Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU

HUKUM AGRARIA

“Bank Tanah dan Aspek Hukum Bank Tanah dalam Keterkaitannya dengan
Fungsi Notaris dan Sistem Agraria dimasa yang akan datang”

Disusun oleh:

Nama : M. GHAZALI

NIM : P2B220045

Program Studi Magister Kenotariatan


Universitas Jambi
2020/2021
Berlakunya “Asas Kebebasan Berkontrak” Bagi Perjanjian Yang Dibuat
Menurut Hukum Indonesia

Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berlaku atau tidaknya asas kebebasan dalam
Hukum Perjanjian Indonesia. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum
normative dengan melakukan penelitian terhadap bahan pustaka atau data sekunder. Penelitian
ini mengkaji asas kebebasan dalam Hukum Perjanjian Indonesia, sesuai dengan Undang-Undang
dan Peraturan yang berlaku. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Dalam Undang-
undang Dasar 1945 RI dan Kitab Undang-undang Hukum Perdata Indonesia dan perundang-
undang lainnya tidak ada ketentuan yang secara tegas menentukan tentang berlakunya “asas
kebebasan berkontrak” bagi perjanjian perjanjian yang dibuat menurut hukum Indonesia. Namun
Berlakunya asas kebebasan berkontrak dalam hukum perjanjian Indonesia antara lain dapat
disimpulkan dari Pasal 1329, Pasal 1332, Pasal 1337 dan 1338.

kata kunci: Hukum Perjanjian, Asas Kebebasan.

ii
Daftar Isi

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM HUKUM PERJANJIAN INDONESIA..............................................i


Abstract.......................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................................................1
1.4 Metode Penelitian..............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
2.1 Asas Kebebasan Berkontrak..............................................................................................................2
2.2 Asas Kebebasan Berkontrak dalam Hukum Perjanjian di Indonesia..................................................2
2.3 Ruang Lingkup Asas Kebebasan Berkontrak.....................................................................................4
BAB III PENUTUPAN...............................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................................6
3.2 Saran..................................................................................................................................................6
Daftar Pustaka.............................................................................................................................................7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perjanjian merupakan permasalahan penting yang perlu mendapat perhatian, mengingat
perjanjian sering digunakan oleh individu dalam aspek kehidupan. Perjanjian juga diartikan
sebagai suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
lain atau lebih. Didalam perjanjian ini harus terdapat timbal balik antara kedua belah pihak untuk
mendapatkan hak dan kewajiban masing-masing. Oleh karena itu perjanjian dapat
disederhanakan sebagai sebuah perbuatan dimana dalam hal tersebut kedua belah pihak sepakat
untuk mengikatkan diri satu dengan yang lainnya. Didalam perjanjian adanya asa kebebasan
berkontrak. Kebebasan berkontrak ini ialah suatu asas hukum dari kebebasan individu. Dalam
perkembangannya kebebasan berkontrak dapat mendatangkan ketidakadilan karena prinsip
tersebut mencapai tujuan untuk kesejahteraan yang optimal bila para pihak memiliki kedudukan
yang seimbang. Dalam kebebasan berkontrak ini diperbolehkan kedua belah pihak dalam
perjanjian untuk menentukan apa yang boleh dan tidak boleh ditentukan dalam perjanjian
tersebut asalkan tidak melanggar dalam ketertiban umum dan kesusilaan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Berlakukah asas kebebasan berkontrak dalam hukum perjanjian Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Untuk mengetahui berlaku atau tidaknya asas kebebasan berkontrak dalam hukum
perjanjian Indonesia.

1.4 Metode Penelitian


Dalam penelitian ini, Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian hukum normatif yaitu, dengan melakukan penelitian terhadap bahan pustaka atau data
sekunder. Dimana pada Penelitian ini mengkaji asas kebebasan dalam hokum perjanjian
Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bank Tanah dan Fungsi Notaris yang Akan Datang


