Anda di halaman 1dari 18

PENYELESAIAN SENGKETA PULAU BATU PUTEH DI SELAT JOHOR

ANTARA SINGAPURA DENGAN MALAYSIA DALAM PERSPEKTIF


HUKUM INTERNASIONAL

Putu Radyati Sugiadnyana


Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: rarasugiadnyana22@gmail.com

Dewa Gede Sudika Mangku


Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail : dewamangku.undiksha@gmail.com

Ni Putu Rai Yuliartini


Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail : raiyuliartini@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji mengenai penyelesaian
sengketa Pulau Batu Puteh antara Malaysia dengan Singapura dalam perspektif
hukum internasional serta dampak putusan Mahkamah Internasional atas
sengketa Pulau Batu Puteh. Penelitian ini merupakan penelitian yang
menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan menggunakan
pendekatan perundang-undangan (Statue approach), pendekatan kasus (Case
approach), dan pendekatan Konseptual (Conceptual approach). Studi normatif ini
dilakukan dengan mengumpulkan bahan hukum primer, sekunder dan tresier.
Materi yang dikumpulkan lalu disusun secara sistematis serta dianalisis dengan
menggunakan metode deskriptif. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa
penyelesaian sengketa Pulau Batu Puteh yang harus dilakukan oleh Singapura
dan Malaysia yaitu penyelesaian sengketa secara Damai yaitu seperti Negosiasi,
Pencarian Fakta, Jasa-jasa Baik dan Jalur Damai lainnya, apabila tidak juga
menemukan penyelesaian maka dapat menempuh Jalur Hukum melalui
International Court of Justice / Mahkamah Internasional. Putusan Mahkamah
Internasional berdampak terhadap kedua belah pihak yakni terhadap batas
territorial dan hubungan diplomatic.

Kata Kunci: Pulau Batu Puteh, Penyelesaian Sengketa, Dampak Putusan

Abstract
This research aims to study and study the settlement of Batu Puteh Island between
Malaysia and Singapore in the perspective of international law and influence the decision

542
of the International Court of Justice on Batu Puteh Island. This research is a research that
uses normative legal research methods using negotiations, case approach, and accessing
Conceptual. This normative study is carried out by collecting primary, secondary, and
legal legal materials. The material collected was then arranged systematically and
analyzed using descriptive methods. From the results of this study indicate that the Batu
Puteh Island dispute that must be done by Singapore and Malaysia is a settlement of a
dispute by Peace such as Negotiations, Fact Finding, Good Services and other Peace
Paths, and can also be found also can be found International Court. The decision of the
International Court of Justice opposes both parties against territorial borders and
diplomatic relations.

Keywords: Batu Puteh Island, Dispute Resolution, Decision Impact.

Pendahuluan hukum internasional meliputi 2


Hukum Internasional bagian, yakni hukum internasional
merupakan suatu aturan yang publik dan hukum perdata
mengatur hubungan antar negara internasional (Istanto,2010:3).
yang bersifat lintas batas negara. Hukum Laut Internasional
Setiap negara tidak diwajibkan merupakan segala aturan atau
untuk terikat maupun tunduk kaidah-kaidah hukum yang dimana
terhadap Hukum Internasional, mengatur tentang suatu hak dan
melainkan itu diserahkan kembali ke kewenangan suatu negara terhadap
setiap negara untuk tunduk atau kawasan laut dibawah yurisdiksi
tidak terhadap Hukum negaranya. Pembahasan tentang
Internasional. Menurut Mochtar hukum laut internasional tidak
Kusumaatmadja Hukum lepas membahas tentang sejarah
Internasional merupakan terbentuknya maupun aturan
keseluruhan kaidah-kaidah dan hukum yang mengatur tentang
asas-asas yang mengatur hubungan Hukum Laut Internasional saja,
atau persoalan yang melintasi batas tetapi mencakup tentang sengketa
negara-negara (hubungan perebutan suatu wilayah, batas
internasional) yang bukan bersifat wilayah setiap negara dan
perdata (Sefriani,2016:2). Menurut membahas hal lainnya yang
John O’Brien mengemukakan bahwa berhubungan dengan hukum laut
Hukum Internasional adalah sistem internasional. Hukum Laut
hukum yang terutama berkaitan Internasional sudah banyak terjadi
dengan hubungan antarnegara suatu sengketa tentang perebutan
(Sefriani,2016:2). Istilah Hukum antar batas wilayah suatu negara
Internasional (International Law) dan dengan negara lain. Menurut
Hukum Bangsa-Bangsa (Law Of Merrils Sengketa merupakan
Nations) menurut Oppenheim, ia ketidaksepahaman mengenai
menunjukkan bahwa dua istilah itu sesuatu (Sefriani,2016:297).
sebenarnya tidaklah persis sama, Sengketa wilayah secara garis besar
masing-masing istilah itu dapat disebabkan oleh dua hal yaitu
mempunyai lingkup materi yang dalam bentuk klaim terhadap
berbeda. Dikatakannya bahwa seluruh bagian wilayah negara, atau

543
dapat juga dalam bentuk klaim disebut dengan Pedra Barca dalam
terhadap seluruh bagian dari bahasa Portugis ini sangat tersohor
wilayah negara yang berbatasan dengan keunikannya baik di negara
(Kusumaatmadja,2003:164). Singapura maupun di negara
Penyelesaian suatu sengketa Malaysia. Pulau Batu Puteh ini
menurut hukum internasional berada dikoordinat 1°19′48″LU dan
dengan dua cara yaitu dengan cara 104°24′15″BT disebelah selatan
penyelesaian sengketa secara damai Malaysia sekitar sejauh 14 kilometer
dan penyelesaian sengketa secara dan berada disebelah utara dari
kekerasan. Para pihak yang Pulau Bintan negara Indonesia
bersengketa dalam menyelesaikan dengan jarak sejauh 13 kilometer
sengketa, dalam hukum (Bahri,2011:2).
internasional setiap negara yang Penyebab awal terjadinya
memiliki sengketa, wajib sengketa ini saat Malaysia membuat
menyelesaikan sengketanya melalui peta pada tahun 1979 yang dimana
cara damai terlebih dahulu. peta tersebut menggambarkan Pulau
Penyelesaian sengketa secara damai Batu Puteh berada didalam wilayah
dapat dibagi menjadi 2 yaitu Jalur negara Malaysia. Pada tahun 1980
Politik dan Jalur Hukum negara Singapura mengajukan
(Sefriani,2016,297). Para pihak yang protes resmi terhadap peta yang
bersengketa apabila dalam telah dibuat oleh Malaysia tersebut.
menyelesaikan sengketa tidak bisa Singapura mengklaim bahwa
menyelesaikan sengketa dengan adanya Mercusuar Horsburgh yang
jalur damai maka dalam hukum dibangun pada tahun 1851 oleh
internasional para pihak yang Singapura di Pulau Batu Puteh
bersengketa dapat menyelesaikan ketika kerajaan Inggris masih
sengketanya dengan melalui jalur berkuasa dan pembangunan
kekerasan. Penyelesaian sengketa tersebut merupakan otoritas dari
secara kekerasan ada 2 cara yaitu kerajaan Inggris. Singapura
melalui Jalur Perang dan Jalur Non menganggap adanya mercusuar
Perang. tersebut yang dikelolanya
Salah satu contoh sengketa merupakan adanya indikasi
hukum laut internasional yang penguasaan efektif dari pihak
diputus oleh Mahkamah Singapura (Borotoding,2013:4).
Internasional yaitu Sengketa Pulau Sengketa ini tidak dapat diselesaikan
Batu Puteh. Sengketa Pulau Batu secara damai oleh negara Singapura
Puteh ini terjadi di Selat Johor yaitu dan negara Malaysia setelah
antara Singapura dan Malaysia yang melakukan negosiasi bilateral yang
memperebutkan wilayah Pulau Batu ditandatangani pada tahun 2003,
Puteh. Pulau Batu Puteh ini terletak maka kedua pihak sepakat
diantara selat Singapura dan selat menyelesaikan sengketa ini melalui
laut China Selatan. Pulau Batu Puteh jalur hukum yakni membawa
tersebut merupakan pulau yang sengketa ini ke International Court of
tidak berpenghuni dimana memiliki Justice (ICJ) atau Mahkamah
luas dengan lebar 60 m dan panjang Internasional (Borotoding,2013:50).
137 m. Pulau Batu Puteh yang dapat

