Anda di halaman 1dari 15

3.

BENDUNGAN PENGAMBILAN (INTAKE DAM)

3.1 Umum

Lokasi intake dam berada sekitar 28,2 km dari hilir regulating weir yang terletak di
manmade outlet Danau Kerinci. Sungai memiliki kedalaman yang cukup tinggi dengan
bentuk-V dan pada dinding dan dasar sungai terlihat batuan sound rock. Terdapat anak sungai
yang dalam sekitar 130 m di hulu axis bendungan pada bagian kiri tebing dan 150 m pada
bagian kanan tebing. Potensi longsor adalah 100-200 m dari hulu anak sungai di bagian
tebing kiri dan sudah dipertimbangkan untuk penyelidikan pengeboran yang menunjukkan
bahwa terdapat longsoran permukaan minor. Hal tersebut dipertimbangkan dari hasil
penyelidikan geologi yang menunjukkan longsoran permukaan minor mungkin terjadi akibat
impounding dan dampak dari kerusakan longsoran tidak terlalu serius.

Kemiringan dasar sungai di bentangan sungai antara 500 m di hulu dan hilir axis
bendungan adalah 1/46 dan aliran memiliki kondisi superkritis pada sebagian besar
bentangan sungai. Sungai pada bentangan ini sebagian besar memiliki bentuk yang lurus
kecuali pada 170 m di hilir axis bendungan memiliki belokan berbentuk S.

Jalan umum beraspal eksisting Sungai penuh – Bangko berlokasi di sepanjang sisi
kiri intake dam dan tidak terdapat jalan pada sisi kanan. Tidak terdapat jembatan sebagai jalur
transportasi untuk menyeberangi singai kecuali jembatan eksisting sekitar 16 km di hulu
bendungan yang terbuat dari balok baja dan pelat kayu. Masyarakat selama ini menggunakan
sekitar mengggunakan jembatan gantung.

Batuan dasar di sekitar bendungan terdiri dari andesite lava, agglomerate, dan
conglomerate dengan red claystone. Sedimen sungai pada dasaar sungai sangat sedikit dan
lapisan penutup yang tipis di atas tebing sungai pada elevasi +720 m – 725 m. Lapisan abu
vulkanik tebal berada di lerenh atas pada elevasi +740 m. Kuat tekan uni-axial dari claystone
dan andesite lava diperoleh dari hasil laboratorium dengan masing-masing 30 Mpa dan 21-46
Mpa. Dari hasil pengujian data mentah didapat kekuatan geser in-situ lebih kuat dari nilai
estimasi dengan nilai kohesi 10 MPa dan sudut geser internal 40o-45o.

Berikut ini adalah fitur dari intake dam berdasarkan desain dasar:

Lokasi bendungan : 27,5 km di hilir regulating weir

Tipe bendungan : Bendungan gravitasi beton (concrete gravity dam)


Elevasi (FWL/FSL, MOL) : +735 m, + 733 m, +726 m

Pelimpah : pelimpah berpintu dengan dua pintu tipe radial (lebar:14 m,


tinggi:11,6 m dan tinggi jagaan 1,1 m) dengan desain banjir 1.900
m3/detik. Total panjang pelimpah adalah 37 m dengan kolam olak
horizontal sebagai peredam energi.

Fasilitas outlet : Outlet sungai pada elevasi +710 m, outlet pembilas pada elevasi
+700 m dan inlet mini hidro +720.04 m

Pembangkit mini hidro : terletak di sisi kanan kolam olak. Pembangkit memiliki turbin
bertipe horizontal Francis dengan 1.800 kW untuk debit
maksimum 4,6 m3/detik dan gross head 46,0 m.

3.2 Bendungan

3.2.1 Axis Bendungan

Axis bendungan bertujuan untuk melintangi sungai pada sudut kanan dengan maksud
mendapatkan pendekatan banjir yang halus pada desain pelimpah. Pergeseran axis bendungan
ke arah hulu dan hilir diperiksa dan ditemukan bahwa dengan menggeser ke hulu
menyebabkan inlet diversi memiliki potensi longsor dengan overburden yang tebal dan
dengan menggeser ke hilir menyebabkan sulitnya desain kolam olak karena terdapat bentuk
belokan S.

3.2.2 Tinggi Jagaan dan Elevasi Puncak Bendungan

Tinggi jagaan adalah jarak vertikal antara puncak bendungan dan muka air tampungan
dan harus memadai terhadap limpasan bendungan oleh angin gempa . Tinggi jagaan FSL da
FWL diestimasi sebesar 2,0 m dan 1,08 dengan rumus berikut ini:

i) tinggi gelombang akibat angin (by S.M.B. method)


