Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL MAKALAH PENELITIAN

PENYELESAIAN KONFLIK ANTARA SINGAPURA DENGAN MALAYSIA


TENTANG PEREBUTAN PULAU BATU PUTEH DI SELAT JOHOR
MELALUI MAHKAMAH INTERNASIONAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memenuhi Nilai Tugas Mata
Kuliah Hukum Internasional

HALAMAN JUDUL

Disusun Oleh :
Nama : Antonius Andika Wangsa
NPM : 6051901136
Kelas : D

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG
2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 3
D. Tinjauan Pustaka Sementara ......................................................................... 4
E. Metode Penelitian ............................................................................................... 5
F. Sistematika Penulisan ....................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 6

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Setiap negara di dunia ini tentunya memiliki batas-batas wilayah guna


membatasi kekuasaan suatu negara. Di dalam batas wilayah negara itu, negara
melalui pemerintah bisa dengan leluasa menjalankan kedaulatannya, seperti
pernyataan yang mengatakan bahwa suatu negara hanya dapat berfungsi
berdasarkan kedaulatan yang dimilikinya.1 Terdapat banyak negara yang
berdaulat di dunia ini sehingga tak jarang posisi satu negara dengan negara
lainnya saling berdekatan atau bahkan saling bertempelan. Negara-negara yang
berada pada posisi bertempelan seringkali hanya dipisahkan oleh tanda pemisah
yang tidak begitu jelas, seperti misalnya palang petunjuk batas negara. Hal
tersebut menunjukkan betapa dekatnya posisi beberapa negara di dunia ini.
Dengan adanya kondisi geografis yang memperlihatkan kedekatan antara negara-
negara di dunia ini, hal itu menyebabkan seringkali terjadi sengketa atas wilayah
yang berada di antara kedua negara.
Suatu negara tertentu pastinya mengakui wilayah yang berada di dalam
negara itu yang meliputi air, darat, dan udara tetapi tidak menutup kemungkinan
bahwa negara lain juga akan mengakui wilayah tersebut karena posisinya yang
tidak sepenuhnya berada di dalam suatu negara itu tadi. Dengan begitu, ada
wilayah-wilayah yang seringkali menjadi objek yang diperebutkan oleh 2 (dua)
negara atau lebih seperti misalnya pulau, laut, dan lainnya. Apabila terjadi
perebutan wilayah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya maka konflik
antarnegara pun tidak bisa dihindarkan (dalam beberapa kasus). Alasan terjadinya
konflik dalam perebutan suatu wilayah adalah karena hilangnya suatu wilayah
akan memengaruhi negara seperti yang dinyatakan dalam kalimat berikut ini
“Dalam hukum internasional perolehan dan hilangnya wilayah negara akan
menimbulkan dampak terhadap kedaulatan negara atas wilayah itu.”.2 Konflik
yang terjadi antarnegara dalam hal perebutan wilayah itu biasa disebut sengketa.
Dalam hukum internasional publik, sengketa merupakan suatu perselisihan antara
subjek-subjek hukum internasional mengenai fakta, hukum atau politik dimana
tuntutan atau pernyataan satu pihak ditolak, dituntut balik atau diingkari oleh pihak
lainnya.3

1
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, (Jakarta : Alumni,
2018), hal. 161.
2
Ibid., hal. 162.

3
Bitar, Pengertian Sengketa Internasional, Penyebab dan Penyelesaian,
https://www.gurupendidikan.co.id/sengketa-internasional/, diakses 3 Maret 2020, jam 11.33 WIB.

