Anda di halaman 1dari 18

ANTROPOLOGI KESEHATAN

PERILAKU SEHAT MASYARAKAT TRADISIONAL DAN MODERN

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah antropologi kesehasatan pada semester genap
yang dibimbing oleh

Prof. Enceng Mulyana (EM)

Disusun oleh :

TK 2 C KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN TNI AU CIUMBULEUIT BANDUNG

PRODI D III KEPERAWATAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang mana telah memberikan
penulis kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah berjudul “Perilaku Sehat
Masyarakat Tradisional dan Modern” dapat selesai tepat waktu.

Makalah ini dibuat dengan maksud agar memberikan wawasan kepada pembaca mengenai
antropologi Kesehatan dan Implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun
materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
makalah-makalah selanjutnya.

Bandung, 7 Maret 2021

Penulis
BAB I

LATAR BELAKANG

1. Latar belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan setiap manusia di dunia, tak terkecuali di
Negara seperti Indonesia. Kesehatan juga merupakan hak fundamental yang harus
diperjuangkan bagi setiap orang. Pada dasarnya setiap orang berhak untuk hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal, mendapatkan lingkungan hidup yang sehat serta
berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan seperti rumah sakit,
klinik, puskesmas dan yang lainnya merupakan pelayanan kesehatan yang bersifat
komprehensif mulai dari preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif seharusnya dapat
menyediakan pelayanan kesehatan tanpa melihat status sosial masyarakat. Pembangunan
bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh
pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945. Kesehatan sebagai hak
asasi manusia (HAM) harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya
kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan
yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat. Kesehatan masyarakat adalah pilar
pembangunan suatu bangsa. Kesehatan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.
Begitu pentingnya, sehingga sering dikatakan bahwa kesehatan adalah segala-galanya,
tanpa kesehatan segala-galanya tidak bermakna. Oleh karena itu, setiap kegiatan dan
upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan
berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi pembentukan sumber daya manusia
Indonesia, peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa, serta pembangunan nasional.

2. Rumusan masalah

a. Apa itu perilaku sehat?


b. Apa perbedaan antara perilaku sehat antara masyarakat tradisional dan modern?
3. Tujuan penulisan
Menambah wawasan mengenai perilaku sehat dalam masyarakat tradisional dan modern.
Agar dalam implementasi keperawatan mahasiswa/I bisa mengimplementasikan
Tindakan keperawatan dengan baik dalam lingkungan sosial.
BAB II
LANDASAN TEORI

1. Konsep perilaku kesehatan


A. Konsep perilaku
Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada
kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan
lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan
merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia.
Hereditas atau faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau modal untuk
perkembangan perilaku makhluk hidup untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan
adalah kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut (Notoatmodjo,
2007)
B. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme)
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, serta lingkungan. Batasan ini mempunyai dua unsur pokok,
yakni respons dan stimulus atau rangsangan. Respons atau reaksi manusia, baik
bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan
yang nyata atau praktis). Sedangkan stimulus atau rangsangan di sini terdiri 4
unsur pokok, yakni: sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan
lingkungan. Dengan demikian secara lebih terinci perilaku kesehatan itu
mencakup:
1) Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia
berespons , baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsikan
penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya), maupun
aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit
tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai
dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni:
a) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan (health promotion behavior). Misalnya makan makanan
yang bergizi, olahraga, dan sebagainya.
b) Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior), adalah
respons untuk melakukan pencegahan penyakit. Misalnya: tidur
memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria,
imunisasi, dan sebagainya. Termasuk juga perilaku untuk tidak
menularkan penyakit kepada orang lain.
c) Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking
behavior), yaitu perilaku untuk melakukannya atau mencari
pengobatan, misalnya berusaha mengobati sendiri penyakitnya,
atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern
(puskesmas, mantra, dokter praktik, dan sebagainya), maupun
kefasilitas kesehatan tradisional (dukun, sinshe, dan sebagainya).
d) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health
rehabilition behavior), yaitu perilaku yang berhubungan dengan
usaha-usaha 6 pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu
penyakit. Misalnya melakukan diet, mematuhi anjuran dokter
dalam rangka pemulihan kesehatannya.
2) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respons seseorang
terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan
modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap
fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatannya
yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap, dan penggunaan
fasilitas, petugas, dan obat-obatan.
3) Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour), yakni respons seseorang
terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini
meliputi pengetahuan, persepsi, sikap, dan praktik kita terhadap makanan
serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya (zat gizi), pengelolaan
makanan, dan sebagainya, sehubungan kebutuhan tubuh kita.
4) Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior)
adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan
kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan
lingkungan itu sendiri. Perilaku ini antara lain mencakup:
a) Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya
komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih, untuk kepentingan
Kesehatan
b) Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor yang
menyangkut segi-segi hygiene pemeliharaan teknik, dan
penggunaannya
c) Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun
limbah cair. Termasuk di dalamnya sistem pembuangan sampah
dan air limbah, serta dampak pembuatan limbah yang tidak baik
d) Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi
ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya
e) Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk
(vector) dan sebagainya.
Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007) mengajukan klasifikasi perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan (health related behavior) sebagai berikut:
1) Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan
tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah
penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan
sebagainya.
2) Perilaku sakit (the sick role behaviour), yakni segala tindakan atau
kegiatan yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit, untuk
merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk
di sini juga kemampuan atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi
penyakit, penyebab penyakit, serta usaha-usaha mencegah penyakit
tersebut.
3) Perilaku peran sakit (the sick role behaviour), yakni segala tindakan atau
kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk
memperoleh kesembuhan. Perilaku ini di samping berpengaruh 8 terhadap
kesehatan/kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain.
Terutama anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung
jawab terhadap kesehatannya.
2. Domain perilaku Kesehatan
Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007) membagi perilaku itu kedalam 3
domain, pembagian tersebut dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan. Bahwa
dalam tujuan suatu pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain
perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (cognitif domain), ranah afektif
(affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain).