hw = 0.0086 x V 1.1 x F 0.45
= 0.58 (m)
dimana,
hw : tinggi gelombang akibat angin (m)
V : kecepatan angin selama 10 menit, 20 m/detik
F : maksimum jarak fetch, estimasi 1,250 m dari aero map skala 1:5,000
ii) tinggi gelombang akibat gempa bumi:
he = k t (g Ho)0.5/(2p)
= 0.52 (m)
dimana,
he : tinggi gelombang akibat gempa (m)
k : koefisien seismik horizontal, 0.15
Ho : kedalaman tampungan air, 49.0 m (= +733,0 – 684,0 m)
t : periode gelombang gempa, 1,0 detik
g : percepatan gravitasi, 9.8 m/detik²
iii) margin dari masalah tidak terduga pada pengoperasian pintu pelimpah,
ha = 0.5 (m)
Dari nilai di atas, tinggi jagaan untuk FSL dan FWL adalah sebagai berikut:
FSL Fb = hw + he + ha = 1.6 m, maka Fb = 2.0 m
FWL Fb = hw + ha = 1.1 m
Puncak bendungan pada elevasi +735 m untuk menyediakan tinggi jagaan 2,0 m di
atas FSL. Perlu dicatat bahwa ukuran pintu pelimpah sudah ditentukan untuk melepaskan
desain banjir agar tidak meningkatkan ketinggian puncak terhadap FWL yang lebih tinggi
karena overburden menjadi sangat tebal pada elevasi _730 m, terutama pada lereng bagian
kanan, dan biaya tambahan untuk menaikkan elevasi puncak bendungan tidak akan kecil.
Pada tahap ini FSL disamakan dengan elevasi FWL meskipun FWL tidak dapat menjadi
sama dengan FSL berdasarkan operasi tampungan aktual karena adanya jeda waktu dari
bukaan pintu. Langkah untuk simulasi operasi tampungan tidak akan memberi efek pada
elevasi puncak bendungan karena penambahan FWL akan turun dalam batas saat ini sebesar
0,9 m (2,0 m – 1,1 m).

3.2.3 Pondasi Bendungan

Desain pondasi untuk bendungan gravitasi beton, jalur galian, dan perawatan pondasi
dibuat dengan memperhatikan faktor-faktor penting seperti daya dukung, ikatan dengan
beton, tahanan geser, tekanan geser, tekanan uplift, dan kontrol rembesan.

1) Garis penggalian untuk fondasi

Ketinggian maksimum bendungan akan lebih dari 50 m karena ketinggian dasar


sungai sekitar +685,00 m dan ketinggian puncak ditetapkan pada +735,0 m. Dengan
mempertimbangkan persyaratan kekuatan fisik in-situ dari pondasi, terutama kekuatan geser
yang diperlukan untuk memenuhi kriteria stabilitas terhadap geser, yaitu kohesi lebih dari 1,0
MPa dengan sudut gesekan internal 40o-45o dan kontrol rembesan di pondasi, bendungan
harus dibangun di atas batu kokoh yang diklasifikasikan sebagai CH dalam klasifikasi batu
untuk bendungan di Jepang (see Table I.2.3.2).

Selain persyaratan geologis, garis galian untuk fondasi juga dikontrol oleh tata letak
komponen bendungan. Faktor kontrol adalah scour outlet yang terletak di blok no. 3 dengan
ketinggian ambang inlet +700,0 m dan kolam olak yang menghubungkan ke ujung saluran
pelimpah di blok no. 3, 4 dan 5 pada elevasi +685,0 m.

2) Perawatan pondasi

Dari pengalaman dalam perawatan pondasi untuk beberapa bendungan gravitasi beton
setinggi 50 m dan kondisi geologis di lokasi yang mengindikasikan permeabilitas yang cukup
rendah, perawatan grout semen konvensional, grout curtain dan grout consolidation dapat
digunakan untuk perawatan pondasi. Area yang akan dirawat dengan grouting ini dan
pengaturan lubang groutnya adalah sebagai berikut:

3) Grout curtain

Tujuan dari grout curtain adalah untuk mengontrol rembesan melalui pondasi dan
mengurangi tekanan pori yang bekerja di bagian bawah bendungan dengan memberikan zona
pengendali rembesan seperti tirai yang digantung di bagian hulu bendungan dengan
menyuntikkan grout milk melalui lubang pengeboran dengan tekanan tinggi.

Dipertimbangkan bahwa fondasi dapat ditingkatkan dengan semen konvensional


grouting dengan nilai target kurang dari Lugeon (Lu) 2.0 untuk pengamatan geologi berikut
dimana nilai target digunakan dalam berbagai bendungan gravitasi beton:

a) Inti pengeboran yang diambil dari lokasi bendungan menunjukkan bahwa sambungan dan
retakan dikembangkan terutama di zona dangkal hingga sekitar 10-15 m dari permukaan
tanah dan zona rekah lokal kecil pada berbagai ketinggian. Sebagian besar zona dangkal
akan dipindahkan untuk penggalian fondasi seperti dijelaskan di atas.
b) Zona dalam di bawah 40-50 m dari permukaan tanah menunjukkan permeabilitas kurang
dari Lu 1.0-2.0 (which is presented as Lu<3 in Figure III.3.11). Area di mana nilai Lu
yang besar, seperti lebih dari 10 dicatat dan dipertimbangkan karena sambungan dan
retakan yang dikembangkan secara lokal dan/atau zona retak kecil. Ini akan dapat dirawat
dengan grouting semen karena tidak ada material tanah liat yang diintervensi di sebagian
besar zona retak, sambungan dan retakan di inti pengeboran.
c) Kesalahan yang ada pada abutment kanan muncul di permukaan pada tes bagian kanan
adit sangat keras dan material retak terkonsolidasi dengan baik. Material tanah liat
diintervensi dalam kesalahan. Meskipun diperkirakan grouting semen tidak akan mudah
disuntikkan ke dalam patahan, namun anggapan ini dapat diatasi dengan grouting semen
karena areanya sangat terbatas dan dalam hal grouting semen konvensional tidak
berfungsi, grouting semen halus dapat dengan mudah digunakan tanpa mengubah
fasilitas grouting.