1
Berdasarkan penjelasan pada paragraf sebelumnya yang menyatakan
bahwa wilayah suatu negara sangatlah penting dan akan menimbulkan suatu
reaksi apabila wilayah tertentu direbut, maka banyak peristiwa yang berkaitan
dengan perebutan wilayah negara yang dapat kita jumpai. Salah satu konflik
perebutan wilayah yang pernah terjadi adalah sengketa Pedra Branca yang
melibatkan negara Singapura dan Malaysia dalam perebutan Pulau Batu Puteh di
Selat Johor. Konflik perebutan atau sengketa wilayah Pulau Batu Puteh ini dimulai
sejak tahun 1979 ketika pemerintah Malaysia menerbitkan sebuah peta yang
berjudul “Wilayah Perairan dan Batas Landas Kontinen Malaysia” yang
memasukkan pulau Pedra Branca dalam wilayah kedaulatan Malaysia. Sengketa
ini diselesaikan di Mahkamah Internasional pada tahun 2008 dengan keputusan
yang menyatakan Pulau Batu Puteh menjadi milik Singapura. Pulau Batu Puteh
sendiri merupakan “pulau karang tak berpenghuni seluas lapangan sepak bola
yang terletak antara Selat Singapura dan Laut Cina Selatan.”.4 Di pulau ini
terdapat Mercusuar Horsburgh yang dibangun oleh Singapura pada tahun 1851,
sehingga Singapura bersikukuh untuk mempertahankan Pulau Batu Puteh
tersebut. Namun Malaysia juga memiliki argumen untuk mempertahankan Pulau
Batu Puteh dengan mengatakan bahwa pembangunan Mercusuar Horsburgh
adalah atas izin Malaysia sebagai pemilik pulau itu dan Malaysia merasa bahwa
Mercusuar Horsburgh adalah murni untuk keperluan navigasi dan bukan sebagai
tanda kedaulatan negara Singapura.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa sengketa yang melibatkan negara
Singapura dan Malaysia ini telah dinyatakan selesai usai diputuskan oleh
Mahkamah Internasional. Pada mulanya kedua negara tidak langsung membawa
masalah sengketa ini ke Mahkamah Internasional dan memilih menyelesaikannya
dengan cara bilateral saja, namun upaya bilateral yang dilakukan Singapura dan
Malaysia tidak kunjung menemui titik terang sehingga masalah ini pun akhirnya
dibawa ke Mahkamah Internasional pada Februari 2003. “Dalam Hukum
Internasional dikenal adanya penyelesaian sengketa secara diplomatik dan
penyelesaian sengketa secara hukum, salah satu alternatif penyelesaian sengketa
secara hukum atau judicial settlement adalah penyelesaian melalui badan
peradilan internasional International Court of Justice (ICJ) atau Mahkamah
Internasional.”.5 Setelah melalui proses panjang dengan beracara di Mahkamah
Internasional, akhirnya pada 23 Mei 2008 keputusan mengenai sengketa ini
dikeluarkan. Seperti halnya yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya
bahwa keputusan ICJ menyatakan bahwa Pulau Batu Puteh menjadi milik
Singapura setelah Singapura mendapat 12 suara dan Malaysia hanya mendapat
4 suara. Putusan ICJ mengenai kepemilikan Singapura atas Pulau Batu Puteh itu
juga sekaligus diumumkan bersamaan dengan putusan mengenai kepemilikan

4
Saiful Bahri, Makalah Penelitian : “Tinjauan Yuridis Penyelesaian Sengketa Pulau Batu Puteh
(Pedra Branca) Antara Malaysia-Singapura Melalui Mahkamah Internasional Tahun 2008”, (Padang :
Universitas Andalas, 2011), hal. 1

5
Ibid.

2
Singapura atas Pulau Middle Rocks dan sekumpulan karang South Ledge (namun
putusan untun South Ledge bersifat terbuka karena hanya putusan hanya berisi
tentang kedaulatan pulau, bukan batas wilayah).
Berdasarkan penjelasan pada paragraf sebelumnya mengenai putusan
Mahkamah Internasional yang memutuskan Pulau Batu Puteh menjadi milik
Singapura dan tentunya berdampak bagi Malaysia sebagai pihak yang kehilangan
pulau tersebut, maka penulis akan mengkaji hasil putusan Mahkamah
Internasional pada tahun 2008 tersebut dan menghubungkannya dengan teori-
teori yang membahas mengenai penyelesaian suatu masalah atau konflik yang
terjadi antarnegara melalui Mahkamah Internasional.

B. Rumusan Masalah

Makalah ini dibuat dengan berdasarkan adanya suatu permasalahan.


