3.1 Umum
Lokasi intake dam berada sekitar 28,2 km dari hilir regulating weir yang terletak di
manmade outlet Danau Kerinci. Sungai memiliki kedalaman yang cukup tinggi dengan
bentuk-V dan pada dinding dan dasar sungai terlihat batuan sound rock. Terdapat anak sungai
yang dalam sekitar 130 m di hulu axis bendungan pada bagian kiri tebing dan 150 m pada
bagian kanan tebing. Potensi longsor adalah 100-200 m dari hulu anak sungai di bagian
tebing kiri dan sudah dipertimbangkan untuk penyelidikan pengeboran yang menunjukkan
bahwa terdapat longsoran permukaan minor. Hal tersebut dipertimbangkan dari hasil
penyelidikan geologi yang menunjukkan longsoran permukaan minor mungkin terjadi akibat
impounding dan dampak dari kerusakan longsoran tidak terlalu serius.
Kemiringan dasar sungai di bentangan sungai antara 500 m di hulu dan hilir axis
bendungan adalah 1/46 dan aliran memiliki kondisi superkritis pada sebagian besar
bentangan sungai. Sungai pada bentangan ini sebagian besar memiliki bentuk yang lurus
kecuali pada 170 m di hilir axis bendungan memiliki belokan berbentuk S.
Jalan umum beraspal eksisting Sungai penuh – Bangko berlokasi di sepanjang sisi
kiri intake dam dan tidak terdapat jalan pada sisi kanan. Tidak terdapat jembatan sebagai jalur
transportasi untuk menyeberangi singai kecuali jembatan eksisting sekitar 16 km di hulu
bendungan yang terbuat dari balok baja dan pelat kayu. Masyarakat selama ini menggunakan
sekitar mengggunakan jembatan gantung.
Batuan dasar di sekitar bendungan terdiri dari andesite lava, agglomerate, dan
conglomerate dengan red claystone. Sedimen sungai pada dasaar sungai sangat sedikit dan
lapisan penutup yang tipis di atas tebing sungai pada elevasi +720 m – 725 m. Lapisan abu
vulkanik tebal berada di lerenh atas pada elevasi +740 m. Kuat tekan uni-axial dari claystone
dan andesite lava diperoleh dari hasil laboratorium dengan masing-masing 30 Mpa dan 21-46
Mpa. Dari hasil pengujian data mentah didapat kekuatan geser in-situ lebih kuat dari nilai
estimasi dengan nilai kohesi 10 MPa dan sudut geser internal 40o-45o.
Berikut ini adalah fitur dari intake dam berdasarkan desain dasar:
Fasilitas outlet : Outlet sungai pada elevasi +710 m, outlet pembilas pada elevasi
+700 m dan inlet mini hidro +720.04 m
Pembangkit mini hidro : terletak di sisi kanan kolam olak. Pembangkit memiliki turbin
bertipe horizontal Francis dengan 1.800 kW untuk debit
maksimum 4,6 m3/detik dan gross head 46,0 m.
3.2 Bendungan
Axis bendungan bertujuan untuk melintangi sungai pada sudut kanan dengan maksud
mendapatkan pendekatan banjir yang halus pada desain pelimpah. Pergeseran axis bendungan
ke arah hulu dan hilir diperiksa dan ditemukan bahwa dengan menggeser ke hulu
menyebabkan inlet diversi memiliki potensi longsor dengan overburden yang tebal dan
dengan menggeser ke hilir menyebabkan sulitnya desain kolam olak karena terdapat bentuk
belokan S.
Tinggi jagaan adalah jarak vertikal antara puncak bendungan dan muka air tampungan
dan harus memadai terhadap limpasan bendungan oleh angin gempa . Tinggi jagaan FSL da
FWL diestimasi sebesar 2,0 m dan 1,08 dengan rumus berikut ini:
Desain pondasi untuk bendungan gravitasi beton, jalur galian, dan perawatan pondasi
dibuat dengan memperhatikan faktor-faktor penting seperti daya dukung, ikatan dengan
beton, tahanan geser, tekanan geser, tekanan uplift, dan kontrol rembesan.
