JUDUL
Dosen Pengampu :
Nama : M. GHAZALI
NIM : P2B220045
Proses Pembuatan Akta Otentik dari RUPS merupakan hal yang sangat
mengenai mekanisme dan proses pembuatannya. Hal ini menjadi sangat riskan
digunakan akan menentukan keabsahan dari risalah RUPS dan Akta Otentik dari
suatu RUPS.
Ditinjau dari satu sisi Pasal 77 UUPT ini memberikan legitimasi dalam
pembuatan akta otentik RUPS melalui media telekonferensi namun di sisi lain
elektronik tentu tidak sama dengan RUPS yang dilaksanakan dengan cara biasa
1
atau konvensional. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengambil
judul mengenai Kewengan dan Keabsahan Akta Elektronik Notaris ditinjau dari
Teori Kewenangan.
B. PEMBAHASAN
2.1 Kewenangan Notaris dan Keabsahan Akta Notaris untuk RUPS ditinjau
berasal dari atau yang diberikan oleh undang-undang yaitu kekuasaan legislatif
atau menerbitkan surat izin dari pejabat atas nama Menteri atau Kepala Daerah
sebagai kekuasaan hukum. Jadi dalam konsep hukum publik, bisa dikatakan
2
berkaitan dengan kekuasaan.1 dan kemampuan untuk bertindak yang berdasarkan
mandat adalah kewenangan yang berasal dari pelimpahan. Lebih jelas lagi,
1. Atribusi, adalah wewenang yang melekat pada suatu jabatan. Hal ini
undang-undang yang dalam hal ini adalah UUJN dan UUJN Perubahan yang
pelimpahan dari pejabat atau badan yang lebih tinggi kepada pejabat yang
lebih rendah.
undangan.3
1
Philipus M. Hadjon, 1997, Tentang Wewenang, No. 5 & 6 tahun XII, September-Desember,
Makalah, Universitas Airlang ga, Surabaya, hal. 1.
2
Lutfi Effendi dan Sri Kustina, 2000, Hukum Administrasi (Administrasi Recht), Biro Konsultan
dan Bantuan Hukum, Malang, hal. 109.
3
Philipus M. Hadjon, 2002, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta, hal. 130.
3
Notaris sebagai pejabat umum memperoleh kewenangan secara atribusi
karena kewenangan tersebut diciptakan dan diberikan oleh UUJN sendiri. Dalam
UUD NRI 1945 pemberian wewenang kepada Notaris memang tidak diatur,
dilihat dari pengertian pemberian wewenang secara atribusi terjadi apabila diatur
berarti sumber kewenangan atribusi bisa berasal dari UUD NRI 1945 dan/atau
dari undang-undang saja, yang dalam hal kewenangan Notaris adalah UUJN.
membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang
semuanya sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga
kewenangan Notaris dalam membuat akta haruslah sesuai dengan yang telah
4
Hartati Sulihandari, Prinsip-prinsip Dasar Profesi Notaris, Dunia Cerdas, Jakarta:2013, hlm.4.
4
membuat akta seperti yang telah ditentukan Undang-undang Jabatan Notaris, 2.
Notaris hanya berwenang membuat akta sepanjang akta tersebut dibuat bukan
untuk kepentingan sendiri, kawan kawin, atau orang lain yang mempunyai
maksud para pihak untuk membuat kesepakatan dalam bentuk tertulis dan
keinginan para pihak, maka akan ditentukan apakah akta yang dibuat adalah akta
relaas atau akta partij, 3. Notaris membuat akta sesuai dengan ketentuan pasal 38
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 dan 4. Setelah akta selesai dibuat maka
dalamnya membacakan akta dan selama obyek dari perjanjian tersebut masih di
dalam wilayah kerja notaris, maka notaris tetap mempunyai kewenangan untuk
cyber notary dan akta tersebut tetap sah selama bentuk dari akta sesuai dengan
ketentuan Pasal 38 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 dan pasal 1868 KUH
Perdata.
5
Berkaitan dengan Pasal 15 ayat (3) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014
yaitu bahwa notaris mempunyai kewenangan lain yang salah satunya adalah
jaminan tertulis bahwa suatu produk, proses atau jasa yang telah memenuhi
disepakati.5
Sebagaimana ketentuan yang diatur dalam pasal 1868 KUH Perdata bahwa
akta otentik termasuk juga akta notaris, akta tersebut wajib dibuat dalam bentuk
yang telah ditentukan oleh undang-undang dan dibuat oleh atau dibuat di hadapan
pejabat umum yang berwenang di tempat di mana akta itu dibuat, sehingga
apabila akta yang dibuat tersebut telah sesuai dengan bentuk yang ditentukan oleh
undang-undang dan pejabat umum yang membuat akta tersebut sesuai dengan
menggunakan alat-alat elektronik. Hal ini dikarenakan dalam Pasal 16 ayat (1)
akta harus dilakukan di hadapan para penghadap dan paling sedikit dihadiri oleh 2
5
Theodore Sedwick Barassi, The Cyber Notary: Public Key Registration and Certification and
Authentication of International Legal Transactions,
http://www.abanet.org/sgitech/ec/en/cybernote.html, diakses 29 Maret pukul 08.03 WIB.
