Anda di halaman 1dari 11

e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No.1 Tahun 2019)

PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL TERKAIT


PENCEMARAN LAUT TIMOR AKIBAT TUMPAHAN MINYAK
MONTARA ANTARA INDONESIA DAN AUSTRALIA

Made Astiti, Dewa Gede Sudika Mangku, Ratna Artha Windari

Jurusan Ilmu Hukum


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail : {dekastiti@gmail.com, dewamangku.undiksha@gmail.com,


ratnawindari@undiksha.ac.id}

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk 1) menganalisis pertanggungjawaban negara Australia terhadap
pencemaran Laut Timor akibat tumpahan minyak Montara. 2) Menganalisis mengenai
penyelesaian sengketa tumpahan minyak montara antara Indonesia dan Australia. Penelitian ini
merupakan penelitian yang menggunakan penelitian hukum normatif dengan menggunakan
pendekatan perundang-undangan (statue approach), pendekatan konsep (conceptual approach),
dan pendekatan kasus (case approach). Sumber bahan hukum dari penelitian ini menggunakan
data sekunder yakni bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Pengumpulan data dilakukan
menggunakan metode studi kepustakaan dengan mengumpulkan bahan hukum dan informasi
yang berupa bahan-bahan hukum primer, sekunder, maupun tersier. Dalam rangka
mendapatkan pemaparan yang jelas, data tersebut kemudian disusun secara sistematis dan
dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1)
bentuk pertanggungjawaban negara Australia menggunakan prinsip tanggungjawab mutlak atau
absolute, namun dilihat dari kenyataannya pertanggungjawaban yang dilakukan belum sesuai
dengan UNCLOS III 1982 dikarenakan negara Australia merupakan tempat pengeboran tersebut
dilaksanakan dan memberikan izin kepada perusahaan Thailand diwilayah ZEE negaranya. 2)
Penyelesaian sengketa yang dilakukan antara Indonesia dan Australia dalam kasus pencemaran
laut Timor akibat tumpahan minyak montara tersebut adalah Tahap negosiasi merupakan tahap
awal yang dilaksanakan oleh Indonesia dan Australia dimana negara Indonesia mengajukan
klaim terhadap Australia dan menuntut ganti rugi terhadap dampak yang ditimbulkan dari
tumpahan minyak tersebut, namun Australia menolak proses negosiasi tersebut dengan menolak
klaim yang diajukan negara Indonesia, sehingga proses negosiasi tersebut tidak mendapatkan
hasil.

Kata Kunci : Pencemaran Laut, Pertanggungjawaban Negara, Penyelesaian Sengketa


Internasional

Abstract
This study aims to 1) analyze the accountability of the Australian state against the pollution of the
Timor Sea due to the Montara oil spill. 2) Analyze the dispute settlement of oil spill montara
between Indonesia and Australia. This research is a research using normative law research
using statue approach, conceptual approach, and case approach. Sources of legal materials
from this study using secondary data namely primary, secondary and tertiary legal materials. The
data collection is done by library research method by collecting legal and information material in
the form of primary, secondary, and tertiary legal materials. In order to obtain clear exposure, the
data is then arranged systematically and analyzed using descriptive method. The results of this
study indicate that 1) the form of accountability of Australia countries using the principle of
absolute or absolute responsibility, but seen from the fact that the accountability is not in
accordance with UNCLOS III 1982 because the Australian state is where the drilling is
implemented and give permission to Thai companies in the region ZEE country. 2) The
settlement of disputes between Indonesia and Australia in the case of Timor sea pollution

11
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No.1 Tahun 2019)

resulting from the montara petroleum spill is a phase of negotiation which is the first stage carried
out by Indonesia and Australia where the state of Indonesia filed a claim against Australia and
demanded compensation for the impact of the oil spill , but Australia rejected the negotiation
process by rejecting the Indonesian state's claim, so the negotiation process did not get results.

