Oleh:
Kelompok 4
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Gangguan Sistem Kardiovaskuler
gangguan darah HDF”
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari
bantuan dari tuntunan Tuhan Yang Maha Esa. Tidak lupa juga dalam kesempatan ini
kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman serta
bantuan dari berbagai pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya untuk diri kita sendiri,
umumnya kepada para pembaca makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Kritik dan saran dari pembacanya sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………….. i
Daftar Isi………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan ………................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian………………………………………………………… 7
B. Etiologi…………………………………………………………… 7
C. Patofsiologi………………………………………………………. 8
D. Klasifikasi……………………………………………………….. 10
E. Manifestasi Klinis……………………………………………….. 10
F. Pemeriksaan Diagnostik………………………………………… 11
G. Penatalaksanaan Medis…………………………………………. 12
H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan…………………………… 13
A. Kesimpulan……………………………………………………… 36
B. Saran……………………………………………………………. 36
Daftar Pustaka
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anak-anak dari
orang dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia dapat menjadi
permasalahan besar karena penggunaan definisi yang berbeda oleh beragam negara
dan lembaga internasional. (WHO , 2003) . Anak-anak sebagai orang yang berusia di
bawah 20 tahun. Sedangkan The Convention on the Rights of the Child
mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 18 tahun. (
Department of Child and Adolescent Health and Development , 2006)
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah
“pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini
berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua
proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri
sendiri-sendiri; akan tetapi bias dibedakan untuk maksud lebih memperjelas
penggunaannya. Dalam hal ini kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan
diantaranya tahap secara moral dan spiritual. Karena pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut memiliki kesinambungan
yang begitu erat dan penting untuk dibahas maka kita meguraikannya dalam bentuk
struktur yang jelas baik dari segi teori sampai kaitannya dengan pengaruh yang
ditimbulkan.
Penanggulangan demam berdarah secara umum di tujukan pada
pemberantasan rantai penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya
(vektornya) yaitu nyamuk Aedes Aegypty dengan memberantas sarang
perkembangbiakannya yang umunya ada di air bersih yang tergenang di permukaan
tanah maupun di tempat-tempat penampungan air, melakukan program 3M
( menutup, menguras, mengubur) (WHO 2004).
Dari data yang diperoleh, kasus DBD di dki jakarta menurun selama tiga
tahun terakhir, secara signifikan. Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta
menyebutkan, penurunan terjadi hingga tiga tahun terakhir. Pada tahun 2007, jumlah
kasus DBD mencapai 31.836 kasus. Jumlah itu mengalami penurunan di tahun 2008
yang hanya mencapai 28.361 kasus. Pada 2009 penurunannya sangat signifikan
4
hanya menyisakan 18.835 kasus. Di tahun 2010, jumlah kasus DBD kian menyusut
menjadi 12.639 kasus.
Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 menunjukkan, jumlah kasus
DBD di DKI sebesar 18.006 kasus, dengan tingkat kejadian rata-rata (incidence
rate/IR) sebesar 202,4 per 100.000 penduduk. Angka tersebut jauh di atas target
nasional, yaitu 150 per 100.000 penduduk.
Untuk tahun 2011 hingga bulan Mei kasus DBD tercatat sebanyak 3.603 kasus.
Dengan rincian Jakarta Timur 941 kasus, Jakarta Selatan 720 kasus, Jakarta Barat
661 kasus, Jakarta Utara 961 kasus, Jakarta Pusat 314 kasus, dan Kepulauan Seribu 6
kasus.
Peran perawat untuk mengatasi penyakit DBD dengan cara promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberi penyuluhan kesehatan
tentang penyakit DBD dan penanggulangannya, preventif yaitu untuk mencegah
terjadinya DBD dengan cara merubah kebiasaan hidup sehari-hari melalui tidak
menggantung pakaian yang sudah di pakai, menjaga kebersihan lingkungan dan
penampungan air, kuratif yaitu untuk memenuhi cairan tubuh sesuai dengan
kebutuhan, serta mengkonsumsi minuman yang dapat meningkatkan trombosit
seperti jus kurma dll. Dari aspek rehabilitatif perawat berperan memulihkan kondisi
klien dan menganjurkan klien untuk kontrol kembali kerumah sakit bila keluhan
timbul kembali.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian DHF ?