544
Pada tahun 23 Mei 2008 Berkaca dari sengketa tersebut
Mahkamah Internasional pihak-pihak yang bersengketa
mengeluarkan keputusan bahwa seharusnya menyelesaikan sengketa
kedaulatan dari Pulau Batu Puteh melalui jalur damai terlebih dahulu
tersebut jatuh ke tangan Singapura. seperti Negosiasi, Jasa-jasa baik dan
Putusan Mahkamah Internasional jalur damai lainnya, jika tidak
bersifat mengikat, final dan tidak menemukan jalan keluarnya maka
dapat diganggu gugat. Dasar dapat menyelesaikan sengketa
pertimbangan Mahkamah dalam tersebut melalui jalur Hukum yaitu
memutuskan sengketa ini yaitu ke Mahkamah Internasional.
faktanya, Malaysia yang Berdasarkan latar belakang diatas
mempunyai hak kepemilikan awal penulis bermaksud untuk
terhadap pulau ini tidak melakukan penelitian terhadap
menunjukan keberatannya terhadap masalah tersebut, maka diangkat
tindakan dari Singapura di Pulau judul penelitian sebagai berikut:
Batu Puteh dalam kurun waktu yang “PENYELESAIAN SENGKETA
lama. Negara Malaysia harus PULAU BATU PUTEH DI SELAT
menerima putusan yang JOHOR ANTARA SINGAPURA
dikeluarkan oleh Mahkamah DENGAN MALAYSIA DALAM
Internasional dan menyerahkan PERSPEKTIF HUKUM
yurisdiksi Pulau Batu Puteh kepada INTERNASIONAL” dengan tujuan
Negara Singapura, dengan untuk mengetahui penyelesaian
mempertimbangkan hasil dari sengketa internasional dan dampak
pemungutan suara dengan hasil 12 dari adanya putusan Mahkamah
suara untuk Singapura dan 4 suara Internasional terhadap sengketa
untuk Malaysia (Bahri,2011:6). Pulau Batu Puteh dalam perspektif
Mahkamah Internasional selain Hukum Internasional.
memutuskan Pulau Batu Puteh
Mahkamah Internasional juga Metode Penelitian
memutuskan Middle Rocks (Middle Dalam penelitian ini yang
Rocks merupakan sekumpulan menjadi objek penelitian adalah
karang yang terletak 1 kilometer Pulau Batu Puteh yang diperebutkan
sebelah selatan dari Pulau Batu oleh Singapura dan Malaysia.
Puteh) menjadi milik dari Malaysia Metode yang digunakan adalah
yang sudah dipertimbangkan penelitian hukum normatif.
berdasarkan hasil dari pemungutan Penelitian hukum normatif
suara dengan hasil 15 banding 1 merupakan penelitian yang
untuk Malaysia, selain itu South dilakukan dengan cara mengkaji
Ledge (terletak di 3,8 kilometer antara peraturan perundang-undangan
sebelah selatan Pulau Batu Puteh dan yang berlaku atau diterapkan
Middle Rocks sehingga berada terhadap suatu permasalahan
dikawasan kedua negara yang hukum tertentu. Jenis pendekatan
tumpang tindih) dinyatakan sebagai yang digunakan adalah pendekatan
milik negara yang perairannya perundang-undangan (statue
termasuk “pulau” tersebut approach), pendekatan kasus (case
(Bahri,2011:7). approach), pendekatan konseptual

545
(conceptual approach). Pendekatan yang berkaitan dengan pokok
perundang-undangan (statue permasalahan dalam penyusunan
approach) dilakukan untuk menelaah skripsi. Bahan hukum tersier yaitu
dan menganalisa ketentuan- bahan yang memberikan petunjuk
ketentuan mengenai perlindungan atau penjelasan tambahan terhadap
hukum terhadap penyelesaian sumber data primer dan sekunder
sengketa pulau batu puteh dalam yang terdiri dari Kamus hukum,
hukum internasional. Selain Kamus Bahasa Inggris, Kamus Besar
menggunakan pendekatan Bahasa Indonesia (KBBI). Teknik
perundang-undangan (statue pengumpulan bahan hukum adalah
approach) penelitian ini dengan cara menggali kerangka
menggunakan pendekatan kasus normatif dengan menggunakan
(case approach) bertujuan untuk bahan hukum yang membahas
mengetahui kronologi maupun tentang teori hukum internasional
akibat yang ditumbulkan atas kasus dan penyelesaian sengketa
yang bersangkutan sehingga internasional dan dikumpulkan
mengetahui memang benar telah berdasarkan topik permasalahan
terjadi dan mengetahui solusi yang telah dirumuskan dan
penyelesaian sengketa tersebut, serta dianalisis serta diklarifikasi menurut
menggunakan pendekatan sumber dan hirarkinya untuk dapat
konseptual (conceptual approach) dikaji secara kompeherensif. Teknik
bertujuan untuk memahami konsep- analisis menggunakan teknik
konsep penyelesaian sengketa deskriptif yang dimana yaitu
internasional dalam sengketa menjelaskan, mendeskipsikan dan
perebutan wilayah pulau batu puteh menghubungkan bahan hukum yang
antara Singapura dan Malaysia didapat dan menarik kesimpulan
dalam ilmu hukum khususnya menjadi permasalahan yang konkret
hukum internasional. sehingga mencapai hasil yang
Sumber bahan hukum yang diinginkan.
digunakan untuk menganalisis
dalam penelitian ini adalah Bahan Hasil Dan Pembahasan
hukum primer merupakan bahan Penyelesaian Sengketa Antar Batas
hukum yang bersifat otoritas. Dalam Negara Antara Singapura dan
penelitian ini penulis mengkaji Malaysia Atas Pulau Batu Puteh
ketentuan yang berasal dari hukum Berdasarkan Hukum Internasional
internasional yaitu dari UNCLOS Sengketa Pulau Batu Puteh
1982 dan piagam PBB serta merupakan salah satu contoh
ketentuan-ketentuan lain yang sengketa hukum laut yang terjadi
berasal dari hukum internasional. pada tahun 1980. Sengketa
Bahan hukum sekunder, diartikan perebutan wilayah ini terjadi antara
sebagai bahan hukum yang tidak Singapura dan Malaysia yang
mengikat tetapi menjelaskan atau memperebutkan Pulau Batu Puteh
memperkuat mengenai bahan yang berada diselat Johor dimana
hukum yang meliputi literature- pulau ini merupakan pulau yang
literatur, jurnal hukum, hasil tidak berpenghuni atau disebut Terra
penelitiandan artikel-artikel hukum Nullius. Pada tanggal 2 Agustus 1824

