Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SIK

MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

Disusun oleh:
MARDANI NIM : 131911006

PRODI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH TANJUNGPINANG
T.A.2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberikan kita
kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan judul
“MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah SIK Kami mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyusun makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan dari
para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas
yang lain dan pada waktu mendatang.

Tanjungpinang, 22 Desember 2030


MARDANI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................... 3
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................... 4
B. Identifikasi masalah....................................................................... 5
C. Tujuan............................................................................................ 5
D. Manfaat......................................................................................... 6
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian rumah sakit.................................................................. 6
B. Jenis-jenis Rumah Sakit yang ada di Indonesia ............................. 7
C. Manajemen Pelayanan Rumah Sakit.............................................. 9
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 13
B. Saran............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 15
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan


yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Kristiadi (1994) menyatakan
bahwa tugas pemerintah yang paling dominan adalah menyediakan barang-
barang publik (public utility) dan memberikan pelayanan (public service)
misalnya dalam bidang pendidikan, kesejahteraan sosial, kesehatan,
perkembangan perlindungan tenagakerja, pertanian, keamanan dan
sebagainya. Tidak mengherankan apabila bidang kesehatan perlu untuk selalu
dibenahi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang dimaksud tentunya adalah pelayanan
yang cepat, tepat, murah dan ramah. Mengingat bahwa sebuah negara akan
bisa menjalankan pembangunan dengan baik apabila didukung oleh
masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohani.
Berangkat dari kesadaran tersebut, rumah sakit yang ada di Indonesia
baik milik pemerintah maupun swasta, selalu berupaya untuk memberikan
pelayanan yang terbaik kepada pasien dan keluarganya. Baik melalui
penyediaan peralatan, pengobatan, tenaga medis yang berkualitas sampai pada
fasilitas pendukung lainnya seperti tempat penginapan, kantin, ruang tunggu,
apotik dan sebagainya. Dengan demikian masyarakat benar-benar memperoleh
pelayanan kesehatan yang cepat dan tepat. Rumah sakit sebagai salah satu
fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam
upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat (Aditama,
2006).
Masalah manajemen atau pelayanan di rumah sakit pada akhir-akhir
ini memang banyak menjadi bahan pembahasan di lingkungan masyarakat.
Sering sekali masyarakat yang menggunakan fasilitas ini mengalami kesulitan
dalam memenuhi berbagai persyaratan agar dapat memperoleh layanan
kesehatan yang diinginkan. Sebenarnya perbaikan terhadap mutu rumah sakit
baik dari layanan administrasi maupun medis memang benar-benar mutlak
dibutuhkan. Bukan saja karena banyaknya keluhan-keluhan masyarakat yang
merasa kecewa dengan pelayanan rumah sakit, baik dari segi mutu,
kemudahan prosedur administrasi, tarif, dan juga dengan adanya
perkembangan zaman yang sudah mendesak untuk melakukan perbaikan-
perbaikan. Jolly dan Gerbaud (1992) menyebutkan bahwa pasien yang dirawat
di rumah sakit bukan saja mengharapkan pelayanan medis dan keperawatan
yang baik, makanan yang enak serta utamanya adanya hubungan baik antara
staf rumah sakit dengan para pasie

B. Identifakasi Masalah
1. Apakah definisi dari rumah sakit?
2. Jelaskan jenis-jenis rumah sakit yang ada di Indonesia?
3. Bagaimanakah manajamen pelayanan rumah sakit?
4. Jelaskan struktur organisasi rumah sakit umum di Indonesia?
5. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi demand terhadap pelayanan
kesehatan dan rumah sakit?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari rumah sakit.
2. Mengetahui dan memahami jenis-jenis rumah sakit yang ada di Indonesia.
3. Mengetahui dan memahami manajemen pelayanan rumah sakit.
4. Mengetahui dan memahami struktur organisasi rumah sakit umum di
Indonesia.
5. Mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi demand
terhadap pelayanan kesehatan dan rumah sakit.
D. Manfaat
1. Pemerintah dan rumah sakit
 Meningkatkan kualitas manajemen pelayanan rumah sakit di Indonesia
 Dapat menenerapkan kebijakan manajemen pelayanan rumah sakit di
Indonesia dengan baik dan tepat.