2. Apa Etiologi DHF ?
3. Bagaimana Patofisiologi DHF ?
4. Bagaimana Klasifikasi DHF ?
5. Apa Manifestasi Klinis DHF ?
6. Apa Pemeriksaan Diagnostik ?
7. Bagaimana Penatalaksanaan DHF ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan DHF ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahhui pengertian DHF.
2. Untuk Mengetahui etiologi DHF.
3. Untuk Mengetahui patofisiologi DHF.
4. Untuk Mengetahui klasifikasi DHF.
5
5. Untuk Mengetahui manifestasi klinis.
6. Untuk Mengetahui pemeriksaan diagnostik.
7. Untuk Mengetahui penatalaksanaan DHF.
8. Untuk Mengetahui teori asuhan keperawatan DHF
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian DHF
2. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak
dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo
virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty (betina) (Hidayat, 2006)
4. DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang
masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
(Suryady,2001,hal 57)
B. Etiologi
Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus
(Arthopodborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepthy.
Virus Nyamuk aedes aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu 37 0 C. Adapun
ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah menurut (Nursalam ,2008) adalah :
7
3. Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar
5. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar
rumah seperti bak mandi, tempayan vas bunga.
C. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
dimana virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka terjadilah viremia
(virus masuk ke dalam aliran darah). Kemudian akan bereaksi dengan antibody dan
terbentuklah kompleks virus antibody yang tinggi akibatnya terjadilah peningkatan
permeabilitas pembuluh darah karena reaksi imunologik. Virus yang masuk ke dalam
pembuluh darah dan menyebabkan peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau
terjadi vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah trombosit (trombositopenia)
dan factor koagulasi merupakan factor terjadi perdarahan hebat. Keadaan ini
mengkibatkan plasma merembes (kebocoran plasma) keluar dari pembuluh darah
sehingga darah mengental, aliran darah menjadi lambat sehingga organ tubuh tidak
cukup mendapatkan darah dan terjadi hipoksia jaringan.
Pada keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob , hipoksia dan
asidosis jaringan yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila kerusakan
jaringan semakin berat akan menimbulkan gangguan fungsi organ vital seperti
jantung, paru-paru sehingga mengakibatkan hipotensi , hemokonsentrasi ,
hipoproteinemia, efusi pleura, syok dan dapat mengakibatkan kematian. Jika virus
masuk ke dalam sistem gastrointestinal maka tidak jarang klien mengeluh mual,
muntah dan anoreksia.
Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut menganggu
sistem kerja hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan osidasi lemak.
Namun, karena hati terserang virus dengue maka hati tidak dapat memecahkan asam
lemak tersebut menjadi bahan keton, sehingga menyebabkan pembesaran hepar atau
hepatomegali, dimana pembesaran hepar ini akan menekan abdomen dan
menyebabkan distensi abdomen. Bila virus bereaksi dengan antbody maka
mengaktivasi sistem koplemen atau melepaskan histamine dan merupakan mediator
factor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah atau terjadinya demam
dimana dapat terjadi DHF dengan derajat I,II,III, dan IV.
8
Perjalanan penyakit DHF/DBD
(Nursalam, 2008)
viremia
Vaskulitis Reaksi
imunologis
Permeabilitas vaskular
meningkat (dinding kapiler)
Hemokonsentrasi (peningkatan
Kebocoran plasma HCT >20 %),
Hipoproteinemia, Hiponatremia
dan Efusi serosa.
Hipoksia
jaringan
DIC Asidosis
metabolik
perdarahan
D.
9
D. Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat sebagai
berikut:
1. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II :
3. Derajat III :
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah,
tekanan darah menurun disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.
