HALAMAN JUDUL
Disusun Oleh :
Nama : Antonius Andika Wangsa
NPM : 6051901136
Kelas : D
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG
2020
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, (Jakarta : Alumni,
2018), hal. 161.
2
Ibid., hal. 162.
3
Bitar, Pengertian Sengketa Internasional, Penyebab dan Penyelesaian,
https://www.gurupendidikan.co.id/sengketa-internasional/, diakses 3 Maret 2020, jam 11.33 WIB.
1
Berdasarkan penjelasan pada paragraf sebelumnya yang menyatakan
bahwa wilayah suatu negara sangatlah penting dan akan menimbulkan suatu
reaksi apabila wilayah tertentu direbut, maka banyak peristiwa yang berkaitan
dengan perebutan wilayah negara yang dapat kita jumpai. Salah satu konflik
perebutan wilayah yang pernah terjadi adalah sengketa Pedra Branca yang
melibatkan negara Singapura dan Malaysia dalam perebutan Pulau Batu Puteh di
Selat Johor. Konflik perebutan atau sengketa wilayah Pulau Batu Puteh ini dimulai
sejak tahun 1979 ketika pemerintah Malaysia menerbitkan sebuah peta yang
berjudul “Wilayah Perairan dan Batas Landas Kontinen Malaysia” yang
memasukkan pulau Pedra Branca dalam wilayah kedaulatan Malaysia. Sengketa
ini diselesaikan di Mahkamah Internasional pada tahun 2008 dengan keputusan
yang menyatakan Pulau Batu Puteh menjadi milik Singapura. Pulau Batu Puteh
sendiri merupakan “pulau karang tak berpenghuni seluas lapangan sepak bola
yang terletak antara Selat Singapura dan Laut Cina Selatan.”.4 Di pulau ini
terdapat Mercusuar Horsburgh yang dibangun oleh Singapura pada tahun 1851,
sehingga Singapura bersikukuh untuk mempertahankan Pulau Batu Puteh
tersebut. Namun Malaysia juga memiliki argumen untuk mempertahankan Pulau
Batu Puteh dengan mengatakan bahwa pembangunan Mercusuar Horsburgh
adalah atas izin Malaysia sebagai pemilik pulau itu dan Malaysia merasa bahwa
Mercusuar Horsburgh adalah murni untuk keperluan navigasi dan bukan sebagai
tanda kedaulatan negara Singapura.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa sengketa yang melibatkan negara
Singapura dan Malaysia ini telah dinyatakan selesai usai diputuskan oleh
Mahkamah Internasional. Pada mulanya kedua negara tidak langsung membawa
masalah sengketa ini ke Mahkamah Internasional dan memilih menyelesaikannya
dengan cara bilateral saja, namun upaya bilateral yang dilakukan Singapura dan
Malaysia tidak kunjung menemui titik terang sehingga masalah ini pun akhirnya
dibawa ke Mahkamah Internasional pada Februari 2003. “Dalam Hukum
Internasional dikenal adanya penyelesaian sengketa secara diplomatik dan
penyelesaian sengketa secara hukum, salah satu alternatif penyelesaian sengketa
secara hukum atau judicial settlement adalah penyelesaian melalui badan
peradilan internasional International Court of Justice (ICJ) atau Mahkamah
Internasional.”.5 Setelah melalui proses panjang dengan beracara di Mahkamah
Internasional, akhirnya pada 23 Mei 2008 keputusan mengenai sengketa ini
dikeluarkan. Seperti halnya yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya
bahwa keputusan ICJ menyatakan bahwa Pulau Batu Puteh menjadi milik
Singapura setelah Singapura mendapat 12 suara dan Malaysia hanya mendapat
4 suara. Putusan ICJ mengenai kepemilikan Singapura atas Pulau Batu Puteh itu
juga sekaligus diumumkan bersamaan dengan putusan mengenai kepemilikan
4
Saiful Bahri, Makalah Penelitian : “Tinjauan Yuridis Penyelesaian Sengketa Pulau Batu Puteh
(Pedra Branca) Antara Malaysia-Singapura Melalui Mahkamah Internasional Tahun 2008”, (Padang :
Universitas Andalas, 2011), hal. 1
5
Ibid.
2
Singapura atas Pulau Middle Rocks dan sekumpulan karang South Ledge (namun
putusan untun South Ledge bersifat terbuka karena hanya putusan hanya berisi
tentang kedaulatan pulau, bukan batas wilayah).
