Anda di halaman 1dari 9

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

I. IDENTITAS
Nama Sekolah : SMA PASUNDAN 4 BANDUNG
Mata Pelaiaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Materi Pokok : Sistem Hukum dan Peradilan Internasional
Kelas/semester : XI / 2 (Dua)
Pertemuan ke- : 9 (sembilan)
Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit
KKM : 75

II. STANDAR KOMPETENSI


5. Menganalisis sistem dan peradilan Internasional
III. KOMPETENSI DASAR
5.1. Mendeskripsikan sistem hukum dan peradilan internasional
IV. INDIKATOR
Nilai Budaya Dan Karakter
No Indikator Pencapaian Kompetensi
Bangsa
1 Menghubungkan hukum internasional Religius, jujur, toleransi,
dengan hukum nasional disiplin, kerja keras, mandiri,
2 Menguraikan proses ratifikasi hukum demokratis, rasa ingin tahu,
internasional semangat kebangsaan, cinta
tanah air, menghargai prestasi,
3 Mendeskripsikan Peradilan Internasional
bersahabat, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, tanggung jawab
Mandiri

V. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat :
1. Siswa dapat menghubungkan hukum internasional dengan hukum nasional
2. Siswa dapat menguraikan proses ratifikasi hukum internasional
3. Siswa dapat mendeskripsikan Peradilan Internasional
VI. MATERI PEMBELAJARAN
1. Hubungan hukum internasional dengan hukum nasional.
Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, praktik-praktik penyelenggaraan
negara pada suatu negara antara hukum internasional dengan hukum nasional tidaj
dapat dipisahkan. Hal ini karena hukum nasional menjadi dasar pembentukan hukum
intenasional. Adanya hubungan anatara hukum internasional dengan hukum nasional
ternyata menarik para ahli hukum untuk menganalisis lebih jauh. Terdapat 2 (dua)
aliran yang coba memberikan gambaran bagaimana keterkaitan antara hukum
internasional dengan hukum nasional. Kedua aliran itu adalah :
a. Aliran monoisme.
Tokohnya dalah Hanz Kelsen dan Georges Scelle. Menurut lairan ini, semua hukum
merupakan suatu sistem kesatuan hukum yang mengikat individu-individu dalam suatu
negara ataupun negara-negara dalam masyarakat internasional. Menurut aliran
monoisme, hukum internasional dan hukum nasional merupakan satu kesatuan. Hal ini
disebabkan :
 Walaupun kedua sistem hukum itu mempunyai istilah yang berbeda, tetapi subjek
hukumnya tetap sama, yaitu individu-individu yang terdapat dalam suatu negara.
 Sama- sama mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Hukum tidak mungkin untuk
dibantah. Hukum internasional dan hukum nasional merupakan bagian dari satu
kesatuan ilmu hukum dan karena itu kedua perangkat hukum tersebut sama-sama
mempunyai kekuatan mengikat terhadap individu-individu maupun negara.
b. Aliran dualisme.
Tokohnya dalah Triepel dan Anzilotti. Aliaran ini beranggapan bahwa hukum
internasional dan hukum nasional merupakan dua sistem terpsah yang berbeda satu
sama lain. Menurut aliran dualisme perbedaan kedua hukum tersebut disebabkan karena
:
 Perbedaan sumber hukum.
Hukum nasional bersumber pada hukum kebiasaan dan hukum tertulis suatu negara,
sedangkan hukum internasional berdasarkan pada hukum yang dilahirkan atas
kehendak bersama negara-negara dalam masyarakat internasional.
 Perbedaan mengenai subjek.
Subjek hukum nasional adalah individu-individu yang terdapat dalam suatu negara,
sedangkan subjek hukum internasional adalah negara-negara anggota masyarakat
internasional.
 Perbedaan mengenai kekuatan hukum.
Hukum nasional mempunyai kekuatan mengikat yang penuh dan sempurna jika
dibandingkan dengan hukum internasional yang lebih banyak bersifat mengatur
hubungan negara-negara secara horizontal
2. proses ratifikasi hukum internasional menurut uu no 24 tahun 2000 tentang
perjanjian internasional.
Dalam UU no. 24 tahun 2000 tentang perjanjian internasional, dinyatakan bahwa
pembuatan perjanjian internasional harus didasarkan pada prinsip-prinsip persamaan,
saling menguntungkan dan memperhatikan hukum nasional atau hukum internasional
yang berlaku. Lebih lanjut pada pasal 5 disebutkan bahwa pembuatan perjanjian harus
didahului dengan konsultasi dan koordinasi dengan menteri luar negeri dan posisi
pemerintahan harus dituangkan dalam dalam satu pedoman delegasi.
Pembuatan perjanjian dapat dilakukan dengan surat kuasa penuh. Surat kuasa
diperlukan bagi seseorang yang mewakili pemerintah untuk menerima atau
menandatangani suatu naskah, sedangkan presiden dan menteri tidak memerlukan