Area yang akan diperlakukan adalah sebagai berikut:

- Secara vertikal: Ujung bawah curtain grout harus dipasang di batu di mana
permeabilitasnya kurang dari 2,0 dalam hal nilai Lugeon atau curtain grout yang akan
diperpanjang untuk meningkatkan kesesuaian panjang rembesan terhadap piping, yang
biasanya diambil sebagai tinggi maksimum bendungan. Gambar III.3.11 (atau Gambar 9
dalam Catatan Geologis (1), Januari 1996) menunjukkan batas estimasi nilai Lu lebih
kecil dari 3,0 tetapi dapat dibaca kurang dari Lu 2.0 karena sebagian besar nilai Lugeon
di bawah batas ini diperoleh dari uji tekan air yang berada dalam kisaran 0,0 - 2,0
kecuali nilai-nilai Lugeon yang tinggi dicatat secara lokal. Dengan demikian ujung
bawah curtain diperpanjang ke bawah batas sehingga menghasilkan curtain grout
sedalam 50 m yang hampir sama dengan tinggi bendungan.

- Secara horizontal: curtain grout di kedua abutment harus diperluas untuk menutupi
titik silang antara FSL dan permukaan air tanah.

Susunan lubang grouting adalah pada setiap interval 1,5 m dalam dua garis, yang
dipilih dari pengalaman pengaturan grout hole untuk bendungan di Jepang seperti yang
ditunjukkan pada Gambar III.3.11 dengan kondisi geologi di atas.

4) Consolidation grout

Tujuan consolidation grout adalah untuk meningkatkan sifat fisik pondasi, terutama
untuk deformasi dan permeabilitas pondasi pada kedalaman dangkal yang akan semakin
memburuk dengan adanya peledakan.

Seperti dijelaskan di atas, sebagian besar batuan yang terlepas akan dibuang dan
batuan masif segar akan muncul. Target peningkatan dengan consolidation grout adalah 5 Lu
seperti yang digunakan dalam banyak bendungan gravitasi beton. Seluruh area pondasi
bendungan akan dirawat dengan pengaturan lubang grout sedalam 5 meter setiap 25 m2.

3.2.4 Analisa Stabilitas

Bendungan harus dirancang untuk menahan tekanan internal dan kegagalan geser di
dalam bendungan dan pondasi terhadap beban desain untuk berbagai ketinggian air waduk
dengan faktor keamanan yang cukup. Kriteria desain di Jepang yang sedikit lebih konservatif
daripada yang ditentukan oleh USBR digunakan mengingat bendungan akan dibangun di
daerah seismik berat seperti Jepang.

Karena desain akhir kekuatan batuan, kekuatan geser dan kuat tekan uni-aksial belum
ditentukan karena keterlambatan penyelidikan geologi. Nilai estimasi yang digunakan adalah
dengan kohesi 1.0 MPa, sudut geser internal 42,5o dan kekuatan uni-aksial 30 Mpa. Ketika
nilai desain akhir tersedia, analisis stabilitas akan dilakukan lagi.
1) Kondisi pembebanan (loading combination)
Di antara kondisi pembebanan berikut, analisis stabilitas dibuat untuk kondisi
pembebanan pada FSL yang merupakan kondisi pembebanan paling serius untuk bendungan.
Full Supply Level (FSL)
Desain normal elevasi muka air tampungan pada FSL dengan berat struktur, tekanan
air eksternal (statis dan dinamis) dan uplift FSL, tekanan lanau, dan gaya seismik dengan
15% percepatan gravitasi secara horizontal.
Flood Water Level (FWL)
Kondisi pembebanan pada kondisi banjir dengan berat struktur, tekanan air eksternal
(statis), uplift FWL, dan tekanan lanau. Tidak ada kekuatan seismik yang dipertimbangkan.
Minimum Operating Level (MOL)
Sama seperti kondisi FSL kecuali tekanan air eksternal dan uplift di bawah MOL.
Sebelum Impounding
Stabilitas bendungan sebelum impounding, yaitu kondisi tampungan kosong, harus
dikonfirmasi dengan beban desain, berat struktur, dan gaya seismik.
2) Faktor keamanan
Stabilitas bendungan dianalisa berdasarkan tiga faktor keamanan sebagai berikut:
a. Aman terhadap guling (overturning) dianalisa dengan eksentrisitas gaya
gabungan yang bekerja pada dasar struktur yang akan diperiksa dari pertengahan
yang harus memenuhi sepertiganya.
b. Tekanan internal pada beton atau fondasi (internal stress in concrete or foundation)
Tegangan tekan internal diestimasi dengan rumus dimana harus berada dalam
tegangan yang diijinkan masing-masing material yaitu 30 MPa.
c. Faktor keamanan terhadap geser (sliding) diperoleh dari rumus Henrys dimana tidak
boleh lebih kecil dari 0,4 untuk desain pada pembebanan apapun.
3) Bagian Bendungan
Bagian tertinggi ditunjukkan pada Gambar III.3.4 bagian A-A yang merupakan bagian
paling kritis untuk stabilitas. Elevasi fondasi diatur pada +684,0 m dan lubang pelepas
tekanan (pressure relief holes) disediakan di axis bendungan melalui galeri.
4) Hasil Analisa
Hasil analisa stabilitas dan faktor keamanan adalah sebagai berikut:
Tabel ... Hasil Analisa Stabilitas dan Keamanan Bendungan
Over turning Internal stress Sliding
Criteria middle third - within 9.17m Maximum 30 MPa Not less than 4.0
Result 9.01 m 0.9 MPa 4.48