Selain persyaratan geologis, garis galian untuk fondasi juga dikontrol oleh tata letak
komponen bendungan. Faktor kontrol adalah scour outlet yang terletak di blok no. 3 dengan
ketinggian ambang inlet +700,0 m dan kolam olak yang menghubungkan ke ujung saluran
pelimpah di blok no. 3, 4 dan 5 pada elevasi +685,0 m.
2) Perawatan pondasi
Dari pengalaman dalam perawatan pondasi untuk beberapa bendungan gravitasi beton
setinggi 50 m dan kondisi geologis di lokasi yang mengindikasikan permeabilitas yang cukup
rendah, perawatan grout semen konvensional, grout curtain dan grout consolidation dapat
digunakan untuk perawatan pondasi. Area yang akan dirawat dengan grouting ini dan
pengaturan lubang groutnya adalah sebagai berikut:
3) Grout curtain
Tujuan dari grout curtain adalah untuk mengontrol rembesan melalui pondasi dan
mengurangi tekanan pori yang bekerja di bagian bawah bendungan dengan memberikan zona
pengendali rembesan seperti tirai yang digantung di bagian hulu bendungan dengan
menyuntikkan grout milk melalui lubang pengeboran dengan tekanan tinggi.
a) Inti pengeboran yang diambil dari lokasi bendungan menunjukkan bahwa sambungan dan
retakan dikembangkan terutama di zona dangkal hingga sekitar 10-15 m dari permukaan
tanah dan zona rekah lokal kecil pada berbagai ketinggian. Sebagian besar zona dangkal
akan dipindahkan untuk penggalian fondasi seperti dijelaskan di atas.
b) Zona dalam di bawah 40-50 m dari permukaan tanah menunjukkan permeabilitas kurang
dari Lu 1.0-2.0 (which is presented as Lu<3 in Figure III.3.11). Area di mana nilai Lu
yang besar, seperti lebih dari 10 dicatat dan dipertimbangkan karena sambungan dan
retakan yang dikembangkan secara lokal dan/atau zona retak kecil. Ini akan dapat dirawat
dengan grouting semen karena tidak ada material tanah liat yang diintervensi di sebagian
besar zona retak, sambungan dan retakan di inti pengeboran.
c) Kesalahan yang ada pada abutment kanan muncul di permukaan pada tes bagian kanan
adit sangat keras dan material retak terkonsolidasi dengan baik. Material tanah liat
diintervensi dalam kesalahan. Meskipun diperkirakan grouting semen tidak akan mudah
disuntikkan ke dalam patahan, namun anggapan ini dapat diatasi dengan grouting semen
karena areanya sangat terbatas dan dalam hal grouting semen konvensional tidak
berfungsi, grouting semen halus dapat dengan mudah digunakan tanpa mengubah
fasilitas grouting.
- Secara vertikal: Ujung bawah curtain grout harus dipasang di batu di mana
permeabilitasnya kurang dari 2,0 dalam hal nilai Lugeon atau curtain grout yang akan
diperpanjang untuk meningkatkan kesesuaian panjang rembesan terhadap piping, yang
biasanya diambil sebagai tinggi maksimum bendungan. Gambar III.3.11 (atau Gambar 9
dalam Catatan Geologis (1), Januari 1996) menunjukkan batas estimasi nilai Lu lebih
kecil dari 3,0 tetapi dapat dibaca kurang dari Lu 2.0 karena sebagian besar nilai Lugeon
di bawah batas ini diperoleh dari uji tekan air yang berada dalam kisaran 0,0 - 2,0
kecuali nilai-nilai Lugeon yang tinggi dicatat secara lokal. Dengan demikian ujung
bawah curtain diperpanjang ke bawah batas sehingga menghasilkan curtain grout
sedalam 50 m yang hampir sama dengan tinggi bendungan.
- Secara horizontal: curtain grout di kedua abutment harus diperluas untuk menutupi
titik silang antara FSL dan permukaan air tanah.
Susunan lubang grouting adalah pada setiap interval 1,5 m dalam dua garis, yang
dipilih dari pengalaman pengaturan grout hole untuk bendungan di Jepang seperti yang
ditunjukkan pada Gambar III.3.11 dengan kondisi geologi di atas.