Di dalam undang-undang Cipta kerja nomor 11 tahun 2020, tertulis bahwa pemerintah
pusat membentuk badan bank tanah. Badan bank tanah yang dimaksud dalam undang-undang ini
ialah merupakan badan khusus yang mengelola tanah. Badan bank tanah berfungsi untuk
melaksanakan perencanaan, perolehan, pengadaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan
pendistribusian tanah. Badan Bank ini menjamin ketersediaan tanah dalam rangka ekonomi
berkeadilan yaitu bertujuan untuk kepentingan umum, kepentingan sosial, kepentingan
pembangunan nasional, pemerataan ekonomi, konsolidasi lahan, dan reforma Agraria.
Ketersediaan tanah untuk reforma agraria ini paling sedikit 30% dari tanah negara yang
diperuntukkan bank tanah.
Badan bank tanah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat transparan,
akuntabel, dan nonprofit. Sumber kekayaan badan bank Tanah ini dapat berasal dari anggaran
pendapatan dan belanja negara pendapatan sendiri, penyertaan modal negara dan sumber lain
yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tanah yang dikelola badan bank tanah diberikan hak atas tanah di atas hak pengelolaan
dapat diberi hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai. Jangka waktu hak guna
bangunan diatas hak pengelolaan dapat diberikan perpanjangan dan pembaharuan hak apabila
sudah digunakan dan/atau dimanfaatkan sesuai dengan tujuan pemberian haknya.
Dalam rangka mendukung investasi, pemegang hak pengelolaan badan bank tanah diberi
kewenangan untuk yaitu, melakukan penyusunan rencana induk membantu memberikan
kemudahan perizinan berusaha/persetujuan, melakukan pengadaan tanah, dan menentukan tarif
pelayanan. Pemerintah pusat melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan
dan/atau pemanfaatan tanah di atas hak pengelolaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Badan bank tanah terdiri atas; komite, dewan pengawas, dan badan pelaksana. Komite
pada badan bank Tanah ini diketuai oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang Pertanahan dan beranggotakan para menteri dan kepala yang terkait. Ketua dan
anggota komite ditetapkan dengan keputusan presiden berdasarkan usulan dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanahan. Untuk dewan pengawas
berjumlah setidaknya paling banyak 7 orang terdiri atas 4 orang unsur profesional dan 3 orang

2
yang dipilih oleh pemerintah pusat. Calon unsur profesional tersebut dilakukan proses seleksi
oleh pemerintah pusat yang selanjutnya disampaikan ke Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia untuk dipilih dan disetujui dan paling sedikit berjumlah 2 kali jumlah yang
dibutuhkan. Badan pelaksana terdiri atas kepala dan Deputi. Jumlah Deputi ditetapkan oleh
Ketua Komite. Kepala dan Deputi diangkat dan diberhentikan oleh Ketua Komite. Pengangkatan
dan pemberhentian kepala dan Deputi dapat diusulkan oleh dewan pengawas.
Dengan demikian, Bank Tanah mendukung tugas pemerintah dalam pengelolaan,
penyediaan dan pengendalian harga tanah. Limbong (2013) menegaskan Bank Tanah merupakan
sarana manejemen tanah dalam rangka pemanfaatan dan penggunaan tanah menjadi lebih
produktif. Sebagaimana biasanya, definisi suatu istilah selalu beragam. Demikian pula halnya
dengan Bank Tanah. Van Dijk (2006) menjelaskan kegiatan bank tanah dapat berupa
pengambilalihan tanah secara sistematis yang biasanya dalam skala luas, dan tanah tersebut akan
dimanfaatkan di masa datang untuk melaksanakan kebijakan pertanahan.
Fungsi Notaris yang akan datang

2.2 Aspek Hukum Bank Tanah dalam keterkaitannya dengan fungsi notaris dan sistem
agrarian dimasa yang akan datang
Aspek hukum, yaitu kelembagaan yang mengurusi masalah keperdataan tentang tanah.
Lembaga yang mengurusi hukum perdata pertanahan ini yaitu Badan Pertanahan Nasional
(BPN), yang saat ini berubah menjadi Kementerian Agraria dan Tata Ruang; Adapun keterkaitan
pengaturan bank tanah dengan berbagai aspek dalam sistem hukum agraria Indonesia dimasa
yang akan datang;

A. Bank Tanah Sebagai Bagian dari Pembaruan Agraria


Pasal 4 huruf (g) Ketetapan MPR RI No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan
Pengelolaan Sumber Daya Alam (TAP MPR RI No. IX/MPR/2001) menjelaskan bahwa sumber
daya agraria/ sumber daya alam yang meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam di
dalamnya merupakan kekayaan nasional yang harus dikelola dan dimanfaatkan secara optimal
bagi generasi sekarang dan generasi mendatang dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan
makmur.
B. Bank Tanah Sebagai Bagian dari Penataan Ruang
Aspek penentuan tanah-tanah yang dapat diambil alih oleh negara membutuhkan
perencanaan dalam bentuk penataan ruang, untuk menentukan tanah mana yang diperlukan,

3
berapa banyak yang perlu diambil, bagian mana yang perlu dimatangkan terlebih dahulu,
kemungkinan penggunaannya sementara waktu sebelum disalurkan dan penyaluran tanah untuk
keperluan apa, yang sebagian besar tergantung kepada studi kelayakan dalam rencana tata ruang.

