Dosen Pengampu :
Drs. Mutia Evi Krishty, S.H., M.H
Disusun oleh :
Kelompok 9
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2023
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis panjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat Rahmat-Nya makalah ini dapat terselesaikan. Tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk menyelesaikan tugas Hukum Internasional, selain itu juga untuk meningkatkan
pemahaman kami mengenai materi tersebut.
Dengan membaca makalah ini kami sebagai penulis berharap dapat membantu teman-
teman serta pembaca untuk dapat memahami materi ini dan dapat memperkaya wawasan
pembaca. Walaupun penulis telah berusaha sesuai kemampuan, namun penulis yakin bahwa
manusia itu tak ada yang sempurna. Seandainya dalam penulisan makalah ini ada yang
kurang, maka itulah bagian dari kelemahan kami sebagai penulis.
Mudah-mudahan melalui kelemahan itulah yang akan membawa kesadaran kita akan
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dan kepada
pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini. Untuk itu penulis
selalu menantikan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan
penyusunan makalah ini.
Penulis
Page | 1
DAFTAR ISI
Page | 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perlu diketahui bahwa setiap sengketa merupakan konflik namun beda hal nya dengan
konflik yang tidak semuanya dapat dikategorikan sebagai sengketa. Sengketa internasional
bukan hanya secara eksklusif merupakan urusan dalam negeri dalam suatu negara dalam
suatu negara dan juga tidak hanya menyangkut hubungan negara saja karena subjek-subjek
hukum internasional saat ini sudah mengalami perluasan sedemikian rupa yang melibatkan
beberapa dari faktor non negara. Sesuai dengan pasal 36 ayat (2) Mahkamah Internasional
menegaskan bahwa sengketa hukum yang dapat dibawa ke Mahkamah Internasional
menyangkut hal-hal sebagai berikut :
1. Interpretasi perjanjian
2. Persoalan mengenai hukum internasional
3. Adanya fakta apapun yang jika didirikan akan merupakan pelanggaran kewajiban
internasional
4. Sifat atau tingkat perbaikan yang akan dibuat untuk pelanggaran kewajiban
internasional.
Politik hanya berbentuk asal-usul yang tidak mengikat negara yang bersengketa. Asal
usul berbentuk usul-usul yang tidak mengikat negara yang bersengketa dan tetap
mengutamakan kedaulatan negara-negara yang bersengketa dan tidak harus didasarkan atas
ketentuan-ketentuan hukum. Konsiderasi-konsiderasi politik dan kepentingan-kepentingan
lainnya, dapat juga menjadi dasar pertimbangan dalam penyelesaian sengketa secara hukum
mempunyai sifat mengikat dan membatasi kedaulatan negara-negara yang bersengketa yang
disebabkan karena keputusan yang diambil hanya didasarkan atas prinsip-prinsip hukum
internasional, Mahkamah Internasional (ICJ) juga menetapkan 4 kriteria sengketa :
a. Didasarkan pada kriteria-kriteria objektif yaitu dengan melihat fakta-fakta
yang ada.
Contoh : Kasus penyerbuan Amerika dan Inggris ke Irak
b. Tidak didasarkan pada argumentasi salah satu pihak
Contoh : USA dengan Irak pada tahun 1979, pada kasus ini
c. Mahkamah Internasional dalam mengambil keputusan tidak hanya
berdasarkan pada argumentasi dari pihak Amerika saja namun juga melihat
dari argumentasi pihak Irak
Page | 3
d. Penyangkalan mengenai suatu peristiwa atau fakta oleh salah satu pihak
tentang adanya sengketa tidak dengan sendirinya membuktikan bahwa tidak
ada sengketa.
Salah satu contohnya : The Northern Cameroons 1967 case, dalam kasus ini
Inggris menyatakan bahwa tidak ada sengketa antara Inggris dan Kamerun,
bahkan Inggris menyatakan bahwa sengketa yang terjadi bukan antara dia
dengan Kamerun melainkan Kamerun dengan PBB. Berkaca dari kasus
tersebut dapat disimpulkan bahwa bukan para pihak yang bersengketa yang
memutuskan ada tidaknya sengketa tetapi harus diselesaikan dengan adanya
pihak ketiga.
e. Adanya sikap yang saling bertentangan/ berlawanan dari kedua belah pihak
yang bersengketa.
