ABSTRAK
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui status maritime boundary delimitation
antara Costa Rica dan Nicaragua di Laut Karibia dan Samudera Pasifik dan untuk mengetahui penyelesaian
sengketa maritime boundary delimitation di Laut Karibia dan Samudera Pasifik antara Costa Rica dan
Nicaragua melalui Mahkamah Internasional. Penulis menggunakan jenis penelitian hukum normatif. Sumber
bahan hukum yang digunakan menggunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan
hukum tersier. Bahan hukum tersebut dikumpulkan menggunakan teknik studi dokumen. Setelah bahan
hukum terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik deskripsi. Adapun hasil analisis yang
didapat oleh penulis bahwa status maritime boundary delimitation antara Costa Rica dan Nicaragua di Laut
Karibia dan Samudera Pasifik saat ini masih dalam proses penyelesaian sengketa melalui Mahkamah
Internasional serta penyelesaian sengketa maritime boundary delimitation antara Costa Rika dan Nicaragua
melalui Mahkamah Internasional diselesaikan menggunakan ketentuan hukum internasional yang berlaku.
ABSTRACT
The purpose of writing this thesis is to find out the maritime boundary delimitation status between
Costa Rica and Nicaragua in the Caribbean and Pacific Seas and to find out the settlement of maritime
boundary elimitation disputes in the Caribbean Sea and Pacific Ocean between Costa Rica and Nicaragua
throught the Internatinal Court of Justice. The author uses the type of normative legal research. Sources of
legal materials used using primary legal materials, secondary legal materials and tertiary legal materials. The
legal materials were collected using document study techniques. Set the law of the collected and then
analyzed by using the description technique. The analysis results obtained by the authors that the maritime
boundary delimitation status between Costa Rica and Nicaragua in the Caribbean Sea and the Pacific Ocean
is currently in the process of dispute resolution through the International Court of Justice and the settlement
of maritime boundary delimitation disputes between Costa Rica and Nicaragua through the International
Court of Justice is settled using the provisions applicable international law.
1
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 1 Tahun 2019)
Negara adalah subjek hukum yang berada di bawah kedaulatan penuh suatu
paling utama, terpenting dan memiliki negara pantai, dan zona-zona maritim
kewenangan terbesar sebagai subjek hukum bagian-bagian dimana negara pantai dapat
internasional. Negara memiliki semua melaksanakan wewenang-wewenang serta
kecakapan hukum. Kecakapan hukum yang hak-hak khusus yang diatur dalam konvensi
dimiliki oleh negara yaitu mampu untuk (Sodik, 2014:19). Walaupun diberikan hak
menuntut hak-haknya di depan pengadilan untuk mengelola laut, antar negara yang
internasional (dan nasional), menjadi subjek dipisahkan oleh perairan berpotensi untuk
dari beberapa atau semua kewajiban yang timbulnya sengketa dalam menentukan batas
diberikan oleh hukum internasional, mampu maritim antarnegara (maritime boundary
membuat perjanjian internasional yang sah delimitation).
dan mengikat dalam hukum internasional, Negara sebagai subjek hukum
dan menikmati imunitas dari yurisdiksi internasional dapat melakukan hubungan-
pengadilan domestik. Kecakapan hukum hubungan internasional dengan subjek
tersebut merupakan kecakapan hukum hukum internasional yang lainnya.
internasional utama (the main international Hubungan-hubungan internasional yang
law capacities) untuk mewujudkan diadakan antarnegara, negara dengan
kepribadian hukum internasional individu, atau negara dengan organisasi
(international legal personality) (Sefriani, internasional tidak selamanya terjalin dengan
2016:94). baik. Sering kali hubungan itu menimbulkan
Sebagai subjek hukum internasional sengketa di antara mereka. Sengketa dapat
negara yang berdaulat berarti bahwa negara bermulai dari berbagai sumber potensi
itu tidak mengakui suatu kekuasaan yang sengketa. Sumber potensi sengketa
lebih tinggi dari pada kekuasaannya sendiri. antarnegara dapat berupa perbatasan,
Kekuasaan tertinggi ini dibatasi oleh wilayah sumber daya alam, kerusakan lingkungan,
negara, sehingga negara memiliki kekuasaan perdagangan dan lain-lain (Adolf, 2014:1).
tertinggi dalam batas wilayahnya menurut Studi Hukum Internasional Publik
hukum internasional (Masfiani, 2016:2). mengenal dua macam sengketa
Suatu wilayah yang pasti (fixed internasional, yaitu Sengketa Hukum (legal or
territory) merupakan persyaratan mendasar judicial disputes) dan Sengketa Politik
adanya suatu negara. Wilayah tersebut dapat (political or nonjusticiable diputes).