4. Derajat IV :
Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak dapat
diukur.
E. Manifestasi klinis
Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain
10
F. Pemeriksaan diagnostik
(Nursalam, 2008)
1. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih),
trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
2. Serologi : uji HI (hemoagutination inhibition test).
3. Rontgen thoraks : effusi pleura
11
2. Tindakan Medis yang bertujuan untuk pengobatan
Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia, dan
muntah. Jenis minuman yang diajurkan adalah jus buah, the manis, sirup,
susu, serta larutan oralit. Apabila cairan oralit tidak dapat dipertahankan
maka cairan IV perlu diberikan. Jumlah cairan yang diberikan tergantung
dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan dextrose
5% di dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila terdapat asidosis dianjurkan
pemberian NaCl 0,9 % +dextrose ¾ bagian natrium bikarbonat.
Kebutuhan cairan diberikan 200 ml/kg BB , diberikan secepat mungkin
dalam waktu 1-2 jam dan pada jam berikutnya harus sesuai dengan tanda
vital, jadar hematocrit, dan jumlah volume urine. Untuk menurunkan suhu
tubuh menjadi kurang dari 39°C perlu diberikan anti piretik seperti
paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kg BB/hari. Apabila pasien tampak
gelisah, dapat diberkan sedative untuk menenangkan pasien seperti kloral
hidrat yang diberikan peroral/ perektal dengan dosis 12,5-50 mg/kg BB
(tidak melebihi 1 gram) . Pemberian antibiotic yang berguna dalam
mencegah infeksi seperti Kalmoxcilin, Ampisilin, sesuai dengan dosis yang
ditemukan.
Terapi O2 2 liter /menit harus diberikan pada semua pasien
syok.Tranfusi darah dapat diberikan pada penderita yang mempunyai
keadaan perdarahan nyata, dimaksudkan untuk menaikkan konsentrasi sel
darah merah.Hal yang diperlukan yaitu memantau tanda-tanda vital yang
harus dicatat selama 15 sampai 30 menit atau lebih sering dan disertai
pencatatan jumlah dan frekuensi diuresis.
H. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut
( Hidayat Alimul , 2008) diantaranya:
1. Ensepalopati
Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan
kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke otak.
2. Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi syok
hipovolemik.
12
3. Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan tanda
pasien akan mengalami distress pernafasan.
4. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.
13
Lingkungan di dalam uterus sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembngan fetus, terutama karena ada selaput yang menyelimuti
dan melindungi fetus dari lingkungan luar.
b. Pengeruh bydaya lingkungan
Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi
bagaimana meeka memahami kesehatan berprilaku hidup sehat.
c. Status sosial dan ekonomi keluarga
Anak yang berada di lingkungan keluarga yang sosial ekonominya
rendah, bahkan punya keterbatasan untuk memberi makanan yang
bergizi dll.
d. Nutrisi
Telah disebutkan bahwa untuk bertumbuh dan berkembang, anak
membutuhkan zat gizi yang esensial mencakup protein, lemak,
karbohidrat, mineral, vitamin, dan air yang harus di konsumsi secara
seimbang dengan jumlah yang sesuai kebutuhan pada tahapan
usianya.
C. Ciri-ciri tumbuh kembang
Tumbuh kembang anak yang di mulai sejak konsepsi sampai dewasa
mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu (soetjiningsih, 1995) :
1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai
maturitas atau dewasa, di pengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
2. Dalam periode tertentu terdapat adanya masa perlambatan, serta laju
tumbuh kembang yang berlainan di antara organ-organ.
3. Pola berkembang anak adalah sama, tetapi kecepatannya berbeda antara
anak satu dengan yang lainnya.
4. Perkembangan erat hubungannya maturasi system susunan saraf.
14
Perkembangan menitik beratkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi
termasuk perubahan sosial dan emosi.