4) Consolidation grout
Tujuan consolidation grout adalah untuk meningkatkan sifat fisik pondasi, terutama
untuk deformasi dan permeabilitas pondasi pada kedalaman dangkal yang akan semakin
memburuk dengan adanya peledakan.
Seperti dijelaskan di atas, sebagian besar batuan yang terlepas akan dibuang dan
batuan masif segar akan muncul. Target peningkatan dengan consolidation grout adalah 5 Lu
seperti yang digunakan dalam banyak bendungan gravitasi beton. Seluruh area pondasi
bendungan akan dirawat dengan pengaturan lubang grout sedalam 5 meter setiap 25 m2.
Bendungan harus dirancang untuk menahan tekanan internal dan kegagalan geser di
dalam bendungan dan pondasi terhadap beban desain untuk berbagai ketinggian air waduk
dengan faktor keamanan yang cukup. Kriteria desain di Jepang yang sedikit lebih konservatif
daripada yang ditentukan oleh USBR digunakan mengingat bendungan akan dibangun di
daerah seismik berat seperti Jepang.
Karena desain akhir kekuatan batuan, kekuatan geser dan kuat tekan uni-aksial belum
ditentukan karena keterlambatan penyelidikan geologi. Nilai estimasi yang digunakan adalah
dengan kohesi 1.0 MPa, sudut geser internal 42,5o dan kekuatan uni-aksial 30 Mpa. Ketika
nilai desain akhir tersedia, analisis stabilitas akan dilakukan lagi.
1) Kondisi pembebanan (loading combination)
Di antara kondisi pembebanan berikut, analisis stabilitas dibuat untuk kondisi
pembebanan pada FSL yang merupakan kondisi pembebanan paling serius untuk bendungan.
Full Supply Level (FSL)
Desain normal elevasi muka air tampungan pada FSL dengan berat struktur, tekanan
air eksternal (statis dan dinamis) dan uplift FSL, tekanan lanau, dan gaya seismik dengan
15% percepatan gravitasi secara horizontal.
Flood Water Level (FWL)
Kondisi pembebanan pada kondisi banjir dengan berat struktur, tekanan air eksternal
(statis), uplift FWL, dan tekanan lanau. Tidak ada kekuatan seismik yang dipertimbangkan.
Minimum Operating Level (MOL)
Sama seperti kondisi FSL kecuali tekanan air eksternal dan uplift di bawah MOL.
Sebelum Impounding
Stabilitas bendungan sebelum impounding, yaitu kondisi tampungan kosong, harus
dikonfirmasi dengan beban desain, berat struktur, dan gaya seismik.
2) Faktor keamanan
Stabilitas bendungan dianalisa berdasarkan tiga faktor keamanan sebagai berikut:
a. Aman terhadap guling (overturning) dianalisa dengan eksentrisitas gaya
gabungan yang bekerja pada dasar struktur yang akan diperiksa dari pertengahan
yang harus memenuhi sepertiganya.
b. Tekanan internal pada beton atau fondasi (internal stress in concrete or foundation)
Tegangan tekan internal diestimasi dengan rumus dimana harus berada dalam
tegangan yang diijinkan masing-masing material yaitu 30 MPa.
c. Faktor keamanan terhadap geser (sliding) diperoleh dari rumus Henrys dimana tidak
boleh lebih kecil dari 0,4 untuk desain pada pembebanan apapun.
3) Bagian Bendungan
Bagian tertinggi ditunjukkan pada Gambar III.3.4 bagian A-A yang merupakan bagian
paling kritis untuk stabilitas. Elevasi fondasi diatur pada +684,0 m dan lubang pelepas
tekanan (pressure relief holes) disediakan di axis bendungan melalui galeri.
4) Hasil Analisa
Hasil analisa stabilitas dan faktor keamanan adalah sebagai berikut:
Tabel ... Hasil Analisa Stabilitas dan Keamanan Bendungan
Over turning Internal stress Sliding
Criteria middle third - within 9.17m Maximum 30 MPa Not less than 4.0
Result 9.01 m 0.9 MPa 4.48
Garis besar penggalian (excavation) ditentukan dari kondisi geologis dan tata letak
scouring outlet dan elevasi saluran pelimpah (spillway) yang menghubungkan ke kolam olak
(stilling basin) dimana menghasilkan panjang puncak bendungan 135,0 m dan tinggi
bendungan 51,0 m.
