Anda di halaman 1dari 3

Teknik penentuan sampel sangat urgen perannya dalam penelitian.

Berbagai teknik
penentuan sampel pada hakekatnya adalah untuk memperkecil kesalahan generalisasi dari
sampel ke populasi. Hal ini dapat dicapai apabila diperoleh sampel yang refrensentatif,
artinya, sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya.
Oleh karena itu, dalam penentuan sampel ada empet faktor yang harus dipertimbangkan
untuk menentukan  besarnya sampel yang diambil, sehingga dapat diperoleh gambaran yang
refresentatif dari populasinya.
Persoalan teknik sampling ini dapat dijumpai beberapa pembagian yang berbeda-beda,
walaupun pada dasarnya bertolak dari asumsi yang sama. Asumsi pokoknya adalah bahwa
teknik sampling harus secara maksimal memungkinkan diperolehnya sampel yang
refresentatif. Untuk itu, dikenal teknik random yang memiliki kemungkinan tertinggi dalam
menetapkan sampel yang refresentatif. Disamping itu, terdapat juga teknik non-random yang
lebih rendah, kemungkinannya menghasilkan  sampel yang refresentatif. Bertolak dari asumsi
itu, dikemukakan teknik sampling sebagaiberikut:

 Sampel Random atau Sampel Acak. Teknik sampling ini dalam pengambilan
sampelnya, peneliti mencampur subyek-subyek di dalam populasi sehingga semua
subyek dianggap sama. Dengan demikian, maka peneliti memberi hak yang sama
kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Oleh
karena itu, peneliti harus melepaskan diri dari perasaan ingin mengistimewakan satu
atau beberapa subyek untuk dijadikan sampel. Cara sampel random ini ialah setiap
subyek yang terdaftar sebagai populasi, diberi nomor urut mulai dari 1 sampai dengan
banyaknya subyek. Setelah seluruh subyek diberi nomor, maka sampel random
dilakukan, baik dengan cara undian, cara ordinal maupun dengan menggunakan tabel
bilangan.

 Sampel Barstrata atau Stratified Sampel. Dalam teknik ini pengambilan sampel
dari populasi dilakukan secara bertingkat atau berjenjang. Tingkatan itu sangat
tergantung pada kondisi populasi. Misalnya penelitian tentang kehadiran kuliah
mahasiswa. Apabila akan diberlakukan untuk seluruh institusi, maka peneliti
mengambil sampel, wakil dari semua tingkat. Strata ekonomi, pendidikan, umur dan
sebagainya, dapat digunakan sebagai dasar penentuan sampel berstrata. Sampel
berstrata digunakan apabila peneliti berpendapat bahwa ada perbedaan ciri, atau
karakteristik antara strata-strata yang ada.
 Sampel Wilayah atau Acara Probability Sampel. Sampel ini memiliki kesamaan
dengan sampel berstrata, dilakukan apabila ada perbedaan antara strata yang satu
dengan strata lain, maka  dilakukan sampel wilayah apabila ada perbedaan ciri antara
wilayah yang satu dengan wilayah yang lain. Sampel wilayah adalah teknik sampling
yang dilakukan dengan mengambil wakil dari setiap wilayah yang terdapat dalam
populasi. Di samping itu, metode sampling semacam ini mempunyai keuntungan dan
kelemahan.

 Sampel Proporsional atau Proportional Sampel. Teknik pengambilan sampel


proporsional dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata
atau sampel wilayah. Hal ini dilakukan, karena banyaknya subyek yang terdapat pada
setiap strata atau setiap wilayah tidak sama. Oleh karena itu, untuk memperoleh
sampel yang representatif, pengambilan subyek dari setiap strata ditentukan seimbang
dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata.
 Sampel bertujuan atau Purposive Sampel. Sampel purposive dilakukan degan cara
mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi
didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan
tertentu. Teknik ini dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya karena alasan
keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang
besar dan jauh. Peneliti boleh menentukan sampel ini, tetapi peneliti konsen dengan
memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Sampling yang purpoesive adalah
sampel yang dipilih dengan cermat hingga relevan dengan desain penelitian. Di
samping itu, peneliti berusaha agar dengan sampel terdapat wakil-wakil dari lapisan
populasi. Dengan demikian, diusahakan agar sampel itu memiliki yang esensial dari
populasi sehingga dapat dianggap cukup representatif. Oleh karena itu, sampel ini,
disamping mempunyai keuntungan, tetapi juga mempunyai kelemahan.

 Sampel Kuota atau Quota Sampel. Sampling kuota adalah metode memilih sampel
yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau kuota yang diinginkan. Dalam
teknik ini, jumlah populasi tidak diperhitungkan, akan tetapi diklasifikasi dalam
beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quotum tertentu
pada setiap kelompok yang seolah-olah berkedudukan masing-masing sebagai sub
populasi terpenuhi, pengumpulan data dihentikan. Metode ini mempunyai
keuntungan, tetapi juga mempunyai kelemahan.

 Sampel Aksidental. Sampel aksidental adalah sampel yang diambil dari siapa saja
yang kebetulan ada. Misalnya menanyakan siapa  saja dijumpainya di jalan untuk
meminta pendapat mereka tentang sesuatu. Karena sampel ini sama tidak
representatif, oleh karena tak mungkin diambil suatu kesimpulan yang bersifat
generalisasi.

 Sampel Sistematik. Sampel ini diambil dari populasi dengan jarak atau interval
tertentu, antara lain berupa interval waktu munculnya gejala atau interval ruang
berupa jarak tempat munculnya suatu gajala. Batas jarak atau interval waktu atau
jarak munculnya gejala itu harus tetap dan untuk semua gejala yang dijadikan sampel.
Oleh karena itu metode ini, disamping mempunyai keuntungan, tetapi juga
mempunyai kelemahan.

 Sampel Ganda (Double Sampels). Sampel ganda atau sampel kembar dilakukan
dengan maksud memungkinkan data dari sampel masuk seluruhnya. Untuk itu jumlah
atau ukuran sampel ditetapkan dua kali lebih banyak dari sampel minimun yang telah
ditetapkan. Penentuan sampel sebanyak dua kali lipat, dilakukan terutama apabila alat
pengumpul data yang dipergunakan adalah kuesioner atau angket yang dikirim.
Dengan mengirim dua set kuesioner pada dua unit sampling yang memiliki
persamaan, maka dapat diharapkan salah satu di antaranya akan dikembalikan
sehingga jumlah atau ukurang sampel yang telah ditentukan dapat terpenuhi.

 Multiple Sampel. Sampel majemuk ini merupakan perluasan dari sampel ganda atau
sampel kembar. Pengambilan sampel dilakukan lebih dari dua kali lipat jumlah atau
ukuran sampel yang telah ditetapkan dengan ketentuan unit sampling yang pertama.
Dengan sampel multiple ini, kemungkinan masuknya data sebanyak jumlah atau
ukuran sampel yang telah ditetapkan tidak perlu diragukan lagi. Akan tetapi sampel
ini hanyak dapat dilakukan apabila jumlah atau ukuran populasi cukup besar.

Anda mungkin juga menyukai