Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk 1) menganalisis pertanggungjawaban negara Australia terhadap
pencemaran Laut Timor akibat tumpahan minyak Montara. 2) Menganalisis mengenai
penyelesaian sengketa tumpahan minyak montara antara Indonesia dan Australia. Penelitian ini
merupakan penelitian yang menggunakan penelitian hukum normatif dengan menggunakan
pendekatan perundang-undangan (statue approach), pendekatan konsep (conceptual approach),
dan pendekatan kasus (case approach). Sumber bahan hukum dari penelitian ini menggunakan
data sekunder yakni bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Pengumpulan data dilakukan
menggunakan metode studi kepustakaan dengan mengumpulkan bahan hukum dan informasi
yang berupa bahan-bahan hukum primer, sekunder, maupun tersier. Dalam rangka
mendapatkan pemaparan yang jelas, data tersebut kemudian disusun secara sistematis dan
dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1)
bentuk pertanggungjawaban negara Australia menggunakan prinsip tanggungjawab mutlak atau
absolute, namun dilihat dari kenyataannya pertanggungjawaban yang dilakukan belum sesuai
dengan UNCLOS III 1982 dikarenakan negara Australia merupakan tempat pengeboran tersebut
dilaksanakan dan memberikan izin kepada perusahaan Thailand diwilayah ZEE negaranya. 2)
Penyelesaian sengketa yang dilakukan antara Indonesia dan Australia dalam kasus pencemaran
laut Timor akibat tumpahan minyak montara tersebut adalah Tahap negosiasi merupakan tahap
awal yang dilaksanakan oleh Indonesia dan Australia dimana negara Indonesia mengajukan
klaim terhadap Australia dan menuntut ganti rugi terhadap dampak yang ditimbulkan dari
tumpahan minyak tersebut, namun Australia menolak proses negosiasi tersebut dengan menolak
klaim yang diajukan negara Indonesia, sehingga proses negosiasi tersebut tidak mendapatkan
hasil.
Abstract
This study aims to 1) analyze the accountability of the Australian state against the pollution of the
Timor Sea due to the Montara oil spill. 2) Analyze the dispute settlement of oil spill montara
between Indonesia and Australia. This research is a research using normative law research
using statue approach, conceptual approach, and case approach. Sources of legal materials
from this study using secondary data namely primary, secondary and tertiary legal materials. The
data collection is done by library research method by collecting legal and information material in
the form of primary, secondary, and tertiary legal materials. In order to obtain clear exposure, the
data is then arranged systematically and analyzed using descriptive method. The results of this
study indicate that 1) the form of accountability of Australia countries using the principle of
absolute or absolute responsibility, but seen from the fact that the accountability is not in
accordance with UNCLOS III 1982 because the Australian state is where the drilling is
implemented and give permission to Thai companies in the region ZEE country. 2) The
settlement of disputes between Indonesia and Australia in the case of Timor sea pollution
11
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No.1 Tahun 2019)
resulting from the montara petroleum spill is a phase of negotiation which is the first stage carried
out by Indonesia and Australia where the state of Indonesia filed a claim against Australia and
demanded compensation for the impact of the oil spill , but Australia rejected the negotiation
process by rejecting the Indonesian state's claim, so the negotiation process did not get results.
12
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No.1 Tahun 2019)
makhluk hidup lainnya demi kelangsungan laut, maupun dalam menangani kasus
dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri. pencemaran lingkungan laut, maupun
Kerusakan lingkungan disebabkan oleh dalam merumuskan ketentuan-ketentuan
perbuatan manusia. Oleh karena itu, internasional, guna melindungi lingkungan
tindakan manusia yang merusak harus laut (Pasal 197 Konvensi Perserikatan
dikendalikan yaitu dengan hukum. Hukum Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut
Lingkungan Internasional merupakan 1982).
seperangkat aturan yang negara-negara Salah satu kasus terkait
berdaulat terikat untuk menerapkannya pencemaran lingkungan yang
dalam upaya untuk mencegah dan menyebabkan terjadinya kerusakan
memitigasi kerusakan-kerusakan terhadap terhadap lingkungan laut yaitu tumpahan
lingkungan dan ekosistemnya sebagai minyak yang terjadi dalam perairan wilayah
akibat kegiatan manusia (Husin, 2016:179). Indonesia. Pada tanggal 21 Agustus 2009
Upaya-upaya penyelesaian sumur minyak Montara yang bersumber
sengketa internasional telah menjadi dari Ladang Montara The Montara Well
perhatian yang cukup penting di Head Platform di Blok West Atlas Laut
masyarakat internasional sejak awal abad Timor perairan Australia bocor dan
ke-20. Upaya-upaya ini ditujukan untuk menumpahkan minyak jenis light crude oil.