1. Motorik kasar
a. Loncat tali
b. Badminton
c. Memukul
2. Motorik halus
3. Kognitif
4. Bahasa
15
c. Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
A. Pengertian
Perasaan tersebut muncul pada saat orang tua melihat anak mendapat
prosedur menyakitkan, seperti pengambilan darah, injeksi, infus, di
lakukan fungsi lumbal dan prosedur infasiv lainnya.Perilaku yang sering di
tujukan orang tua berkaitan dengan adanya perasaan cemas dan takut ini
adalah sering bertanya atau bertanya tentang hal yang sama secara
berulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang, dan
bahkan merah.
2. Perasaan sedih
16
Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal dan
orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk
sembuh. Pada kondisi ini, orang tua menunjukan perilaku isolasi atau
tidak mau di dekati orang lain. Bahwa tidak bisa kooperatif terhadap
petugas kesehatan.
3. Perasaan frustrasi
Pada kondisi anak yang telah di rawat cukup lama dan di rasakan tidak
mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis yang
di terima orang tua baik dari keluarga maupun kerabat lainnya maka
orang tua akan merasa putus asa, bahkan frustrasi. Oleh karena itu, sering
kali orang tua menunjukan perilaku tidak koomperatif, putus asa,
menolak tindakan, bahkan menginginkan pulang paksa.
17
b. Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi
terhadap rasa nyeri.
18
5. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan
akan timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi
baik maupun buruk dapat beresiko , apabila terdapat factor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah dan tidak nafsu makan.Apabila kondisi berlanjut dan
tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak
dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya
berkurang.
7. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih ( seperti air yang menggenang atau gantungan baju
dikamar)
8. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantanganm nafsu
makan berkurang dan menurun,
b. Eliminasi alvi (buang air besar) : kadang-kadang anak yang
mengalami diare atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV
sering terjadi hematuria.
c. Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas
dan kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang.
d. Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat
sarang nyamuk aedes aedypty.
e. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya
untuk menajga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF,
keadaan anak adalah sebagai berikut :
a. Grade I : kesadaran composmetis , keadaan umum lemah,
tanda-tanda vital dan andi elmah.
19
b. Grade II : kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan ptechiae, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur
c. Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,
nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
d. Grade IV : kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba,
tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas
dingin. berkeringat dan kulit tampak biru.
10. Sistem Integumen
a. Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncl
keringat dingin, dan lembab
b. Kuku sianosis atau tidak
c. Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan
karena demam (flusy). mata anemis, hidung kadang mengalami
perdarahan (epitaksis) pada grade II,III. IV. Pada mulut didapatkan
bahwa mukosa mulut kering , terjadi perdarahan gusi, dan nyeri
telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan
terjadi perdarahan ditelinga (pada grade II,III,IV).
d. Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto
thorak terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan
(efusi pleura), rales +, ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade
III dan IV.
e. Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly)
dan asites
f. Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.
11. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a. HB dan PVC meningkat (≥20%)
b. Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
c. Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
d. Ig. D dengue positif
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia
f. Ureum dan pH darah mungkin meningkat
20
g. Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah
h. SGOT /SGPT mungkin meningkat.
B. Diagnosa keperawatan
(Doengoes, E Marilyn. 2000)
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
21
b. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor kulit
tidak elastis, ubun-ubun cekung , produksi urine menurun
Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan intervensi
lanjut
c. Observasi dan catat intake dan output cairan
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit
atau balance cairan
d. Berikan hidrasi yanga adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan klien
e. Memonitor nilai laboratorium : elektrolit darah, BJ urine, dan
serum albumin
Rasional : memantau keseimbangan cairan dalam darah
f. Monitor dan catat berat badan
Rasional : mengontrol penambahan berat badan karena pemberian
cairan yang berlebihan
g. Monitor tanda syok hipovolemik, baringkan pasien terlentang
tanpa bantal
Rasional : memulihkan dan membantu peredaran darah dalam
tubuh supaya lancar sehingga mengurangi syok yang terjadi
h. Pasang infus dan berikan cairan intravena jika terjadi perdarahan
Rasional : membantu proses perbaikan tubuh.