2. Masyarakat
 Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
 Mendapatkan pelayanan rumah sakit sesuai dengan standar pelayanan
kesehatan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Rumah Sakit
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat dan tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi
melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan atau upaya
kesehatan penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan (Siregar, 2004).
Menurut undang-undang tentang rumah sakit dijelaskan bahwa rumah
sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan
Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas,
manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan,
perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
(Depkes, 2009).
Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan
untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan RI No: 983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah
melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan
secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan rujukan. Rumah sakit mempunyai beberapa fungsi, yaitu
menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan non
medik, pelayanan dan asuhan keperawatan, pendidikan dan pelatihan,
penelitian dan pengembangan, pelayanan rujukan upaya kesehatan,
administrasi umum dan keuangan (Siregar, 2004).
B. Jenis-jenis Rumah Sakit yang ada di Indonesia
Di Indonesia dikenal tiga jenis RS sesuai dengan kepemilikan, jenis
pelayanan dan kelasnya.
1. Berdasarkan kepemilikannya, dibedakan tiga macam RS
 RS Pemerintah (RS Pusat, RS Provinsi, RS Kabupaten)
 RS BUMN/ABRI
 RS Swasta yang menggunakan dana investasi dari sumber dalam
negeri (PMDN) dan sumber luar negeri (PMA).
2. Berdasarkan jenis pelayanan
 RS Umum
 RS Jiwa
 RS Khusus (mata, paru, kusta, rehabilitasi, jantung, kangker, dan
sebagainya).
3. Berdasarakan kelasnya
 RS kelas A
RS kelas A tersedia pelayanan spesialistik yang luas termasuk
subspesialistik
 RS kelas B (pendidikan dan nonpendidikan)
RS kelas B mempunyai pelayanan minimal sebelas spesialistik dan
subspesialistik terdaftar.
 RS kelas C
RS kelas C mempunyai minimal empat spesialistik dasar (bedah,
penyakit dalam, kebidanan, dan anak).
 RS kelas D (Kepmenkes No.51 Menkes/SK/II/1979).
Di RS kelas D hanya terdapat pelayanan medis dasar Pemerintah sudah
meningkatkan status semua RS Kabupaten menjadi kelas C (Munijaya,
2004).
Keputusan menteri kesehatan NO. 134 Menkes/SK/IV/78 th. 1978
tentang susunan organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum di Indonesia
antara lain:

 Pasal 1 :
Rumah sakit umum adalah organisasi di lingkungan Departemen
Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada
Dirjen Pelayanan Medik
 Pasal 2 :
Rumah sakit umum mempunyai tugas melaksanakan pelayanan kesehatan
(caring) dan penyembuhan (curing) penderita serta pemulihan keadaan
cacat badan dan jiwa (rehabilitation).
 Pasal 3 :
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Rumah Sakit mempunyai fungsi :
a. Melaksanakan usaha pelayanan medik
b. Melaksanakan usaha rehabilitasi medik
c. Usaha pencegahan komplikasi penyakit dan peningkatan pemulihan
kesehatan
d. Melaksanakan usaha perawatan
e. Melakasanakan usaha pendidikan dan latihan medis dan paramedic
f. Melaksanakan sistem rujukan
g. Sebagai tempat penelitian
 Pasal 4 :
a. Rumah Sakit Umum yang dimaksud dalam keputusan ini adalah RS
kelas A, kelas B, kelas C
b. Rumah Sakit Umum kelas A adalah RSU yang melaksanakan
pelayanan kesehatan yang spesialistik dan subspesialistik yang luas.
c. Rumah Sakit Umum kelas B adalah RSU yang melaksanakan
pelayanan kesehatan yang spesialistik yang luas.
d. Rumah Sakit Umum kelas A adalah RSU yang melaksanakan
pelayanan kesehatan yang spesialistik paling sedikit 4 spesialis dasar
yaitu Penyakit Dalam, Penyakit Bedah, Penyakit kebidanan /
kandungan, dan kesehatan anak (Munijaya, 2004).