Keywords: Sea Pollution, State Responsibility, International Dispute Resolution

PENDAHULUAN hukum internasional dilandasi oleh


Negara merupakan subjek hukum persamaan kedudukan antaranggota
internasional yang paling utama dan masyarakat bangsa-bangsa (Sefriani,
terpenting dibanding subjek hukum 2016:3-4).
internasional lainnya. Negara sebagai Hukum internasional mengatur
subjek hukum internasional yang utama hampir semua aktivitas negara baik secara
dan terpenting harus memenuhi syarat- umum maupun khusus, dalam hal ini
syarat sebagaimana yang telah diatur hukum internasional sangat memperhatikan
dalam Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933. masalah nasionalisme, ekstradisi,
Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933 tentang penggunaan kekuatan bersenjata, hak
Hak dan Kewajiban Negara, menyatakan asasi manusia, perlindungan lingkungan
bahwa karakteristik suatu neagara adalah serta keamanan nasional (Sefriani, 2016:8).
adanya wilayah negara dengan batas-batas Hal tersebut dikarenakan banyaknya
wilayah yang jelas dan pasti, selanjutnya permasalahan yang terjadi karena
adanya penduduk sebagai pendukung hubungan-hubungan internasional.
jalannya roda pemerintahan, kemudian Hubungan internasional sangat diperlukan
adanya pemerintahan yang berdaulat oleh suatu Negara untuk berinteraksi
sehingga memiliki kemampuan untuk dengan negara lain untuk menciptakan
mengadakan hubungan dengan berbagai suatu hubungan-hubungan internasional
subyek Hukum Internasional serta yang baik. Perwujudan dari hubungan-
pengakuan dari Negara lainnya (Sefriani, hubungan internasional tersebut dapat
2016:94-95). berupa perjanjian-perjanjian internasional
Konvensi Montevideo 1933 tidak yang dilakukan oleh Negara-negara di
hanya memberikan syarat sahnya suatu dunia (Parthiana, 2002:1). Hubungan
Negara yaitu terdiri dari wilayah, internasional ditujukan untuk menunjukan
pemerintahan dan penduduk tetapi juga eratnya hubungan antar negara-negara
harus memenuhi syarat lainnya adalah baik dalam merintis kerjasama dan
pengakuan Negara lainnya yang dimana persahabatan (Syahmin , 1988:13).
telah diakui sejak abad ke-19 di Eropa
sebagai syarat keempat berdirinya suatu Namun belakangan ini banyak
Negara. Selain Negara, terdapat subyek terjadi sengketa internasional yang
hukum internasional lainnya yang terdiri melibatkan hubungan antar negara.
dari Organisasi Internasional, Individu, Sengketa internasional merupakan
ICRC atau Palang Merah Internasional sengketa yang bukan secara eksklusif
serta kaum merupakan urusan dalam negeri suatu
Hukum Internasional adalah hukum negara, hanya menyangkut hubungan antar
yang sifatnya koordinatif bukan subordinatif negara saja mengingat subjek-subjek
seperti halnya dalam hukum nasional. hukum internasional saat ini bukan hanya
Koordinatif yang dimaksud dalam hal ini negara tetapi melibatkan banyak aktor non
adalah sejajar dimana landasan utama sifat negara (Sefriani, 2016:298). Terhadap
hukum international ini adalah persamaan suatu negara, salah satu sengketa
kedudukan antar bangsa-bangsa, internasional yang sering terjadi adalah
sedangkan Subordinatif maksudnya ada masalah pencemaran lingkungan hidup.
hubungan tinggi rendah antara yang Lingkungan hidup merupakan anugerah
diperintah (rakyat) dengan yang Tuhan Yang Maha Esa yang wajib
memerintah (penguasa/pemerintah). dilestarikan dan dikembangkan
Hubungan Internasional yang diatur oleh kemampuannya agar dapat tetap menjadi
sumber penunjang hidup bagi manusia dan

12
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No.1 Tahun 2019)

makhluk hidup lainnya demi kelangsungan laut, maupun dalam menangani kasus
dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri. pencemaran lingkungan laut, maupun
Kerusakan lingkungan disebabkan oleh dalam merumuskan ketentuan-ketentuan
perbuatan manusia. Oleh karena itu, internasional, guna melindungi lingkungan
tindakan manusia yang merusak harus laut (Pasal 197 Konvensi Perserikatan
dikendalikan yaitu dengan hukum. Hukum Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut
Lingkungan Internasional merupakan 1982).
seperangkat aturan yang negara-negara Salah satu kasus terkait
berdaulat terikat untuk menerapkannya pencemaran lingkungan yang
dalam upaya untuk mencegah dan menyebabkan terjadinya kerusakan
memitigasi kerusakan-kerusakan terhadap terhadap lingkungan laut yaitu tumpahan
lingkungan dan ekosistemnya sebagai minyak yang terjadi dalam perairan wilayah
akibat kegiatan manusia (Husin, 2016:179). Indonesia. Pada tanggal 21 Agustus 2009
Upaya-upaya penyelesaian sumur minyak Montara yang bersumber
sengketa internasional telah menjadi dari Ladang Montara The Montara Well
perhatian yang cukup penting di Head Platform di Blok West Atlas Laut
masyarakat internasional sejak awal abad Timor perairan Australia bocor dan
ke-20. Upaya-upaya ini ditujukan untuk menumpahkan minyak jenis light crude oil.
menciptakan hubungan antarnegara yang Mengalami tumpahan minyak tersebut
lebih baik berdasarkan prinsip perdamaian meluas hingga perairan Celah Timor atau
dan keamanan internasional. Dalam hukum Timor Gap yang merupakan perairan
internasional dikenal dua cara penyelesaian perbatasan antara Indonesia, Australia dan
sengketa internasional yaitu secara damai Timor Leste ( Meinarni, Volume 5). Luas
dan perang atau militer (Aldolf, 2004:1). efek cemaran tumpahan minyak dari sumur
Cara perang merupakan cara yang telah yang terletak di Blok Atlas Barat Laut Timor
diakui dan diperaktikkan sejak dahulu dan tersebut sekitar 75% masuk wilayah
dijadikan sebagai alat dan kebijakan luar perairan Indonesia. Pencemaran ini
negeri. Dalam hal ini aturan-aturan dasar menjadi masalah yang penting bagi Bangsa
yang mengatur penyelesaian sengketa Indonesia, karena memasuki Zona Ekonomi
adalah Piagam PBB dan Aturan Ekslusif. Hal tersebut mendapat perhatian
Turunannya. Salah satu tujuan didirikannya sebagaimana yang telah diatur dalam
PBB adalah untuk memelihara perdamaian hukum laut internasional Pasal 192, yang
dan keamanan internasional. Dimana hal menyatakan bahwa setiap negara harus
tersebut termuat dalam pasal 1 ayat (1) menjaga lingkungan laut, yang berarti
Piagam PBB. bahwa dalam pasal ini memberikan
penekanan bahwa ekosistem laut
Pengertian pencemaran laut merupakan bagian yang wajib dijaga dan
sebagaimana diatur dalam Peraturan dilestarikan oleh setiap negara. Tumpahan
Pemerintah (selanjutnya disebut PP) minyak yang berasal dari ladang minyak
No.19/1999 tentang Pencemaran Laut montara, di Laut Timor di lepas pantai utara
merupakan masuknya/dimasukkannya Western Australia, disebabkan oleh suatu
makhluk hidup, zat energi dan atau ledakan pada tanggal 21 Agustus 2009.
komponen lain kedalam lingkungan laut Menyebabkan terjadi kebocoran sekitar 400
oleh kegiatan manusia sehingga barrels minyak mentah setiap harinya
kualitasnya turun sampai ketingkat tertentu sampai akhirnya berhasil ditutup 74 hari
yang menyebabkan lingkungan laut tidak kemudian.
sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau Perkiraan tentang luasnya wilayah
fungsinya (Pasal 1 Ayat 2 PP No. 19 Tahun yang tertutup lapisan minyak berkisar
1999). antara 6,000 km2 menurut Australian
Perlindungan terhadap lingkungan Maritime Safety Authority (AMSA), 28,000
laut dapat dilakukan secara nasional, juga km2 berdasarkan pencitraan satelit, sampai
diperlukan kerjasama regional maupun 90,000 km2 menurut World Wildlife Fund
global, baik secara teknis langsung dalam atau WWF (Suleiman, 2015:45). Sejumlah
menangani kasus pencemaran lingkungan besar lapisan minyak tersebut memasuki
13
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No.1 Tahun 2019)

