SKENARIO
Skenario 2
Mrs. A 38 tahun dibawa ke Poliklinik Umum RSUP, Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar,
dengan keluhan : penurunan BB, demam sudah lebih dari 1 bulan, diare kronis, batuk
menetapa, kelemahan tubuh, berkeringan malam, hilang nafsu makan, infeksi kulit, dan ada
tuberkulosis paru.
TINJAUAN TEORI
4. Patofisiologi
HIV secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan
CD4, yang bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang
mencangkup limfosit penolong dengan peran kritis dalam mempertahankan
responsivitas imun, juga memperlihatkan pengurangan bertahap bersamaan
dengan perkembangan penyakit.mekanisme infeksi HIV yang menyababkan
penurunan sel CD4.
HIV secara istimewa menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan
CD4, yang bekerja sebagai resptor viral. Subset limfosit ini, yang mencangkup
Timfosit penolang dengan peran kritis dalam mempertahankan responsitivitas
imun, juga memperlihatkan pengurangan bertahap bersamaan dengan
perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi HIV yang menyebabkan
penurunan sel CD4 ini tidak pasti, meskipun kemungkinan mencangkup
infeksi litik sel CD4 itu sendirn; induksi apoptosis melalui antigen viral, yang
dapat bekerja sebagai super antigen; penghancuran sel yang terinfeksi melalui
mekanisme imun antiviral penjamu dan kematian atau disfungsi precursor
limfosit atau sel asesorius pada timus dan kelenjar getah bening. HIV dapat
menginfeksi jenis sel selain limfosit infeksi HIV pada monosit, tidak seperti
infeksi pada limfosit CD4, tidak menybabakan kematian sel. Monosit yang
terinfeksi dapat berperan sebagai reservoir virus laten tetapi tidak dapat
diindukasi, dan dapat membawa virul keorgan, terutama otak, dan menetap
diotak. Percobaan hibridisasi memperlihatkan aam nukleat viral pada sel-sel
kromafin mukosa usus, epitel glomerular dan tubular dan astroglia. Pada
jaringan janin, pemulihan virus yang opaling konsisten adalah dari otak, hati,
dan paru. Patologi terkait HIV melibatkan banyak organ, meskipun sering sulit
untuk mengetahui apakah kerusakan terutama disebabkan oleh infeksi virus
local atau komplikasi infeksi lain atau autoimun.
Infeksi HIV biasanya secara klinis tidak bergejala saat terakhir,
meskipun "periode inkubasi" atau interval sebelum muncul gejala infeksi HIV,
secara umum lebih singkat pada infeksi perinatal dibandingkan pada infeksi
HIV dewasa. Selama fase ini, gangguan regulasi imun sering tampak pada saat
tes, terutama berkenaan dengan fungsi Sel B; hipergameglobulinemia dengan
produksi antibody nonfungsional lebih universal diantara anak-anak yang
terinfeksi HIV daripada dewasa, sering meningkat pada usia 3-6 bulan.
Ketidakmampuan untuk berespons terhadap antigen baru ini dengan
produksi immunoglobulin secara klinis mempengaruhi bayi tanpa pajanan
antigen sebelumnya, berperang pada infeksi dan keparahan infeksi bakteri
yang lebih berat pada infeksi HIV pediatrik. Deplesi limfosit CDA sering
merupakan temuan lanjutan, dan mungkin tdk berkorelasi dengan status
simtomatik. Bayl dan anak-anak dengan infeksi HIV sering memiliki jumlah
limfosit CD4 terhadap CD8 yang normal. Panjamu yang berkembang untuk
beberapa alas an menderita imunopatologi yang berbeda dengan dewasa, dan
kerentanan perkembangan system saraf pusat menerangkan frekuensi relative
ensofalopati yang terjadi pada infeksi HIV anak.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Mendeteksi antigen virus dengan PCR (polimerase chain reaction)
b. Tes ELSA memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi
c. Hasi Ipositif dikonfirmasi dengan pemeriksaan westem blot
d. Serologis : skrinning HIV dengan ELISA, tes western blot, limfosit T.
e. Pemeriksaan darah rutin
f. Pemeriksaan neurologis
g. Tes fungsi paru, broskoscopi.