546
sebuah perjanjian persahabatan hal tersebut tidak dapat mengurangi
yaitu “Perjanjian Crawfurd” yang kerusuhan yang terjadi di Singapura
ditandatangani oleh East India yang penyebabnya yaitu adanya
Company, Sultan Johor, serta petinggi perlakuan khusus yang diberikan
Malaysia dari Johor untuk kpada Etnis Melayu dan adanya
mempersiapkan penyerahan diskriminasi terhadap etnis
singapura penuh kepada East India Tionghoa Singapura berupa
Company yang mencakup semua kontribusi pengenaan pajak. Pada
pulau dalam rentang 10 mil dari tahun 1965 Negara Singapura
geografis Singapura akhirnya memisahkan diri dan
(Borotoding,2013:48). meninggalkan Federasi tersebut
Kematian dari Sultan Mahmud III sehingga negara Singapura menjadi
pada tahun 1812 dari Johor, 2 negara yang berdaulat dan
putranya mengklaim suksesi dari demokratis (Borotoding,2013:50).
kesultanan Johor. Kepewarisan Putra Awal sengketa Pulau Batu Puteh
Sulung Sultan Mahmud III yaitu ini terjadi pada tanggal 21 Desember
Hussein yang berbasis di Singapura 1979 Malaysia membuat peta
diakui oleh Inggris, sedangkan wilayahnya dan peta tersebut
Abdul Rahman putra bungsunya berjudul “Territorial Waters and
yang berbasis di Riau diakui Continental Shelf Boundaries of
oleh Belanda Malaysia”. Didalam peta yang dibuat
(Borotoding,2013:49). Berdasarkan oleh Malaysia tersebut
Perjanjian Anglo-dutch, pada tanggal menggambarkan bahwa Pulau Batu
25 Juni 1825 Sultan Abdul Rahman Puteh termasuk didalam wilayah
mendonasikan bagian pulau yang negara Malaysia, dalam hal tersebut
ditugaskan kepada Sultan Husein. tanpa disadari Malaysia mengklaim
Perjanjian Anglo-dutch merupakan Pulau Batu Puteh termasuk bagian
perjanjian yang menjelaskan tentang dari kedaulatan Malaysia. Singapura
diijinkan untuk tukar menukar tidak tinggal diam, pada tahun 1980
wilayah, pada sengketa Pulau Batu Singapura mengajukan protes resmi
Puteh perjanjian ini merupakan terhadap peta yang telah dibuat oleh
cerminan hukum dari penyelesaian Malaysia dan Singapura meminta
politik yang dicapai antara kedua peta tersebut diperbaiki
colonial untuk membagi wilayah (Borotoding,2013:50). Sengketa
territorial Kesultanan Johor menjadi kepemilikan dari Pulau Batu Puteh
2 untuk ditempatkan dibawah yang terjadi antara Malaysia dengan
pengaruh dari masing-masing. Pada Singapura merupakan kasus yang
tahun 1850 dibangunnya Mercusuar sudah terjadi selama 29 tahun
Horsburgh oleh Singapura, yang (Bahri,2011:3). Malaysia dan
dimana mercusuar tersebut menjadi Singapura mengadakan pertemuan
pintu masuk ke selat Singapura pada tahun 1993 sampai tahun 1994,
(Mahardika,2018). dalam pertemuan tersebut dilakukan
Pada tahun 1963 Singapura dan untuk membahas mengenai sengketa
serawak dan sabah atau Koloni perebutan wilayah Pulau Batu Puteh.
Inggris secara resmi bergabung Singapura memperluas klaimnya
dengan Federasi Malaysia. Namun

547
terhadap Malaysia atas Middle Rock tersebut secara teoritis menguatkan
dan juga South Ledge klaim dari Singapura dan semenjak
(Syarifuddin,2019). Pertemuan yang pembangunan mercusuar tersebut
dilakukan kedua negara tersebut tidak ada protes dari Malaysia
tidak menghasilkan resolusi maupun (Bahri,2011:4). Singapura juga
penyelesaian terhadap sengketa berpendapat bahwa hak
tersebut. kepemilikan atas Pulau Batu Puteh
Berdasarkan pertemuan tersebut juga diperoleh dari kerajaan Inggris
tidak menemukan resolusi apapun sesuai dengan prinsip hukum dan
maka, kedua negara sepakat untuk berlanjut terus ke penerus sahnya
menyelesaikan sengketa perebutan yakni Republik Singapura
wilayah ini melalui Mahkamah (Borotoding,2013;51). Meskipun
Internasional. Malaysia dan demikian keberadaan mercusuar
Singapura pada tanggal 6 Februari tersebut nampaknya tidak dapat
2003 menandatangani “Special membuat kedaulatan Pulau Batu
Agreement” dan kedua pihak Puteh ada pada Singapura.
membawa sengketa tersebut ke Mengetahui hal tersebut Malaysia
Mahkamah Internasional, salah satu menyangkal karena pendirian
alternative penyelesaian sengketa mercusuar tersebut merupakan atas
secara hukum atau Judicial Settlement ijin dari Malaysia yang dimana
dalam Hukum Internasional adalah sebagai pemilik pulau tersebut
penyelesaian melalui Mahkamah (Mahardika,2018). Malaysia
Internasional. Dalam Special menambahkan dengan adanya
Agreement sengketa ini Malaysia dan mercusuar tersebut merupakan
Singapura pihak meminta untuk kepentingan navigasi dan
Mahkamah untuk menentukan tidak adanya hubungannya dengan
kedaulatan atas Pulau Batu Puteh, kedaulatan negara
Middle Rock, dan South Ledge serta (Syarifuddin,2019). Menurut
sepakat menerima putusan dari Malaysia, mereka memiliki hak
Mahkamah (Adolf,2004:58). kepemilikan atas Pulau Batu Puteh
Pada tanggal 24 Juli 2003 Malaysia dan Pulau Batu Puteh merupakan
dan Singapura mengikuti jalannya bagian dari Johor, selain itu juga
persidangan mengenai sengketa Pulau Batu Puteh merupakan
tersebut. Selama jalannya sumber penghidupan bagi nelayan
persidangan, Singapura dan local negara Malaysia (Bahri,2011;5).
Malaysia saling melakukan Kehadiran Singapura tersebut
pembuktian atas kepemilikan dari memiliki tujuan yaitu untuk
Pulau Batu Puteh untuk meyakinkan membangun serta memelihara
Mahkamah. Menurut Pandangan sebuah mercusuar yang ada di Pulau
Singapura dengan adanya Batu Puteh (dengan ijin dari
mercusuar yang dibangun oleh pemegang kedaulatan wilayah), dan
Singapura sendiri pada tahun 1850 Singapura tidak bisa mengklaim
ketika Inggris masih berkuasa Pulau Batu Puteh atas dasar tersebut
merupakan indikasi adanya (Borotoding,2013;50). Berdasarkan
penguasaan efektif (Effective hal tersebut, Mahkamah
Occupation) atas Pulau Batu Puteh Internasional telah