Penulis telah merangkai beberapa rumusan masalah yang timbul dengan latar
belakang yang sebelumnya telah penulis sampaikan, yakni :
1. Apa yang dimaksud dengan Sengketa Pedra Branca ?
2. Apa hasil putusan Mahkamah Internasional terkait Sengketa Pedra
Branca ?
3. Bagaimana hubungan bilateral negara Singapura dan Malaysia setelah
terjadi Sengketa Pedra Branca ?
4. Bagaimana suatu sengketa antarnegara di dunia akhirnya bisa
diselesaikan melalui Mahkamah Internasional ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah


penelitian ini, maka penulis dapat memaparkan tujuan-tujuan penelitian yang
hendak dicapai, yakni :
1. Mengetahui Sengketa Pedra Branca yang meliputi asal mula sengketa,
pihak-pihak yang terlibat, serta proses penyelesaiannya.
2. Mengetahui hasil putusan Mahkamah Internasional atas kasus
Sengketa Pedra Branca.
3. Mengetahui hubungan bilateral antara Singapura dengan Malaysia
setelah terjadi sengketa atau konflik perebutan wilayah Pulau Batu
Puteh (Sengketa Pedra Branca).
4. Mengetahui proses-proses yang akhirnya menyebabkan suatu masalah
atau sengketa antarnegara dapat terselesaikan melalui Mahakamah
Internasional.

3
D. Tinjauan Pustaka Sementara

Pada saat hendak melakukan penelitian maka hal yang paling utama
adalah dukungan dari setiap hasil penelitian yang telah ada sebelumnya dan
berkaitan dengan suatu penelitian tersebut. Oleh karena itu, berikut ini akan
penulis sampaikan beberapa pendapat yang telah ada sebelumnya yang dirasa
mampu mendukung penelitian yang penulis buat.
Konflik Pedra Branca merupakan konflik yang dimulai pada tahun 1979
yang melibatkan negara yang berada dekat dengan Indonesia yaitu Singapura dan
Malaysia. Sengketa Pedra Branca tersebut berhasil diselesaikan melalui
Mahkamah Internasional pada tahun 2008. Seperti yang dikatakan oleh Thomas
Schultz (2009), “International dispute settlement has come to light in recent years
as a new field of study, quickly endowed with academic interest of the highest
order” yang dengan terjemahan bebas berarti “Penyelesaian sengketa
internasional telah terungkap dalam beberapa tahun terakhir sebagai bidang studi
baru, dengan cepat dianugerahi dengan minat akademis tingkat tinggi”, berarti
bahwa dalam beberapa tahun terakhir sebelum tahun 2009 terdapat sebuah
perkembangan terhadap penyelesaian sengketa internasional.
Menurut Anne Peters (2003) ada beberapa cara ketika negara hendak
menyelesaikan konflik atau masalahnya dengan negara lain. Cara tersebut
tertuang dalam berbagai prinsip mulai dari prinsip cara damai, prinsip tradisional
yakni dengan cara perang, prinsip pengkoordinasian, prinsip pilihan bebas, prinsip
itikad baik untuk bekerja sama, koordinasi melalui ajudikasi, doktrin ajudikasi tanpa
frustasi, koordinasi dalam keadilan kejahatan internasional, serta evaluasi dan
pandangan. Seluruh prinsip dalam penyelesaian sengketa internasional menurut
Anne Peters memperlihatkan bahwa penyelesaian sengketa internasional tidak
hanya dapat dilakukan melalui pengadilan di mahkamah Internasional.
Ada tulisan dari Eric De Brebendere (2018) yang menjelaskan bahwa
setelah pembentukan Permanent Court of International Justice (PCIJ) pada tahun
1920, diskusi tentang apakah sebuah lembaga dengan yurisdiksi perlu dibuat
menjadi kurang relevan karena banyak orang percaya telah mencapai apa yang
mereka inginkan. Pendapat ini kemudian dapat menjadi suatu pembahasan
penting dalam makalah penelitian ini tentang apakah sebenarnya diperlukan suatu
badan peradilan untuk menyelesaikan sengketa-sengketa antarnegara di dunia
seperti yang dijalankan oleh Singapura dan Malaysia dalam Sengketa Pedra
Branca.
Professor Cesare P.R. Romano (2007) dalam buku yang ditulisnya yaitu
“International Dispute Settlement” in Oxford Handbook of International
Environmental Law juga sempat memberikan fakta dari sebuah studi bahwa
frekuensi penyelesaian perselisihan internasional terus meningkat dari waktu ke
waktu baik secara absolut maupun relatif.