menciptakan hubungan antarnegara yang Mengalami tumpahan minyak tersebut
lebih baik berdasarkan prinsip perdamaian meluas hingga perairan Celah Timor atau
dan keamanan internasional. Dalam hukum Timor Gap yang merupakan perairan
internasional dikenal dua cara penyelesaian perbatasan antara Indonesia, Australia dan
sengketa internasional yaitu secara damai Timor Leste ( Meinarni, Volume 5). Luas
dan perang atau militer (Aldolf, 2004:1). efek cemaran tumpahan minyak dari sumur
Cara perang merupakan cara yang telah yang terletak di Blok Atlas Barat Laut Timor
diakui dan diperaktikkan sejak dahulu dan tersebut sekitar 75% masuk wilayah
dijadikan sebagai alat dan kebijakan luar perairan Indonesia. Pencemaran ini
negeri. Dalam hal ini aturan-aturan dasar menjadi masalah yang penting bagi Bangsa
yang mengatur penyelesaian sengketa Indonesia, karena memasuki Zona Ekonomi
adalah Piagam PBB dan Aturan Ekslusif. Hal tersebut mendapat perhatian
Turunannya. Salah satu tujuan didirikannya sebagaimana yang telah diatur dalam
PBB adalah untuk memelihara perdamaian hukum laut internasional Pasal 192, yang
dan keamanan internasional. Dimana hal menyatakan bahwa setiap negara harus
tersebut termuat dalam pasal 1 ayat (1) menjaga lingkungan laut, yang berarti
Piagam PBB. bahwa dalam pasal ini memberikan
penekanan bahwa ekosistem laut
Pengertian pencemaran laut merupakan bagian yang wajib dijaga dan
sebagaimana diatur dalam Peraturan dilestarikan oleh setiap negara. Tumpahan
Pemerintah (selanjutnya disebut PP) minyak yang berasal dari ladang minyak
No.19/1999 tentang Pencemaran Laut montara, di Laut Timor di lepas pantai utara
merupakan masuknya/dimasukkannya Western Australia, disebabkan oleh suatu
makhluk hidup, zat energi dan atau ledakan pada tanggal 21 Agustus 2009.
komponen lain kedalam lingkungan laut Menyebabkan terjadi kebocoran sekitar 400
oleh kegiatan manusia sehingga barrels minyak mentah setiap harinya
kualitasnya turun sampai ketingkat tertentu sampai akhirnya berhasil ditutup 74 hari
yang menyebabkan lingkungan laut tidak kemudian.
sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau Perkiraan tentang luasnya wilayah
fungsinya (Pasal 1 Ayat 2 PP No. 19 Tahun yang tertutup lapisan minyak berkisar
1999). antara 6,000 km2 menurut Australian
Perlindungan terhadap lingkungan Maritime Safety Authority (AMSA), 28,000
laut dapat dilakukan secara nasional, juga km2 berdasarkan pencitraan satelit, sampai
diperlukan kerjasama regional maupun 90,000 km2 menurut World Wildlife Fund
global, baik secara teknis langsung dalam atau WWF (Suleiman, 2015:45). Sejumlah
menangani kasus pencemaran lingkungan besar lapisan minyak tersebut memasuki
13
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No.1 Tahun 2019)
perairan yang berada dibawah yurisdiksi mengetahui kronologi maupun akibat yang
Indonesia, sehingga diperkirakan ditimbulkan dari kasus tersebut sehingga
mengakibatkan kerugian pada mata dapat mengetahui bagaimana penyelesain
pencaharian dari sedikitnya 18,000 sengketa internasional dari kasus tersebut.
nelayan.