Contoh : Case Concerning the Applicability of the obligation to arbitrate under
section 21 of the United Nations Headquarters agreement of 26 June 1947.
1.3 Tujuan
Page | 4
Page | 5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Geografi
Permasalahan ini dinamakan dengan sengketa pulau sipadan dan ligitan yang mana
Indonesia dan Malaysia terlibat perselisihan atas hak milik dari dua pulau tersebut di selat
Makassar. Yaitu pulau Sipadan memiliki luas 50.000 m² dan juga pulau ligitan yang memiliki
luas 18.000m².
Pulau Sipadan terletak sekitar 24 kilometer dari pantai dararan Sabah Malaysia, dan
sekitar 64 kilometer dari pantai timur Pulau Sebatik. dimana bagian utara merupakan wilayah
Malaysia dan bagian timur selatan merupakan wilayah Indonesia. Pulau dengan luas sekitar
50.000 m2 ini diduga memiliki kekayaan alam bawah laut yang sangat indah dengan ribuan
habitat penyu dengan taburan karang menjalar dari utara ke selatan dan memiliki kandungan
bahan-bahan mineral, minyak dan gas bumi. Pulau Ligitan terletak sekitar 34 km dari pantai
daratan Sabah Malaysia dan laut sekitar 93 km dari pantai timur Pulau Sebatik. pulau Ligitan
terletak 34 km dari pantai daratan Dabah dan 93 km dari pantai Pulau Sebatik di ujung timur
pulau Kalimantan. Pulau ini dari sejarahnya merupakan wilayah kesatuan republic Indonesia
dan menjadi sengketa wilayah antara Indonesia dan Malaysia.
2.2 Sejarah
Berawal dari pertemuan tingkat tinggi antara Presiden Soeharto dari Indonesia dengan
Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohammad, di Yogyakarta pada bulan Juni 1998.
Setelah pertemuan tingkat tinggi itu, serangkaian perundingan kemudian dilaksanakan
dengan melibatkan Joint Working Group Meetings, Senior Official Meetings,
dan Joint Commission Meetings. Sebelumnya pada tahun 1994, Indonesia dan Malaysia
mencoba membuat terobosan dengan menetapkan atau menunjuk perwakilan masing-masing
untuk negosiasi yang intensif. Indonesia menunjuk Menteri Sekretaris Negara ketika itu,
Moerdiono, dan Malaysia menugaskan wakil perdana menterinya yaitu Anwar Ibrahim untuk
mewakili Malaysia dalam perundingan. Kedua perwakilan itu melaksanakan empat
pertemuan di Jakarta pada 17 Juli 1995 dan 16 September 1995, lalu di Kuala Lumpur pada
22 September 1995 dan 21 Juli 1996. Sampai akhirnya kedua belah pihak yaitu Indonesia dan
Malaysia sepakat untuk menyerahkan penentuan kedua wilayah
Permasalahan ini bermula pada tahun 1967 ketika Indonesia dan Malaysia ingin
membuat data tentang perbatasan dari masing-masing negara ternyata baik Indonesia maupun
Malaysia sama-sama memasukkan Sipadan dan Ligitan ke dalam wilayah negara mereka
akhirnya Indonesia dan Malaysia pun sepakat agar pulau Sipadan dan Ligitan dinyatakan
dalam keadaan status quo.