2. Hipertemia (suhu naik) berhubungan dengan proses penyakit
(viremia/virus).
Tujuan : Hipertemia dapat teratasi
Intervensi
Mandiri :
22
jam atau lebih sering.
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum klien.
c. Anjurkan klien untuk banyak minum ± 2,5 liter/24 jam dan
jelaskan manfaatnya bagi klien.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak.
d. Lakukan “Tepid Water Sponge”
Rasional : Tepid Water Sponge dapat menurunkan
penguapan dan penurunan suhu tubuh.
e. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Rasional: Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi panas
dalam tubuh.
Kolaborasi :
Intervensi
Mandiri :
a. Kaji mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh pasien.
Rasional : untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Kaji cara/bagaimana makanan dihidangkan
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengarauhi
nafsu makan klien.
23
c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur, tim, dan
hidangkan saat masih hangat.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan
meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.
d. Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi klien terutama saat klien
sakit.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi
sehingga motivasi makan meningkat.
e. Berikan umpan balik positif pada saat klien mau berusaha
menghabiskan makanan.
Rasional : Motivasi dan meningkatklan semangat pasien.
f. Catat jumlah/porsi makan yang dihabiskan oleh klien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi.
g. Lakukan oral hygiene dengan menggunakan sikat gigi yang
lunak.
Rasional : Meningkat nafsu makan.
h. Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Mengetahui perkembangan status nutrisi klien.
Kolaborasi :
24
Intervensi.
Mandiri :
Intervensi.
Mandiri :
25
kelemahan fisiknya.
Rasional: Mengetahui tindakan keperawtan yang akan diberikan
sesuai dengan masalah klien.
c. Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari klien sesuai
tingkat keterbatasan klien seperti mandi, makan, dan eliminasi.
Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh klien pada
saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab
dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari tanpa membuat klien
ketergantungan terhadap perawat.
6. Resiko tinggi syok hipovolemik berhibungan dengan kurangnya
volume cairan tubuh akibat perdarahan.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik.
Intervensi.
Mandiri :
26
f. Perhatikan keluhan klien seperti pusing, lemah, ekstremitas dingin,
sesak nafas.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pengaruh perdarahan.
Kolaborasi :
Intervensi
Mandiri :
27
klien dengan bahasa yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan tepat dan jelas.
d. Berikan kesempatan pada klien/keluarga untuk bertanya sesuai
dengan penyakit yang dialami.
Rasional: Mengurangi kecemasan dan motivasi klien untuk kooperatif
selama masa perawatan/penyembuhan
e. Gunakan leaflet atau gambar-gambar dalam bentuk penjelasan.
Rasional: Dapat membantu mengingat penjelasan yang telah
diberikan karena dapat dilihat atau dibaca berulang kali.
D. Implementasi
Implementasi adlh proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari
keperawatan.
Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan,membantu,memberikan
askep. Tujuannya berpusat pada klien, mencatat serta melakukan
pertukaran informasi yang relevan, dengan keperawatan kesehatan
berkelanjutan pada klien.
1. Proses atau tahapan
a. Mengkaji ulang klien.Fase ini merupakan komponen yang
memberikan mekanisme bagi perawat yang menentukan apakah
tindakan keperawatan yang diusulkan masih sesuai.
b. Mengklarifikasi rencana yang sudah ada.
c. Mengidentifikasi bidang bantuan berupa tenaga, pengetahuan
serta keterampilan.
d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan.
2. Dokumentasi
Mencatat semua tindakan yang dilakukan tentang respon pasien,
tanggal dan waktu serta nama dan paraf perawat yang jelas.
E. Evaluasi
1. Definisi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dan rencana
keperawatan tercapai atau tidak.
2. Jenis evaluasi
28
a. Evaluasi pormatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respon segera ( pendokumentasian dan
implementasi ).
b. Evaluasi sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dengan analisis stasus
klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan
pada tahap perencanaan ( dalam bentuk SOAP ).