548
mempertimbangkan baik-baik kedaulatan pulau, bukan batas
mengenai argumentasi dan bukti- wilayah (Bahri,2011;7). Putusan dari
bukti yang telah diungkapkan oleh Mahkamah Internasional mengenai
Singapura dan Malaysia didalam sengketa Pulau Batu Puteh antara
persidangan. Akhirnya pada tanggal Singapura dan Malaysia bersifat
23 Mei 2008 Mahkamah final, mengikat, dan tidak ada
Internasional telah memutuskan banding. Malaysia dan Singapura
suatu putusan terkait sengketa Pulau dapat menerima putusan dari
Batu Puteh, Kedaulatan Pulau Batu Mahkamah tersebut dan Malaysia
Puteh jatuh ke tangan Singapura, akan segera bekerjasama dengan
yang dimana Mahkamah Singapura untuk menetapkan garis
Internasional telah memutuskan demarkasi maritime kedua negara.
melalui perhitungan suara. Persengketaan mengenai wilayah
Dalam perhitungan suara tersebut muncul akibat adanya perbedaan
terdiri dari beberapa hakim, untuk penerapan prinsip terhadap
kedaulatan Pulau Batu Puteh penetapan batasan landas kontinen
adapun hasil dari pemungutan suara diantara negara tetangga sehingga
yaitu dengan 12 suara untuk dapat menimbulkan wilayah yang
Singapura dan 4 suara untuk “tumpang tindih” yang dapat
Malaysia, dengan hasil tersebut menimbulkan persengketaan
maka kedaulatan Pulau Batu Puteh (Mahardika,2018). Di dalam suatu
jatuh ke tangan Singapura wilayah negara berhak untuk
(Borotoding,2013;55). Untuk Middle melakukan atau melaksanakan
Rock hasil pungutan suara yaitu 15 kedaulatan atas semuanya baik atas
suara untuk Malaysia berbanding 1 benda, orang, peristiwa atau
suara untuk Singapura maka perbuatan hukum yang terjadi di
kedaulatan atas Middle Rock jatuh ke wilayahnya. Namun demikian, atas
Tangan Malaysia. Sedangkan untuk wilayahnya negara wajib untuk
South Ledge dalam putusan tidak menggunakan haknya tersebut
Mahkamah South Legde dinyatakan bagi tindakan-tindakan yang
sebagai milik negara yang membahayakan perdamaian serta
perairannya termasuk ke dalam keamanan internasional sesuai
South Legde. South Legde tidak dapat dengan Pasal 7 Draft Deklarasi PBB.
dikatakan sebagai pulau yang Hukum Internasional dalam
sebenarnya karena sekumpulan menyelesaikan penyesaian sengketa
karang hanya muncul apabila ketika membuat aturan-aturan yang sangat
air sedang surut, yang dimana fleksibel. Penyelesaian sengketa
sekumpulan karang tersebut lebih dalam perspektif hukum
kecil dari Middle Rock (Bahri,2011;4). internasional dapat diselesaikan
South Legde berada diantara Pulau melalui 2 jalur yaitu jalur damai dan
Batu Puteh dan Middle Rock, jalur kekerasan. Sesuai Pasal 33
sehingga berada di kawasan negara Piagam PBB menyatakan “Para
yang sudah tumpang tindih. pihak dalam suatu persengketaan
Keputusan Mahkamah terhadap yang tampaknya sengketa tersebut
South Legde bersifat terbuka karena akan membahayakan perdamaian
Mahkamah hanya memutuskan soal dan keamanan internasional, harus

