA A2 U1 h + Z + U²/ 2g P1 R1 Sf Sf-rata Sfr. ΔX he h2 + Z2 + U²2 / 2g + hf +he Keterangan Fr Keterangan Fr


m m m m m m m/det m m m m m m
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 0 0 20 19.36 4.835 98.190 96.691 6.887 26.607 29.669 3.259 0.001 1.0000 KRITIS
2 5 5.0 20 17.50 3.050 94.550 60.998 10.917 26.624 26.100 2.337 0.006 0.003 0.017 0.000 26.624 OK 1.9957 SUPER KRITIS
3 10 5.0 20 15.00 2.480 91.480 49.608 13.423 26.664 24.961 1.987 0.010 0.008 0.040 0.000 26.664 OK 2.7212 SUPER KRITIS
4 15 5.0 20 12.50 2.164 88.664 43.280 15.385 26.729 24.328 1.779 0.016 0.013 0.065 0.000 26.729 OK 3.3392 SUPER KRITIS
5 20 5.0 20 10.00 1.949 85.949 38.980 17.083 26.823 23.898 1.631 0.022 0.019 0.094 0.000 26.823 OK 3.9068 SUPER KRITIS
6 25 5.0 20 7.50 1.789 83.289 35.773 18.614 26.949 23.577 1.517 0.029 0.025 0.126 0.000 26.949 OK 4.4438 SUPER KRITIS
7 30 5.0 20 5.00 1.662 80.662 33.244 20.030 27.111 23.324 1.425 0.036 0.032 0.162 0.000 27.111 OK 4.9603 SUPER KRITIS
8 35 5.0 20 2.50 1.559 78.059 31.176 21.359 27.311 23.118 1.349 0.044 0.040 0.200 0.000 27.311 OK 5.4620 SUPER KRITIS
9 39 3.7 20 0.00 1.474 75.474 29.473 22.593 27.490 22.947 1.284 0.053 0.048 0.179 0.000 27.490 OK 5.9421 SUPER KRITIS
Loncatan Air : F = 5.942
Y2 = 11.669 m
Keterangan :
1. Jarak 5. Ketinggian 9. (5) + (4) +((8)^2)/19.62) 13. (Sd.121+(12))/2 Froude = =(8)akhir/(9.81*(5)akhir)^0,5
2. Jarak 1 - Jarak 2 6. El. Dasar + (4)+(5) 10. (2*(5))+(3) 14. (1) x (13) Y2 = 0.5*(5)akhir*((8*(Fr^2+1)^0,5) -1)
3. Lebar Saluran 7. (3) x (5) 11. (7)/(8) 15. ABS(((8)1^2)-(8)2*^2))/19.62)
4. Slope x (1) 8. Q/(7) 12. ((n^2)*((8)^2))(11)^1.333333 16. Sd. (9)1+(14)+(15) T
abel 3.22. Perhitungan Profil Muka Air pada Saluran Peluncur dengan Debit Rencana QPMF
QPMF = 1336.064 m^3/det
b = 20.000
Yc = 7.691 m
I = 0.500
El. Dasar = 74.000 m
n = 0.012

No Jarak ΔX B1 Z1 h1 El. MA A2 U1 h + Z + U²/ 2g P1 R1 Sf Sf-rata Sfr. ΔX he h2 + Z2 + U²2 / 2g + hf +he Keterangan Fr Keterangan Fr