berupa daratan dan perairan. Meskipun Sebetulnya tidak ada kriteria yang jelas dan
demikian, tidak ada persyaratan dalam diterima secara umum mengenai pengertian
hukum internasional bahwa semua kedua istilah tersebut (Adolf, 2014:3).
perbatasan sudah final dan tidak memiliki J.G. Starke mengklasifikasikan suatu
sengketa perbatasan lagi dengan negara- metode penyelesaian sengketa-sengketa
negara tetangga baik pada waktu internasional secara damai atau bersahabat
memproklamirkan diri sebagai negara baru yaitu arbitrase, penyelesaian yudisial,
ataupun setelahnya (Sefriani, 2016:95). negosiasi, jasa-jasa baik (good offices),
Konvensi Hukum Laut 1982 (United mediasi, konsiliasi, penyelidikan, dan
Convention on The Law of The Sea of 1982/ penyelesaian di bawah naungan organisasi
UNCLOS III) digunakan untuk menentukan PBB (Mangku, 2012:151). Ketika timbul suatu
seberapa besar kekuasaan yang dimiliki oleh sengketa cara-cara penyelesaian sengketa
suatu negara di wilayah perairan. Secara secara damai dapat dilakukan apabila para
garis besar, Konvensi membagi laut ke dalam pihak telah menyepakati untuk menemukan
dua bagian zona maritim yaitu zona-zona suatu solusi yang bersahabat. Dalam praktik-
yang berada di bawah dan di luar yurisdiksi praktik negara di dunia, penyelesaian
nasional. Selanjutnya zona-zona maritim sengketa dengan perantara Mahkamah
yang berada di bawah yurisdiksi nasional Internasional, adalah pilihan yang paling
dibagi lagi ke dalam zona-zona maritim yang banyak diambil. Hal ini didasarkan pada
2
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 1 Tahun 2019)
3
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 1 Tahun 2019)
2) Penelitian ini diharapkan dapat hukum primer dan bahan hukum sekunder
dijadikan refrensi tambahan untuk (Geraldi, 2013:22).
pengembangan ilmu hukum secara umum,
khususnya dibidang hukum internasional PEMBAHASAN
mengenai analisis yuridis terkait maritime Status Maritime Boundary Delimitation
boundary delimitation antara Costa Rica dan antara Costa Rica dan Nicaragua di Laut
Nicaragua di Laut Karibia dan Samudera Karibia dan Samudera Pasifik
Pasifik, 3) Penelitian ini diharapkan dapat Lahirnya konsepsi hukum laut
bermanfaat bagi masyarakat internasional internasional tidak dapat dilepaskan dari
sebagai sarana pengembangan pemikiran sejarah pertumbuhan hukum laut
tentang penyelesaian sengketa maritime internasional yang mengenal pertarungan
boundary delimitation, 4) Diharapkan antara konsepsi Res Communis dan Res
masyarakat internasional dapat mengetahui Nullius. Pertumbuhan dan perkembangan
mengenai pentingnya maritime boundary kedua doktrin tersebut diawali dengan
delimitation bagi suatu negara. sejarah panjang mengenai penguasa laut
oleh Imperium Roma. Pada zaman kerajaan
METODE PENELITIAN Romawi seluruh lautan tengah
Jenis penelitian yang digunakan dalam (mediteranean) berada dalam kekuasaannya.
penulisan karya tulis ilmiah ini termasuk ke Pemikiran hukum yang mendasari sikap
dalam penelitian hukum normative, dengan tersebut adalah bahwa laut merupakan suatu
mengkaji suatu aturan-aturan, prinsip-prinsip, res communis omnium (hak bersama seluruh
dan doktrin-doktrin hukum (Geraldi, 2018:4). umat). Menurut konsepsi tersebut
Penelitian hukum normatif berarti penelitian penggunaan laut bebas atau terbuka bagi
hukum yang meletakkan hukum sebagai setiap orang. Akan tetapi konsep tersebut
sebuah bangunan sistem norma. Penelitian mengakibatkan sengketa mengenai maritime
hukum normatif terdiri dari penelitian boundary delimitation diantara negara-negara
terhadap asas-asas hukum, penelitian di dunia diantaranya Portugal dan Spanyol.