549
pertama-tama mencari penyelesaian dimana berlaku setelah melalui
dengan cara negosiasi, penyelidikan, perundingan yang cukup panjang
mediasi, konsiliasi, arbitrase, dan sudah disepakati oleh negara-
pengadilan, menyerahkan kepada negara peserta perundingan
organisasi-organisasi atau badan- Konvensi Hukum Laut PBB
badan regional, atau cara-cara (Borotoding,2013;45). UNCLOS 1982
penyelesaian damai lainnya yang terdiri dari 320 pasal dan 9 Annex,
mereka pilih.”, maka kedua pihak UNCLOS 1982 ini mulai diterapkan
yang memiliki sengketa harus atau berlaku yaitu pada tahun 1994
menyelesaikan sengketanya melalui yang dimana sesuai pada Pasal 308
jalur damai terlebih dahulu. Konvensi yaitu setelah 12 bulan atau
Berdasarkan Pasal 33 PBB, cara 1 tahun setelah tanggal penyerahan
penyelesaian sengketa secara damai instrument ratifikasi ke-60 atas
dapat dibagi menjadi 2 yaitu: konvensi tersebut, yang dimana
a. Penyelesaian secara diplomatic, untuk disimpan pada Sekjen PBB
yaitu berupa negosiasi, (Wulandari,2005). Sebelum adanya
penyelidikan, mediasi dan UNCLOS 1982 kerangka
konsiliasi. Disamping cara-cara penyelesaian sengketa hukum laut
lainnya yang masih dilaksanakan seperti pada umumnya
dimungkinkan dipilih atau (Syarifuddin,2019).
diinginkan oleh para pihak jika Konvensi tersebut telah diratifikasi
para pihak sudah sepakat, oleh 168 pihak yang dimana salah
seperti negosiasi tanpa pihak satunya Singapura dan Malaysia,
ketiga atau melibatkan pihak Malaysia melakukan ratifikasi
ketiga dalam negosiasi. UNCLOS 1982 pada tanggal 14
b. Cara penyelesaian secara Oktober 1996, sedangkan Singapura
hukum yaitu arbitrase dan telah meratifikasi UNCLOS 1982
pengadilan. Biasanya mengacu pada tanggal 17 November 1994
pada badan-badan peradilan (Natalia, 2013). Sebagai negara yang
yang terdapat dan diatur oleh meratifikasi UNCLOS 1982 harus
berbagai organisasi tunduk pada segala peraturan yang
internasional, baik yang bersifat terdapat dalam UNCLOS 1982.
regional maupun global. Dalam hal penyelesaian
(Adolf,2004;14). sengketa hukum laut diselesaikan
Kewajiban suatu negara dalam melalui mekanisme seperti
menyelesaikan suatu sengketa penyelesaian sengketa pada
melalui Jalur Damai terlebih dahulu umumnya serta institusi peradilan
ini bertujuan untuk menjaga dan internasional seperti Mahkamah
menahan diri dari suatu tindakan- Internasional (International Court of
tindakan yang dimana tindakan Justice. Dalam UNCLOS 1982 juga
tersebut dapat memperburuk situasi membahas tentang suatu negara
dari kedua belah pihak. Penyelesaian yang bersengketa harus
sengketa hukum laut internasional menyelesaikan sengketanya secara
saat ini diatur didalam United damai terlebih dahulu, hal tersebut
Nations Convention on the Law of the tercantum dalam Pasal 279 yang
Sea (UNCLOS 1982), yang menyatakan bahwa:

550
“Negara-negara peserta harus seimbang (salah satu pihak berada
menyelesaikan setiap sengketa diposisi yang kuat dan pihak lainnya
antara mereka perihal interpretasi dalam posisi yang lemah), dalam
atau penerapan Konvensi ini dengan keadaan tersebut pihak yang berada
cara damai sesuai dengan Pasal 2 dalam posisi untuk menekan pihak
ayat 3 Piagam Perserikatan Bangsa- lainnya. Hal ini sering kali terjadi
Bangsa dan, untuk tujuan ini, harus manakala dua pihak bernegosiasi
mencari penyelesaian dengan cara untuk menyelesaikan sengketa di
sebagaimana ditunjukkan dalam antara mereka (Adolf,2004;19).
Pasal 33 ayat 1 Piagam tersebut.” Dalam Sengketa Pulau Batu
Penyelesaian sengketa dalam Puteh kedua belah pihak sudah
perspektif hukum internasional melalui jalur negosiasi yaitu dengan
dapat juga melalui Penyelesaian mengadakan serangkaian
sengketa secara Kekerasan yang pertemuan antar pemerintah pada
dimana ada 2 jalur yaitu yang tahun 1993 sampai tahun 1994, yang
pertama Jalur Perang dan yang tidak menghasilkan resolusi untuk
kedua yaitu Jalur Non Perang. menyelesaikan sengketa Pulau Batu
Dalam sengketa Pulau Batu Puteh Puteh tersebut. Maka kedua belah
Malaysia dan Singapura telah pihak sepakat menyelesaikan
melakukan berbagai upaya untuk sengketa ini melalui jalur hukum dan
menyelesaikan sengketa ini tetapi membawa sengketa tersebut ke
pihak Malaysia dan Singapura tidak Mahkamah Internasional dengan
dapat menemukan solusi apapun menandatangani sebuah Perjanjian
yang telah dilakukan untuk Khusus (Special Agreement) pada
menyelesaikan sengketa tersebut. tanggal 6 Februari 2003. Dalam
Maka dalam hal menyelesaikan perspektif Hukum Internasional, jika
sengketa Pulau Batu Puteh, jika suatu negara yang memiliki sengketa
Malaysia dan Singapura dalam dalam menyelesaikan sengketanya
menyelesaikan sengketa Pulau Batu melalui Jalur Negosiasi tidak dapat
Puteh ini dapat dilakukan secara jalan keluarnya maka ada alternatif
damai maka hal pertama yang harus lainnya untuk menyelesaikan
dilakukan oleh Singapura dan sengketa tersebut, seperti:
Malaysia yaitu menyelesaikan 1. Pencarian Fakta
sengketa tersebut melalui Negosiasi Selanjutnya Jalur yang dapat
terlebih dahulu. Negosiasi dalam ditempuh oleh Malaysia dan
pelaksanaannya memiliki 2 bentuk Singapura dalam
utama yaitu bilateral dan menyelesaikan sengketa Pulau
multilateral, negosiasi juga dapat Batu Puteh ini iyalah melalui
dilangsungkan melalui saluran jalur Pencarian Fakta. Dalam
diplomatic pada konferensi sengketa Pulau Batu Puteh ini,
internasional atau dalam suatu para pihak yaitu Malaysia dan
lembaga atau organisasi Singapura dapat menggunakan
internasional (Lestari,2007;37). cara ini untuk menyelesaikan
Dibalik itu cara Negosiasi ini sengketa tersebut. Untuk
memiliki kelemahan yaitu manakala menyelesaikan sengketa Pulau
kedudukan para pihak tidak

551
Batu Puteh ini, Malaysia dapat melalui negosiasi maka
dengan Singapura dapat kedua belah pihak bisa melalui
membentuk sebuah badan jalur Jasa-jasa Baik terlebih
sebagai pihak ketiga untuk dahulu. Dimana para pihak
menyelidiki fakta-fakta yang dapat melalui pihak ketiga,
terjadi dan fakta-fakta terkait pihak ketiga ini dapat
atas kepemilikan Pulau Batu membantu para pihak yang
Puteh ini. Selanjutnya fakta- bersengketa ini untuk mencari
fakta yang didapat mengenai titik temu dalam
kepemilikan atau fakta yang menyelesaikan sengketa Pulau
terjadi dilapangan kemudian Batu Puteh tersebut agar dapat
disampaikan kepada Malaysia menyelesaikan sengketa secara
dengan Singapura sehingga damai terlebih dahulu agar
dari fakta-fakta yang tidak berlarut-larut terus
didapatkan tersebut Malaysia terjadi.
dan Singapura dapat mencari 3. Mediasi
jalan keluarnya untuk Mediasi merupakan suatu
menyelesaikan sengketa Pulau cara penyelesaian melalui
Batu Puteh ini. pihak ketiga, dalam jalur
2. Jasa-jasa Baik Mediasi ini pihak ketiga
Dalam perspektif Hukum tersebut dinamakan dengan
Internasional dalam Mediator. Dalam mediasi
menyelesaikan suatu sengketa seorang mediator memiliki
para pihak dapat peran yang aktif mencari solusi
menyelesaikan sengketa yang sangat tepat untuk
melalui Jasa-jasa Baik. melancarkan terjadinya
Keikutsertaan pihak ketiga kesepakatan antar para pihak
dalam jalur Jasa-jasa Baik dalam yang bersengketa sehingga
hal ini pihak ketiga hanyalah adanya kontak antar para pihak
sebagai fasilitator dalam (Sudika Mangku,2012). Seorang
peyelesaian suatu sengketa. mediator bisa berupa negara,
Namun pihak lainnya tidak organisasi internasional
berkewajiban untuk menerima misalnya PBB, atau bisa
permintaan tersebut, dengan individu seperti politikus ahli
kata lain permintaan tersebut hukum atau bisa seorang
sifatnya tidak mengikat dan ilmuan.
tidak boleh dipandang sebagai Dalam sengketa Pulau Batu
tindakan yang tidak bersahabat Puteh antara kedua belah pihak
atau Unfriendly Cat (Sudika dalam menyelesaikan sengketa
Mangku,2012). dapat menggunakan pihak
Dalam sengketa Pulau Batu ketiga atau dalam jalur ini
Puteh antara Malaysia dengan dapat disebut juga dengan
Singapura ini, kedua belah mediator. Jika kedua belah
pihak ini jika dalam pihak menggunakan mediator
menyelesaikan sengketa tidak maka intervensi yang dapat
dilakukan mediator yaitu