Axis bendungan diatur di tepi puncak hulu. Kemiringan hilir bagian non-overflow
adalah v: h = 1: 0,8 dimulai dari tepi puncak hulu. Fillet hulu dimulai pada +705,0 m dengan
kemiringan v: h = 1: 0,5. Kemiringan ini ditentukan dari analisa stabilitas yang menggunakan
kekuatan geser 1,0 MPa dengan sudut geser internal 42,5 o. Kemiringan akan ditinjau pada
tahap berikutnya dengan nilai desain akhir diperkirakan dari kekuatan batuan in-situ.
Galeri inspeksi dengan tinggi 2,5 m dan lebar 2,0 m disusun di bendungan untuk
mengakses instrumen pemantauan yang akan dipasang di bendungan seperti piezometers,
strain gages pada sambungan, prime line, leakage weir, dll. untuk memasang lubang pelepas
tekanan (pressure relief hole) dan apabila memungkinkan pemasangan grouting tambahan
setelah impounding akan dilakukan, dan akses ke control room gate untuk river outlet dan
scour outlet. Ukuran galeri yang lebih besar lebih dipilih untuk pekerjaan pengeboran dan
grouting tetapi tension stress di sekitarnya menjadi lebih besar. Ukuran di atas adalah ukuran
standar yang diadopsi dalam bendungan gravitasi beton di Jepang. Dalam pengaturan galeri,
jarak minimum 3,0 m dari muka bendungan ke galeri dan 2,0 m di atas fondasi dapat
digunakan yang didasarkan pada 1) jarak bebas menjadi lebih dari 5% dari tekanan air hulu
bendungan menurut USBR, yaitu sekitar 2,7 m, dan 2) untuk konsolidasi beton yang baik
untuk ditempatkan di bagian atas galeri, dimana minimum 3,0 m. Yang terakhir adalah dari
pedoman USBR dimana minimum 1,5 m dan pengalaman di Jepang dimana jarak minimum
2,0 m. Terlepas dari kriteria di atas, jarak 4,0 m ke permukaan hulu dan ke fondasi yang
diterapkan pada banyak bendungan gravitasi beton di Jepang digunakan, kecuali tidak ada
persyaratan khusus untuk mengatur galeri dengan izin minimum.
3.2.6 Beton Bagian Dalam dan Luar (Inner Concrete and Outer Concrete)
Terdapat dua jenis beton, yaitu beton dalam dan beton luar yang dipertimbangkan
untuk estimasi biaya sebagai berikut:
Syarat utama beton ini adalah memberi bobot pada bendungan untuk stabilitas
bendungan. Karena tekanan tekan di bendungan, terutama yang disebabkan oleh berat sendiri,
tekanan air, dan gaya seismik sangat kecil, campuran beton ditentukan secara dari
kemampuan kerja (work ability). Salah satu perhatian utama terkait massa beton adalah untuk
menurunkan panas hidrasi serendah mungkin untuk mengurangi potensi retak oleh tekanan
termal (thermal stress) dan susut pengeringan (drying shrinkage). Pada tahap ini,
dipertimbangkan untuk menggunakan campuran dengan agregat 150 mm sebagai ukuran
maksimum dan 160 kg semen Tipe II.
Persyaratan beton ini hampir sama dengan beton dalam. Selain itu, dibutuhkan daya
tahan yang lebih tinggi, permeabilitas yang lebih rendah, dan kemampuan kerja yang lebih
baik dibandingkan dengan beton bagian dalam. Pada jenis beton ini digunakan campuran
dengan agregat 150 mm sebagai ukuran maksimum dan isi semen 220 kg sebagai estimasi
biaya. Perlu dicatat bahwa jumlah beton struktural yang akan ditempatkan di bagian beton
bertulang seperti piers, spillway crest, dll. dan di area sekitar struktur logam yang akan
ditanam memerlukan workability yang lebih tinggi dan agregat 20-40 mm tidak diestimasi
secara terpisah dan termasuk dalam beton luar karena volume beton ini sangat kecil untuk
seluruh bendungan beton.