3.2.5 Dimensi Intake Dam

Garis besar penggalian (excavation) ditentukan dari kondisi geologis dan tata letak
scouring outlet dan elevasi saluran pelimpah (spillway) yang menghubungkan ke kolam olak
(stilling basin) dimana menghasilkan panjang puncak bendungan 135,0 m dan tinggi
bendungan 51,0 m.

Tidak diperbolehkan adanya retakan yang tidak terkendali di bendungan gravitasi


beton karena kinerja struktur monolitik dapat terganggu yang menyebabkan kerusakan awal
beton (deterioration). Sambungan ditempatkan pada beton yang pada dasarnya diperlukan
untuk mengontrol perkembangan retak di tempat-tempat dimana retakan tidak mempengaruhi
kinerja dan perawatan dapat dilakukan dengan benar. Sambungan kontraksi (contraction
joints) yang merupakan vertical traverse joints digunakan untuk memisahkan bendungan
menjadi blok-blok kecil, umumnya menjadi blok-blok selebar 12 m hingga 18 m. Dengan
cara ini bendungan dipisahkan menjadi 9 blok, satu blok selebar 18 m di ujung kiri (blok
no.1), satu blok selebar 12 m di ujung kanan (blok nomor 9) dan blok selebar 15 m di antara
keduanya. Setiap sambungan dikunci untuk meningkatkan daya tahan (resistance) bendungan
terhadap gaya seismik sebagai tindakan pencegahan meskipun setiap blok dirancang untuk
memenuhi persyaratan stabilitas. Tidak diperbolehkan untuk memisahkan blok di mana
spillway gate dipasang karena kemungkinan deformasi skin plates dan/atau gate slots akibat
gempa bumi. Meskipun demikian pengaturan blok-blok ini harus tetap dibuat, jika tidak blok
akan menjadi lebih dari 17 m dan sambungan harus ditempatkan di pusat piers yang akan
membuat pekerjaan beton menjadi rumit. Contact grouting akan dilakukan di sambungan
antara blok no. 3 dan 4, no. 4 dan 6 setelah pendinginan awal beton untuk membuat blok ini
menjadi satu blok.

Axis bendungan diatur di tepi puncak hulu. Kemiringan hilir bagian non-overflow
adalah v: h = 1: 0,8 dimulai dari tepi puncak hulu. Fillet hulu dimulai pada +705,0 m dengan
kemiringan v: h = 1: 0,5. Kemiringan ini ditentukan dari analisa stabilitas yang menggunakan
kekuatan geser 1,0 MPa dengan sudut geser internal 42,5 o. Kemiringan akan ditinjau pada
tahap berikutnya dengan nilai desain akhir diperkirakan dari kekuatan batuan in-situ.

Sebuah jalan pemeliharaan selebar 6 m disediakan di puncak bendungan dan dua


jembatan beton di atas spillway untuk memungkinkan perjalanan dari gantry crane dan
vehiecles dan lorrys yang diperlukan untuk mengangkut peralatan dan material pada tahap
pemeliharaan dan perbaikan. Satu set rel dipasang di jalan crest untuk gantry crane yang
akan digunakan untuk pemasangan stoplog untuk spillway, scour outlet dan river outlet.
Dinding tembok beton ditempatkan di tepi hulu puncak bendungan untuk mencegah limpasan
gelombang dan pegangan tangan pipa baja di tepi hilir.