terhadap sistematika hukum, penelitian Kedua negara tersebut mengkalim dirinya
terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan sebagai penguasa laut. Hingga Paus
horizontal, perbandingan hukum dan sejarah Alexander VI memiliki gagasan untuk
hukum (Soekanto dan Mamudji, 2003:14). membagi laut, sebagai cara untuk
Pendekatan yang digunakan penulis menyelesaikan sengketa kemaritiman antara
dalam karya tulis ini adalah pendekatan Portugal dan Spanyol (Lu’lu, 2015:3).
peraturan perundang-undangan (statute Sengketa mengenai batas maritim
approach), pendekatan kasus (case antarnegara merupakan suatu permasalahan
approach), pendekatan sejarah (history yang crusial. Banyak alasan mengapa
approach) dan pendekatan fakta (fact negara mempersengketakan persoalan
approach). tentang batas maritim, sebagaimana menurut
Data yang digunakan dalam penelitian ini Internasional Boundary Research Unit (IBRU)
bersumber dari data sekunder dimana data bahwa pemerintah diseluruh dunia secara
tersebut diperoleh melalui studi kepustakaan langsung ataupun tidak telah sepakat bahwa
yang berupa bahan hukum primer, bahan batas maritim yang terdefinisikan dengan
hukum sekunder dan bahan non hukum. jelas merupakan hal yang penting bagi
Teknik pengumpulan bahan hukum yang hubungan internasional yang baik dan
digunakan adalah teknik studi dokumen. pengelolaan laut yang efektif. Alasan lain dari
Adapun teknik pengolahan bahan hukum pentingnya dilakukan delimitasi maritim
yaitu setelah bahan hukum terkumpul adalah demi keamanan negara, akses dan
kemudian dianalisis menggunakan teknik sumber daya laut, serta penyeimbang antara
deskripsi yaitu dengan memaparkan bahan hak dan kewajiban negara pantai yang
bersangkutan (Lu’lu, 2015:6).
4
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 1 Tahun 2019)
5
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 1 Tahun 2019)
6
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 1 Tahun 2019)
mengklaim laut teritorial yang melebihi garis penggunaan titik pangkal negara lain)
tengah (equidistant atau median line) antara (Masfiani, 2016:12).
kedua negara tersebut, kecuali jika kedua Selain menerapkan prinsip sama jarak
negara tersebut membuat kesepakatan lain, atau garis tengah, prinsip lain dapat
atau karena adanya hak menurut diterapkan dalam menentukan delimitasi
pertimbangan sejarah atau kondisi khusus batas maritim di Laut Karibia dan Samudera
lainnya yang memungkinkan tidak Pasifik yang berdasarkan pada persetujuan
diterapkannya prinsip garis tengah. Hal ini antara Costa Rica dan Nicaragua dengan
mengindikasikan bahwa adanya kondisi pertimbangan historis atau kondisi istimewa
khusus bias mempengaruhi pemilihan garis lainnya. Namun dikarenakan kedua negara
batas maritim selain yang umum diterapkan belum menyepakati terkait prinsip yang
yaitu garis tengah. Kondisi khusus tersebut digunakan dalam menentukan delimitasi
dapat berupa adanya pulau-pulau lepas batas maritim, sehingga penggunaan prinsip
pantai. Bentuk garis pantai atau klaim khusus sama jarak yang berdasarkan pada Pasal 15
atas wilayah perairan berdasarkan UNCLOS 1982 cukup relevan untuk
pertimbangan sejarah (Arsana, 2007:42). digunakan.
Dalam menentukan delimitasi batas B. Delimitasi Zona Ekonomi Eksklusif
maritim laut teritorial di Laut Karibia dan (ZEE)
Samudera Pasifik antara Costa Rica dan Ketentuan mengenai penetapan
Nicaragua dengan cara diberlakukannya delimitasi matas maritim di wilayah ZEE
Pasal 15 UNCLOS 1982 tersebut. Hal didasarkan pada persetujuan yang diatur
tersebut berdasarkan pada kondisi geografis dalam Pasal 74 ayat (1) UNCLOS 1982 yang
kedua negara adalah negara pantai yang menyatakan bahwa penetapan batas zona
berdampingan. ekonomi eksklusif antara negara yang
Sebagaimana menurut Chrunchill dan pantainya berhadapan atau berdampingan
Lowe, menyatakan bahwa delimitasi batas harus diadakan dengan persetujuan atas
laut teritorial dalam kasus atau lebih negara dasar hukum internasional untuk mencapai
berdampingan dapat digunakan prinsip sama pemecahan yang adil (Pasal 38 Statuta
jarak yang merupakan perpanjangan dari Mahkamah Internasional).