perairan yang berada dibawah yurisdiksi mengetahui kronologi maupun akibat yang
Indonesia, sehingga diperkirakan ditimbulkan dari kasus tersebut sehingga
mengakibatkan kerugian pada mata dapat mengetahui bagaimana penyelesain
pencaharian dari sedikitnya 18,000 sengketa internasional dari kasus tersebut.
nelayan.
Sengketa Pencemaran laut tersebut a) Bahan Hukum Primer
sangat merugikan negara Indonesia karena Bahan hukum primer yaitu bahan
pencemarannya membuat mata hukum yang bersifat autoritatif
pencaharian ataupun pendapatan dari artinya mempunyai otoritas. Dalam
negara Indonesia khususnya masyrakat hal ini penulis mengkaji ketentuan
pulau Timor sehingga penulis tertarik untuk yang berasal dari hukum
mengkaji tentang pertanggung jawaban internasional yaitu dari Konvensi
negara dalam kasus pencemaran laut Hukum Laut PBB 1982 (United
Timor tersebut dan Penyelesaian sengketa Nations Convention On The Law Of
internasional terkait pencemaran laut Timor The Sea 1982, Done at Montego
akibat tumpahan minyak montara. Bay, Jamaica, 10 Desember 1982.
Entered into force on16 November
METODE PENELITIAN 1994).
Penelitian ini merupakan penelitian b) Bahan Hukum Sekunder
hukum normative dengan mengkaji suatu Bahan hukum sekunder yaitu semua
aturan-aturan, prinsip-prinsip, dan doktrin- publikasi tentang hukum yang bukan
doktrin hukum yang terkait dengan merupakan dokumen-dokumen
permasalahan dalam penelitian ini untuk resmi, yaitu meliputi buku-buku
menghasilkan suatu argumentasi (Geraldi, literatur atau bacaan yang
2017:3). Pada penelitian ini, peneliti menjelaskan mengenai pencemaran
mengkaji aspek penyelesaian sengketa laut timor akibat tumpahan minyak
secara internasional terhadap pencemaran montara, hasil-hasil penelitian
yang diakibatkan oleh tumpahan minyak tentang penyelesaian sengketa
Montara di Laut Timor, dengan mengkaji internasional terkait pencemaran
aspek penyelesaian sengketa secara laut timor akibat tumpahan minyak
internasional tersebut diharapkan dapat montara antara Indonesia dan
membantu pemerintah ataupun masyarakat Australia, pendapat ahli yang
Indonesia khususnya masyarakat yang berkompeten dengan penelitian
terkena dampak pencemaran akibat peneliti, tulisan dari para ahli yang
tumpahan minyak montara tersebut untuk berkaitan dengan pencemaran laut
mendapatkan keadilan yang seadil-adilnya. timor akibat tumpahan minyak
Pendekatan yang digunakan adalah montara serta kamus hukum.
pendekatan perundang-undangan (statue c) Bahan-bahan non-hukum
approach), pendekatan konsep (conceptual Bahan-bahan non-hukum yaitu
approach), dan pendekatan kasus (case bahan yang memberikan petunjuk
approach). Pendekatan perundang- atau penjelasan tambahan terhadap
undangan dilakukan untuk meneliti bahan hukum primer dan sekunder
ketentuan-ketentuan mengenai yang terdapat dalam penelitian yaitu
penyelesaian sengketa internasional kamus Bahasa Indonesia, kamus
terhadap pencemaran di laut timor akibat Ilmiah Populer, ensiklopedia, tulisan
tumpahan minyak Montara, dimana di yang terkait dengan permasalahan-
dalam pengaturannya masih terdapat hal- permasalahan yang diangkat oleh
hal penting yang tidak diatur secara jelas penulis.
dan tegas. Pendekatan konsep digunakan
untuk memahami konsep-konsep Teknik pengumpulan data dalam
penyelesaian sengketa internasional penelitian normatif dilakukan dengan studi
terhadap pencemaran di laut timor akibat pustaka terhadap bahan-bahan hukum,
tumpahan minyak montara. Pendekatan baik baik bahan hukum primer, bahan
kasus (case approach) dilakukan untuk hukum sekunder, maupun bahan hukum

14
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No.1 Tahun 2019)

tersier dan atau bahan non-hukum. akan berdampak jangka panjang.