Dalam perkembangan berikutnya oleh ahli pendidikan dan untuk kepentingan


pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari: pengetahuan peserta didik
terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge), sikap atau tanggapan peserta
didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude), dan praktik atau tindakan
yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan
(practice).
A. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa pengetahuan dalam domain
kognitif memiliki enam tingkatan, antara lain :
1) Tahu (know)
Tahu merupakan tingkatan yang paling rendah. Seseorang dapat dikatakan
tahu ketika dapat mengingat suatu materi yang telah dipelajari, termasuk
mengingat kembali sesuatu yang lebih spesifik dari bahan materi yang
telah diterimanya. Contohnya anak dapat menyebutkan manfaat mandi.
2) Memahami (comprehension)
Seseorang dikatakan memahami jika ia mampu mejelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menarik kesimpulan materi
tersebut secara benar. Misalnya anak dapat menjelaskan pentingnya mandi
setiap hari.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah ia pelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Misalnya seorang
anak akan melakukan mandi setiap hari ketika ia memahami materi
kesehatan kulit.
4) Analisis (analysis)
Seseorang dikatakan mencapai tingkat analisis ketika ia mampu
menjabarkan materi kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam
struktur yang sama dan berkaitan satu sama lain. Ia mampu membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan lain sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Seseorang
mampu menyusun formulasi-formulasi baru. Misalnya anak dapat
menyusun, merencanakan, menyesuaikan terhadap suatu teori dan
rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi. Misalnya membandingkan antara anak
yang rajin mengosok gigi dengan yang tidak.

B. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Newcomb salah satu seorang ahli psikologi sosial
menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,
dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu
Dalam bagian lain Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007 ) menjelaskan bahwa sikap
itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:
1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek
3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).
Ketiga kompenen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).
Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan berfikir, keyakinan, dan emosi
memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorang ibu telah mendengarkan
penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan
ini akan membawa si ibu untuk berfikir dan berusaha supaya ananya tidak terkena polio.
Dalam berfikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga si ibu tersebut
berniat akan mengimunisasikan anaknya untuk mecegah supaya anaknya tidak terkena
polio. Sehingga si ibu ini mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa penyakit
polio itu. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan,
yaitu:
1) Menerima (receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari
kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.
2) Merespons (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atan mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu
benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain
terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang
ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya),
untuk pergi menimbang anaknaya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi,
adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap
gizi anak.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko
merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor
KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri
a. Praktik atau tindakan practice
Tingkat praktik:
1) Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat
pertama.
2) Respon Terpimpin (Guided Respon)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar
sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat dua.
3) Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia
sudah mencapai praktik tingkat tiga.
4) Adaptasi (adaption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa
mengurangi kebenaran tindakannya tersebut.
3. Perilaku Hidup Bersih dan sehat masyarakat Moderen
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga
dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat.
A. Definisi Personal Hygine

Personal Hygiene berasal dari bahasa yunani, berasal dari kata personal yang
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Pernyataan tersebut dapat diartikan
bahwa kebersihan perorangan atau personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik
maupun psikisnya (Isro’in dan Andarmoyo, 2012).