Berdasarkan penjelasan pada paragraf sebelumnya mengenai putusan
Mahkamah Internasional yang memutuskan Pulau Batu Puteh menjadi milik
Singapura dan tentunya berdampak bagi Malaysia sebagai pihak yang kehilangan
pulau tersebut, maka penulis akan mengkaji hasil putusan Mahkamah
Internasional pada tahun 2008 tersebut dan menghubungkannya dengan teori-
teori yang membahas mengenai penyelesaian suatu masalah atau konflik yang
terjadi antarnegara melalui Mahkamah Internasional.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
3
D. Tinjauan Pustaka Sementara
Pada saat hendak melakukan penelitian maka hal yang paling utama
adalah dukungan dari setiap hasil penelitian yang telah ada sebelumnya dan
berkaitan dengan suatu penelitian tersebut. Oleh karena itu, berikut ini akan
penulis sampaikan beberapa pendapat yang telah ada sebelumnya yang dirasa
mampu mendukung penelitian yang penulis buat.
Konflik Pedra Branca merupakan konflik yang dimulai pada tahun 1979
yang melibatkan negara yang berada dekat dengan Indonesia yaitu Singapura dan
Malaysia. Sengketa Pedra Branca tersebut berhasil diselesaikan melalui
Mahkamah Internasional pada tahun 2008. Seperti yang dikatakan oleh Thomas
Schultz (2009), “International dispute settlement has come to light in recent years
as a new field of study, quickly endowed with academic interest of the highest
order” yang dengan terjemahan bebas berarti “Penyelesaian sengketa
internasional telah terungkap dalam beberapa tahun terakhir sebagai bidang studi
baru, dengan cepat dianugerahi dengan minat akademis tingkat tinggi”, berarti
bahwa dalam beberapa tahun terakhir sebelum tahun 2009 terdapat sebuah
perkembangan terhadap penyelesaian sengketa internasional.
Menurut Anne Peters (2003) ada beberapa cara ketika negara hendak
menyelesaikan konflik atau masalahnya dengan negara lain. Cara tersebut
tertuang dalam berbagai prinsip mulai dari prinsip cara damai, prinsip tradisional
yakni dengan cara perang, prinsip pengkoordinasian, prinsip pilihan bebas, prinsip
itikad baik untuk bekerja sama, koordinasi melalui ajudikasi, doktrin ajudikasi tanpa
frustasi, koordinasi dalam keadilan kejahatan internasional, serta evaluasi dan
pandangan. Seluruh prinsip dalam penyelesaian sengketa internasional menurut
Anne Peters memperlihatkan bahwa penyelesaian sengketa internasional tidak
hanya dapat dilakukan melalui pengadilan di mahkamah Internasional.
Ada tulisan dari Eric De Brebendere (2018) yang menjelaskan bahwa
setelah pembentukan Permanent Court of International Justice (PCIJ) pada tahun
1920, diskusi tentang apakah sebuah lembaga dengan yurisdiksi perlu dibuat
menjadi kurang relevan karena banyak orang percaya telah mencapai apa yang
mereka inginkan. Pendapat ini kemudian dapat menjadi suatu pembahasan
penting dalam makalah penelitian ini tentang apakah sebenarnya diperlukan suatu
badan peradilan untuk menyelesaikan sengketa-sengketa antarnegara di dunia
seperti yang dijalankan oleh Singapura dan Malaysia dalam Sengketa Pedra
Branca.
Professor Cesare P.R. Romano (2007) dalam buku yang ditulisnya yaitu
“International Dispute Settlement” in Oxford Handbook of International
Environmental Law juga sempat memberikan fakta dari sebuah studi bahwa
frekuensi penyelesaian perselisihan internasional terus meningkat dari waktu ke
waktu baik secara absolut maupun relatif.
4
E. Metode Penelitian
F. Sistematika Penulisan
BAB II :
Merupakan bagian landasan teori yang terdiri dari kerangka teoritis, kerangka
pemikiran, dan hipotesis.
BAB III :
Merupakan bagian pembahasan yang berisi latar belakang terjadinya Sengeketa
Pedra Branca, penyelesaian Sengketa Pedra Branca melalui Mahkamah
Internasional, dan penjelasan hasil putusan Mahkamah Internasional pada tahun
2008 mengenai Sengketa Pedra Branca dihubungkan dengan berbagai sudut
pandang mengenai penyelesaian sengketa antarnegara melalui Mahkamah
Internasional.
BAB IV :
Merupakan bagian penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
6
Wikipedia, Penelitian Deskriptif, https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_deskriptif, diakses 4
Maret 2020, jam 4.24 WIB.
5
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, Saiful. 2011. Tinjauan Yuridis Penyelesaian Sengketa Pulau Batu Puteh (Pedra
Branca) Antara Malaysia-Singapura Melalui Mahkamah Internasional Tahun 2008.
Padang. Universitas Andalas
Hadiwijoyo, Suryo Sakti. 2011. Perbatasan Negara Dalam Dimensi Hukum Internasional.
Yogyakarta. Graha Ilmu
6
Wikipedia. 2010. Penelitian Deskriptif. https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_deskriptif.
Diakses 4 Maret 2020, jam 4.24 WIB.