Pengolahan bahan hukum dilakukan secara Seharusnya pemerintah melakukan kajian
deduktif, yakni menarik kesimpulan dari ilmiah secara komprehensif dan
suatu permasalahan yang bersifat umum menyeluruh di Laut Timor agar proses klaim
untuk permasalahan yang bersifat konkret ke pihak pencemar disertai bukti-bukti
yang sedang dihadapi. ilmiah dan akurat.
PTTEP Australia berencana untuk
PEMBAHASAN memberikan ganti rugi 5 juta dolar AS atau
Rp 45 miliar bagi para nelayan dan petani
Pertanggung Jawaban Negara terhadap rumput laut di Timor Barat, Nusa Tenggara
Pencemaran Laut Timor akibat Timur (NTT), namun Yayasan Peduli Timor
Tumpahan Minyak Montara Barat (YPTB) dengan tegas menolak .
Pertanggungjawaban negara Alasannya jelas, jumlah ganti rugi tersebut
berhubungan erat dengan suatu keadaan sangat tidak sebanding dengan penderitaan
bahwa terhadap prinsip fundamental dari yang ditanggung para nelayan dan petani
hukum internasional, negara atau suatu rumput laut sejak terjadinya pencemaran
pihak yang dirugikan menjadi berhak untuk laut Timor, seluas 85.000 kilometer persegi.
mendapatkan ganti rugi atas kerugian yang YPTB bahkan mengajukan pengaduan baru
dideritanya. Karena itu, dengan melengkapi seluruh data tambahan
pertanggungjawaban negara akan berkaitan dengan pencemaran akibat
berkenaan dengan penentuan atas dasar ledakan ladang minyak Montara. Jumlah
apa dan pada situasi yang bagaimana nelayan yang mengalami kerugian, jauh
negara dapat dianggap telah melakukan lebih banyak dibandingkan yang diajukan
tindakan yang salah secara internasional Tim Nasional yang dipimpim Menhub Fredy
(Ardhiwisastra, 2003:4). Numberi.
Tanggungjawab negara juga lahir Meskipun Kilang Minyak Montara
akibat kegiatan- kegiatan yang merugikan tersebut merupakan milik dari suatu
negara lain, seperti kegiatan lintas batas Perusahaan Thailand, akan tetapi bila
nasional, perusahaan yang berada melihat pada prinsip tanggung jawab
diperbatasan territorial antar negara, negara maka Australia tetap harus
eksplorasi sumber daya bawah laut lintas bertanggung jawab sebagai negara tempat
batas negara yang telah melanggar pengeboran dilakukan dengan kata lain
ketentuan, dan dapat merugikan negara Tanggung Jawab tersebut merupakan
lain. Kesalahan atau kerugian yang Tanggung jawab yang bersifat Absolut atau
menimbulkan tanggungjawab negara mutlak. Dikarenakan selain telah
mungkin beragam jenisnya. Dengan melakukan pencemaran, pencemaran
demikian suatu negara bertanggungjawab tersebut juga telah masuk dan mencemari
karena melanggar traktat, berkaitan dengan wilayah perairan Indonesia serta telah
tidak dilaksanakanya kewajiban-kewajiban menyebabkan kerugian bagi Indonesia
kontraktual, karena kerugian- kerugian khususnya penduduk sekitar laut Timor.
terhadap warga negara dari negara lain dan Pada oktober 2012, Pemerintah
sebagainya. Jika kegiatan tersebut bersifat Federal Australia telah memerintahkan
berbahaya, maka negara yang wilayahnya perusahaan pencemar Laut Timor PTTEP
dipakai untuk kegiatan- kegiatan seperti itu Australia untuk membuka kembali
dapat bertanggungjawab secara perundingan dengan YPTB yang telah
absolute/mutlak. Namun kegiatan itu disepakati bersama serta menutup izin
normal/biasa sifatnya maka tanggungjawab operasi perusahaan minyak tersebut di Laut
negara bergantung kepada kelalaian atau Timor sampai kasus Montara terselesaikan.
maksud/niat dari tindakan tersebut (Adolf, Selanjutnya, Kasus pencemaran ini dibawa
1991:181). ke Sidang APEC pada tahun 2013 untuk
Masalah Laut Timor bukan hanya meminta dukungan masyarakat
masalah sepele dari sisi ekologi, tapi internasional, terutama Presiden Amerika
merupakan masalah berbahaya yang Serikat Barrack Obama yang akan
mengancam masa depan anak cucu karena menghadiri sidang APEC 2013 di Bali pada
15
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No.1 Tahun 2019)