C. Manajemen Pelayanan Rumah Sakit


Selain masalah-masalah manajemen, rumah sakit kita juga menghadapi
masalah-masalah yang lebih mendasar, yaitu aspek-aspek filosofi. Apakah RS
harus tetap merupakan instansi sosial yang non-profit making atau
diperbolehkan profit making? Dalam Majalah Manajemen (No. 4, Mei 1981)
telah dikemukakan sebuah artikel: “Organisasi Rumah Sakit Mengapa Kurang
Efektif?” Artikel tersebut ditulis oleh J. Sadiman, dan mengemukakan aspek-
aspek hubungan antara pengurus/yayasan yang memiliki rumah sakit dengan
direksi rumah sakit serta kemungkinan adanya kekaburan mengenai
menejemen organisasi rumah sakit. Masalah manajemen rumah sakit pada
akhir-akhir ini memang banyak disorok. Tidak saja atas keluhan-keluhan
masyarakat yang merasa kecewa dengan pelayanan rumah sakit, baik dari segi
mutu, kemudahan, dan tarif, tetapi juga perkembangan zaman yang memang
sudah mendesak ke arah perbaikan-perbaikan itu (Sulastomo, 2000).
Setidak-tidaknya ada beberapa alasan untuk meningkatkan
kemampuan manajemen rumah sakit :
1. Perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran yang cepat.
Dalam 10-20 tahun terakhir, ilmu kedokteran (termasuk di
Indonesia) telah berkembang tidak saja ke tingkat spesialis dalam bidang-
bidang ilmu kedokteran, tetapi sudah ke superspesialisasi. Selain dengan
ini, teknologi yang dipergunakan juga semakin meningkat. Bisa dipahami
bahwa investasi dalam dunia kedokteran dan rumah sakit akan semakin
mahal (termasuk human invesment-nya). Karena itu, manajemen rumah
sakit yang tidak baik akan menimbulkan pelayanan kesehatan yang
semakin mahal atau sebaliknya, bahwa rumah sakit tidak dapat berjalan
dan bangkrut. Dalam hal ini perlu disadari bahwa dengan perkembangan
tersebut, pelayanan rumah sakit pada dasarnya memang cenderung
menjadi “mahal”.
2. Demand masyarakat yang semakin meningkat dan meluas.
Masyarakat tidak saja menghendaki mutu pelayanan kedokteran
yang baik, tetapi juga semakin meluas. Masalah-masalah yang dahulu
belum termasuk bidang kedokteran sekarang menjadi tugas bidang
kedokteran. Terjadi apa yang disebut proses medicalization. Dapat
dipengerti bahwa karenanya beban rumah sakit akan semakin berat.
3. Dengan semakin luasnya bidang kegiatan rumah sakit, semakin diperlukan
unsur-unsur penunjang medis yang semakin luas pula, misalnya: masalah-
masalah administrasi, pengelolaan keuangan,hubungan masyarakat dan
bahkan aspek-aspek hukum/legalitas. Belum lagi kehendak pasien yang
menghendaki unsur penunjang non-medis yang semakin meningkat sesuai
dengan kebutuhan manusia masa kini. Makin lama makin dirasakan
perlunya pengingkatan pengelolaan rumah sakit secara professional
(Sulastomo, 2000).
Rumah sakit di Indonesia untuk sebagian besar (±70%) dimiliki oleh
Pemerintah. Sebagian rumah sakit swasta didirikan oleh lembaga-
lembaga/yayasan,khususnya dengan latar belakang keagamaan atau lembaga-
lembaga sosial lainnya, yang biasanya diprakarsai oleh kalangan masyarakat
atau orang-orang yang terhormat. Sudah tentu, rumah sakit seperti ini
membawa missi sosial dan karena itu tidak profit making. Mungkin karena
sifat non-profit making inilah, ada kesan bahwa rumah sakit seperti ini
dikelola “asal jalan” dan semata-mata mengutamakan pelayanan medis pasien-
pasien yang dirawat. Kerugian yang ada biasanya akan ditangani lembaga-
lembaga keagamaan/sosial yang bersangkutan, dari donasi/sumbangan yang
diperolehnya (Sulastomo, 2000).
Baru pada akhir-akhir ini, terutama pada sekitar tahun 1975, muncul
rumah sakit swasta di kota-kota besar, yang dikelola dengan motivasi yang
agak berlainan. Meskipun rumah sakit ini tidak secara berteras terang
merupakan lembaga yang profit making, akhirnya toh tidak dapat
disembunyikan bahwa rumah sakit ini mempunyai kemampuan finansial yang
kuat tentunya sulit untuk menyatakan bahwa rumah sakit ini mempunyai
kemampuan finansial yang kuat yang tentunya sulit untuk menyatakan bahwa
rumah sakit ini adalah non-profit making dan sosial semata-mata. Fenomena
ini telah menumbuhkan polemik baru dari segi filosofi, yaitu apakah rumah
sakit dimungkinkan dikelola secara “bisnis” dalam arti menjadi suatu instansi

