HUKUM AGRARIA
“Bank Tanah dan Aspek Hukum Bank Tanah dalam Keterkaitannya dengan
Fungsi Notaris dan Sistem Agraria dimasa yang akan datang”
Disusun oleh:
Nama : M. GHAZALI
NIM : P2B220045
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berlaku atau tidaknya asas kebebasan dalam
Hukum Perjanjian Indonesia. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum
normative dengan melakukan penelitian terhadap bahan pustaka atau data sekunder. Penelitian
ini mengkaji asas kebebasan dalam Hukum Perjanjian Indonesia, sesuai dengan Undang-Undang
dan Peraturan yang berlaku. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Dalam Undang-
undang Dasar 1945 RI dan Kitab Undang-undang Hukum Perdata Indonesia dan perundang-
undang lainnya tidak ada ketentuan yang secara tegas menentukan tentang berlakunya “asas
kebebasan berkontrak” bagi perjanjian perjanjian yang dibuat menurut hukum Indonesia. Namun
Berlakunya asas kebebasan berkontrak dalam hukum perjanjian Indonesia antara lain dapat
disimpulkan dari Pasal 1329, Pasal 1332, Pasal 1337 dan 1338.
ii
Daftar Isi
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
yang dipilih oleh pemerintah pusat. Calon unsur profesional tersebut dilakukan proses seleksi
oleh pemerintah pusat yang selanjutnya disampaikan ke Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia untuk dipilih dan disetujui dan paling sedikit berjumlah 2 kali jumlah yang
dibutuhkan. Badan pelaksana terdiri atas kepala dan Deputi. Jumlah Deputi ditetapkan oleh
Ketua Komite. Kepala dan Deputi diangkat dan diberhentikan oleh Ketua Komite. Pengangkatan
dan pemberhentian kepala dan Deputi dapat diusulkan oleh dewan pengawas.
Dengan demikian, Bank Tanah mendukung tugas pemerintah dalam pengelolaan,
penyediaan dan pengendalian harga tanah. Limbong (2013) menegaskan Bank Tanah merupakan
sarana manejemen tanah dalam rangka pemanfaatan dan penggunaan tanah menjadi lebih
produktif. Sebagaimana biasanya, definisi suatu istilah selalu beragam. Demikian pula halnya
dengan Bank Tanah. Van Dijk (2006) menjelaskan kegiatan bank tanah dapat berupa
pengambilalihan tanah secara sistematis yang biasanya dalam skala luas, dan tanah tersebut akan
dimanfaatkan di masa datang untuk melaksanakan kebijakan pertanahan.
Fungsi Notaris yang akan datang
2.2 Aspek Hukum Bank Tanah dalam keterkaitannya dengan fungsi notaris dan sistem
agrarian dimasa yang akan datang
Aspek hukum, yaitu kelembagaan yang mengurusi masalah keperdataan tentang tanah.
Lembaga yang mengurusi hukum perdata pertanahan ini yaitu Badan Pertanahan Nasional
(BPN), yang saat ini berubah menjadi Kementerian Agraria dan Tata Ruang; Adapun keterkaitan
pengaturan bank tanah dengan berbagai aspek dalam sistem hukum agraria Indonesia dimasa
yang akan datang;
3
berapa banyak yang perlu diambil, bagian mana yang perlu dimatangkan terlebih dahulu,
kemungkinan penggunaannya sementara waktu sebelum disalurkan dan penyaluran tanah untuk
keperluan apa, yang sebagian besar tergantung kepada studi kelayakan dalam rencana tata ruang.
4
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di dalam hukum perjanjian dikenal lima asas penting, yaitu asas kebebasan berkontrak,
asas konsensualisme, asas pacta sunt servanda (asas kepastian hukum), asas itikad baik, dan asas
kepribadian. Asas Kebebasan Berkontrak Merupakan asas yang paling terkenal karena
didekatkan dengan Pasal 1338 KUH Perdata. Asas kebebasan berkontrak merupakan suatu asas
yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk membuat atau tidak membuat suatu
perjanjian, mengadakan perjanjian dengan siapapun, menentukan isi dari perjanjian, pelaksaan,
persyaratan dan menentukan bentuk dari perjanjian apakah itu tertulis atau lisan.
Dari pembahasa diatas maka dapat disimpulkan bahwa Dalam Undang-undang Dasar
1945 RI dan Kitab Undang-undang Hukum Perdata Indonesia dan perundang-undang lainnya
tidak ada ketentuan yang secara tegas menentukan tentang berlakunya “asas kebebasan
berkontrak” bagi perjanjian perjanjian yang dibuat menurut hukum Indonesia. Namun
berlakunya asas kebebasan berkontrak dalam hukum perjanjian Indonesia antara lain dapat
disimpulkan dari Pasal 1329 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang menentukan bahwa
setiap orang cakap untuk membuat perjanjian, Dari Pasal 1332 dapat disimpulkan bahwa asalkan
menyangkut barang-barang yang bernilai ekonomis, maka setiap orang bebas untuk
memperjanjikannya dan dari Pasal 1320 ayat (4) dan 1337 dapat disimpulkan asalkan bukan
mengenai kausa yang dilarang oleh undang-undang atau bertentangan dengan kesusilaan baik
atau ketertiban umum, maka setiap orang bebas untuk memperjanjikannya.
3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah ini jauh dari kata sempurna dan terdapat
banyak kesalahan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber. Demikian maka makalah ini membutuhkan banyak saran dan kritik yang membangun
sebagai masukan bagi penulis. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pambaca.
5
Daftar Pustaka
Bruggink J.J.H. 1996, Refleksi Tentang Hukum Pengertian-Pengertian Dasar Dalam Teori
Hukum, Terjemahan Arief Shidarta, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Budiwati, Septarina. (2012). Asas Kebebasan Berkontrak dalam Perspektif Pendekatan Filosofis.
Mardan, Suwandy. (2015). Asas Kebebasan Berkontrak dalam Hukum Perjanjian di Indonesia.
Muskibah Dan Lili Naili Hidayah. (2020). Penerapan Prinsip Kebebasan Berkontrak dalam
Kontrak Standar Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah di Indonesia.
Salim H.S., 2011, Hukum Perjanjian Teori & Tehnik Penyusunan Perjanjian. Jakarta: Sinar
Grafika.
Yuridika, 2003, Batas-batas Kebebasan Berkontrak; Perlindungan Hukum Para Pihak Dalam
Pengikatan Jaminan Fidusia; Kedudukan Perjanjian Arbitrase Menurut UU No.
30/1999.