552
mediator memberikan saran Dampak Putusan Mahkamah
kepada Malaysia dan Internasional Atas Sengketa Pulau
Singapura untuk melakukan Batu Puteh antara Malaysia dengan
negosiasi ulang dengan adanya Singapura
pihak ketiga untuk membantu Mahkamah Internasional
para pihak yang bersengketa merupakan suatu organisasi hukum
dengan memberikan usulan utama PBB yang dimana bertugas
atau upaya yang baru untuk untuk memeriksa perselisihan atau
menyelesaikan sengketa sengketa yang terjadi antar negara
tersebut. dan memutuskan putusannya.
4. Konsiliasi Mengenai putusan dari Mahkamah
Selanjutnya dalam perspektif Internasional ini bersifat mengikat
hukum internasional ada jalur para pihak yang bersengketa,
Konsiliasi. Konsiliasi sehingga negara yang memiliki
merupakan salah satu sengketa wajib memenuhi putusan
penyelesaian sengketa yang yang dikeluarkan oleh Mahkamah
dimana sifatnya lebih formal Internasional (Borotoding,2013;57).
dibandingkan dengan mediasi. Mahkamah Internasional sebagai
Konsiliasi adalah salah satu organ utama PBB mempunyai tugas
cara penyelesaian sengketa oleh utama yaitu: (Suwardi,2006;61)
pihak ketiga atau oleh suatu a. Memutuskan perkara antar
komisi yang dibentuk oleh para negara baik antar negara
pihak yang disebut Komisi anggota PBB maupun negara
Konsiliasi. Persidangan suatu bukan anggota PBB.
Komisi Konsiliasi biasanya b. Memberikan pedoman dan
terdiri dari 2 tahap yaitu tertulis mensupport kerja dari organ
dan lisan (Adolf,2004;22). utama PBB lainnya dan untuk
Apabila dalam menyelesaikan badan khusus melalui
suatu sengketa para pihak tidak pendapat hukumnya (Advisory
dapat menyelesaikan sengketanya Opinion).
melalui cara diatas, maka dalam c. Terlibat dalam kegiatan extra-
menyelesaikan sengketa para pihak judicial.
dapat menggunakan Jalur Hukum Mahkamah Internasional
melalui International Court of Justice berkedudukan di Den Hag Belanda.
atau Mahkamah Internasional Anggota dari Mahkamah
dengan menandatanganin Perjanjian Internasional tersebut terdiri dari
Khusus (Special Agreement) sehingga ahli hukum yakni 15 hakim yang
kedua belah pihak sepakat telah dipilih dari kurang lebih 15
membawa kasus ini ke Mahkamah negara yang berdasarkan
Internasional dengan harapan agar kecakapannya dalam hukum dan
sengketa ini dapat diputus dengan miliki masa jabatan selama 9 tahun
adil dan agar kasus ini tidak berlarut- (Borotoding,2013;58). Mahkamah
larut terjadi dan kedaulatan atas internasional merupakan
Pulau Batu Puteh jelas. Mahkamah Pengadilan Tertinggi
diseluruh dunia. Mahkamah
Internasional dalam mengadili suatu

553
sengketa berpedoman kepada 2. Hakim Ad Hoc
perjanjian internasional yaitu salah 3. Chamber
satunya traktat dan kebiasaan 4. The Registry
kebiasaan internasional sebagai Dalam berperkara sesuai
sumber-sumber hukum. dengan Pasal 34 Statuta Mahkamah
Mahkamah Internasional Internasional yang menyatakan
memiliki sifat yang fakultatif yaitu bahwa “Only States may be parties in
para pihak yang bersengketa harus case before the Court” Maka dalam
saling setuju terlebih dahulu untuk memutuskan suatu sengketa
menyelesaikan sengketanya melalui Mahkamah Internasional tidak dapat
Mahkamah Internasional. Jika salah menerima gugatan dari individu.
satu pihak yang bersengketa tidak Namun pada ayat (2) dan
setuju maka Mahkamah (3) pasal tersebut memberikan
Internasional tidak memiliki kemungkinan kerjasama dengan
wewenang untuk menangani organisasi internasional. Berkaitan
sengketa tersebut dengan pihak yang dapat
(Dewanto,2005;28). Dalam hal mengajukan perkaranya kepada
pengajuan sengketa ke Mahkamah Mahkamah Internaisonal
Internasional ada 2 perbedaan yaitu: (International Court of Justice) yaitu:
a. Melalui Special Agreement yaitu 1. Negara yang merupakan
adanya perjanjian bilateral anggota dari Perserikatan
terlebih dahulu dan dapat Bangsa-Bangsa (PBB) secara
diajukan ke Mahkamah otomatis dapat mengajukan
Internasional oleh kedua negara sengketanya kepada
atau salah satu pihak saja. Dalam Mahkamah Internasional.
Special Agreement harus tertera 2. Negara yang bukan anggota
secara jelas mengenai dari Perserikatan Bangsa-
permasalahan serta nama negara Bangsa (PBB) dapat
yang bersengketa. mengajukan sengketa kepada
b. Dilakukan secara sepihak oleh Mahkamah Internasional yang
negara pemohon. Negara menjadi wilayah kerja dari
pemohon harus meyatakan Mahkamah Internasional.
secara singkat mengenai alasan 3. Negara bukan anggota dari
atau deklarasi penerima Perserikatan Bangsa-Bangsa
penerimaan Compulsory (PBB) dapat mengajukan
Jurisdiction Mahkamah sehingga sengketa kepada Mahkamah
negara pemohon beranggapan Internasional yang bukan
bahwa Mahkamah memiliki menjadi kerja dari dari
jurisdiksi menyelesaikan Mahkamah Internasional,
sengketa pemohon dengan syarat membuat
(Dewanto,2005;39). Dekalrasi untuk tunduk pada
Dalam Mahkamah Internasional ketentuan Mahkamah
mempunyai Struktur sebagai berikut Internasional dan Piagam PBB
yaitu: (Adolf,2008;35).
1. Hakim Mahkamah Mahkamah Internasional dalam
Internasional. menyelesaikan sengketa yang