Sengketa Pencemaran laut tersebut a) Bahan Hukum Primer
sangat merugikan negara Indonesia karena Bahan hukum primer yaitu bahan
pencemarannya membuat mata hukum yang bersifat autoritatif
pencaharian ataupun pendapatan dari artinya mempunyai otoritas. Dalam
negara Indonesia khususnya masyrakat hal ini penulis mengkaji ketentuan
pulau Timor sehingga penulis tertarik untuk yang berasal dari hukum
mengkaji tentang pertanggung jawaban internasional yaitu dari Konvensi
negara dalam kasus pencemaran laut Hukum Laut PBB 1982 (United
Timor tersebut dan Penyelesaian sengketa Nations Convention On The Law Of
internasional terkait pencemaran laut Timor The Sea 1982, Done at Montego
akibat tumpahan minyak montara. Bay, Jamaica, 10 Desember 1982.
Entered into force on16 November
METODE PENELITIAN 1994).
Penelitian ini merupakan penelitian b) Bahan Hukum Sekunder
hukum normative dengan mengkaji suatu Bahan hukum sekunder yaitu semua
aturan-aturan, prinsip-prinsip, dan doktrin- publikasi tentang hukum yang bukan
doktrin hukum yang terkait dengan merupakan dokumen-dokumen
permasalahan dalam penelitian ini untuk resmi, yaitu meliputi buku-buku
menghasilkan suatu argumentasi (Geraldi, literatur atau bacaan yang
2017:3). Pada penelitian ini, peneliti menjelaskan mengenai pencemaran
mengkaji aspek penyelesaian sengketa laut timor akibat tumpahan minyak
secara internasional terhadap pencemaran montara, hasil-hasil penelitian
yang diakibatkan oleh tumpahan minyak tentang penyelesaian sengketa
Montara di Laut Timor, dengan mengkaji internasional terkait pencemaran
aspek penyelesaian sengketa secara laut timor akibat tumpahan minyak
internasional tersebut diharapkan dapat montara antara Indonesia dan
membantu pemerintah ataupun masyarakat Australia, pendapat ahli yang
Indonesia khususnya masyarakat yang berkompeten dengan penelitian
terkena dampak pencemaran akibat peneliti, tulisan dari para ahli yang
tumpahan minyak montara tersebut untuk berkaitan dengan pencemaran laut
mendapatkan keadilan yang seadil-adilnya. timor akibat tumpahan minyak
Pendekatan yang digunakan adalah montara serta kamus hukum.
pendekatan perundang-undangan (statue c) Bahan-bahan non-hukum
approach), pendekatan konsep (conceptual Bahan-bahan non-hukum yaitu
approach), dan pendekatan kasus (case bahan yang memberikan petunjuk
approach). Pendekatan perundang- atau penjelasan tambahan terhadap
undangan dilakukan untuk meneliti bahan hukum primer dan sekunder
ketentuan-ketentuan mengenai yang terdapat dalam penelitian yaitu
penyelesaian sengketa internasional kamus Bahasa Indonesia, kamus
terhadap pencemaran di laut timor akibat Ilmiah Populer, ensiklopedia, tulisan
tumpahan minyak Montara, dimana di yang terkait dengan permasalahan-
dalam pengaturannya masih terdapat hal- permasalahan yang diangkat oleh
hal penting yang tidak diatur secara jelas penulis.