Oktober agar dapat memasukkan kasus melalui perjanjian. Karenanya, pasal 283
petaka tumpahan minyak Montara di Laut menekankan perlunya bertukar
Timor sebagai isu internasional, karena pandangan melalui cara-cara bagaimana
berkaitan dengan lingkungan global dan sengketa itu diselesaikan. Pasal 283
perubahan iklim dunia Konvensi Hukum Laut 1982 atau UNCLOS
(http://azryfebriawan.blogspot.co.id/2013/12 1982 Pasal 283 mengenai kewajiban untuk
/pencemaran-laut-timor-montar8a-timor- tukar menukar pendapat bahwa yang
sea.html). pertama yakni apabila timbul suatu
Disatu sisi, dapat diketahui bahwa sengketa antara Negara-negara Peserta
Australia sebagai negara pantai yang perihal interprestasi atau penerapan
memberikan izin kepada PTTEP untuk Konvensi ini, maka para pihak dalam
melakukan kegiatan ekplorasi dan sengketa tersebut harus secepatnya
ekploitasi di wilayah ZEE nya, juga memiliki melakukan tukar menukar pendapat
tanggung jawab berupa kewajiban- mengenai penyelesaian dengan
kewajiban untuk membersihkan dan perundingan atau cara damai lainnya. Para
memulihkan semua dampak pencemaran pihak juga harus secepatnya melakukan
dan membayar kompensasi atas segala tukar menukar pendapat dalam hal
bentuk kerugian yang dialami oleh korban suatu prosedur untuk penyelesaian,
pencemaran. Kewajiban-kewajiban tersebut sengketa telah dihentikan tanpa suatu
berdasarkan ketentuan yang terdapat penyelesaian atau dalam hal suatu
dalam UNCLOS 1982, khususnya Pasal 56, penyelesaian telah tercapai dan keadaan
Pasal 60, Pasal 194 ayat 2. Klaim ganti rugi menghendaki dilakukan konsultasi
diselesaikan melalui perundingan antara mengenai cara pelaksanaan
kedua negara. Guna menyelesaikan penyelesaian tersebut. Dapat disimpulkan
masalah yang berkaitan dengan ganti rugi bahwa pada dasarnya tidak ada
pencemaran laut oleh minyak, dalam hal ini kewajiban negara untuk memilih satu
penulis menggunakan prinsip-prinsip prosedur tertentu. Tidak ada pula
seperti Sic Utere Tuo Ut Alienum Non kewajiban untuk menggunakan prosedur
Laedas, Prinsip Kehati-hatian, Prinsip sesuai urutan yang diberikan oleh
Pencegahan, Prinsip Tanggung Jawab
Negara, dan lain-lain. Berkaitan dengan Pasal 33 Piagam PBB. Namun
penyelesaian klaim ganti rugi, terdapat demikian, kewajiban pihak-pihak
beberapa hal yang perlu diperhatikan, bersengketa adalah menyelesaikan
antara lain perlu adanya penelitian untuk sengketanya secara damai. Kegagalan
mendapatkan data yang akurat, serta para pihak untuk memperoleh
pengembangan ketentuan hukum nasional penyelesaian secepat mungkin
terkait pencemaran yang bersifat lintas mewajibkan mereka untuk tetap
batas. melanjutkan mencari upaya
penyelesaian damai, berkonsultasi satu
Dalam hal ini pertanggung jawaban sama lain dengan cara-cara yang
yang harus dilakukan oleh Australia bersifat disepakati bersama. Negara harus
tanggung jawab mutlak atau strict liability senantiasa menahan diri dari segala
hal tersebut dikarenakan Australia sebagai tindakan yang dapat memperbesar
negara pantai memberikan izin kepada masalah, mengancam perdamaian
PTTEP untuk melakukan kegiatan keamanan, serta mempersulit upaya
eksplorasi dan eksploitasi di wilayah ZEE penyelesaian damai. Kewajiban ini tidak
dari Australia. hanya untuk menggunakan cara-cara
penyelesaian sengketa secara damai,
Penyelesaian Sengketa Terhadap tetapi juga menjaga dan menahan
Pencemaran yang Diakibatkan oleh diri dari tindakan-tindakan yang makin
Tumpahan Minyak Montara di Laut Timor memperburuk situasi. Dengan kata
lain, dapat disimpulkan bahwa jika sengketa
Langkah awal dalam tidak dapat di selesaikan, negara
menyelesaikan suatu sengketa adalah setidaknya dapat me-managedan

16
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No.1 Tahun 2019)

mengontrol dirinya untuk tidak semakin Melakukan survei dampak sosial ekonomi
memperburuk situasi yang dapat dan lingkungan akibat tumpahan minyak di
menimbulkan ancaman terhadap LautTimor.
perdamaian keamanan internasional. Upaya penanggulangan tumpahan
Penyelesian sengketa yang minyak oleh Tim Nasional adalah pertama,
digunakan para pihak pada kasus ini yaitu observasi dan pengambilan sampel di laut
penyelesaian sengketa secara damai. Timor dengan hasil, total sebaran
Adapun beberapa cara yang dapat tumpahan minyak di Laut Timor
dilakukan dalam penyelesaian sengketa berdasarkan pemantauan citra satelit
secara damai diantaranya negosiasi, tanggal 30 Agustus sampai dengan tanggal
jasa-jasa baik, mediasi, pencarian fakta, 3 Oktober 2009 seluas 16.420 km, Secara
konsiliasi, penyelesaian melalui PBB dan visual permukaan di Laut Timor pada
penyelesaian melalui organisasi regional. daerah perbatasan ZEE Indonesia -
Pada tanggal 21 Agustus 2009, Australia terdapat lapisan minyak dan Hasil
terjadi insiden yang menimbulkan uji laboratorium dan analisis sampel air laut
pencemaran laut yang berdampak terhadap dan tarball dari Laut Timor mengandung
wilayah laut Indonesia tepatnya di Laut minyak dan senyawa aromatik serta
Timor. Dengan terjadinya insiden ini, maka karakteristik yang sama dengan sampel
perusahaan tersebut dituntut untuk minyak mentah (crude oil) dari
menyelesaikan permasalahan ini dengan MontaraWellhead Platform (Suleiman,
pihak yang dirugikan. Dalam hal ini pihak 2015:45).
yang dirugikan adalah negara Indonesia, Dalam menyelesaikan
karena sebaran minyak yang tumpah akibat permasalahan yang terjadi, Indonesia dan
ledakan tersebut telah memasuki Zona Australia melakukan langkah pertamanya
Ekonomi Ekslusif Indonesia (Sumanto, yaitu dengan melakukan negoisasi. Hal ini
2013:2). didukung dari adanya beberapa Menteri
Berdasarkan Nota Diplomatik Republik Indonesia melakukan koordinasi
Kedutaan Besar Australia pada tanggal 3 untuk menangani isu Montara guna
September 2009, jejak tumpahan minyak menanggulangi keadaan darurat dari
memasuki wilayah ZEE Indonesia pada tumpahan minyak di laut serta melakukan
tanggal 30 Agustus 2009. Berkenaan negoisasi tentang kompensasi. Dalam hal
dengan hal itu, berdasarkan Peraturan mengenai besarnya jumlah kompensasi,
Presiden No. 109 Tahun 2006 tentang terdapat beberapa macam versi jumlah
Penanggulangan Keadaan Darurat kompensasi yaitu, Yayasan Peduli Timor
Tumpahan Minyak di Laut (Perpres No. 109 Barat (YPTB) mengajukan klaim
Tahun 2006). Menteri Perhubungan selaku kompensasi senilai 140 trilyun, hal ini atas
Ketua Tim Nasional Penanggulangan dasar pengambilan sampel air yang telah
Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut ditelitinya. Freddy Numberi mengajukan
(Tim Nasional) telah melakukan beberapa klaim kompensasi sekitar I Triliun.
upaya penanggulangan tumpahan minyak Pemerintah mengklaim kompensasi hingga
di Laut Timor. Upaya-upaya tersebut antara 22 Triliun (Sumanto, 2014:7).
lain adalah Setelah menerima klaim yang di
(http://www.migas.esdm.go.id/tracking/berit ajukan oleh Indonesia, Australia menolak
akemigasan/detil/253897/Kronologi- klaim tersebut dan tidak mengakui data
Tumpahan-Minyak-Montara.): Membentuk ilmiah yang diajukan oleh Pemerintah
Posko Daerah Penanggulangan Tumpahan Indonesia kepada Australia. Tidak adanya
Minyak di Laut serta mengaktifkan Pusat hasil negoisasi tersebut maka Indonesia
Komando dan Pengendali Nasional Operasi dan Australia bersepakat melakukan draft
Penanggulangan Tumpahan Minyak di Laut MOU. Pada tanggal 28 Juni 2011 mereka
(Puskodalnas), Melakukan observasi dan bersepakat melakukan MOU yang
pengambilan sampel air laut. biota (ikan), direncanakan untuk ditandatangani pada
dan sedimen serta gumpalan minyak tanggal 2 Agustus 2011. Namun
(tarball) di Laut Timor dan melakukan uji penandatanganan tersebut tertunda akibat
laboratorium dan analisis sampel: dan pergantian kabinet CEO PTTEP. Tahap
17
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No.1 Tahun 2019)