554
diserahkan kepadanya harus pasal 60 Statuta Mahkamah
menerapkan sumber-sumber hukum Internasional disebutkan bahwa
internasional yang sesuai dengan keputusan dari Mahkamah
Pasal 38 ayat 1 Statuta Mahkamah Internasional adalah final dan tidak
Internasional (Statute of the dapat banding, apabila terjadi
International Court of Justice) yaitu: perselisihan mengenai makna dan
1. Konvensi atau perjanjian ruang lingkup dari keputusan,
internasional (International Mahkamah akan menafsirkannya
Conventions), atas permohonan sesuatu pihak
2. Kebiasaan-kebiasaan (Winarti,2014). Pada pasal 59 Statuta
internasional (International Mahkamah Internasional terkait
Custom), dengan kekuatan mengikat putusan
3. Prinsip-prinsip hukum umum mengatakan bahwa hanya
mempunyai kekuatan mengikat
yang diakui oleh bangsa-bangsa
terhadap pihak-pihak dan hanya
yang beradab (General Principles
berhubungan dengan perkara
of Law Recognized by Civilized
khusus tersebut.
Nations).
Pada umumnya, putusan
4. Putusan-putusan pengadilan
Mahkamah Internasional selalu
(Judicial Decision) dipatuhi oleh semua pihak yang
5. Pendapat dari para ahli bertikai. Dalam hal salah satu negara
(Doctrine). yang bertikai tidak mematuhi dan
Keputusan yang dikeluarkan oleh melaksanakan kewajiban yang telah
Mahkamah Internasional sesuai dijatuhkan oleh Mahkamah
dengan Pasal 55 (1) Statuta Internasional, maka sesuai dengan
Mahkamah Internasional biasanya Pasal 94 Piagam PBB Mahkamah
menggunakan pemungutan suara dapat menyerahkan masalah ini
dari para hakim yang hadir dalam kepada Dewan Keamanan
penyelesaikan suatu sengketa. Suatu (Dewanto,2005;52). Selain itu ada
sengketa yang diperiksa oleh beberapa sanksi yang diterapkan
Mahkamah Internasional dapat untuk memaksa negara yang bertikai
berakhir karena hal-hal berikut: tersebut mematuhinya yaitu sebagai
(Adolf, 2004;89) berikut: (Winarti,2014)
1. Adanya kesepakatan para pihak 1. Diberlakukannya peringatan
2. Tidak dilanjutkannya bahaya berkunjung ke negara
persidangan tertentu terhadap warga
3. Dikeluarkannya Putusan negaranya.
Dalam memutuskan suatu 2. Pengalihan investasi atau
sengketa antar negara putusan yang penanaman modal asing.
dikeluarkan oleh Mahkamah 3. Pemutusan hubungan
Internasional pada dasarnya bersifat diplomatic.
final, mengikat dan tidak ada 4. Pengurangan bantuan
banding. Prinsip ini berlaku untuk ekonomi.
semua putusan dari Mahkamah 5. Pengurangan tingkat
Internasional baik dalam system Full kerjasama.
Court atau Chamber
(Dewanto,2005;52). Sesuai dengan

555
6. Dikucilkan dari pergaulan Bab IV penulis dapat mengambil
internasional. kesimpulan sebagai berikut:
Terkait dengan adanya keputusan Sengketa Pulau Batu Puteh ini
dari Mahkamah Internasional diperebutkan oleh Malaysia dan
mengenai sengketa Pulau Batu Singapura pada tahun 1980. Awal
Puteh antara Malaysia dengan mula terjadinya pada saat Malaysia
Singapura tentunya berimplikasi memasukan Pulau Batu Puteh ke
atau adanya dampak terhadap batas dalam peta barunya, sehingga
territorial dari kedua negara Singapura mengajukan protes resmi
tersebut. Berdasarkan putusan terhadap peta tersebut. Dalam
Mahkamah Internasional kedaulatan Penyelesaian Sengketa sesuai Pasal
Pulau Batu Puteh jatuh ketangan 33 Piagam PBB dan Pasal 279
Singapura, maka Malaysia UNCLOS 1982 bahwa para pihak
kehilangan wilayahnya dan harus menyelesaikan sengketa secara
merubah petanya yang berjudul damai terlebih dahulu. Maka dalam
“Territorial Waters and Continental menyelesaikan sengketa Pulau Batu
Shelf Boundaries of Malaysia” dengan Puteh yang harus dilakukan
mengeluarkan Pulau Batu Puteh dari Singapura dan Malaysia yaitu
wilayahnya (Borotoding,2013;60). penyelesaian sengketa secara damai
Selain itu juga penyelesaian seperti Negosiasi, Pencarian Fakta-
sengketa terhadap Pulau Batu Puteh fakta, Jasa-jasa Baik, dan apabila
antara Malaysia dengan Singapura tidak menemukan penyelesaian
ini tentunya akan menyebabkan kedua belah pihak dapat menempuh
terganggunya hubungan diplomatic Jalur Hukum melalui Mahkamah
terhadap dua pihak tersebut yaitu Internasional. Pada tanggal 28 Mei
Malaysia dengan Singapura. Kedua 2008 Mahkamah Internasional
belah pihak telah menetapkan memutuskan putusan kedaulatan
sebuah komite yang bernama Komite Pulau Batu Puteh jatuh ke Tangan
Teknis Bersama untuk membatasi Singapura.
batas maritime disekitar Pulau Batu Dalam sengketa Pulau Batu
Puteh dan Middle Rocks serta Puteh sepakat menyelesaikan
menentukan kepemilikan dari South sengketa tersebut melalui
Legde. Pada tanggal 3 Juni 2008 kedua Mahkamah Internasional dengan
pihak telah melakukan pertemuan, “Special Agreement”. Mahkamah
yang hasil peertemuan tersebut Internasional pada tanggal 28 Mei
Komite setuju bahwa teknik sub- 2008 memutusakan kedaulatan
komite akan dibentuk dengan tujuan Pulau Batu Puteh jatuh ke tangan
untuk mengawasi Singapura, putusan tersebut
pelaksanaan survei bersama untuk berdampak kepada Singapura dan
mempersiapkan jalan bagi Malaysia yaitu terhadap batas
pembicaraan mengenai isu-isu territorial dan Hubungan
disekitar wilayah. Diplomatik antara Singapura dan
Malaysia.
Simpulan
Berdasarkan dari penjelasan yang
telah diuraikan pada Bab I sampai