Galeri inspeksi dengan tinggi 2,5 m dan lebar 2,0 m disusun di bendungan untuk
mengakses instrumen pemantauan yang akan dipasang di bendungan seperti piezometers,
strain gages pada sambungan, prime line, leakage weir, dll. untuk memasang lubang pelepas
tekanan (pressure relief hole) dan apabila memungkinkan pemasangan grouting tambahan
setelah impounding akan dilakukan, dan akses ke control room gate untuk river outlet dan
scour outlet. Ukuran galeri yang lebih besar lebih dipilih untuk pekerjaan pengeboran dan
grouting tetapi tension stress di sekitarnya menjadi lebih besar. Ukuran di atas adalah ukuran
standar yang diadopsi dalam bendungan gravitasi beton di Jepang. Dalam pengaturan galeri,
jarak minimum 3,0 m dari muka bendungan ke galeri dan 2,0 m di atas fondasi dapat
digunakan yang didasarkan pada 1) jarak bebas menjadi lebih dari 5% dari tekanan air hulu
bendungan menurut USBR, yaitu sekitar 2,7 m, dan 2) untuk konsolidasi beton yang baik
untuk ditempatkan di bagian atas galeri, dimana minimum 3,0 m. Yang terakhir adalah dari
pedoman USBR dimana minimum 1,5 m dan pengalaman di Jepang dimana jarak minimum
2,0 m. Terlepas dari kriteria di atas, jarak 4,0 m ke permukaan hulu dan ke fondasi yang
diterapkan pada banyak bendungan gravitasi beton di Jepang digunakan, kecuali tidak ada
persyaratan khusus untuk mengatur galeri dengan izin minimum.

 3.2.6 Beton Bagian Dalam dan Luar (Inner Concrete and Outer Concrete)

Terdapat dua jenis beton, yaitu beton dalam dan beton luar yang dipertimbangkan
untuk estimasi biaya sebagai berikut:

(1) Beton Dalam (Inner Concrete)

Syarat utama beton ini adalah memberi bobot pada bendungan untuk stabilitas
bendungan. Karena tekanan tekan di bendungan, terutama yang disebabkan oleh berat sendiri,
tekanan air, dan gaya seismik sangat kecil, campuran beton ditentukan secara dari
kemampuan kerja (work ability). Salah satu perhatian utama terkait massa beton adalah untuk
menurunkan panas hidrasi serendah mungkin untuk mengurangi potensi retak oleh tekanan
termal (thermal stress) dan susut pengeringan (drying shrinkage). Pada tahap ini,
dipertimbangkan untuk menggunakan campuran dengan agregat 150 mm sebagai ukuran
maksimum dan 160 kg semen Tipe II.

(2) Beton luar (Outer Concrete)

Persyaratan beton ini hampir sama dengan beton dalam. Selain itu, dibutuhkan daya
tahan yang lebih tinggi, permeabilitas yang lebih rendah, dan kemampuan kerja yang lebih
baik dibandingkan dengan beton bagian dalam. Pada jenis beton ini digunakan campuran
dengan agregat 150 mm sebagai ukuran maksimum dan isi semen 220 kg sebagai estimasi
biaya. Perlu dicatat bahwa jumlah beton struktural yang akan ditempatkan di bagian beton
bertulang seperti piers, spillway crest, dll. dan di area sekitar struktur logam yang akan
ditanam memerlukan workability yang lebih tinggi dan agregat 20-40 mm tidak diestimasi
secara terpisah dan termasuk dalam beton luar karena volume beton ini sangat kecil untuk
seluruh bendungan beton.

