BERSAMA
Disusun Oleh :
Dosen Pengampuh:
UNIVERSITAS BENGKULU
NPM: F0G021024
Jurusan: kebidanan
Email: inayahsamarah129@gmail.com
Judul makalah: peranan musyawarah dan mufakat untuk mencapai keputusan bersama
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah yang diselesaikan
adalah benar. Dengan ini saya menyatakan penulisan makalah ini dengan judul peranan
musyawarah dan mufakat untuk mencapai keputusan bersama telah memenuhi semua syarat
dan ketentuan yang ditetapkan oleh dosen.
(…………………………..)
(…………………………..)
i
ABSTRAK DAN RINGKASAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya mengenai makalah “peranan musyawarah dan mufakat untuk
mencapai keputusan bersama”
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................ iv
2.3 Mengambil Suatu Keputusan Harus di Dasarkan Pada Musyawarah Mufakat ............... 6
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana peranan musyawarah dan mufakat dalam suatu organisasi?
2. Apa saja prinsip musyawarah untuk mufakat?
3. Mengapa di dalam mengambil suatu keputusan harus didasarkan pada musyawarah
mufakat?
4. Bagaimana makna musyawarah untuk mufakat?
5. Bagaimana menerima dan mematuhi keputusan bersama?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui bagaimana peranan musyawarah dan mufakat dalam suatu organisasi
2. Mengetahui apa saja prinsip musyawarah untuk mufakat
3. Mengetahui mengapa di dalam mengambil suatu keputusan harus didasarkan pada
musyawarah mufakat
4. Mengetahui bagaimana makna musyawarah untuk mufakat
5. Mengetahui bagaimana menerima dan mematuhi keputusan bersama
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam sebuah organisasi internal atau eksternal kampus khususnya untuk mahasiswa
tentunya pernah merasakan yang namanya bermusyawarah secara bersama demi mencapai
keputusan yang telah di sepakati itu sudah menjadi hal yang sangat lumrah bagi kalangan
mahasiswa. Seperti yang kita ketahui secara seksama dalam suatu organisasi kelembagaan
pastinya memiliki beberapa hal atau masalah yang perlu untuk di selasaikan jadi disitu kita
bisa memfungsikan musyawarah sebagai kunci untuk membuka jawaban dari permasalahan
sebbelumnya.
Namun untuk era sekarang kebanyakan pelajar/mahasiswa banyak yang tidak mau
memaknai pentingnya musyawarah besar dalam berorganisasi mereka hanya menganggap
adalah hal yang membosankan dan bisa menyita waktu mereka padahal jika kita melihat
pengaruhnya sangat besar pada diri kita sendiri dan bisa berguna dalam memajukan suatu
wadah atau organisasi yang kita ikuti apabila menekuni pentingnya musyawarah besar.
Untuk lebih jelasnya di bawh ini merupakan efek positif yang akan kita dapatkan setelah
mengikuti musyawarah besar:
a. Setiap peserta musyawarah mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam
mengeluarkan pendapat.
4
b. Setiap keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan dan tidak boleh
bertentangan dengan Pancasila serta UUD 1945.
c. Musyawarah bersumber pada paham sila keempat Pancasila.
d. Setiap keputusan, baik sebagai hasil mufakat maupun berdasarkan suara terbanyak
harus diterima dan dilaksanakan.
e. Apabila cara musyawarah untuk mufakat tidak dapat dicapai dan telah diupayakan
berkali-kali maka dapat digunakan cara lain yaitu dengan pengambilan suara terbanyak
(voting).
Kedua, hati yang lemah lembut (bersih) lawan dari berhati keras. Prinsip ini haruslah
ada, hati yang lemah lembut yaitu yang tidak menaruh kedengkian dan kebencian antara satu
sama lainnya, dalam musyawarah perilaku ini akan terlihat pada saat berbicara atau
menyampaikan pendapat atau sebuah gagasan. Oleh karenanya apabila musyawarah
dilaksanakan tidak berdasarkan hati yang lemah lembut (bersih) sebagai rahmat dari Allah
Swt, maka mustahillah akan dapat terjadi kemufakatan.
Ketiga, saling memaafkan dan memohonkan ampun kepada Allah Swt. Karena di dalam
musyawarah pasti akan sering terjadi perbedaan pendapat mengenai suatu pembahasannya,
maka antara sesama anggota yang terlibat didalam musyarawah apabila ada yang merasa
tesinggung akibat ucapan maupun pemikiran, maka mestilah siap untuk saling memaafkan
dan memohonkan ampun kepada Allah Swt.
5
Keempat, mematuhi perintah Allah Swt dan mendirikan sholat. Berdasarkan prinsip
yang keempat ini menunjukan bahwa dalam praktik musyawarah untuk mengambil suatu
keputusan harus didasarkan atau tidak boleh bertentang dengan perintah Allah Swt. Makanya,
orang-orang yang bermusyawarah dalam menetapkan suatu aturan atau hukum untuk
kehidupan bersama harus senantiasa didasarkan kepada hukum-hukum Allah Swt.