556
Saran Dewanto, Wisnu Aryo. 2005.
Pulau Batu Puteh merupakan Mahkamah Internasional.
pulau yang sangat tersohor dimana Sidoarjo: CV CITRAMEDIA.
yang memiliki luas yang hamper Istanto, Sugeng. 2010. Hukum
sama dengan seluas lapangan sepak Internasional. Yogyakarta:
bola yaitu sekitar lebar 60 m dan Universitas Atma Jaya
panjangnya 137 m. Untuk menjaga Yogyakarta.
hubungan baik antara Malaysia Kusumaatmadja, Mochtar. 1978.
dengan Singapura, seharusnya Hukum Laut Internasional.
Malaysia dengan Singapura dalam Bandung: PT. Karya
menyelesaikan kasus ini kedua belah Nusantara.
pihak harus menghilangkan Parthiana, I Wayan. 2014. Hukum
keegoisan mereka sehingga dapat Laut Internasional dan Hukum
melakukan pertemuan ulang dalam Laut Indonesia.
membahas sengketa ini. Dalam Bandung: Yrama Widya.
pertemuan ini kedua belah pihak Puspitawati, Dhiana. 2017. Hukum
seharusnya menghadirkan pihak Laut Internasional. Depok: K E
ketiga yakni mediator untuk N C A N A.
membantu memberikan solusi dalam Sefriani. 2016. Hukum Internasional
menyelesaikan sengketa ini sehingga Suatu Pengantar, Jakarta: PT
dapat menyelesaikan sengketa Raja Grafindo Persada.
dengan melalui Cara damai terlebih Sugiyono, 2009. Metode Penelitian
dahulu. Pendidikan: Pendekatan
Mahkamah Internasional sudah Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
memutuskan sengketa tersebut pada Bandung: Alfabeta.
tanggal 23 Mei 2008 yang dimana Suwardi, Sri setianingsih. 2006.
hasil putusan tersebut Bahwa Pulau Penyelesaian Sengketa
Batu Puteh jatuh ke tangan Internasional. Jakarta: Penerbit
Singapura. Dengan adanya putusan Universitas Indonesia.
tersebut maka adanya dampak yang
terjadi antara Singapura dan Artikel dalam Jurnal Ilmiah:
Malaysia, kedua belah pihak harus Astiti, Made. 2018, Penyelesaian
tetap menjaga hubungan baik Sengketa Internasional Terkait
tersebut dan mencari solusi terhadap Pencemaran Laut Timor Akibat
dampak yang ditimbulkan dari Tumpahan Minyak Montara
adanya putusan terhadap sengketa Antara Indonesia Dan Australia,
Pulau Batu Puteh tersebut sehingga e-Journal Komunitas Yustisia,
dapat menimbulkan keharmonisan Volume 1 No 1, Universitas
serta kedamaian. Pendidikan Ganesha
Singaraja.
Daftar Pustaka Bahri, Saiful. 2011. Tinjauan Yuridis
Buku: Penyelesaian Sengketa Pulau
Adolf, Huala. 2004. Hukum Batu Puteh (Pedra Branca)
Penyelesaian Sengketa Antara Malaysia-Singapura
Internasional. Jakarta: Sinar Melalui Mahkamah Internasional
Grafika.

557
Tahun 2008. Jurusan Ilmu (Pedra Branca) Antara Malaysia
Hukum. Universitas Andalas. dan Singapura Ditinjau dari
Mahardika, Enstin Noor Tri Yoga. Aspek Hukum Internasional.
2018. Penyelesaian Sengketa Skripsi Fakultas Hukum
Antara Malaysia Dengan Bagian Hukum Internasional.
Singapura Berdasarkan Putusan Universitas Hasanuddin.
Internasional Court Of Justice. Lestari, Ayu. 2007. Mekanisme
Volume I. Universitas Penyelesaian Sengketa GATT
Muhammadiyah Yogyakarta. Dan WTO Ditinjau Dari Segi
Mangku, Dewa Gede Sudika. 2012. Hukum Penyelesaian Sengketa
Suatu Kajian Hukum Tentang Internasional Secara Damai.
Penyelesaian Sengketa Skripsi. Fakultas Hukum,
Internasional Termasuk Di Universitas Sumatera Utara.
Dalam Tubuh Asean. Volume Sakti, Lingga Sena. 2019. Tanggung
XVII No 3 Edisi September, Jawab Negara Terhadap
Universitas Pendidikan Pencemaran Lingkungan Laut
Ganesha Singaraja. Akibat Tumpahan Minyak Di
Natalia, Kiki. 2013. Penyelesaian Laut Perbatasan Indonesia
Sengketa Batas Wilayah Antara Dengan Singapura Menurut
Indonesia dan Malaysia Di Hukum Laut Internasional
Perairan Selat Malaka Ditinjau (Studi Kasus: Tabrakan Kapal
Dari UNCLOS 1982. Calyptra: Antara Kapal MT Alyarmouk
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Dengan MV Sinar Kapuas).
Universitas Surabaya, Volume Skripsi. Fakultas Hukum dan
2 No 2, Fakultas Hukum Ilmu Sosial, Universitas
Universitas Surabaya. Pendidikan Ganesha
Syarifuddin, Irsyad. 2019. Sengketa Singaraja.
Pulau Batu Puteh (Pedra Branca) Setiawati, Novi. 2019. Penyelesaian
Antara Malaysia dan Singapura Sengketa Kepulauan Dalam
Ditinjau Dari Aspek Hukum Perspektif Hukum Internasional
Internasional. Volume II. (Studi Kasus Sengketa Perebutan
Universitas Muhammadiyah Pulau Dokdo antara Jepang-
Yogyakarta. Korea Selatan). Skripsi Program
Winarti, Indien. 2014. Eksistensi Studi Ilmu Hukum.
Mahkamah Unternasional Universitas Pendidikan
Sebagai Lembaga Kehakiman Ganesha.
Perserikatan Bangsa-bangsa
(PBB). Rechtidee Jurnal Instrumen Hukum Internasional
Hukum. Volume 9 No 1, United Nations. 1982. United Nations
Fakultas Hukum Universitas Convention Of The Law Of The
Trunojoyo Madura. Sea (UNCLOS 1982).
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
Skripsi: (PBB).
Borotoding, Moses. 2013. Putusan Statute Of The International Court Of
Mahkamah Internasional tentang Justice
Sengketa Pulau Batu Puteh

558
Treaty of Amity and Coorperation in
Southeast Asia (Bali Concord 1976)

559

Anda mungkin juga menyukai