Page | 6
Pengertian status quo adalah keadaan tetap sebagaimana keadaan pada saat itu, artinya
pulau tersebut dibiarkan terlebih dahulu dengan keadaan seperti itu tanpa ada campur tangan
negara Indonesia maupun negara Malaysia karena persoalan pulau ini masih belum selesai,
tetapi sayangnya terjadi kesalahpahaman antara Indonesia dan Malaysia dalam memahami
arti dari status quo. Malaysia pun membangun resort pariwisata baru yang dibangun oleh
pihak swasta di Malaysia di pulau tersebut karena menurut Malaysia status quo artinya pulau
sipadan dan ligitan tetap berada di bawah kendali Malaysia sampai sengketa berakhir
sedangkan menurut Indonesia status quo artinya ke 2 pulau ini tidak boleh ditempati atau
diduduki sampai sengketa pulau ini selesai karena Malaysia telah membangun fasilitas
pariwisata di pulau sipadan dan ligitan, maka Indonesia pun mengajukan protes ke Kuala
lumpur dan meminta pembangunan dihentikan.
Tahun 1969 Malaysia pun secara sepihak memasukkan pulau sipadan dan ligitan ke
dalam peta nasional mereka, awalnya permasalahan tersebut ingin dibahas melalui dewan
tinggi ASEAN namun Malaysia menolak karena Malaysia menduga bahwa mereka akan
kalah jika kasus ini dibahas di ASEAN Malaysia menduga akan kalah karena pada saat itu
Malaysia juga sedang terlibat sengketa dengan Singapura, sengketa dengan Filipina, bahkan
sengketa dengan laut Cina Selatan. Tahun 1991 Malaysia pun mengusir semua warga
Indonesia di pulau tersebut dengan bantuan polisi hutan atau polisi yang setara dengan
Brimob Indonesia tujuannya adalah agar Indonesia mencabut klaim atas dua pulau sipadan
dan ligitan ini. Akhirnya Indonesia dan Malaysia pun sepakat bahwa sengketa ini
diselesaikan melalui jalur hukum internasional dan bukan melalui politik atau ASEAN.
Pemerintah Indonesia bahkan pada saat itu membentuk tim khusus yang terdiri atas pakar
sejarah, hukum internasional, dan juga instansi terkait seperti KEMENLU.
Page | 7
[Pemerintahnya] yang timbul dari klaim kekuasaan dan kedaulatannya
atas wilayah Kalimantan Utara, sejauh hak-hak tersebut [terpengaruh,
atau [mungkin] terpengaruh, oleh putusan Pengadilan mengenai masalah
kedaulatan atas Pulau Ligitan dan Pulau Sipadan".
Page | 8
yang diajukan oleh para pihak dalam kasus ini tidak bertentangan dengan
kesimpulan tersebut.
2.5 Perjanjian bahwa Sengketa ini akan diajukan Secara Internasional di ICJ:
Pihak Indonesia pun mengajukan bukti bahwa kedua pulau ini adalah bagian dari
NKRI berdasarkan perjanjian Juanda dengan menarik garis dari lintang tanpa batasan.
Indonesia juga memperlihatkan bukti bahwa kapal induk Belanda pernah berpatroli ke sekitar
2 pulau itu dengan asumsi bahwa Belanda pernah ke pulau ini yang artinya pulau ini milik
Indonesia. Setelah Malaysia dan Indonesia menyerahkan bukti terkuat atas hak kepemilikan
dari dua pulau tersebut ke mahkamah Internasional.
Page | 9
2.7 Mahkamah Internasional:
Page | 10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam kesimpulan ini, yang harus kita ketahui adalah kehilangan pulau Sipadan dan
Ligitan bukan karena Indonesia tidak mampu menjaga kedaulatan atau pertahanan negara,
melainkan kehilangan pulau Sipadan dan Ligitan sebenarnya lebih kepada hukum dan sejarah
dari pulau tersebut.
3.2 Saran
Dari pemaparan yang kami paparkan pada materi di atas kita sebagai bangsa Indonesia
terkhususnya kaum muda Indonesia harus menjaga serta serta melestarikan lingkungan
kita saat ini, dan besar kami harapan kepada Pemerintah Indonesia untuk lebih
memperhatikan pulau-pulau terluar Indonesia dengan membuat adminitrasi supaay tidak
ada lagi pulau Indonesia yang terlepas, sekian dan terima kasih.
Page | 11
DAFTAR PUSTAKA
Page | 12