Isro’in dan Andarmoyo (2012) mengatakan, personal hygiene meliputi


perawatan kulit, perawatan kaki, tangan, dan kuku, perawatan mulut dan gigi,
perawatan rambut, perawatan mata, telingga, dan hidung dengan tujuan
meningkatkan derajat kesehatan seseorang, memelihara kebersihan diri,
memperbaiki personal hygiene yang kurang, pencegahan penyakit, meningkatkan
percaya diri, memperbaiki personal hygiene yang kurang, pencegahan penyakit,
meningkatkan percaya diri seseorang, dan menciptakan keindahan.

B. Faktor yang mempengaruhi personal hygiene


Faktor yang dapat mempengaruhi personal hygiene menurut Isro’in dan
Andarmoyo (2012) meliputi praktik sosial, pilihan pribadi, citra tubuh, status sosial
ekonomi, pengetahuan dan motivasi, dan variabel budaya.
1. Praktik social
Manusia merupakan makhluk sosial, kondisi ini akan memungkinkan
seseorang untuk berhubungan, berinteraksi, dan bersosialisasi satu dengan
yang lainnya. Personal Hygiene atau kebersihan diri seseorang sangat
mempengaruhi praktik sosial seseorang. Selama masa anak-anak, kebiasaan
keluarga mempengaruhi praktik personal hygiene, misalnya frekuensi mandi
dan waktu mandi.
2. Pilihan pribadi
Setiap orang memiliki keinginan dan pilihan tersendiri dalam praktik
personal hygienenya. Termasuk memilih produk yang digunakan dalam
praktis hygienenya menurut pilihan dan kebutuhan pribadinya. Pilihanpilihan
tersebut setidaknya harus membantu perawat dalam mengembangkan rencana
keperawatan yang lebih kepada individu.
3. Citra tubuh
Citra tubuh adalah cara pandang seseorang terhadap bentuk tubuhnya, citra
tubuh sangat mempengaruhi dalam praktik hygiene seseorang
4. Status social ekonomi
Status ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik personal
hygiene perorangan. Sosial ekonomi yang rendah memungkinkan hygiene
perorangan yang rendah pula.
5. Pengetahuan dan motivasi
Pengetahuan tentang personal hygiene akan mempengaruhi praktik hygiene
seesorang. Motivasi merupakan kunci dalam pelaksanaan hygiene tersebut.
6. Budaya
Kepercayaan budaya dan nilai pribadi klien akan mempengaruhi perawatan
hygiene seseorang, berbagai budaya memiliki praktis hygiene yang berbeda.
Di Asia kebersihan dipandang penting bagi kesehatan sehingga mandi bisa
dilakukan 2-3 kali dalam sehari, sedangkan di Eropa memungkinkan hanya
mandi sekali dalam seminggu. Beberapa budaya memungkinkan juga
menganggap bahwa kesehatan dan kebersihan tidaklah penting.
4. Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Notoatmodjo (2010) membagi perilaku kesehatan ke dalam 2 kelompok besar yaitu :
1. Perilaku orang sehat
Perilaku ini disebut perilaku sehat (healthy behavior) yang mencakup perilaku yang
tampak maupun tidak (overt and covert behavior) dalam hal pencegahan penyakit
(preventif) dan perilaku dalam upaya meningkatkan kesehatan (promotif).
2. Perilaku orang sakit
Perilaku orang yang sakit terjadi pada orang yang sudah mengalami masalah dengan
kesehatannya. Perilaku ini disebut dengan perilaku pencarian masalah kesehatan
(health seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil
seseorang untuk memperoleh kesembuhan atas penyakit yang dideritanya.

Becker (dalam Notoadmodjo, 1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan
dan membedakannya menjadi tiga yaitu :
1. Perilaku orang sehat
Perilaku sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan, antara lain.
a. Makan dengan menu seimbang
Menu seimbang yang dimaksud adalah pola makan sehari-hari yang memenuhi
kebutuhan nutrisi baik kuantitas maupun kualitasnya.
b. Kegiatan fisik secara teratur dan cukup
Kegiatan fisik yang dimaksud adalah kegiatan yang memenuhi gerakan-gerakan
fisik secara rutin dan teratur.
c. Tidak merokok dan minum-minuman keras serta menggunakan narkoba.
Merokok adalah kebiasaan yang tidak sehat, namun di Indonesia jumlah perokok
cenderung meningkat. Hampir 50% pria dewasa di Indonesia adalah perokok,
sedangkan pengguna narkoba dan minum-minuman keras meningkat.
d. Istirahat yang cukup
Istirahat cukup bukan saja berguna untuk memelihara kesehatan fisik tetapi juga
untuk memelihara kesehatan mental.