garis batas darat di pantai. Prinsip sama jarak Namun ketentuan tersebut tidak dapat
atau ekuidistan dapat diterapkan dalam diterapkan dalam penyelesaian sengketa
delimitasi batas maritim kedua negara atau maritime boundary delimitation di Laut Karibia
lebih menggunakan garis ekuidistan murni, dan Samudera Pasifik antara Costa Rica dan
ekuidistan disederhanakan, dan ekuidistan Nicaragua karena tidak tercapainya jalan
termodifikasi. Penerapan garis ekuidistan keluar yang adil bagi kedua negara
yang tepat digunakan dalam sengketa antara berdasarkan hukum internasional. Sehingga
Costa Rica da Nicaragua adalah garis kedua negara sepakat untuk menyelesaikan
ekuidistan yang termodifikasi (modified sengketa tersebut di Mahkamah
equidistance) yang pada prinsipnya Internasional.
didasarkan pada garis ekuidistan murni. Menurut Sophia Kopela, hukum dan
Garis yang terbentuk merupakan hasil praktek penetapan batas wilayah (termasuk
modifikasi atau pergeseran garis ekuidistan ZEE) tersebar dalam berbagai Konvensi
murni. Modifikasi dilakukan karena adanya Internasional, Putusan Mahkamah
unsur geografis seperti pulau-pulau, karang, Internasional maupun ketentuan hukum
atau elevas surut (low-tide elevations). nasional negara-negara yang menyatakan
Ekuidistan termodifikasi dapat diwujudkan bahwa penetapan batas ZEE antara kedua
dengan memberikan efek parsial bagi unsure negara berdampingan atau berhadapan,
tertentu, melakukan modifikasi tambahan dapat ditempuh melalui persetujuan atau
karena pertimbangan non-sistematik perjanjian secara damai antara dua negara
(kepentinagn ekonomi, navigasi, dan menurut Hukum Internasional yang berlaku
7
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 1 Tahun 2019)
umum dan khususnya tidak bertentangan UNCLOS 1982 tidak memberikan petunjuk
dengan ketentuan-ketentuan Piagam tentang delimitasi landas kontinen. Sebagai
Perserikatan Bangsa-Bangsa (Masfiani, gantinya UNCLOS 1982 mewajibkan
2016:13). pengadilan untuk mengacu pada konvensi
Penetapan batas ZEE secara internasional, baik umum maupun khusus;
permanen antara Costa Rica dan Nicaragua memperhatikan aturan yang diakui oleh
dapat ditempuh melalui pengaturan negara-negara yang bertikai; kebiasaan
sementara yang bersifat praktif berdasarkan internasional yang diterima sebagai hukum;
semangat saling pengertian dan kerjasama dan prinsip-prinsip hukum umum yang diakui
antara kedua negara, mendahului olhe negara-negara beradab di dunia.
persetujuan akhir, atau penyelesaian Dengan demikian Pasal 83 UNCLOS 1982
sengketa jika diperlukan. Hal tersebut diatur tidak menentukan secara spesifik delimitasi
dalam Pasal 74 ayat (3) UNCLOS 1982 yang yang diwajibkan untuk landas kontinen tetapi
menyatakan bahwa sambil menunggu suatu lebih menekankan perlunya mencapai solusi
persetujuan yang bersangkutan dengan yang adil (Arsana, 2007:169).
semnagat saling pengertian dan kerjasama, Berdasarkan pada beberapa kasus
harus melakukan setiap usaha untuk sengketa batas maritim yang dibawa ke jalur
mengadakan pengaturan sementara yang hukum menunjukan bahwa Lembaga
bersifat praktis dan selama masa peralihan Peradilan Internasional (seperti Mahkamah
tersebut tidak membahayakan atau Internasional) dalam rangka mencapai solusi
menghalangi dicapainya suatu persetujuan yang adil sering kali menggunakan prinsip
akhir. Dalam ketentuan tersebut pada two-stage approach (pendekatan dua tahap)
dasarnya tidak mengatur secara tegas prinsip dalam penyelesaiannya. Hal pertama yang
delimitasi batas maritim yang dapat harus dilakukan dalam penerapan prinsip
digunakan kedua negara yang berhadapan two-stage approach adalah dengan
atau berdampingan. Meski demikian pada menggunakan prinsip ekuidistan atau garis
umumnya prinsip two-stage approach tengah murni (strict or robust equidistance or
dianggap sebagai alternatif pendekatan yang median line) sebagai posisi awal bagi negara
dapat diterima dalam delimitasi batas maritim yang bersengketa sebagai batas sementara.