3.3 Pelimpah Bendungan (Spillway)


3.3. Spillway
Jenis spillway adalah tipe pelimpah berpintu (spillway gate) dengan dua pintu radial
yang memiliki lebar 14,0 m dan tinggi 11,5 m, termasuk freeboard 1,0 m. Ukuran gate
ditentukan agar dapat mengalirkan dengan desain banjir 1.900 m3/detik (banjir 10.000 tahun)
melalui spillway pada elevasi FSL dengan menghasilkan desain tinggi air 10,5 m di atas crest
spillway. Flap gate terintegrasi di bagian atas setiap radial gate untuk mengalirkan debris
yang mengambang, terutama eceng gondok.
Bentuk puncak Ogee ditentukan dengan kurva yang halus mulai dari puncak teratas
hingga chute spillway dengan kemiringan 1: 0,8 (h: v) pada elevasi +712.6m. Kurva ini
ditetapkan berdasarkan Y = -0.0657 X1.864 dan dikalibrasi dengan persamaan dalam Desain
Dam Kecil-USBR, untuk menghindari pembentukan tekanan air negatif. Pada El.685.0m
saluran pelimpah terhubung dengan basin diam horisontal.
Koefisien debit yang digunakan untuk perhitungan ditentukan dari grafik desain dan
tabel dalam Desain Bendungan Kecil - USBR. Grafik ini didasarkan pada pemodelan fisik
hidrolik.
Karena puncak Ogee mengikuti nappe profile, maka diperkirakan tekanan negatif
tidak akan terjadi pada permukaan beton dan risiko kavitasi bisa dihindari. Radial gate akan
didesain untuk beroperasi pada kondisi pembukaan penuh dan sebagian.
Di antara spillway gate terletak outlet sungai. Spillway gate memiliki ukuran bukaan 3,0
m x 3,0 m dan pilar dengan tebal 3,0 m disediakan di kedua sisi dan menghasilkan pelimpah
selebar 37,0m.
Jembatan perbaikan (service bridge) disediakan di setiap spillway untuk memfasilitasi
pemasangan, pemeliharaan, dan akses ke kerekan gerbang (gate hoist). Balok beton pracetak
dipilih karena tidak ada perawatan, seperti pengecatan, dll yang diperlukan seperti pada balok
baja.
Pilar mendukung beban hidraulik yang bekerja di gate dan pilar itu sendiri. Ketebalan
pilar adalah 3,0 m yang dianggap tahan terhadap beban dan akan memberikan ruang untuk
menanamkan gate dan control room di dalamnya. Bentuk pilar adalah tipe 3 dalam USBR
yang memungkinkan lebih sedikit koefisien kontraksi dibandingkan dengan tipe 2. Slot
stoplog disediakan di pilar pada service gate layanan untuk memungkinkan pengaturan
stoplog oleh gantry crane bepergian di jembatan melalui pembukaan di slab jembatan.
Pembukaan biasanya ditutup dengan removal gating. Stoplog terdiri dari tiga bagian dan akan
disimpan di ruang yang disediakan di bagian crest non-overflow.
Selain sebagai pelimpah, river outlet dan scour outlet juga memiliki fungsi untuk
melepas banjir dengan kapasitas maksimum 159 m3/detik dan 492 m3/detik di FSL. Total
kapasitas debit adalah 651 m3/detik yang mengkompensasi sekitar 69% dari kapasitas debit
desain satu gate dalam hal salah satu gate saluran tidak dapat dibuka karena masalah yang
tidak terduga.
3.3.2 Kolam Olak (Stilling basin)
Kolam olak horisontal (horizontal stiling basin) ditempatkan di hilir spillway untuk
sebagai peredam energi. Tipe ini dipilih dari berbagai jenis peredam energi, seperti ski jump
dan roller bucket. Desain banjir yang diterapkan pada peredam energi adalah 1.100 m 3/detik
(banjir 100 tahun). Besar banjir ini dipilih dengan alasan lebih kecil dari banjir desain
spillway 1.900 m3/detik, selain itu, pemilihan banjir rencana ini dipilih karena faktor-faktor
berikut ini:
a) Sungai membelok ke kanan dan kemudian ke kiri menunjukkan tikungan tajam
bentuk-S sekitar 170 m di hilir axis bendungan. Berdasarkan perilaku hidraulik, harus
terdapat jarak yang aman pada ujung akhir stilling basin sebelum belokan sungai.
Ujung stilling basin yang dirancang untuk banjir 100 tahun berada di sekitar 25 m di
hulu tikungan, meskipun perilaku aliran setelah stilling basin mempengaruhi tikungan
sungai, maka hal ini akan diselidiki dalam uji model hidrolik pada tahap berikutnya.
b) Sebuah ambang (sub-dam) ditempatkan di ujung stilling basin untuk mengendalikan
lompatan hidraulik karena tail water level terlalu rendah untuk mencapai lompatan
hidrolik. Banjir desain yang lebih besar membutuhkan ambang yang lebih tinggi yang
tidak diinginkan dalam hal gerusan dasar sungai setelah stilling basin.
Karena bentuk sungai sedikit melengkung ke kiri di belakang bendungan, stilling basin
juga melengkung ke kiri sebesar 11,0o pada 80 m di hilir axis bendungan untuk
meminimalkan volume penggalian. Baffles mungkin diperlukan untuk mengendalikan
gangguan aliran akibat adanya tikungan. Ukuran dan pengaturan akan ditentukan melalui uji
model hidrolik pada tahap berikutnya.
Lebar stilling basin adalah 37,0 m sama dengan lebar spillway. Ketinggian pelat beton
diatur pada elevasi +685,0 m. Dimensi dari stilling basin adalah sebagai berikut:
 Panjang stilling basin, dari ujung spillway ke ambang ujung adalah 75,0 m yang
merupakan 5,7 kali kedalaman konjungsi.
 Bagian atas dinding samping diatur pada elevasi +700,0 m dengan tinggi jagaan 1,8 m.
 Ketinggian ambang adalah 6,7 m dengan elevasi puncak adalah +691,7 m.
Sebagaimana disebutkan di atas, stilling basin telah dirancang untuk kondisi banjir 1.100
m3/detik (banjir 100 tahun). Kinerja stilling basin juga telah diperiksa untuk kondisi banjir
1.900 m3/detik (10.000 tahun) untuk memastikan bahwa meskipun terdapat limpasan terbatas
pada dinding samping dan sweeping akan terjadi, kondisi ini tidak akan menimbulkan
dampak yang signifikan.
Kondisi alami sungai di hilir stilling basin menjadikan tailwater level untuk semua banjir
akan lebih rendah daripada lompatan hidrolik di stilling basin. Pada peristiwa banjir hingga
banjir 100 tahun di mana redaman energi penuh terjadi dalam lompatan tidak menimbulkan
masalah. Untuk banjir yang lebih besar akan ada kecenderungan lompatan hidrolik untuk
menyapu keluar stilling basin sehingga menimbulkan gelombang di hilir. Mengingat
kemiringan dasar yang curam di sungai Merangin, gelombang permukaan seperti itu dan
apabila terjadi pembentukan bottom roller tidak terlihat berbeda secara signifikan. Pengujian
model hidraulik pada tahap desain terperinci akan menyelidiki efek dari variasi ketinggian air
pada kinerja lompatan hidrolik.
Bentuk ambang adalah trapesium dengan permukaan hulu vertikal dan kemiringan hilir
dengan h: v = 1: 1 dan lebar puncak adalah 4,0 m. Di belakang ambang, pelat beton
diperpanjang ke hilir sejauh 13,9 m untuk mencegah gerusan di belakangnya. Hasilnya,
panjang total kolam penenang menjadi 95 m.
Sebuah pelat beton setebal satu meter akan ditempatkan di atas fresh rock. Untuk
mencegah pelat terangkat oleh tekanan pori, penahan dibuat dengan batang dowel, D25 dan
3m pada batuan dan satu batang pada interval 3,0 m. Saluran pembuangan diatur di bawah
pelat untuk tujuan yang sama. Drainase di bawah pelat beton akan diisi dengan blasted rock,
yang akan berfungsi sebagai saluran pembuangan.