e. Pengendalian dan manajemen stress


Stress adalah bagian dari kehidupan setiap orang, dan yang dapat dilakukan
adalah mengatasi, mengendalikan atau mengelola stress tersebut agar tidak
mengakibatkan gangguan kesehatan baik fisik maupun mental.
f. perilaku dan gaya hidup positif lain untuk kesehatan
Inti dari perilaku ini adalah tindakan atau perilaku seseorang agar dapat terhindar
dari berbagai masalah kesehatan, termasuk perilaku untuk meningkatkan
kesehatan.
2. Perilaku sakit
Perilaku sakit berkaitan dengan tindakan seseorang yang sakit yang mengalami
masalah kesehatannya dalam rangka mencari penyembuhan dan untuk mengatasi
masalah kesehatannya. Pada saat seseorang sakit, ada beberapa tindakan yang dapat
dilakukan, yaitu :
a. No Action
Sakit tersebut diabaikan dan tetap menjalankan kegiatan sehari-hari
b. Self treatment atau self medication
Pengobatan ini terdiri dari dua bentuk yakni dengan cara tradisional dan cara
modern.
c. Mencari penyembuhan keluar
Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar yang dimaksud adalah dengan
mencari fasilitas pelayanan kesehatan yang dibedakan menjadi dua yakni fasilitas
pelayanan kesehatan tradisional dan fasilitas kesehatan modern atau profesional
seperti puskesmas, poliklinik, rumah sakit dan sebagainya.
5. Perilaku Kesehatan Berdasarkan Budaya
Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan dan proses penyembuhan penyakit.
Selain dipengaruhi dari lingkungan, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan secara
langsung seperti merokok dan konsumsi alkohol. Kesehatan juga dipengaruhi oleh faktor
budaya. Budaya yang berbeda memiliki defenisi kesehatan yang berbeda pula. Orang-
orang di daerah China dan juga orang-orang pada masa Yunani kuno memandang
kesehatan tidak hanya sebatas ketiadaan dari negative state tapi juga kehadiran positive
state. Keseimbangan antara self dan nature dan peran individu dalam kehidupan
dipandang sebagai bagian penting dari kesehatan sebagai budaya di Asia. Keseimbangan
ini dapat menghasilkan positive state yang disebut juga dengan istilah sehat.
Pandangan lain terhadap kesehatan yang dikaitkan dengan positive state dan
negative state dinilai penting pada banyak budaya pada zaman sekarang
(Matsumoto,2004). Daerah China, memiliki konsep kesehatan yang didasarkan pada
kepercayaan dan filosofi yang berfokus pada yin dan yang yang merepresentasikan energi
positif dan energi negatif yang saling berhubungan. Keseimbangan antara yin dan yang
akan menghasilkan kesehatan yang baik dan seimbang namun ketidakseimbangan antara
yin dan yang akan menyebabkan munculnya masalah kesehatan.
Berdasarkan perspektif masyarakat China, konsep kesehatan tidak hanya dibatasi
pada kondisi individu semata namun juga meliputi hubungannya dengan lingkungan
(Yanchi, 1988 dalam Matsumoto, 2004) Masyarakat Amerika meyakini bahwa faktor
gaya hidup mempengaruhi kondisi kesehatan. Secara khusus konsep hardiness akhir-
akhir ini digunakan untuk menunjukkan bahwa tidak hanya berkurangnya penyakit
namun juga adanya kondisi positif dari kesehatan.Konsep dari kesehatan berbeda tidak
hanya antar budaya namun juga antar suku atau pluralistic culture contohnya masyarakat
Amerika dengan Kanada, dimana masyarakat mayoritas memiliki konsep kesehatan yang
berbeda dengan masyarakat minoritas.
Masyarakat asli Amerika yang memiliki pandangan holistik tentang kesehatan
yang memandang bahwa sehat adalah kondisi harmonis antara diri sendiri dengan
lingkungan. Apabila kondisinya tidak harmonis maka akan mengarah kepada perilaku
negatif, perilaku negatif akan mengarah kepada emosi yang tidak terkontrol yang akan
menimbulkan penyakit (Matsumoto, 2004) Pandangan ini berbanding terbalik dengan
pandangan biomedical yang memandang bahwa penyakit disebabkan oleh virus dan
bakteri.Perbedaan budaya akan mempengaruhi cara pandang melihat masalah kesehatan
dan cara mengatasinya. Begitu pula dengan masyarakat Karo yang memiliki filosofi “lit
bisa lit tawar” yang bermakna bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya, akan