penyelesaian secara damai di atas tidak lingkungan dibandingkan minyak mentah


berjalan dengan baik karena adanya dan penggunaan dispersan ini juga sesuai
beberapa kendala dari kedua negara. dengan international best practice for oil
Kendala yang dihadapi dalam penerapan spill response. Dispersan tersebut
ketentuan yang diatur dalam Konvensi membantu meningkatkan dispersi alami
Hukum Laut 1982 terkait kasus dari minyak dengan cara mempercepat
penyelesaian pencemaran lintas batas proses pelapukan. Tujuan penggunaan
antara Indonesia dan Australia antara lain dispersan dalam insiden ini adalah untuk
adalah Hukum Laut lebih mengatur meminimalisir dampak terhadap lingkungan
mengenai “Tanggung Jawab Setiap serta membatasi meluasnya minyak di
Negara” Tidak diaturnya didalamnya perihal wilayah perairan. Dispersan yang
nilai ganti rugi yang harus diberikan oleh digunakan dipilih sesuai dengan kecocokan
Negara yang melakukan pencemaran. akan tipe minyak yang bocor dari sumur
Meskipun UNCLOS telah mengatur Montara dan dengan tujuan
mengenai hak dan kewajiban setiap Negara perlindungan lingkungan. Hal ini merupakan
dalam mengelola kekayaan hayati yang ada hasil protokol uji ketat yang dilakukan
dilaut, namun tetap saja ada kendala yang AMSA untuk memenuhi standar prosedur.
dihadapi dalam penerapan UNCLOS dalam Dispersan tersebut tidak disemprotkan
masalah yang terjadi antara Indonesia secara langsung kepada terumbu karang
dengan Australia. Salah satunya adalah ataupun wilayah lain yang dianggap
penentuan ganti rugi yang dilihat dari sudut sensitif. Proses ini juga dilakukan dengan
materil tidaklah diatur secara pasti didalam hati-hati melalui pesawat dan kapal khusus
UNCLOS. Namun UNCLOS mengatur lebih dispersan.
kepada “kewajiban” ganti rugi dengan kata Penanganan secara lingkungan
lain pertanggung jawaban. dilakukan oleh Pemerintah Australia
Penanganan dari Australia dengan melakukan monitoring lingkungan,
dilakukan melalui Australian Maritime namun Pemerintah Australia
Safety Agency (AMSA). Lima belas menit menegosiasikan untuk dikembangkannya
setelah adanya pemberitahuan akan sebuah rencana monitoring lingkungan
insiden tersebut. AMSA melakukan jangka panjang yang dibiayai oleh PTTEP
mobilisasi peralatan dan pekerja untuk AA. Untuk memastikan program tersebut
memastikan tindakan penanggulangan tepat, komprehensif dan transparan.
dapat dilakukan secepatnya (Mesra dkk, Pemerintah Australia mengikutsertakan
2014:5). sejumlah ahli sains untuk kemudian
Setelah situasi telah diamati, membentuk Technical Advisory Group
pesawat AMSA mulai melemparkan (TAG). TAG akan memberikan saran
dispersan untuk meningkatkan evaporasi selama program ini dikembangkan dan
alami dan pelapukan minyak. Tindakan ini member tanggapan untuk setiap proposal
berhasil meminimalisir akibat dari tumpahan kegiatan ilmiah sebelum disetujui dan
minyak pada tahapan awal. Selanjutnva, diimplementasikan.
penanganan berupa oil boom dan skimmer Sebuah program pengawasan yang
vessels juga digunakan untuk membantu ekstensif juga dibuat untuk memaksimalkan
menghilangkan tumpahan minyak tersebut. kemungkinan menemukan dan
Ini merupakan metode-metode yang efektif menyembuhkan makhluk hidup yang
untuk menghilangkan tumpahan minyak terkena imbas dari insiden ini. Untuk
dan meminimalisir akibatnya. Metode ini memastikan bahwa burung-burung yang
juga dipergunakan dalam penanganan terkontaminasi minyak diberikan
kasus Teluk Meksiko pada tahun 2010. penanganan terbaik dan dibangun sebuah
Secara keseluruhan, AMSA pusat stabilisasi di Ashmore Reef Natural
menghitung sekitar 844.000 liter campuran Reserve yang merupakan tempat
air dan minyak berhasil dibersihkan yang di pembiakan dan sarang kelompok burung
dalamnya mengandung kurang lebih laut terbesar di wilayah Australia. Selain itu,
493.000 liter minyak. Dispersan dianggap Pemerintah Australia juga
sebagai sarana yang cukup aman bagi menggarisbawahi bahwa terdapat
18
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No.1 Tahun 2019)