(Arsana, 2007:48). Tahap selanjutnya dengan melakukan
C. Delimitasi Landas Kontinen modifikasi terhadap prinsip ekuidistan
Dalam menentukan delimitasi batas tersebut. Modifikasi dipilih karena adanya
landas kontinen dapat diberlakukan unsur relevan seperti adanya pulau, rocks
ketentuan Pasal 83 ayat (1) UNCLOS 1982 atau kondisi relevan lainnya. Tahap terakhir
yang secara khusus mengatur bahwa adalah dilakukannya negosiasi diantara
penetapan garis batas landas kontinen antar negara yang bersengketa untuk menetapkan
negara yang pantainya berdampingan atau perlu atau tidaknya merubah atau menggeser
berhadapan harus dilakukan dengan posisi garis ekuidistan tersebut berdasarkan
persetujuan atas dasar hukum internasional, pertimbangan relevan dan masuk akal yang
sebagaimana tercantum dalam Pasal 38 dapat diterima oleh kedua belah pihak
Statuta Mahkamah Internasional untuk (Arsana, 2007:61).
mencapai suatu penyelesaian yang adil. Secara khusus terdapat faktor yang
Pasal tersebut pada dasarnya bersifat menyebabkan lamanya jangka waktu yang
procedural yaitu mewajibkan setiap negara diperlukan untuk menyelesaikan sengketa
yang berhadapan dan berdampingan untuk antara Costa Rica dan Nicaragua terkait
membuat perjanjian batas maritim (Masfiani, delimitasi batas maritim di Laut Karibia dan
2016:14). Samudera Pasifik. Adapun faktor tersebut
Prescott dan Schofield dalam Arsana yaitu (Masfiani, 2016:16) :
menyatakan bahwa Statuta Mahkamah A. Tidak dilakukannya pertimbangan
Internasional yang diacu dalam Pasal 83 berdasarkan hukum, geografis, dan
8
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 1 Tahun 2019)
9
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 1 Tahun 2019)
Jurnal Internet
Arsana, I Made Andi. 2010. Penyelesaian Costa Rica. 2015. Memorial of Costa Rica.
Sengketa Ambalat Dengan Delimitasi http://www.icj-cij.org/files/case-
Maritim : Kajian Geospasial Dan related/157/157-20150203-WRI-01-00-
Yuridis. Volume 1. No. 01. Jurnal Ilmiah EN.pdf. Diakses 27 April 2018
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Nicaragua. 2015. Counter-Memorial of the
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Republic of Nicaragua. http://www.icj-
Mada. cij.org/files/case-related/157/157-
Geraldi, Aldo Rico. 2018. Personalitas 20151208-WRI-01-00-EN.pdf. Diakses
Hukum World Trade Organization Bagi 27 April 2018
Negara Berkembang Terkait Sistem
Perdagangan Antar Negara. Volume 4. Official website International Court of Justice
No 1. Jurnal Komunikasi Hukum (JKH). (application by Costa Rica), case
Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Maritime Delimitation in the Caribbean
Universitas Pendidikan Ganesha. Sea and Pasific Ocean (Costa Rica v.
Nicaragua).
Mangku, Dewa Gede Sudika. 2012. Suatu http://www.icjcij.org/docket/index.php?p
Kajian Umum Tentang Penyelesaian 1=3&p2=1&code=crnic&
Sengketa Internasional Termasuk Di case=157&k=0f. Diakses 20 April 2017.
dalam Tubuh ASEAN. Volume VXII.
No. 3. Jurnal Komunikasi Hukum. people.hofstra.edu/geotrans/eng/ch5en/conc
Fakultas Hukum Dan Ilmu Sosial 5en/ EEZ.html
Universitas Pendidikan Ganesha.
Konvensi Internasional
Masfiani, Ismi Yulia. 2016. Penyelesaian Konvensi Hukum Laut 1982 (United Nation
Sengketa Batas Maritim Antara Costa Convention on the Law of the Sea
Rica Dan Nicaragua Di Laut Karibia 1982). The United Nation Convention
Dan Samudra Pasifik Dalam Perspektif on the Law of the Sea was opened for
UNCLOS 1982. Volume 5. No. 3. signature at Montego Bay, Jamaica, on
Diponogoro Law Jurnal. Fakultas 10 December 1982. It entered into force
Hukum Universitas Diponogoro. on 14 November 1994.
10