Kelima, mufakat, segala keputusan yang akan ditetapkan dalam suatu permusyawaratan
harus merupakan kemufakatan dari seluruh anggota yang terlibat di dalam musyawarah.
Mufakat adalah antara satu dan lainnya anggota musyawarah menerima hasil musyawarah
yang akan diputuskan dan ditetapkan untuk dilaksanakan bersama-sama. Adapun keputusan
yang diambil tersebut tidaklah boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum Islam, dalam
konteks kaidah-kaidah utama yang tertuang di dalam tujuan hukum menurut V\DUD· yang
disebut dengan Adhdhararul, yaitu: Memelihara Agama, Memelihara Jiwa, Memelihara Akal,
Memelihara Keturunan, Memelihara Harta dan Kehormatan.
Pertama, setiap orang diberi hak dan kebebasan yang sama untuk menyampaikan
pendapat dalam musyawarah.
Kedua, pendapat yang disampaikan oleh setiap peserta dalam musyawarah harus disertai
dengan alasan yang masuk akal.
6
Ketiga, pendapat harus disampaikan dengan niat yang baik untuk memenuhi kepentingan
bersama.
Keempat, penyampaian pendapat juga harus dilakukan dengan sopan dan penuh
kerendahan hati.
Kelima, dalam musyawarah lebih menonjolkan persamaan daripada perbedaan dari
pendapat yang ada, sehingga akan mudah mencapai kesepakatan bersama.
Musyawarah adalah sebuah istilah yang berasal dari kata Syawara dalam Bahasa Arab
yang berarti berunding, urun rembuk, atau mengatakan dan mengajukan sesuatu. Sudut
pandang Islam punya pedoman mengenai apa itu musyawarah, yang termaktub dalam Al-
Qur`an. Sebagaimana dijelaskan dalam Surat Asy-Syura ayat 38 yang artinya:
Dari ayat tersebut, dengan jelas diterangkan dalam menghadapi sebuah urusan,
diperintahkan untuk melakukan musyawarah secara bersama-sama. Bahwa dengan
musyawarah, mereka tergolong sebagai orang yang patuh kepada seruan Tuhan.
Istilah musyawarah adalah kata yang juga dikenal dengan sebutan lainnya seperti
“syuro”, “rembug desa”, “kerapatan nagari” dan “demokrasi”. Musyawarah untuk mufakat
adalah salah satu ciri dari Demokrasi Pancasila. Musyawarah adalah bagian penting dari
7
demokrasi. Musyawarah juga memiliki manfaat dalam kegiatan sehari-hari untuk mencapai
mufakat pada kepentingan masyarakat banyak maupun dalam keluarga.
Melaksanakan keputusan bersama bukan karena terpaksa tetapi karena untuk menjaga
kelancaran dan tujuan hidup bersama. Dalam melaksanakan keputusan bersama , asas yang
perlu diperhatikan yaitu asas kekeluargaan dan asas gotong royong.
1. Asas kekeluargaan
Asas kekeluargaan yaitu asas yang memandang anggota kelompok sebagai
keluarga sendiri. Semua anggota diperlakukan sama, kelompok diibaratkan sebuah
keluarga. Setiap anggota haru saling membantu dengan anggota yang lain.
2. Asas gotong-royong
Dengan gotong royong apapun akan lebih mudah dilaksanakan. Tidak ada
perbedaan antara anggota dan pengurus. Semuanya harus bergotong-royong untuk
mencapai suatu tujuan bersama. Melaksanakan keputusan bersama secara kekeluargaan
mempunyai beberapa manfaat, antara lain
a. Semua anggota merasa memiliki kedudukan yang sama
b. Terciptanya keadilan antar anggota
c. Setiap anggota melaksanakan keputusan bersama dilandasi rasa tanggung jawab
d. Keputusan bersama dilaksanakan bukan karena terpaksa tetapi untuk menjaga
kelancaran kegiatan dalam hidup bersama.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Manusia
tidak luput dari kesalahan, apabila ada kesalahan penulisan maupun penyusunan dalam
makalah ini kami mohon kritik dan saran dari para pembaca. Terima kasih atas partisipasinya
dan mohon maaf atas kesalahan dalam penulisan makalah ini, karena kesempurnaan hanyalah
milik Allah SWT.
9
DAFTAR PUSTAKA
pukul 10:22
http://digilib.uinsgd.ac.id/13204/4/bab%201.pdf
https://m.merdeka.com/sumut/manfaat-musyawarah-mufakat-ketahui-pengertian-dan-tujuannya-
kln.html
https://anakuntad.com/2017/01/pentingnya-musyawarah-besar-suatu-organisasi/amp/
https://bobo.grid.id/amp/082659830/contoh-cara-mengambil-keputusan-bersama-musyawarah-
dan-pemungutan-suara?page=3
10