m m m m m m m/det m m m m m m
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 0 0 20 19.36 7.691 101.046 153.817 8.686 30.891 35.382 4.347 0.002 1.0000 KRITIS
2 5 5.0 20 17.50 5.296 96.796 105.917 12.614 30.906 30.592 3.462 0.004 0.003 0.015 0.000 30.906 OK 1.7501 SUPER KRITIS
3 10 5.0 20 15.00 4.450 93.450 89.007 15.011 30.935 28.901 3.080 0.007 0.006 0.029 0.000 30.935 OK 2.2718 SUPER KRITIS
4 15 5.0 20 12.50 3.958 90.458 79.157 16.879 30.978 27.916 2.836 0.010 0.009 0.044 0.000 30.978 OK 2.7088 SUPER KRITIS
5 20 5.0 20 10.00 3.613 87.613 72.261 18.489 31.037 27.226 2.654 0.013 0.012 0.059 0.000 31.037 OK 3.1056 SUPER KRITIS
6 25 5.0 20 7.50 3.351 84.851 67.011 19.938 31.112 26.701 2.510 0.017 0.015 0.075 0.000 31.112 OK 3.4777 SUPER KRITIS
7 30 5.0 20 5.00 3.140 82.140 62.807 21.273 31.205 26.281 2.390 0.020 0.019 0.093 0.000 31.205 OK 3.8326 SUPER KRITIS
8 35 5.0 20 2.50 2.966 79.466 59.327 22.520 31.316 25.933 2.288 0.024 0.022 0.112 0.000 31.316 OK 4.1747 SUPER KRITIS
9 39 3.7 20 0.00 2.820 76.820 56.410 23.685 31.413 25.641 2.200 0.028 0.026 0.097 0.000 31.413 OK 4.5027 SUPER KRITIS
Loncatan Air : F = 4.503
Y2 = 16.605 m
Keterangan :
1. Jarak 5. Ketinggian 9. (5) + (4) +((8)^2)/19.62) 13. (Sd.121+(12))/2 Froude = =(8)akhir/(9.81*(5)akhir)^0,5
2. Jarak 1 - Jarak 2 6. El. Dasar + (4)+(5) 10. (2*(5))+(3) 14. (1) x (13) Y2 = 0.5*(5)akhir*((8*(Fr^2+1)^0,5) -1)
3. Lebar Saluran 7. (3) x (5) 11. (7)/(8) 15. ABS(((8)1^2)-(8)2*^2))/19.62)
4. Slope x (1) 8. Q/(7) 12. ((n^2)*((8)^2))(11)^1.333333 16. Sd. (9)1+(14)+(15)
3.5.2.4. Peredam Energi
a. Dimensi Peredam Energi
Berdasarkan analisa hidrolika profil muka air pada saluran dengan debit rencana
Q200, diperoleh nilai sebagai berikut:
Debit desain rencana = 421,600 m3/dt
Lebar akhir saluran peluncur B = 15,000 m
Kedalaman air di akhir sal peluncur y1 = 0,950 m
Kecepatan aliran di akhir sal peluncur v1 = 22,194 m/dt
Bilangan Froude di akhir sal peluncur F1 = 7,271
Dengan demikian peredam energi yang digunakan adalah Kolam Olak USBR
Tipe III.
Kedalaman konjugasi:
y2 1
y1
=
2 ( √1+8 . F 12
−1 )
y1
y 2= ( √1+ 8 . F −1 )
2 12

0 , 950 (
y2= √ 1+8 . 7 ,2712 −1 )
2
y2 = 9,303 m
Berdasarkan grafik diketahui bahwa:
L
=2 ,525
y2
L = 2,525 y2
L = 2.525 . 9,303
L = 23,490 m

 Blok Muka
a. h1 = w1 = s1 = y1 = 0,950 m
= tinggi blok muka, lebar blok muka, jarak antar blok muka
b. Jarak antara blok muka dengan dinding
= 0,5. y1
= 0,5. 0,950
= 0,475 m
 Ambang
a. Tinggi ambang
= 0,2 .y2
= 0,2 . 9,303
= 1,861 m
b. Lebar ambang = jarak antar ambang
= 0,15. y2
= 0,15. 9,303
= 1,395 m
c. Lebar ambang bagian atas
= 0,02. y2
= 0,02. 9,303
= 0,186 m

b. Perhitungan Tail Water Level pada Saluran Akhir


Saluran akhir merupakan saluran pelepasan dari peredam energi sebelum aliran
menuju ke sungai asli. Oleh karena itu kedalaman aliran di hilir peredam energi sangat
dipengaruhi oleh rating curve pada saluran akhir ini. Dengan pertimbangan saluran ini
direncanakan terjadi aliran sub kritis, maka perhitungan rating curve pada saluran akhir
ini dihitung dengan pendekatan aliran seragam (uniform flow).

