Anda di halaman 1dari 4

BAB III

PEMBAHASAN
Immunodefisensi mengacu pada keadaan dimana kekebalan menurun atau gagalnya fungsi
sistem imun menanggapi invasi mikroorganisme atau antigen. Gangguan imonudefisiensi dapat
terjadi akibat cacat genetik primer bersifat kongenital atau diturunkan. Atau terjadi akibat
penyebab sekunder seperti infeksi virus atau bakteri, malnutrisi, autoimunitas atau pengobatan
dengan obat yang menginduksi imunosupresi.

A. Prinsip umum terapi imunosupresan


1. Respons imun primer lebih mudah dikendalikan dan ditekan dibandingkan dengan
respons imun sekunder. Tahap awal respons imun primer mencangkup : pengolahan
antigen oleh APC, sintesis limfokin, proliferasi dan diferensiasi sel – sel imun. Tahap ini
merupakan yang paling spesifik terhadap obat imunosupresan. Sebaliknya, begitu
terbentuk sel memori, maka efektivitas obat imunosupresan akan jauh berkurang.
2. Obat imunosupresan memberikan efek yang berbeda terhadap antigen yang berbeda.
Dosis yang dibutuhkan untuk menekan respons imun terhadap suatu antigen berbeda
dengan dosis untuk antigen lain.
3. Penghambatan respons imun lebih berhasil bila obat imunosupresan diberikan sebelum
paparan terhadap antigen. Sayangnya, hampir semua penyakit autoimun baru bisa
dikenal setelah autoimunitas berkembang, sehingga realtif sulit diatasi.

Obat – obat imunosupresan :

1. Kortikosteroid (Prednison dan Prednisolon)


2. Penghambat kalsineurin (Siklosporin dan Takrolimus)
3. Sitotoksik (Azatioprin, Mikofenolat Mofetil, Siklofosfamid, Metotreksat)
4. Antibodi (Antibodi Poliklonal, Antibodi Monoklonal)

B. Prinsip umum terapi Imunostimulan


Ditujukkan untuk perbaikan fungsi imun pada kondisi imunosupresi. Kelompok obat ini
dapat mempengaruhi respon imun seluler maupun humoral. Kelemahan obat ini adalah
efeknya yang menyeluruh dan tidak bersifat spesifik untuk jenis sel atau antibodi tertentu.
Selain itu, efeknya umumnya lemah. Indikasi pengobatan imunostimulan antara lain AIDS,
infeksi kronik, dan keganasan, terutama yang melibatkan sistem limfatik.

Contoh Imunidefisensi sekunder :

 AIDS

Penularan :

1. Hubungan seks dengan penderita HIV (+) ; homoseksual / heteroseksual


2. Penerima donor darah yang terinfeksi
3. Jarum suntik terpapar virus
4. Bayi lahir / menyusui dari ibu penderita HIV

Diagnostik HIV

a. Kriteria Mayor :
1. Turun berat badan > 10% tanpa alasan
2. Daire kronik > 1 bulan
3. Demam berkelanjutan > 1 bulan
b. Kriteria minor
1. Batuk menetap tanpa alasan jelas
2. Gatal – gatal menyeluruh
3. Infeksi herpes zoster berulang
4. Infeksi candida(sariawan) pada mulut / kerongkongan
5. Penyakit herpes yang progresif dan meluas
6. Pembesaran kelenjar yang luas

Pada anak – anak : Gejala minor

1. Pembesaran kelenjar yang meluas


2. Sariawan (kandida) pada mulut
3. Infeksi berulang telinga dan tenggorokan
4. Batuk yang lama tanpa sebab jelas
5. Kemungkinan penularan dari ibu HIV (+)
Obat – obat ARV yang tersedia di Rumah Sakit Rujukan adalah :

Lini pertama : Lini kedua :

1. Duviral 1. Kaletra
2. Neviral
3. Hiviral
4. Stavudin 40
5. Stavudin 40
6. Efavirens

 Malnutrisi

Diagnostik :

1. Kelelahan
2. Pusing
3. Penurunan berat badan
4. Gizi buruk

Penanganan malnutrisi

1. Konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, protein, buah, sayuran dan lemak
2. Kunjungi dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

 Infeksi oportunistik :
Infeksi yang mengabil keuntungan dari kelemahan sistem imun (oportunistik)

Obat – obat infeksi opportunistik (IO) yang umum digunakan :

Infeksi Terapi
Kandidiasis Usofagus Fluconazol, Mycostatin oral
TBC Rifampisin, INH, Pyrazinamid, Ethambutol,
Streptomisin.
Toksoplasmosis Pirimetamin, Sulfadiazin, Klindamisin,
Folinic acid
Sitomegalovirus Gansiklovir
Herpes zoster Asiklovir
Pnemonia Carinii Kotrimoksazol
HepatitisC Interferon

Anda mungkin juga menyukai