dan tegas. Pendekatan konsep digunakan
untuk memahami konsep-konsep Teknik pengumpulan data dalam
penyelesaian sengketa internasional penelitian normatif dilakukan dengan studi
terhadap pencemaran di laut timor akibat pustaka terhadap bahan-bahan hukum,
tumpahan minyak montara. Pendekatan baik baik bahan hukum primer, bahan
kasus (case approach) dilakukan untuk hukum sekunder, maupun bahan hukum
14
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No.1 Tahun 2019)
Oktober agar dapat memasukkan kasus melalui perjanjian. Karenanya, pasal 283
petaka tumpahan minyak Montara di Laut menekankan perlunya bertukar
Timor sebagai isu internasional, karena pandangan melalui cara-cara bagaimana
berkaitan dengan lingkungan global dan sengketa itu diselesaikan. Pasal 283
perubahan iklim dunia Konvensi Hukum Laut 1982 atau UNCLOS
(http://azryfebriawan.blogspot.co.id/2013/12 1982 Pasal 283 mengenai kewajiban untuk
/pencemaran-laut-timor-montar8a-timor- tukar menukar pendapat bahwa yang
sea.html). pertama yakni apabila timbul suatu
Disatu sisi, dapat diketahui bahwa sengketa antara Negara-negara Peserta
Australia sebagai negara pantai yang perihal interprestasi atau penerapan
memberikan izin kepada PTTEP untuk Konvensi ini, maka para pihak dalam
melakukan kegiatan ekplorasi dan sengketa tersebut harus secepatnya
ekploitasi di wilayah ZEE nya, juga memiliki melakukan tukar menukar pendapat
tanggung jawab berupa kewajiban- mengenai penyelesaian dengan
kewajiban untuk membersihkan dan perundingan atau cara damai lainnya. Para
memulihkan semua dampak pencemaran pihak juga harus secepatnya melakukan
dan membayar kompensasi atas segala tukar menukar pendapat dalam hal
bentuk kerugian yang dialami oleh korban suatu prosedur untuk penyelesaian,
pencemaran. Kewajiban-kewajiban tersebut sengketa telah dihentikan tanpa suatu
berdasarkan ketentuan yang terdapat penyelesaian atau dalam hal suatu
dalam UNCLOS 1982, khususnya Pasal 56, penyelesaian telah tercapai dan keadaan
Pasal 60, Pasal 194 ayat 2. Klaim ganti rugi menghendaki dilakukan konsultasi
diselesaikan melalui perundingan antara mengenai cara pelaksanaan
kedua negara. Guna menyelesaikan penyelesaian tersebut. Dapat disimpulkan
masalah yang berkaitan dengan ganti rugi bahwa pada dasarnya tidak ada
pencemaran laut oleh minyak, dalam hal ini kewajiban negara untuk memilih satu
penulis menggunakan prinsip-prinsip prosedur tertentu. Tidak ada pula
seperti Sic Utere Tuo Ut Alienum Non kewajiban untuk menggunakan prosedur
Laedas, Prinsip Kehati-hatian, Prinsip sesuai urutan yang diberikan oleh
Pencegahan, Prinsip Tanggung Jawab
Negara, dan lain-lain. Berkaitan dengan Pasal 33 Piagam PBB. Namun
penyelesaian klaim ganti rugi, terdapat demikian, kewajiban pihak-pihak
beberapa hal yang perlu diperhatikan, bersengketa adalah menyelesaikan
antara lain perlu adanya penelitian untuk sengketanya secara damai. Kegagalan
mendapatkan data yang akurat, serta para pihak untuk memperoleh
pengembangan ketentuan hukum nasional penyelesaian secepat mungkin
terkait pencemaran yang bersifat lintas mewajibkan mereka untuk tetap
batas. melanjutkan mencari upaya
penyelesaian damai, berkonsultasi satu
Dalam hal ini pertanggung jawaban sama lain dengan cara-cara yang
yang harus dilakukan oleh Australia bersifat disepakati bersama. Negara harus
tanggung jawab mutlak atau strict liability senantiasa menahan diri dari segala
hal tersebut dikarenakan Australia sebagai tindakan yang dapat memperbesar
negara pantai memberikan izin kepada masalah, mengancam perdamaian
PTTEP untuk melakukan kegiatan keamanan, serta mempersulit upaya
eksplorasi dan eksploitasi di wilayah ZEE penyelesaian damai. Kewajiban ini tidak
dari Australia. hanya untuk menggunakan cara-cara
penyelesaian sengketa secara damai,
Penyelesaian Sengketa Terhadap tetapi juga menjaga dan menahan
Pencemaran yang Diakibatkan oleh diri dari tindakan-tindakan yang makin
Tumpahan Minyak Montara di Laut Timor memperburuk situasi. Dengan kata
lain, dapat disimpulkan bahwa jika sengketa
Langkah awal dalam tidak dapat di selesaikan, negara
menyelesaikan suatu sengketa adalah setidaknya dapat me-managedan
16
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No.1 Tahun 2019)
mengontrol dirinya untuk tidak semakin Melakukan survei dampak sosial ekonomi
memperburuk situasi yang dapat dan lingkungan akibat tumpahan minyak di
menimbulkan ancaman terhadap LautTimor.