Tabel 3.23. Perhitungan Tail Water Level pada Saluran Akhir


b = 20.000
m = 2.000
I = 0.0002
n = 0.030
El. Dasar = 53.000

No El. Muka Air H A P R V Q T D Fr Keterangan


m m2 m m m/dt m3/dt m m
1 53.000 0.0 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.0000 Sub Kritis
2 53.500 0.5 10.500 22.236 0.472 0.286 3.001 22.000 0.477 0.1321 Sub Kritis
3 54.000 1.0 22.000 24.472 0.899 0.439 9.660 24.000 0.917 0.1464 Sub Kritis
4 54.500 1.5 34.500 26.708 1.292 0.559 19.290 26.000 1.327 0.1550 Sub Kritis
5 55.000 2.0 48.000 28.944 1.658 0.660 31.702 28.000 1.714 0.1611 Sub Kritis
6 55.500 2.5 62.500 31.180 2.004 0.749 46.839 30.000 2.083 0.1658 Sub Kritis
7 56.000 3.0 78.000 33.416 2.334 0.830 64.701 32.000 2.438 0.1696 Sub Kritis
8 56.500 3.5 94.500 35.652 2.651 0.903 85.321 34.000 2.779 0.1729 Sub Kritis
9 57.000 4.0 112.000 37.889 2.956 0.971 108.747 36.000 3.111 0.1758 Sub Kritis
10 57.500 4.5 130.500 40.125 3.252 1.035 135.043 38.000 3.434 0.1783 Sub Kritis
11 58.000 5.0 150.000 42.361 3.541 1.095 164.275 40.000 3.750 0.1806 Sub Kritis
12 58.500 5.5 170.500 44.597 3.823 1.153 196.516 42.000 4.060 0.1826 Sub Kritis
13 59.000 6.0 192.000 46.833 4.100 1.208 231.844 44.000 4.364 0.1846 Sub Kritis
14 59.500 6.5 214.500 49.069 4.371 1.260 270.335 46.000 4.663 0.1863 Sub Kritis
15 60.000 7.0 238.000 51.305 4.639 1.311 312.068 48.000 4.958 0.1880 Sub Kritis
16 60.500 7.5 262.500 53.541 4.903 1.360 357.123 50.000 5.250 0.1896 Sub Kritis
17 61.000 8.0 288.000 55.777 5.163 1.408 405.581 52.000 5.538 0.1911 Sub Kritis
18 61.500 8.5 314.500 58.013 5.421 1.455 457.520 54.000 5.824 0.1925 Sub Kritis
19 62.000 9.0 342.000 60.249 5.676 1.500 513.022 56.000 6.107 0.1938 Sub Kritis
20 62.500 9.5 370.500 62.485 5.929 1.544 572.166 58.000 6.388 0.1951 Sub Kritis
21 63.000 10.0 400.000 64.721 6.180 1.588 635.032 60.000 6.667 0.1963 Sub Kritis

Berdasarkan perhitungan tersebut untuk Q200 = 421,600 m3/dt didapatkan elevasi


muka air pada saluran akhir yaitu:
Kala Ulang Debit H El. Muka Air
3
  m /dt m  
200 421.600 8.154 61.154

Berdasarkan perhitungan peredam energi, didapatkan elevasi muka air pada


bagian hilir peredam energi yaitu:
Kala Ulang Debit H El. Muka Air
3
  m /dt m  
200 421.600 9.303 62.303

Untuk selanjutnya diplotkan hubungan antara elevasi muka air pada saluran
akhir dan bagian hilir peredam energi sebagai berikut:

1,149 m

Gambar 3.23. Rating Curve Tail Water Level

Berdasarkan rating curve tail water level, didapatkan selisih antara elevasi muka
air pada bagian hilir peredam energi dan elevasi muka air pada saluran akhir. Sehingga
pada saluran akhir direncanakan peninggian dasar saluran sebesar 1,149 m

Anda mungkin juga menyukai