kemungkinan adanya tambahan waktu dari dengan persetujuan selagi melakukan


bocornya minyak dan gas bumi sehingga kontak secara rutin dengan Nothern
semakin besarnya bahaya yang Territory-9 Designated Authority, yang
diakibatkan. Oleh sebab itu, Pemerintah memungkinkan untuk kegiatan pengeboran
Australia mulai saat itu mewajibkan bahwa sumur baru tersebut untuk dilakukan
seluruh proposal eksplorasi dan eksploitasi secepatnva. Turut serta dalam kegiatan ini
M1GAS mengkaji sebuah kemungkinan juga para ahli dari Geoscience Australia.
terburuk (worst case scenario) dalam hal Departemen Industri Primer Victoria, dan
hilangnya kendali akan sumur dan NT DoR. Pemerintah Australia melalui
mendeskripsikan tindakan apa yang akan Departemen Energi, Sumberdaya dan
dilakukan untuk menghindari (measures to Pariwisata (DRET) juga membentuk serta
prevent) serta penanganan untuk insiden memimpin bantuan untuk unit pengeboran
tersebut. Sebagai tambahan, seluruh West Triton yang saat itu akan melakukan
fasilitas anjungan lepas pantai yang baru kegiatan pengeboran sumur baru.
dan telah disetujui harus memenuhi Pada tanggal 24 November 2010,
persyaratan untuk mendapatkan informasi Komisi Penyelidikan mengeluarkan laporan
dasar suatu wilayah sebelum adanya suatu yang berisi 100 penemuan dan 105
peneemaran lingkungan untuk dapat rekomendasi. Disebutkan juga bahwa akar
mengkaji akibat-akibat yang mungkin terjadi dari penyebab terjadinya blowout adalah
serta untuk mengimplementasikan sebuah (Maryanto,2013:56): Kegagalan untuk
program monitoring yang telah disepakati menjaga posisi kedua pembatas (failure to
dalam hal adanya tumpahan minyak. maintain two well harriers), Kegagalan
Pemerintah Australia mendapatkan untuk mengecek pembatas (failure to verify
saran hukum bahwa dalam hal harriers), Buruknya manajemen untuk
kewenangan maka kewenangan untuk mengatur perubahan (poor management of
mengatur (direction powers) diberikan change control) dan Kurangnya kompetensi
kepada pejabat yang ditunjuk (Designated dari awak sehingga penentuan keputusan
Authorities), sesuai dengan OPGGS Act. tidak berjalan dengan baik (lack of
Berdasarkan saran ini, Pemerintah personnel competence, which led to
Australia menginisiasi sebuah amandemen deficient decision making).
darurat terhadap OPPGS Act. Amandemen
itu adalah untuk memberikan kewenangan SIMPULAN DAN SARAN
kepada menteri yang terkait untuk membuat
suatu investigasi untuk insiden MIGAS Berdasarkan pembahasan dari
lepas pantai, terutama dalam insiden penelitian ini maka dapat disimpulkan
Montara ini. Amandemen ini diatur, sebagai berikut :
dikeluarkan dan diberlakukan dalam kurun 1 Bentuk tanggung jawab negara
waktu dua minggu sebagai cerminan dari Australia terhadap terjadinya
determinasi Pemerintah Australia untuk pencemaran laut timor akibat
menangani serta belajar dari insiden ini. tumpahan miyak montara ialah
Pemerintah Australia melalui tanggung jawab yang bersifat
Geoscience Australia menyediakan sarana Absolut atau mutlak (strict liability)
pemberian saran teknis yang bersifat karena negara Australia memberkan
independen terkait pengeboran, tipe-tipe izin kepada perusahaan tersebut
dan ketersediaan rig, serta kajian untuk untuk melakukan pengeboran
kemungkinan-kemungkinan yang dapat diwilayah ZEE negaranya. Seperti
ditempuh untuk menghentikan blowout dan tertera dalam UNCLOS pasal 139
akibat lain yang potensial dari sumur. yaitu, negara yang menyebabkan
Pemerintah Australia juga mendukung kerugian negara lain akibat
sebuah kajian bersama terkait operasi kegiatanya, harus dikenakan
pengeboran sumur baru yang telah direvisi ganti kerugian atas dampak yang
dengan tujuan untuk menghentikan merugikan negara tersebut.
bocornya minyak. Pemerintah Australia
memfasilitasi proses perbaikan tersebut
19
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No.1 Tahun 2019)