3.4 Outlet Sungai


Outlet sungai dengan ukuran 3,0 m x 3,0 m dipasang di pusat blok no. 4 dengan ambang
pintu masuk pada elevasi +710,0 m yang memiliki fungsi-fungsi berikut ini:
a) Untuk menurunkan elevasi tampungan ke +716,0 m atau lebih rendah lagi sebelum
dimulainya operasi gerusan untuk menghindari operasi ini pada kondisi tekanan air
tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan serius pada fasilitas.
b) Untuk mengatur banjir kecil yang mungkin terjadi beberapa kali dalam setahun dan
memberikan tambahan debit ke spillway untuk melepas banjir jika salah satu gate tidak
berfungsi.
c) Untuk melepaskan aliran pemeliharaan ke sungai ketika operasi pembangkit listrik mini-
hidro ditangguhkan untuk pemeliharaan atau perbaikan.
Outlet ini adalah gate conduit dengan radial gate di tengah conduit. Karena kecepatan
tinggi di outlet conduit, inlet memiliki bentuk bell-mouth. Outlet dibentuk untuk mengubah
aliran ke lereng spillway. Steel liner ditempatkan dari saluran masuk ke titik di belakang gate
untuk perlindungan terhadap abrasi karena kecepatan aliran yang tinggi.
Slot stoplog disediakan pada pilar dengan ketebalan 3,0 m. Outlet sungai dirancang
sebagai submerge orifice conduit dan akan beroperasi dalam kondisi terendam untuk level
reservoir hingga +715,0 m. Di bawah elevasi ini vortex akan terbentuk di saluran inlet dan
kondisi aliran permukaan akan berlaku. Secara umum outlet sungai sebaiknya dioperasikan
pada kisaran elevasi air +733,0 – 716,0 m ketika saluran diharapkan untuk beroperasi dalam
kondisi terendam.

3.5 Scour Outlet


Scour outlet terletak di blok no. 2 sisi kanan blok spillway dengan ketinggian ambang
inlet +700,0 m.
Disarankan untuk mengatur inlet sedekat mungkin dengan dasar sungai. Dari topografi
dan elevasi ambang intake pada +712,0 m, ambang inlet diatur pada +700,0 m. Untuk
mendapatkan kecepatan aliran yang cukup di depan bendungan serta di power intake, saluran
terbuka digali di tepi kiri, yaitu di depan pintu masuk scour outlet sampai ke titik hulu dari
power intake.
Tiga gate berikut disediakan untuk scour outlet dan dipasang di blok yang susunannya
sama, kecuali gate di hulu:
a) Upstream gate: stoplog baja untuk pemeliharaan dan perbaikan downstream gate
b) Middle gate: slide gate dengan kaki untuk mencegah penyumbatan material gerusan pada
gate slots. Fungsi utamanya adalah untuk mengontrol aliran yang mengandung muatan
sedimen yang besar.
c) Downstream gate: radial gate untuk memastikan penyegelan air
Scour outlet dirancang untuk melepaskan aliran 135 m3/detik pada elevasi tampungan
+707,5 m. Scour outlet dirancang sebagai submerged orifice entry dan akan beroperasi dalam
kondisi terendam pada elevasi tampungan +707,5 m. Di bawah elevasi ini vortex akan
terbentuk di inlet dan kondisi aliran permukaan akan berlaku. Secara umum scour outlet
paling baik dioperasikan pada kisaran level reservoir +717,0 – 707,5 m dengan pendekatan
kecepatan yang optimal untuk gerusan dasar pada elevasi antara +710,0 dan 707,5 m.
Apabila terjadi keadaan darurat, seperti kegagalan spillway gate untuk dibuka, akan
dimungkinkan untuk mengoperasikan scour outlet pada elevasi tampungan hingga +733,0 m
untuk periode singkat. Dalam kondisi ini outlet dihitung untuk dapat mengeluarkan 492
m3/detik. Aliran tersebut dapat dipertahankan untuk waktu yang singkat tanpa menyebabkan
kerusakan serius.
Scour conduit yang disediakan di bendungan diperpanjang hingga ke ujung stilling
basin. Kemiringan saluran adalah 1/30 di ujung bendungan dan menjadi curam dengan
kemiringan 1/3,4 ke El. 685,0 m, kemudian menjadi rata ke ambang penyekat yang
ditempatkan di ujung saluran. Total panjang saluran adalah sekitar 135 m.
Stilling basin untuk scour outlet dirancang menggunakan tipe II USBR hydraulic jump
stilling basin untuk aliran desain 135 m3/detik. Pada aliran ini lompatan hidraulik diharapkan
tetap berada di dalam kolam diam meskipun tailwater level lebih rendah daripada lompatan.
Apabila scour outlet beroperasi pada aliran yang melebihi aliran desain, stilling basin
akan terus beroperasi tetapi tidak akan sepenuhnya efektif. Pada aliran mendekati maksimum
yaitu 492 m3/detik, lompatan hidraulik akan meluap dari dinding sisi stilling basin. Selain itu,
lompatan hidraulik akan memiliki kecenderungan untuk menyapu keluar stilling basin ke
arah hilir.