yang profit making? Polimik ini sudah tentu menyangkut landasan


kenegaraan/falsafah kenegaraan kita, yaitu Pancasila dan UUD 1945
(Sulastomo, 2000).
Meskipun demikian, dalam perkembangan dewasa ini, rumah sakit toh
tidak mungkin dikelola semata-mata sosial. Dalam keadaan sekarang, hamir
seluruh rumah sakit swasta menghadapi realita kehidupan yang semakin
meterialistis. Rumah sakit harus membayar teknologi kedokteran, listrik, air,
dapur dan bahkan imbalan jasa dokter dan paramedis dengan mengikuti harga
pasar. Dalam keadaan inilah, dari segi manajemen, rumah sakit yang selama

ini memang lebih mementingkan aspek sosial, seolah-olah ketinggalan


“kereta”. Tidak terlepas dalam hubungan ini adalah rumah sakit pemerintah di
mana meskipun seluruh biaya eksploitasi/personel/gedung dan lain sebagainya
ditanggung oleh pemerintah (secara teoritis), keperluan mengelola rumah sakit
sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen adalah sangat mutlak (Sulastomo,
2000).
Pengelolaan rumah sakit sehari-hari menjadi wewenang dan tugas
dereksi rumah sakit sendiri. Pada dasarnya, betapapun (mungkin)
kebijaksanaan yang diberikan oleh pengurus yayasan/pemiklik rumah sakit
mungkin sudah baik, citra rumah sakit akan terbebtuk oleh pelaksanaan tugas
sehari-hari (Sulastomo, 2000).
Seperti dikatakan di atas, masalah-masalah ini ,menjadi semakin
kompleks. Pelayanan administrasi/penunjang/hubungan masyarakat dan
aspek-aspek hukum/peraturan rumah sakit semakin luas. Hal ini memerlukan
penanganan manajemen secara lebih profesional. Hospital managemen telah
berkembang menjadi ilmu yang tersendiri. Sebaliknya, ada anggapan bahwa
dokter-dokter (secara profesional) sayang apabila menangani masalah-masalah
yang nonmedis (Sulastomo, 2000).
Masalah itu perlu dikemukakan, karena peranan dokter adalah sangat
kuat dan pengelolaan rumah sakit di Indonesia dewasa ini, yang dengan
sendirinya mempengaruhi jalannya organisasi-organisasi rumah sakit, yaitu
penyelenggaraan organisasi diagnostik, therapy, perawatan pasien,

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Manajemen Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah suatu proses atau kemampuan dalam
mengelola jasa pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat mulai dari permintaan
untuk dilayani sampai pelayanan jasa di bidang kesehatan itu diterima oleh masyarakat
untuk dgunakan. Oleh karena itu, dengan menilik semua teori di sub bab-bab yang telah
kami sampaikan, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa konsepsi Pelayanan Kesehatan
harus berpihak kepada masyarakat dengan sebuah gerakan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan dan Memberdayakan Masyarakat (Reinverting Goverment) untuk lebih
meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen pelayanan Kesehatan Masyarakat,
dengan melakukan progam-progam yang sifatnya mendidik masyarakat sehingga
masyarakat itu sadar akan pentingnya kesehatan itu sendiri.

B.Saran
Diharapkan kepada pemerinah untuk segera memenuhi kebutuhan masyarakat untuk
pelayanan kesehatan yang optimal dan prima sehingga masyarakat dapat merasakan
dampak dari manajemen pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Sianipur,JP.G. 1998. Manajemen Pelayanan Masyarakat. Jakarta: LAN RI.


Kadarmo, Siwi Utama. 1998. Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan. Jakarta: LAN
RI.
Sutopa. 1998. Administrasi Manajemen dan Organisasi. Jakarta: LAN RI.
Wahjosumidjo. 1998. Kepemimpinan Abad XXI. Jakarta: LAN RI.
Adikusumo, A. Amer H.D. Manajemen Pola Kerja Terpadu. Jakarta: LAN RI.

Anda mungkin juga menyukai