h. Viral Load
i. Pap Smear
6. Penatalaksanaan
a. Pengobatan suportif
1) Pemberian nutrisi yang baik
2) Pemberian multi vitamin
b. Pengobatan simptomatik
c. Pencegahan infeksi opurtunistik, dapat digunakan antibiotik
kotrimokzasol
d. Pemberian ARV Antiretroviral ARV dapat diberikan saat pasien sudah
siap terhadap kepatuhan berobat seumur hidup indikasi dimulainya
pemberian ARV dapat dilihat pada table berikut
7. Pencegahan
a. Hindari tranfusi, dengan selalu berhati-hati. Bila terpaksa ditranfusi,
yakinkan bahwa darah yang ditranfusi adalah darah yang telah
diperiksa oleh unit kesehatan tranfusi darah (UKTD) PMI sebagai
darah bebas HIV (juga bebas hepatitis, malaria dan sifilis).
b. Hindari suntik-menyuntik. Sebagian besar obat sama atau lebih efektif
diminum daripada disuntikkan. Bila terpaksa disuntik, yakinkah jarum
dan tabung suntiknya baru dan belum dipakal orang lain.
c. Berhati-hatilah dalam menolong orang luka dan berdarah. Gunakan
prosedure P3K yang baku dan aman.
d. Tempatkan benda-benda tajam yang tidak terpakai dalam wadah anti
tembus
e. Di lingkungan rumah buang dan siramlah darah serta cairan tubuh
dengan sabun dan air.
f. Bila ada sesuatu tanda atau gejala yang meragukan, secepatnya
memeriksakan diri.
Telah dikembangkan konsep ABC untuk mencegah HIVIAIDS, yakni :
A = Abstinence (Menghindari), metode pencegahan yang paling efektif
dengan cara menghindari hubungan seks dan perilaku berisiko tinggi.
8. Komplikasi HIVIAIDS
a. Respiratorius
Pneumonia pneumocytis carinii. Gejala napas yang pendek,
sesak napas (dispnea), batuk-batuk nyeri dada dan demam akan
menyertai berbagai infeksi opurtunis, seperti yang disebabkan oleh
micobacterium avium intacellulare (MAI), sitomegalovirus (CMV),
dan legionella. Pneumonia pneumocytis carinii (PCP) merupakan
penyakit oportunis pertama yang dideskripsikan berkaitan dengan
AIDS. Pneumonia ini merupakan manifestasi pendahuluan penyakit
AIDS pada 60% pasien. Tanpa terapi profilaktik, PCP akan terjadi
pada 80% orang-orang yang terinfeksi HIV.
b. Gastrointestinal Manifestasi gastrointestinal penyakit AIDS mencakup
hilangnya selerah makan, mual, vimutus, kandidiasis oral serta
esofagus, dan 11 diare kronik. Diare dapat membawah akibat yang
serius yang sehubungan dengan terjadinya penurunan berat badan yang
nyata (lebih dari 10 % berat badan), gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit, ekskoriasi kulit perianal, kelemahan dan
ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan yang biasa dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Kanker Penderita AIDS memiliki insidensi penyakit kanker yang lebih
tinggi dari pada insidens biasa terjadi. HIV terhadap sel-sel kanker
yang sedang tumbuh atau berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang
memungkinkan substansi penyebab kanker, seperti virus, untuk
mengubah bentuk sel-sel rentan menjadi sel-sel maligna. Sarkoma
kaposi (dilafalkan KA- posheez), yaitu kelainan malignitas yang
berkaittan dengan HIV yang paling sering ditemukan, merupakan
penyakit yang melibatkan lapisan endotel pembuluh darh dan limfe.
Pada penderita AIDS, sarkoma kaposi epidemik paling sering dijumpai
diantara para biseksual dan homoseksual laki-laki.
d. Neurologik Diperkirakan ada 80% dari semua pasien AIDS yang
mengalami bentuk kelainana neurologik tertentu selama perjalanan
infeksi HIV komplikasi neorologik dapat terjadi akibat efek langsung
HIV pada jaringan sistem saraf, efeksi oportunis, neoplasma, primer
atau metastok, perubahan serebrovaskuler, ensefalopati metabolik atau
metabolik atau kompkikasi sekunder karena terapi. Ensefalapi HIV
disebut pula sebagai komlek demensia AIDS. Cryptococcus
neofarmas, merupakan infeksi oportunis sering keempat yang terdapat
diantara AIDS yang penyebab infeksi paling sering ketiga yang
menyebabkan kelainan neorologik. Struktur integumen, manifestasi
kulit menyertai infeksi HIV dan infeksi oportunis serta malignasi yang
mendampinginya, dermatitis akan disertai ruam yang malignasi yang
mendampinginya, dermatitis akan disertai ruam yang difus, nesisik
dengan indurasi yang mengenai kulit, kepala, serta wajah. Penderita
AIDS yang dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang disertai
kult yang kering dan mengelupas atau dengan dermatitis atpoik seperti
aczema atau psoriasis.