3.6 Pembangkit Listrik Mini-hidro


Untuk memanfaatkan duty flow yang akan dilepaskan, maka pembangkit listrik mini-
hidro dipasang di bendungan. Dengan penggunaan debit 4,6 m3/detik dan gross head 46,0 m
antara FSL (El.733.0m) dan level tailwater (El.687.0m), output energi firm tahunan sebesar
15.1 GWh dihasilkan oleh unit daya dengan kapasitas terpasang 1.700 kW.
Intake dipasang di blok No.6 di elevasi +719,0 m, 7.0m di bawah MOL untuk
menghindari masuknya udara ke intake. Pembangkit ini memiliki trash rack yang dapat
dilepas, slot stoplog, dan roller gate. Rumah gate disediakan di puncak bendungan. Untuk
mencegah intrusi sedimen ke dalam intake, ambang intake diatur pada +720,4 m.
Penstock baja dengan panjang 78,0 m total dengan diameter 1,40 m tertanam di beton
sebagian di bendungan dan sebagian di luar untuk pemeliharaan.
Pipa pintas dengan katup kupu-kupu (butterfly valve) sebagai katup pengaman dan katup
Howell-Bunger sebagai katup utama disediakan untuk melepaskan duty flow melalui spillway
stilling basin ketika pembangkit tenaga listrik tidak dioperasikan.
Semi underground powerhouse digunakan karena turbin Francis horisontal diatur pada
posisi rendah, tidak jauh di atas tailwater level, untuk mendapatkan tinggi jatuh sebanyak
mungkin. Ukuran pembangkit ini adalah panjang 7,9 m dan lebar 6,9 m. Pembangkit ini
ditempatkan di atas fondasi batu dan terintegrasi dengan sisi kanan dinding stilling basin.
Project salient feature dari pembangkit mini-hidro yang dipilih adalah sebagai berikut:
Firm discharge (m3/s) : 4.6
Full supply level (El. m) : 733.00
Minimum operation level (El. m) : 726.00
Tail water level (El. m) : 687.00
Gross head (m) : 46.00
Net head (m) : 44.48
Installed capacity (kW) : 1,700
Firm energy (GWh/year) : 15.1
Turbine type : Horizontal Francis
Rotation speed (rpm) : 600
Specific speed (m-kW units) : 222
Frequency (Hz) : 50
Penstock length inside dam (m) :: 36.00
Penstock length outside dam (m) : 42.00
Penstock diameter (m) :: 1.40
Powerhouse size (m) : 6.9W, 7.9L, 12.5H
Surge chamber size (m) : 3.0W, 1.8L, 13.0H
Stair shaft size (m) : 2.0W, 3.0L, 12.5H
Tailrace culvert length (m) : 67.85
Tailrace culvert size (m) : 1.2W, 1.8H
Tailrace culvert slope (m) : 1 : 200
Tailrace culvert type : Non pressure
Construction cost (1,000 US$) : 3,100
Energy index (US$/kWh-year) : 0.028

3.7 Jalan Relokasi


Untuk pembangunan bendungan dan power intake, jalan umum eksisting Sungaipenuh -
Bangko akan dipindahkan jauh dari area konstruksi karena penggalian akan meluas ke jalan
dan juga untuk memastikan keselamatan lalu lintas masyarakat terhadap aktivitas konstruksi.
Terdapat punggungan curam sekitar 250 m di hilir axis bendungan dan kemiringannya
sangat dekat dengan jalan. Dengan mempertimbangkan aspek topografi dan lokasi outlet
diversion, pintu masuk jalan relokasi ditempatkan sekitar 100 m di belakang outlet diversion.
Pintu masuk bagian hulu ditempatkan di tikungan besar yang ada sekitar 300 m dari hulu axis
bendungan. Untuk penggalian yang minimal, profil jalan disesuaikan dengan kondisi
topografi sebanyak mungkin.
Jalan direncanakan dengan dua lajur yang sama dengan jalan yang eksisting, lebar 5,5 m,
lebar bahu 1,0 m di kedua sisi dan total panjangnya sekitar 750 m.
Beberapa gorong-gorong drainase harus melintasi sungai di beberapa tempat. Gabion
dan pasangan bata ditempatkan untuk melindungi lereng ke daerah-daerah seperti di mana
erosi lereng diperkirakan.

Anda mungkin juga menyukai