Anda di halaman 1dari 2

Nama : Aldini Nurul Aidha

NPM : 0119101068
Kelas : A
Mata kuliah : Anti Korupsi

Kasus Suap Pejabat Kemendes PDTT dan Auditor BPK


Kronologi:
Berawal dari penyelidikan KPK atas laporan masyarakat atas dugaan terjadinya tindak pidana
korupsi.
Pada sekitar Maret 2017, KPK memeriksa laporan keuangan Kemendes PDTT Tahun
Anggaran 2016. KPK yang melakukan penyelidikan kemudian melakukan operasi OTT di kantor
BPK RI di Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta, pada Jumat (26/5/2017) sekitar pukul 15.00
WIB. Dari kantor BPK, KPK sempat mengamankan enam orang, yakni pejabat Eselon I BPK
Rochmadi Saptogiri (RS), Auditor BPK Ali Sadli (ALS), pejabat eselon III Kemendes PDTT
Jarot Budi Prabowo (JBP), sekretaris RS, sopir JBP, dan satu orang satpam. KPK kemudian
melakukan penggeledahan di sejumlah ruangan di kantor BPK. Di ruang Ali Sadli, KPK
menemukan uang Rp 40 juta yang diduga merupakan bagian dari total commitment fee Rp 240
juta untuk suap bagi pejabat BPK. Uang Rp 40 juta ini merupakan pemberian tahap kedua ketika
tahap pertama Rp 200 juta diduga telah diserahkan pada awal Mei 2017. KPK kemudian
menggeledah ruangan milik Rochmadi Saptogiri, dan ditemukan uang Rp 1,145 miliar dan 3.000
dollar AS atau setara dengan 39,8 juta di dalan brankas. KPK sedang mempelajari uang di
ruangan Rochmadi Saptogiri tersebut terkait kasus dugaan suap yang sedang ditangani ini atau
bukan. Setelah mengamankan enam orang dan melakukan penggeledahan di kantor BPK RI,
KPK pada hari yang sama sekitar pukul 16.20 WIB, mendatangi kantor Kemendes PDTT di
Jalan TMP Kalibata, Jakarta Selatan.
Di Kemendes PDTT, KPK menyegel empat ruangan, di antaranya ruangan Sugito dan
ruangan Jarot Budi Prabowo. Setelah melakukan rangkaian penangkapan dan penggeledahan,
dari hasil gelar perkara KPK meningkatkan status perkara kasus ini menjadi penyidikan. Dari
total tujuh orang yang diamankan, empat di antaranya menjadi tersangka. Mereka yang menjadi
tersangka, yakni Sugito, Jarot Budi Prabowo, Rochmadi Saptogiri dan Ali Sadli. Sementara
sekretaris Rochmadi Saptogiri, sopir Jarot Budi Prabowo, dan satu orang satpam berstatus saksi.
KPK menyimpulkan adanya dugaan tidak pidana korupsi penerimaan hadiah atau janji terkait
dengan pemeriksaan BPK RI terhadap laporan keuangan Kemendes PDTT tahun anggaran 2016.
KPK menemukan dugaan korupsi dalam bentuk suap terkait pemberian opini wajar tanpa
pengecualian (WTP) oleh BPK RI terhadap laporan keuangan Kemendes PDTT tersebut.
Sebagai pihak pemberi suap, Sugito dan Jarot dijerat Pasal 5 ayat 1 huruf a atau Pasal 5 ayat 1
huruf b atau pasal 13 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Juncto
Pasal 64 KUHP Juncto Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP. Sementara Rochmadi dan Ali, sebagai pihak
penerima suap disangkakan dengan Pasal 12 huruf a atau b atau Pasal 11 Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 sebagai mana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Juncto Pasal 64 KUHP Juncto Pasal 55 ayat
1 ke 1 KUHP.
Sumber:
https://nasional.kompas.com/read/2017/05/28/02000071/kronologi.kasus.dugaan.suap.pejabat.ke
mendes.pdtt.dan.auditor.bpk?page=all

Hikmah :
Sebagai seorang akuntan sudah seharusnya kita menunjung tinggi etika profesi akuntansi dan
khususnya menanamkan sifat jujur dan tidak memihak. Jika seorang akuntan tidak
memperhatikan tentang etika profesi nya maka seseorang itu tidak memenuhi tugas dan tanggung
jawabnya sebagai seorang akuntan yang profesional. Adanya etika profesi akuntansi adalah
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan contohnya korupsi.

Anda mungkin juga menyukai