9. Penyimpanan KDM
Neutropenia Neutropenia
Prot. virus
Tunas virus
Humoral Seluler
Diferensiasi dalam
plasma Penurunan aktifitas Terinfeksi virus
B. Konsep Asuhan Keperawatan HIV/AIDS
Penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan HIV-AIDS sangatlah
penting, karena dengan melaksanakan lima tahapan proses keperawatan akan dapat
membantu pasien dalam menghadapi penyakitnya. Langkah- langkah asuhan
keperawatan tersebut bias dilihat di bawah ini:
1. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas / Istirahat
1) Gejala:
Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas
biasanya, progresi kelelahan/malaise.
Perubahan pola tidur
2) Tanda:
Kelemahan otot, menurunnya massa otot.
Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan
dalam tekanan darah, frekuensi jantung, pernapasan.
b. Sirkulasi
1) Gejala:
Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia),
perdarahan lama pada cedera (jarang terjadi).
2) Tanda:
Takikardia, perubahan Tekanan darah postural
Menurunnya volume nadi perifer
Pucat atau sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.
c. Integritas Ego
1) Gejala:
Factor stress yang berhubungan dengan kehilangan,
misalnya dukungan keluarga, hubungan dengan orang
lain, penghasilan, gaya hidup tertentu, dan distress
spiritual.
Mengkhawatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat, dan
menurunnya berat badan
Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus
asa, tidak berguna, rasa bersalah, kehiangan control diri,
dan depresi.
2) Tanda:
Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.
Perilaku marah, postur tubuh mengelak menangis dan
kontak mata yang kurang.
Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa
dengan gejala yang sama.
d. Eliminasi
1) Gejala:
Diare yang intermiten, terus menerus, sering dengan
atau tanpa disertai kram abdominal
Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
2) Tanda:
Feses encer dengan atau tanpa disertai mucus atau darah
Diare pekat yang sering.
Nyeri tekan abdominal.
Lesi atau abses rektal, perineal.
Perubahan dalam jumlah, wama dan karakteristik urine.
e. Makanan/Cairan
1) Gejala:
Tidak nafsu makan, perubahan dalam kemampuan
mengenali makanan, mual Imuntah.
Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan.
Penurunan berat badan yang cepat / progresif
2) Tanda:
Dapat menurunkan adanya bising usus hiperaktif
Penurunan berat badan: perawakan kurus, menurunnya
lemak subkutan / massa otot.
Turgor kulit buruk
Lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih dan
perubahan warna
Kesehatan gig/gusi yang buruk, adanya gigi yang
tanggal.
Edema (umum, dpenden)
f. Hygiene
1) Gejala:
Tidak dapat menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-
hari
2) Tanda:
Memperlihatkan penampilan yang tidak rapi
Kekurangan dalam banyak atau semua perawatan diri,
aktivitas perawatan diri.
g. Neurosensory
1) Gejala:
Pusing/pening, sakit kepala Perubahan status mental,
kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk
mengatasi masalah, tidak mampu mengingat dan
konsentrasi menurun.
Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran.
Kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman
penglihatan. Kebas, kesemutan pada ekstermitas (kaki
tampak menunjukkan perubahan paling awal).
2) Tanda:
Perubahan status mental dengan rentang antara kacau
mental sampai demensia,lupa, konsentrasi buruk,
tingkat kesadaran menurun, apatis, retardasi
psikomotor/respons melambat
Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan
yang tidak realistis.
Timbul refleks yang tidak nomal, menurunnya kekuatan
otot, dan gaya berjalan ataksia,
Tremor pada motoric kasar/halus, menurunnya motoric
fokalis, hemiparetis, kejang.
Hemoragi retina dan eksudat (renitis
Cymtomergalovirus).
h. Nyen / Kenyamanan
1) Gejala:
Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki
Sakit kepala (keterlibatan Sistem Saraf Pusat) > Nyeri
atau pleuritis.