perdamaian keamanan internasional. Upaya penanggulangan tumpahan
Penyelesian sengketa yang minyak oleh Tim Nasional adalah pertama,
digunakan para pihak pada kasus ini yaitu observasi dan pengambilan sampel di laut
penyelesaian sengketa secara damai. Timor dengan hasil, total sebaran
Adapun beberapa cara yang dapat tumpahan minyak di Laut Timor
dilakukan dalam penyelesaian sengketa berdasarkan pemantauan citra satelit
secara damai diantaranya negosiasi, tanggal 30 Agustus sampai dengan tanggal
jasa-jasa baik, mediasi, pencarian fakta, 3 Oktober 2009 seluas 16.420 km, Secara
konsiliasi, penyelesaian melalui PBB dan visual permukaan di Laut Timor pada
penyelesaian melalui organisasi regional. daerah perbatasan ZEE Indonesia -
Pada tanggal 21 Agustus 2009, Australia terdapat lapisan minyak dan Hasil
terjadi insiden yang menimbulkan uji laboratorium dan analisis sampel air laut
pencemaran laut yang berdampak terhadap dan tarball dari Laut Timor mengandung
wilayah laut Indonesia tepatnya di Laut minyak dan senyawa aromatik serta
Timor. Dengan terjadinya insiden ini, maka karakteristik yang sama dengan sampel
perusahaan tersebut dituntut untuk minyak mentah (crude oil) dari
menyelesaikan permasalahan ini dengan MontaraWellhead Platform (Suleiman,
pihak yang dirugikan. Dalam hal ini pihak 2015:45).
yang dirugikan adalah negara Indonesia, Dalam menyelesaikan
karena sebaran minyak yang tumpah akibat permasalahan yang terjadi, Indonesia dan
ledakan tersebut telah memasuki Zona Australia melakukan langkah pertamanya
Ekonomi Ekslusif Indonesia (Sumanto, yaitu dengan melakukan negoisasi. Hal ini
2013:2). didukung dari adanya beberapa Menteri
Berdasarkan Nota Diplomatik Republik Indonesia melakukan koordinasi
Kedutaan Besar Australia pada tanggal 3 untuk menangani isu Montara guna
September 2009, jejak tumpahan minyak menanggulangi keadaan darurat dari
memasuki wilayah ZEE Indonesia pada tumpahan minyak di laut serta melakukan
tanggal 30 Agustus 2009. Berkenaan negoisasi tentang kompensasi. Dalam hal
dengan hal itu, berdasarkan Peraturan mengenai besarnya jumlah kompensasi,
Presiden No. 109 Tahun 2006 tentang terdapat beberapa macam versi jumlah
Penanggulangan Keadaan Darurat kompensasi yaitu, Yayasan Peduli Timor
Tumpahan Minyak di Laut (Perpres No. 109 Barat (YPTB) mengajukan klaim
Tahun 2006). Menteri Perhubungan selaku kompensasi senilai 140 trilyun, hal ini atas
Ketua Tim Nasional Penanggulangan dasar pengambilan sampel air yang telah
Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut ditelitinya. Freddy Numberi mengajukan
(Tim Nasional) telah melakukan beberapa klaim kompensasi sekitar I Triliun.
upaya penanggulangan tumpahan minyak Pemerintah mengklaim kompensasi hingga
di Laut Timor. Upaya-upaya tersebut antara 22 Triliun (Sumanto, 2014:7).
lain adalah Setelah menerima klaim yang di
(http://www.migas.esdm.go.id/tracking/berit ajukan oleh Indonesia, Australia menolak
akemigasan/detil/253897/Kronologi- klaim tersebut dan tidak mengakui data
Tumpahan-Minyak-Montara.): Membentuk ilmiah yang diajukan oleh Pemerintah
Posko Daerah Penanggulangan Tumpahan Indonesia kepada Australia. Tidak adanya
Minyak di Laut serta mengaktifkan Pusat hasil negoisasi tersebut maka Indonesia
Komando dan Pengendali Nasional Operasi dan Australia bersepakat melakukan draft
Penanggulangan Tumpahan Minyak di Laut MOU. Pada tanggal 28 Juni 2011 mereka
(Puskodalnas), Melakukan observasi dan bersepakat melakukan MOU yang
pengambilan sampel air laut. biota (ikan), direncanakan untuk ditandatangani pada
dan sedimen serta gumpalan minyak tanggal 2 Agustus 2011. Namun
(tarball) di Laut Timor dan melakukan uji penandatanganan tersebut tertunda akibat
laboratorium dan analisis sampel: dan pergantian kabinet CEO PTTEP. Tahap
17
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No.1 Tahun 2019)
20
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No.1 Tahun 2019)
21