C. Bank Tanah sebagai Kebijakan Penanganan Tanah Terlantar


Baik aspek penguasaan maupun pemanfaatan atas tanah bergantung pada mekanisme
pasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengaturan yang tidak tepat berimplikasi
terhadap spekulasi harga. Spekulasi harga tanah yang tidak transparan dalam praktik pasar tanah
menciptakan persaingan yang tidak sehat, yang kemudian menghambat kelancaran
pembangunan, terutama pembangunan untuk kepentingan umum dimasa yang akan datang. Bank
tanah merupakan strategi yang dapat dikembangkan karena manfaatnya akan berimplikasi pada
peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Sebagaimana yang telah dipraktekkan di
Belanda, lembaga bank tanah mengelola aset tanah negara yang tidak produktif menjadi tanah
produktif dan bernilai jual.

D. Bank Tanah sebagai Badan Independen dari Kerja Sama Kelembagaan


Keterpaduan, sinergi, fokus dan konsistensi merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan
pembangunan mendatang dalam mewujudkan target pembangunan, yaitu kesejahteraan rakyat
yang berkeadilan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, Indonesia telah memiliki beberapa
badan/lembaga yang relevan dengan kegiatan bank tanah, sehingga perlu melakukan kerja sama
kelembagaan, badan/lembaga yang dimaksud.

4
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di dalam hukum perjanjian dikenal lima asas penting, yaitu asas kebebasan berkontrak,
asas konsensualisme, asas pacta sunt servanda (asas kepastian hukum), asas itikad baik, dan asas
kepribadian. Asas Kebebasan Berkontrak Merupakan asas yang paling terkenal karena
didekatkan dengan Pasal 1338 KUH Perdata. Asas kebebasan berkontrak merupakan suatu asas
yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk membuat atau tidak membuat suatu
perjanjian, mengadakan perjanjian dengan siapapun, menentukan isi dari perjanjian, pelaksaan,
persyaratan dan menentukan bentuk dari perjanjian apakah itu tertulis atau lisan.
Dari pembahasa diatas maka dapat disimpulkan bahwa Dalam Undang-undang Dasar
1945 RI dan Kitab Undang-undang Hukum Perdata Indonesia dan perundang-undang lainnya
tidak ada ketentuan yang secara tegas menentukan tentang berlakunya “asas kebebasan
berkontrak” bagi perjanjian perjanjian yang dibuat menurut hukum Indonesia. Namun
berlakunya asas kebebasan berkontrak dalam hukum perjanjian Indonesia antara lain dapat
disimpulkan dari Pasal 1329 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang menentukan bahwa
setiap orang cakap untuk membuat perjanjian, Dari Pasal 1332 dapat disimpulkan bahwa asalkan
menyangkut barang-barang yang bernilai ekonomis, maka setiap orang bebas untuk
memperjanjikannya dan dari Pasal 1320 ayat (4) dan 1337 dapat disimpulkan asalkan bukan
mengenai kausa yang dilarang oleh undang-undang atau bertentangan dengan kesusilaan baik
atau ketertiban umum, maka setiap orang bebas untuk memperjanjikannya.

3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah ini jauh dari kata sempurna dan terdapat
banyak kesalahan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber. Demikian maka makalah ini membutuhkan banyak saran dan kritik yang membangun
sebagai masukan bagi penulis. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pambaca.

5
Daftar Pustaka

Bruggink J.J.H. 1996, Refleksi Tentang Hukum Pengertian-Pengertian Dasar Dalam Teori
Hukum, Terjemahan Arief Shidarta, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Budiwati, Septarina. (2012). Asas Kebebasan Berkontrak dalam Perspektif Pendekatan Filosofis.

Mardan, Suwandy. (2015). Asas Kebebasan Berkontrak dalam Hukum Perjanjian di Indonesia.

Muskibah Dan Lili Naili Hidayah. (2020). Penerapan Prinsip Kebebasan Berkontrak dalam
Kontrak Standar Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah di Indonesia.

Salim H.S., 2011, Hukum Perjanjian Teori & Tehnik Penyusunan Perjanjian. Jakarta: Sinar
Grafika.

Silalahi, Udin. M. (2003). Dasar Hukum Obligation To Contract.

Yuridika, 2003, Batas-batas Kebebasan Berkontrak; Perlindungan Hukum Para Pihak Dalam
Pengikatan Jaminan Fidusia; Kedudukan Perjanjian Arbitrase Menurut UU No.
30/1999.

Anda mungkin juga menyukai