2) Tanda:
Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan.
Penurunan rentan gerak, perubahan gaya
berjalan/pincang
Gerak otot melindungi bagian yang sakit.
i. Pemapasan
1) Gejala:
Napas pendek yang progresif
Batuk (mulai darisedang sampai parah), produktif/non-
produktif sputum (tanda awal dari adanya Pneumocystic
Carini Pneumonia mungkin batuk spasmodic saat napas
dalam).
Bendungan atau sesak pada dada
2) Tanda:
Takipnea, distress pernapasan
Perubahan pada bunyi napas/bunyi napas adventisius.
Sputum: kuning pada pneumonia yang menghasikan
sputum).
j. Keamanan
1) Gejala:
Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat
proses penyembuhannya.
Riwayat menjalani transfuse darah yang sering atau
berulang (misahya hemophilia, operasi vaskuler mayor,
insiden traumatis).
Riwayat penyakit defisiensi imun, vakni kanker tahap
laniut.
Riwayat/berulangnya infeksi dengan penyakit hubungan
seksual,
Demam benulang suhu rendah, peningkatan suhu
intermiten/memuncak, berkeringat malam.
2) Tanda:
Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam, misalnya
eczema, eksantem, psoriasis, perubahan warna,
perubahan ukuranwama mola, terjadi memar yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya.
Rectum, luka-luka perianal atau abses.
Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada
dua area tubuh atau lebih (misalnya leher, ketika, paha).
Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan
pada gaya berjalan.
k. Seksualitas
1) Gejala:
Riwayat perilaku berisiko tinggi yakni mengadakan
hubungan seksual dengan pasangan yang positif HIV,
pasangan seksual multiple, aktivitas seksual yang tidak
terlindung, dan seks anal.
Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan
hubungan seks.
Penggunaan kondom yang tidak konsisten.
Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan
kerentanan terhadap virus pada wanka yang
diperkirakan dapat terpajan karena peningkatan
kekeringan/friebilitas vagina)
2) Tanda:
Kehamilan atau risiko terhadap hamil.
Genetalia: manifestasi kulit (misalnya herpes, kutil),
rabas.
l. Interaksi Sosial
1) Gejala:
Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, misanya
kehilangan kerabat/orang terdekat, teman, pendukung.
Rasa takut untuk mengungkapkannyapada orang lain,
takut akan penolakan/kehilangan pendapatan.
Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual
yang meninggal kerena AIDS.
Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri,
tidak mampu membuat rencana.
2) Tanda:
Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat
Aktivitas yang tak teroganisir, perubahan penyusunan
tujuan.
m. Penyuluhan / Pembelajaran.
1) Gejala:
Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan
perilaku berisiko tinggi (misainya seksual ataupun
penggunaan obat intravena).
Penggunaan/penyalahgunaan obatoobatan intravena,
saat ini merokok, penyalahgunaan alcohol.
2) Pertimbangan Rencana Pemulangan:
Diagnosis related group menunjukkan rerata lama
dirawat: 10,2 hari
Memertukan bantuan keuangan, obat-obatan/tindakan,
perawatan kulitluka, peralatan/bahan, transportasi,
belanja makanan dan persiapan, perawatan diri,
prosedur keperawatan teknis, tugas
perawatan/pemeliharaan rumah, perawatan anak,
perubahan fasilitas hidup.
Diagnosa Keperawatan Menurut Amin Huda dan
Hardhi Kusuma (2015) masalah yang lazim muncul
pada klien dengan AIDS adalah : a. Ketidakefektifan
bersihan jalan napas b.d pneumonia carinii (PCVP),
peningkatan sekresi bronkus dan penurunan
kemampuan untuk batuk menyertai kelemahan serta
keadaan mudah letih. b. Ketidakefektifan pola napas b.d
jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot
pernapasan dan penurunan ekspansi paru. c.
Ketidakefektifan temogulasi b.d penurunan imunitas
tubuh d. Intoleransi aktivitas b.d keadaan mudah letih,
kelemahan, malnutrisi, gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit. e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan oral f.
Gangguan harga dri g. Resiko infeksi b.d
imunodefisiensi h. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
1. Defisiensi pengetahuan b.d cara - cara mencegah
penularan HIV dan perawatan mandiri.