2 Penyelesaian sengketa yang keberadaan Tim Nasional


dilakukan antara Indonesia dan Penanggulangan Keadaan Darurat
Australia dalam kasus pencemaran Tumpahan Minyak di Laut, yang
laut Timor akibat tumpahan minyak diketuai Freddy Numbed, untuk
montara tersebut adalah Tahap mengambil tindakan cepat dan
negosiasi merupakan tahap awal tanggap terhadap pencemaran laut
yang dilaksanakan oleh Indonesia maupun dampaknya. Selain itu
dan Australia dimana negara TIMNAS Penanggulangan Keadaan
Indonesia mengajukan klaim Darurat tersebut tentunya memiliki
terhadap Australia dan menuntut hak penuh sebagai perwakilan dari
ganti rugi terhadap dampak yang Indonesia untuk bernegosiasi
ditimbulkan dari tumpahan minyak maupun mengajukan gugatan
tersebut, namun Australia menolak kepada Australia.
proses negosiasi tersebut dengan
menolak klaim yang diajukan negara DAFTAR PUSTAKA
Indonesia sehingga kasus tersebut
tidak dapat terselesaiakan hingga Adolf, Huala. 2004. Hukum Penyelesaian
sekarang. Sengketa Internasional. Sinar
Grafika: Jakarta.
Adapun saran berdasarkan
penelitian ini yaitu : A.K., Syahmin. 1988. Hukum Diplomatik
Suatu Pengantar. Armico: Bandung.
1 Pemerintah Indonesia hendaknya
melakukan langkah-langkah yang Diantha, I Made Pasek. 2016. Metode
tegas kepada Australia untuk Penelitian Hukum Normatif dalam
melakukan pertanggungjawaban Justifikasi Teori Hukum. Prenada
negara yang sesuai dengan Media Group: Jakarta.
UNCLOS III 1982 agar pencemaran Draft articles on responsibility of States for
yang terjadi di Laut Timor dapat Internationally Wrongful Acts ( Draft
terselesaikan dengan cepat dan ILC 2001)
pihak-pihak yang mengalami
kerugian mendapatkan hak yang Geraldi, Aldo Rico. 2017.
semestinya mereka diterima. Pertanggungjawaban Pemerintah
2 Pemerintah Indonesia dan Australia India Terkait Tindakan Pelanggaran
hendaknya melakukan penelitian Kekebalan dan Keistimewaan Yang
serta melakukan pengambilan Dilakukan Terhadap Perwakilan
sampel langsung ke lapangan Diplomatik Amerika Serikat Ditinjau
secara bersama-sama, ditempat dari Ketentuan Hukum Internasional.
atau titik yang dirasa oleh kedua Jurnal Komunikasi Hukum. Jurusan
negara baik Indonesia maupun Ilmu Hukum, Universitas Pendidikan
Australia mengalami pencemaran Ganesha.
langsung ataupun terkena dampak
dari pencemaran laut tersebut. Husin, Sukanda. 2016. Hukum Lingkungan
Sebagaimana dijelaskan diats Internasional. Rajawali Pers: Jakarta.
bahwa Indonesia memang telah
mengambil tindakan atas kasus http://azryfebriawan.blogspot.co.id/2013/12/
pencemaran yang terjadi, yaitu pencemaran-laut-timor-montar8a-
diawali dengan pembentukan posko timor-sea.html (diakses tanggal 25
untuk memonitor tumpahan minyak Desember 2017)
Montara langsung ke lapangan yang
http://www.migas.esdm.go.id/trackin/beritak
telah dilakukan oleh Pemerintah
emigasan/detil/253897/Kronologi-
Daerah Nusa Tenggara Timur
Tumpahan-Minyak-Montara (diakses
(NTT). Akan tetapi seharusnya
tanggal 12 Januari 2018 )
Indonesia lebih memanfaatkan

20
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No.1 Tahun 2019)

Konvensi Hukum Laut PBB 1982 (United


Nations Convention on the Law of
the Sea 1982). The United Nations
Convention on the Law of the Sea
was opened for signature at Montego
Bay, Jamaica, on 10 December
1982. It entered into force on 14
November 1994.

Kusumaatmadja, Mochtar. 1982. Pengantar


Hukum Internasional. Binacipta:
Bandung.

Maryanto, Try. 2013. Penyelesaian Atas


Pencemaran Laut Akibat Meledaknya
sumur Minyak Montara Milik PTT
Exploration and Production
Australasia (PTTEP AA) di Blok Atlas
Barat Laut Timor Berdasarkan
Hukum Internasional. Skripsi.
Jurusan Ilmu Hukum, Universitas
Tanjungpura.

Meinarni, Ni Putu Suci. “Upaya Hukum


Dalam Penyelesaian Sengketa
Pencemaran Lingkungan Laut Dalam
Kasus Tumpahan Minyak Montara Di
Laut Timor”. Universitas Udayana,
Desember 2016.

Parthiana, I Wayan. 2002. Hukum


Perjanijian Internasional Bagian 1.
CV. Mandar Maju: Bandung.

Sefriani. 2016. Hukum Internasional Suatu


Pengantar. PT. Raja Grafindo
Persada: Jakarta.

Suleiman, M. Ajisatria. “Pengalaman


Diplomasi Indonesia Dalam
Sengketa Tumpahan Minyak
Montara Dan Kebutuhan Instrumen
Hukum Regional Asean”. Opinio
Juris, Mei-September 2015.

Sumanto, Arly. 2013. Penyelesaian


Sengketa Pencemaran Lintas Batas
Akibat Kebocoran Sumur Minyak
Montara Australia Menurut Konvensi
Hukum Laut 1982. Skripsi. Jurusan
Hukum Internasional, Universitas
Brawijaya.

21

Anda mungkin juga menyukai