6
(dua) orang saksi, dan dalam penjelasannya dinyatakan bahwa Notaris harus hadir
Kata Hadir secara fisik, jika dijabarkan kata demi kata yaitu hadir dan
secara fisik. Hadir artinya ada atau datang. Sedangkan kata fisik mempunyai arti
badan/jasmani, sehingga maksud hadir secara fisik yaitu ada secara jasmani
dengan kata lain berwujud atau terlihat secara fisik. Penjelasan tentang hadir
2014, karena cyber notary sebagai bagian dari kemajuan teknologi dapat
mempertemukan dua pihak atau lebih di tempat yang berbeda dengan fasilitas
suara dan gambar yang senyatanya, sehingga bentuk wajah, suara dan keadaan
atau video call untuk menyampaikan maksud dan tujuan menghadap notaris dan
menyampaikan akta yang akan dibuat, para pihak harus menunjukkan identitas
mereka secara jelas kepada notaris dengan mengirimkan identitas mereka melalui
alat elektronik dan notaris mencocokkan identitas tersebut dengan orang yang
berada dalam teleconference atau video call, setelah itu, notaris membuatkan akta
sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan oleh undang-undang yang kemudian
dibacakan di hadapan para pihak di mana dalam pembacaan akta tersebut baik
notaris, saksi maupun para pihak menggunakan teleconference atau video call
dalam waktu yang bersamaan, dan setelah selesai akta tersebut dibacakan dan
7
dipahami oleh para pihak yang bersangkutan, akta tersebut ditandatangani oleh
para pihak, saksi dan notaris dengan menggunakan tanda tangan digital.
dihasilkan dari dokumen dan kunci privat. Verifikasi tanda tangan digital
ke dokumen asli dan kunci publik yang telah diberikan, sehingga dengan
demikian dapat ditentukan apakah tanda tangan digital tersebut dibuat untuk
dokumen yang sama yang menggunakan kunci privat. Apabila kedua proses
tersebut telah terpenuhi maka suatu tanda tangan digital juga dapat memenuhi
unsur yuridis seperti yang tertuang di dalam tanda tangan secara konvensional.
tanda tangan digital mempunyai sifat “one signature document” yang mana
apabila terjadi perubahan sedikit saja pada tulisan yang dikirim maka tanda tangan
digitalnya juga akan berubah dan akan menjadi tidak valid lagi.
notary yang dilakukan oleh notaris mempunyai 3 (tiga) kesimpulan, yaitu: 1. Akta
notaris sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 ayat (7) Undang- undang
Nomor 2 Tahun 2014 yaitu Akta Notaris yang selanjutnya disebut Akta adalah
akta autentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris menurut bentuk dan tata
8
2014 disamakan dengan surat di bawah tangan yang disahkan oleh notaris
(legalisasi), maka sertifikasi yang dimaksud bukanlah akta otentik. Hal ini
tanda tangan para pihak/ penghadap, dengan kata lain surat di bawah tangan
dibuat sendiri oleh para pihak tetapi surat tersebut harus dibacakan dan ditanda
tangani di hadapan notaris maupun para pihak. Di hadapan di sini diartikan hadir
secara fisik bukan melalui alat elektronik. Sehingga notaris mempunyai tanggung
jawab untuk memberikan kepastian tanggal dan tanda tangan yang dilakukan oleh
para pihak/ penghadap dan 3. sedangkan jika sertifikasi memiliki arti yang sama
dengan surat di bawah tangan yang didaftar oleh notaris (warmeking). Apabila
memang hal ini yang dimaksudkan maka sertifikasi itu sendiri bukanlah akta
akan menimbulkan masalah karena notaris tidak memiliki tanggung jawab baik
terhadap kepastian tanggal, waktu maupun isinya serta bentuk dari surat yang
Perbuatan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah perbuatan hukum bukan
yang mempunyai tujuan untuk menciptakan sesuatu hak atau merubah sesuatu hak
yang ada atau mengakhirinya berdasarkan pernyataan atau kemauan pihak yang
berkepentingan. Contohnya dalam hal pada saat Yayasan dan Perseroan Terbatas
Yayasan, semua harta kekayaan yang dilimpahkan kepada Yayasan tidak dapat
9
ditarik kembali. Sedangkan untuk Perseroan Terbatas para pendiri persero dan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
10
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa menurut Pasal 2
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme (UU
Negeri sebagaimana dimaksud dalam UU No. 8-1974, tetapi pejabat umum disini
adalah Jabatan Notaris yang diciptakan negara sebagai implementasi dari negara
istimewa, yang luhur, terhormat dan bermartabat karena secara khusus diatur
3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah ini jauh dari kata
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber. Demikian maka makalah ini
membutuhkan banyak saran dan kritik yang membangun sebagai masukan bagi
Daftar Pustaka
11
Atmadja, D. G. Budiartha, N. P. 2018. Malang: Setara Press.
Indonesia.
12