29
TINJAUAN KASUS
A. Kasus DHF
Klien bernama An. A (6 th) masuk ke Unit Gawat Darurat RS. Sukmul Sisma
Medika pada tanggal 24 Maret 2014 pukul 20.50 WIB dengan keluhan panas tiga
hari yang lalu, perut kembung, muntah enam kali isi muntahan makanan, buang
air besar sudah dua kali, konsistensi encer berwarna kuning kecoklatan. Klien
teraba panas , kulit kemerahan, mukosa bibir kering, turgor kulit sedang. Telah
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil suhu 37,8°C, nadi
146x/menit, tekanan darah 130/60 mmHg, pernafasan 30x/menit. Telah dilakukan
pemeriksaan darah lengkap dengan hasil trombosit 26.000, Hb: 12,3 gr/dl, Ht :
41% volume.
B. Data Fokus
30
C. Data Tambahan
31
D. Analisa Data
DO :
g. Mukosa bibir klien kering
h. Turgor kulit klien sedang
i. Konjungtiva klien anemis
j. Mata klien tampak cekung
k. Ibu klien mengatakan BB
anaknya turun 3 kg ( BB
sebelum sakit 20 kg setelah
32
sakit 17 kg)
l. Klien tampak terpasang
infus RA 30 tts/ menit
m. Balance cairan klien=
intake-output
Intake :
Infuse : 1200 cc/hari
Makan: 50 cc/hari
Minum: 150cc/hari
Jumlah : 1400 cc/ hari
Output :
BAB : 150 cc/hari
BAK : 750 cc/hari
Muntah : 250cc/hari
IWL : 880 cc/hari
Jumlah :1980 cc/hari
Jadi balance cairan:
Intake-output = 1400-
1980= -580
n. HT : 41% volume
2. DS : Gangguan Anoreksia
a. Ibu klien mengatakan pemenuhan
anaknya tidak nafsu makan kubutuhan nutrisi
b. Ibu klien mengatakan kurang dari
anaknya rewel kebutuhan tubuh
c. Ibu klien mengatakan
anaknya hanya
menghabiskan ¼ porsi
makan
d. Ibu klien mengatakan
anaknya muntah enam kali
isi muntahan makanan
e. Ibu klien mengatakan BB
33
anaknya turun 3 kg ( BB
sebelum sakit 20 kg dan
sesudah sakit 17 kg)
DO :
a. BB ideal anak 20 kg
b. Klien tampak lemas
c. Konjungtiva anemis
d. HB : 12,3 gr/dl
e. Trombosit 26.000
f. Albumin 3,2 gr/ml
g. LLA 13 cm
3. a. Ibu klien mengatakan Resiko proses penyakit
anaknya panas semenjak 3 peningkatan suhu (virus dalam
hari yang lalu tubuh darah/viremia).
b. Ibu klien mengatakan (hipertermia)
anaknya panas naik turun
c. Ibu klien mengatakan
anaknya lemas
d. Ibu klien mengatakan
anaknya rewel
DO :
a. Klien teraba panas
b. Kulit klien tampak
kemerahan
c. Suhu 37,8°C
d. Leukosit 5100 / ul
e. Trombosit 26.000
34
E. Diagnosa Keperawatan
BAB III
35
PENUTUP
A. KESIMPULAN
36
penyuluhan kesehatan ini di jadikan suatu program di ruangan guna
meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya.
2. Untuk klien dan keluarga
Klien dan keluarga diharapkan untuk dapat menjaga lingkungan
rumah, dan melaksanakan program pemerintah untuk pemberantasan
nyamuk demam berdarah yaitu dengan melakukan program 3M,
menguras tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas,
membersihkan lingkungan rumah dan sekitarnya.
37
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta : salemba
medika
Hendarwanto. 2003. Ilmu Penyakit Dalam, hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta : EGC
Hidayat alimul aziz. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta : salemba
medika
Supartini Yupi, S.Kp, MSc. 2004. Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : EGC
38