4
E. Metode Penelitian

Menurut sifatnya, penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah


penelitian deskriptif yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap
mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi
mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan
sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara
fenomena yang diuji. 6
Dalam hal metode pendekatan, penulis akan menggunakan metode
pendekatan normatif yang dilakukan dengan cara menelaah teori-teori, konsep-
konsep, asas-asas hukum serta peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan penelitian yang penulis buat. Pengumpulan data bersifat
kualitatif dengan cara pengumpulan kata yang tidak langsung dari objek yang
diteliti atau biasa disebut data sekunder.

F. Sistematika Penulisan

Proposal penelitian ini terdiri atas bagian-bagian, yaitu :


BAB I :
Merupakan bagian pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka sementara, metode penelitian, dan
sistematika penelitian.

BAB II :
Merupakan bagian landasan teori yang terdiri dari kerangka teoritis, kerangka
pemikiran, dan hipotesis.

BAB III :
Merupakan bagian pembahasan yang berisi latar belakang terjadinya Sengeketa
Pedra Branca, penyelesaian Sengketa Pedra Branca melalui Mahkamah
Internasional, dan penjelasan hasil putusan Mahkamah Internasional pada tahun
2008 mengenai Sengketa Pedra Branca dihubungkan dengan berbagai sudut
pandang mengenai penyelesaian sengketa antarnegara melalui Mahkamah
Internasional.

BAB IV :
Merupakan bagian penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

6
Wikipedia, Penelitian Deskriptif, https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_deskriptif, diakses 4
Maret 2020, jam 4.24 WIB.

5
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, Saiful. 2011. Tinjauan Yuridis Penyelesaian Sengketa Pulau Batu Puteh (Pedra
Branca) Antara Malaysia-Singapura Melalui Mahkamah Internasional Tahun 2008.
Padang. Universitas Andalas

Bitar. 2020. Pengertian Sengketa Internasional, Penyebab dan Penyelesaian,


https://www.gurupendidikan.co.id/sengketa-internasional/. Diakses pada 3 Maret
2020, jam 11.33 WIB.

Brabandere, Eric De. (2018). International Dispute Settlement–from Practice to Legal


Discipline. Journal of International Law, Vol. 31. doi:10.1017/S0922156518000250

Guglya, Leonila. (2011). The Interplay of International Dispute Resolution Mechanisms:


the Softwood Lumber Controversy. Journal of International Dispute Settlement,
Vol. 2, No. 1 , pp. 175–207. doi:10.1093/jnlids/idq020

Hadiwijoyo, Suryo Sakti. 2011. Perbatasan Negara Dalam Dimensi Hukum Internasional.
Yogyakarta. Graha Ilmu

Kusumaatmadja, Mochtar dan Etty R. Agoes. 2018. Pengantar Hukum Internasional.


Jakarta. Alumni

Peters, Anne. (2003). International Dispute Settlement : A Network of Cooperational


Duties. Journal of International Law, Vol. 14. https://doi.org/10.1093/ejil/14.1.1

Romano, Cesare P.R. 2007. International Dispute Settlement. Los Angeles.

Schultz, Thomas. (2010). International Dispute Settlement. Journal of International Law,


Vol. 1, No. 1, pp. 1–2. doi:10.1093/jnlids/idp002.

Starke, J.G. 2008. Pengantar Hukum Internasional. Jakarta. Sinar Grafika

6
Wikipedia. 2010. Penelitian Deskriptif. https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_deskriptif.
Diakses 4 Maret 2020, jam 4.24 WIB.

Yustitianingtyas, Levina. (2015). Masyarakat dan Hukum Internasional (Tinjauan Yuridis


terhadap Perubahan-Perubahan Sosial dalam Masyarakat Internasional). Jurnal
Hukum Internasional, Vol. XX No. 2.

Anda mungkin juga menyukai