mempengaruhi masyarakat Karo itu sendiri dalam mengatasi penyakitnya.
A. Defenisi Pengobatan Tradisional
Adapun yang dimaksud dengan pengobatan tradisional disini adalah cara
pengobatan atau perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu kedokteran
atau ilmu keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman
dan keterampilan yang diperoleh secara turun temurun, atau berguru melalui pendidikan,
baik asli maupun yang berasal dari luar Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang
berlaku dalam masyarakat (UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).
Berbagai istilah telah digunakan untuk cara pengobatan yang berkembang di
tengah masyarakat. WHO (1974) menyebut sebagai “traditional medicine” atau
pengobatan tradisional. Para ilmuwan lebih menyukai “traditional healing”. Adapula
yang menyebutkan “alternatifmedicine”. Ada juga yang menyebutkan dengan folk
medicine, ethno medicine, indigenous medicine (Agoes, 1992).
B. Bentuk Pengobatan Tradisional
Menurut Agoes (1992) bentuk pengobatan tradisional dikelompokkan menjadi 4
(empat) jenis yaitu :
1. Pengobatan tradisional dengan ramuan obat, yaitu pengobatan tradisional
denganmenggunakan ramuan asli Indonesia, pengobatan tradisional dengan
ramuan obat Cina, pengobatan dengan ramuan obat India.
2. Pengobatan tradisional spiritual/kebatinan, yaitu pengobatan yang dilakukan
atas dasar kepercayaan agama, dan dengan dasar getaran magnetis yaitu orang
itu bisa memakai pengaruh dari luar dunia manusia untuk membantu orang
sakit.
3. Pengobatan tradisional dengan memakai peralatan/ perangsangan yaitu
seperti akupuntur, pengobatan atas dasar ilmu pengobatan tradisional Cina
yang menggunakan penusukan jarum dan penghangatan moxa (daun
arthamesia vulgaris yang dikeringkan) termasuk juga pengobatan urut pijat,
pengobatan patah tulang, pengobatan dengan peralatan (tajam/keras), dan
benda tumpul
4. Pengobatan tradisional yang telah mendapatkan pengarahan dan pengaturan
pemerintah yaitu, seperti dukun beranak, tukang gigi tradisional.
C. Jenis Pengobatan Tradisional Karo
Obat tradisional Karo juga dapat diklasifikasikan sesuai dengan jenis kelamin
anggota masyarakat dan juga tingkatan usia. Menurut Tarigan (1988), maka obat-
obatan dapat diklasifikasikan atas:
a. Tambar danak-danak
Obat ini dikhususkan untuk anak-anak namun beberapa ramuan obat-obatan
ini juga dapat digunakan untuk orang dewasa. Adapun jenis obat anak-anak
ini adalah seperti tambar laya-laya untuk mengatasi kolera, tambar kudil
untuk mengatasi kudis, penguras reme untuk obat cacar, tambar tambun untuk
mengatasi epilepsi, tambar ujan/simbergeh untuk mengatasi disentri,
dan sebagainya.
b. Tambar Pernanden
Obat tradisional Karo ini dikhususkan untuk kaum pernanden atau kaum
ibu. Adapun obat tradisional Karo untuk kaum ibu adalah seperti tambar la
mupus, tambar manelap yang berfungsi untuk meningkatkan kesuburan
sang ibu, tambar enggo mupur untuk memperkuat tubuh wanita yang baru
selesai melahirkan, tambar ma ngidah bulan untuk mengatasi wanita yang
terlambat datang bulan, tambar la erlau cucu untuk meningkatkan produksi
air susu ibu, sebagainya.
c. Tambar Perbapan
Obat tradisional Karo ini dikhususkan untuk kaum pria karena ada beberapa
penyakit yang hanya terdapat pada kaum pria. Adapun jenis obat tradisional
Karo untuk kaum pria adalah seperti tambar karang sebagai obat gonorhae,
tambar jalang jahe sebagai obat sifilis, tambar karing sebagai obat kencing
nanah, tambar kurap/pano sebagai obat kurap/panu,dan tambar ngasap
sebagai obat perut (Flatulentia & Ructus)
d. Tambar sinterem
Berikut ini merupakan obat-obatan tradisional Karo yang berlaku untuk
umum. Dalam Bahasa Karo, obat umum ini disebut tambar sinterem atau
obat untuk orang banyak. Adapun obat tradisional Karo yang berlaku umum
adalah seperti tambar arun untuk mengatasi malaria, tambar penyampi
sebagai obat sakit perut, tambar urim sebagai obat sakit gigi, tambar sila
sikabut sebagai obat disengat lele, tambar mata sebagai obat mata, tambar
luka untuk mengatasi luka dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai