Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 2 MATA KULIAH HUKUM AGRARIA

Nama : ANTONIUS ANDIKA WANGSA


NPM : 6051901136
Kelas : C

Soal :

Buat Penelitian kecil mengenai hal-hal kontroversi yang ada dalam UU Omnibus Law Klaster
Pertanahan. Laporan penelitian harus berisi :

1. Hal-hal kontroversi mengenai pengaturan pertanahan, dan alasan mengapa hal-hal tersebut
dinilai kontroversi.
2. Berikan solusi untuk mengatasi kontroversi tersebut.
3. Kesimpulan.

Jawaban :

I. Hal-hal kontroversial yang ada pada klaster pertanahan dalam Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja adalah sebagai berikut.

1. Bank Tanah (Pasal 125 sampai dengan Pasal 135 UU Ciptaker)


Noegi Noegroho dalam tulisannya menyebutkan bahwa istilah dari Bank Tanah disebut
dengan Land Banking. Bank tanah adalah suatu proses pembelian tanah dan properti
dengan harga sekarang untuk kemudian menyimpan dan dikembangkan untuk
keperluan tertentu sehingga mempunyai nilai tambah. Bank Tanah pada hakikatnya
adalah proses pembelian tanah dan harta, yang kemudian disimpan untuk keperluan di
masa akan datang. Intensiti pembangunan yang semakin meningkat dan keadaan
keterbatasan persediaan tanah mengakibatkan semakin sukarnya memperoleh tanah
untuk berbagai keperluan, baik yang akan diperuntukkan bagi pelaksanaan
pembangunan untuk kepentingan umum maupun bagi pelaksanaan pembangunan untuk
kepentingan syarikat / swasta. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Noegi
Noegroho dapat dikatakan bahwa bank tanah adalah badan yang menghimpun tanah
untuk digunakan untuk kepentingan atau keperluan di masa mendatang.

Dalam negara Indonesia sendiri belum ditemukan adanya badan bank tanah atau yang
serupa. Dengan hadirnya Undang-Undang Cipta Kerja terdapat ketentuan yang
mengatur pembentukan dari badan bank hukum beserta fungsinya. ketentuan itu
terdapat pada pasal 125 Undang-Undang Cipta kerja yang berbunyi:

1) Pemerintah Pusat membentuk badan bank tanah. 


2) Badan bank tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan badan khusus
yang mengelola tanah. 
3) Kekayaan badan bank tanah merupakan kekayaan negara yang dipisahkan. 
4) Badan bank tanah berfungsi melaksanakan perencanaan, perolehan, pengadaan,
pengelolaan, pemanfaatan, dan pendistribusian tanah.”

Aturan ini menjadi kontroversi dikarenakan Bank Tanah dianggap melayani pemilik
modal, sarat monopoli dan spekulsi tanah. Banyak pihak yang mengatakan bahwa Bank
Tanah dibentuk untuk menampung, mengelola dan melakukan transaksi tanah-tanah
hasil klaim sepihak negara (domein verklaring/negaraisasi tanah). Lembaga BT bahkan
diberi kewenangan untuk mengelola HPL. Dianggap akan timbulkan penyesatan Publik
Tentang Reforma Agraria Dalam Bank Tanah. Agenda Reforma Agraria (RA) diklaim
sebagai bagian dari pemenuhan aspirasi yang dijawab UU Cipta Kerja. Pengamat
Hukum Pertanahan dari Lembaga Advokasi Konsumen Properti Indonesia (LAKPI)
Erwin Kallo menganggap UU Cipta Karya ini berlebihan. Menurut Erwin, wacana bank
tanah dalam konteks kepentingan perkebunan, dan pertanian masih masuk akal karena
dapat diterapkan. Lahan untuk dua kepentingan ini masih luas dan tersebar di wilayah-
wilayah yang tidak padat penduduk. Oleh karenanya, Pemerintah dapat memanfaatkan
tanah eks HGU yang ditelantarkan atau tidak dimanfaatkan. Namun, untuk kepentingan
penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), bank tanah
akan menghadapi banyak kendala. Terutama dalam perolehannya yang berpotensi
menjadi kontraproduktif.

2. Satuan Rumah Susun untuk Orang Asing (Pasal 143 sampai dengan Pasal 145 UU
Ciptaker)

Pasal 144 Undang-Undang Cipta Kerja yang berbunyi “(1) Hak milik atas satuan rumah
susun dapat diberikan kepada:

a. warga negara Indonesia;

b. badan hukum Indonesia;


c. warga negara asing yang mempunyai izin sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;

d. badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia; atau

e. perwakilan negara asing dan lembaga internasional yang berada atau mempunyai
perwakilan di Indonesia;

(2) Hak milik atas satuan rumah susun dapat beralih atau dialihkan dan dijaminkan; (3)
Hak milik atas satuan rumah susun dapat dijaminkan dengan dibebani hak tanggungan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Hal mengenai satuan rumah susun untuk orang asing dianggap bertentangan dengan
Pasal 21 UUPA yang mengatur bahwa hak milik hanya dapat didapatkan oleh orang
yang berkewarganegaraan Indonesia dan badan hukum yang didirikan berdasarkan
hukum Indonesia. Kemudian hal mengenai hak milik satuan rumah susun untuk orang
asing juga dianggap sebagai salah satu bentuk untuk memudahkan orang asing tinggal
di Indonesia dan menguasai tanah Indonesia. Selama ini, rumah yang dibeli warga
negara asing hanya berupa hak pakai. Merujuk PP Nomor 103 tahun 2015 tentang
Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan
di Indonesia, diatur hak pakai rumah tunggal bagi warga asing diberi jangka 30 tahun
dan bisa diperpanjang 20 tahun, dan bisa diperpanjang kedua kalinya dengan jangka 30
tahun.

II. Solusi terhadap hal-hal kontroversial dalam klaster pertanahan pada UU Ciptaker
1. Sebagai suatu kebijakan dan program baru dari pemerintah, bank tanah harus bisa
terlaksana sesuai dengan apa yang direncanakan. Bank tanah harus mampu berperan
untuk mengakomodir keberadaan tanah-tanah di Indonesia yang sudah dimiliki oleh
pihak tertentu tetapi tidak dimanfaatkan atau dibiarkan terbengkalai. Sehingga tanah-
tanah tersebut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan umum seperti pembangunan
infrastruktur dan lainnya tanpa harus mempermasalahkan siapa pemilik tanah tersebut.

Pelaksanaan kebijakan bank tanah harus terhindar dari praktik-praktik keuangan suatu
pihak tertentu atau permainan kekuasaan pihak tertentu agar tanah yang memang tidak
dimanfaatkan dapat digunakan untuk kepentngan umum tanpa melihat siapa pemilik
tanah tersebut sekalipun pemilik tanah tersebut adalah pejabat negara. Kemudian terkait
substansi dari pasal mengenai Bank Tanah, seharusnya pasal-pasal terkait Bank Tanah
diciptakan dengan berdasar pada prinsip-prinsip yang bersifat filosofis yuridis dan
bukan mengedepankan prinsip liberalis yang lebih mengedepankan aspek kepentingan
kekuasaan ekonomi saja. Akan tetapi, dikarenakan UU Ciptaker sudah ditandatangani
oleh Presiden RI maka hal yang dapat dilakukan yakni dengan mengoptimalkan aturan-
aturan yang akan tertuang dalam Peraturan Pelaksana seperti Peraturan Pemerintah.

2. Terkait Pasal 144 UU Ciptaker yang mengatur tentang Satuan Rumah Susun untuk
Orang Asing, seharusnya aturan tersebut tidak boleh bertentangan dengan prinsip-
prinsip dalam UUPA yang melarang pihak asing untuk memiliki tanah dan satuan
rumah susun di Indonesia, melainkan hanya memakai atau menggunakan saja. Akan
tetapi, karena UU Ciptaker sudah diresmikan maka solusi yang dapat diberikan adalah
dengan mengoptimalkan Peraturan Pemerintah sebagai peraturan pelaksana UU
Ciptaker agar hak orang asing untuk memiliki rumah susun di Indonesia tidak
dimanfaatkan sebagai ajang untuk memonopoli rumah susun yang bisa jadi dilakukan
oleh pihak-pihak asing yang memiliki modal besar. Harus diatur agar hak orang asing
untuk memiliki satuan rumah susun di Indonesia dapat dijadikan sebagai peluang bagi
peningkatan investasi di Indonesia dan bukan sebagai penguasaan tanah dan rumah
susun di Indonesia oleh pihak asing secara berlebihan.

III. Kesimpulan

Peraturan klaster pertanahan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja tidak sepenuhnya sempurna. Ada beberapa hal baru yang masih harus diuji
keberhasilannya dan ada beberapa hal yang sebelumnya sudah pernah diatur namun
mengalami perubahan. UU Ciptaker saat ini sudah disahkan oleh Presiden RI, sehingga
sudah tidak mungkin dilakukan perubahan pada proses penyusunan UU tersebut. Oleh
karena itu, solusi yang dapat dilakukan bagi beberapa hal yang kontroversial seperti
halnya Bank Tanah dan satuan rumah susun untuk orang asing hanya dapat dilakukan
dengan pengawasan yang baik dari semua pihak dan pengoptimalan pada Peraturan
Pemerintah sebagai peraturan pelaksana dari UU Ciptaker termasuk klaster pertanahan. Di
balik kontroversi yang ditimbulkan oleh aturan-aturan yang ada pada klaster pertanahan
UU Ciptaker, aturan-aturan tersebut juga memiliki nilai positif. Seperti misalnya Bank
Tanah yang dianggap mempermudah negara untuk membangun infrastruktur di suatu
tanah kosong tanpa harus sulit mencari siapa pemiliknya.

Anda mungkin juga menyukai