dokumen tersebut. Surat kuasa dikeluarkan oleh menteri luar negeri sesuian dengan
praktik internasional yang telah dikukuhkan dalam konvensi Wina 1969. Disamping
itu, adapula dokumen lain, yaitu surat kepercayaan yang dikeluarkan menteri luar
negeri untuk menghadiri, merundingkan, atau menerima hasil akhir suatu pertemuan
internasional.
3. proses ratifikasi perjanjian internasional menurut pasal 11 UUD 1945
a. pengertian ratifikasi.
dalam konvensi Wina tahun 1969 tentag hukum (perjanjian) internasional,
disebutkan bahwa dalam pembuatan hukum (perjanjian) baik bilateral maupun
multilateral dapat dilakukan melalui tahap perundingan (negotiation), penandatanganan
(signature), dan pengesahan (ratification).
Ratifikasi merupakan suatu cara yang sudah melembaga dalam kegiatan hukum
(perjanjian) internasional. Hal ini menumbuhkan kenyakinan pada lembaga-lembaga
perwakilan rakyat bahwa wakil yang menandatangani suatu perjanjian tidak melakukan
hal-hal yang bertentangan dengan kepentingan umum. Ratifikasi dapat dibedakan
sebagai berikut :
 Ratifikasi oleh badan eksekutif. Sistem ini bisa dilakukan oleh raja-raja absolut dan
pemerintah otoriter.
 Ratifikasi oleh badan legislatif. Sistem ini jarang digunakan.
 Ratifikasi campuran (DPR dan pemerintah). Sistem p[aling banyak digunakan karena
peranan legislatif dan eksekutif sama-sama menentyukan dalam proses ratifikasi.
b. proses ratifikasi.
suatu negara mengikatkan diri pada suatu perjanjian denga syarat apabila telah
disahkan oleh badan yang berwenang di negaranya. Penandatanganan atas perjanjian
hanya bersifat sementara dan masih harus dikuatkan dengan pengesahan atau
penguatan. Persetujuan untuk meratifikasi (mengikatkan diri) tersebut dapat diberikan
dengan berbagai cara, tergantung pada persetujuan mereka. Mialnya, dengan
penandatanganan, ratifikasi, pernyataan turut serta (accession), ataupun pernyataan
menerima (acceptance) dan dapat juga dengan cara pertukaran naskah yang sudah
ditandatangani.
4. peradilan internasional.
Peradilan internasional dilaksanakan oleh Mahkamah internasional yang
merupakan salah satu organ perlengkapan PBB yang berkedudukan di Den Haag
(belanda). Para anggotanya terdiri atas ahli hukum yang dipilih dari 15 negara
berdasarkan 15 orang hakim yang dipilih dari 15 negara beradasarkan kecakapannya
dalam hukum. Masa jabatan mereka 9 (sembilan) tahun, sedangkan tugasnya antara lain
selain memberi nasehat tentang persoalan hukum kepada Majelis umum dan dewan
keamanan, juga memeriksa perselisihan atau sengketa antara negara-negara PBB yang
diserahkan kepada Mahkamah internasional.
Mahkkamah internasional dalam mengadili suatu perkara berpedoman pada
perjanjian-perjanjian internasional (traktat-traktat dan kebiasaan-kebiasaan
internasional) sebagai sumber-sumber hukum. Keputusan mahkamah internasional,
merupakan keputusan terakhir walaupun dapat diminta banding. Disamping pengadilan
mahkamah internasional, terdapat juga pengadilan Arbitrase internasional. Arbitrase
internasional hanya untuk perselisihan hukum, dan keputusan para arbitet tidak perlu
berdasarkan peraturan hukum.
Dalam hukum internasional dikenal juga istilah adjudication, yaitu suatu teknik
hukum untuk menyelesaikan persengketaan internasional dengan menyerahkan putusan
kepada lembaga peradilan. Adjudikasi berbeda dari arbitrasi, karena adjudikasi
mancakupp proses kelembagaan yang dilakukan oleh lembaga peradilan tetap
sementara arbitrasi dilakukan melalui prosedur.

VII. PENDEKATAN/MODEL/METODE
1.Ceramah Bervariasi
2. Contextual Teaching and Learning
3. Tanya Jawab
4. Penugasan
VIII. BAHAN AJAR DAN ALAT BANTU
1.Bahan Ajar :
Buku pkn Kelas XI Budiyanto Erlangga halaman, UUD RI Tahun 1945, Media elektronik
internet.
2.Alat Bantu :
White Board, Spidol, laptop,
IX. STRATEGI PEMBELAJARAN
Tatap Muka Terstruktur Mandiri

 Menjelaskan proses  Mendeskripsikan  Siswa dapat


ratifikasi hukum Peradilan Internasional Menghubungkan hukum
internasional internasional dengan hukum
nasional

X. KEGIATAN PEMBELAJARAN :
Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Nilai Budaya
Waktu Aspek lifeskill yang
No. Kegiatan Belajar Dan Karakter
(Menit) dikembangkan
Bangsa
1. a. Pendahuluan 10’ - Disiplin Religius, jujur,
- Memberi salam kepada Peserta - Kerja sama toleransi,
didik - Keterampilan disiplin, kerja
- Membaca Basmalah bersama keras, mandiri,
Peserta didik demokratis,
- Mengecek kesiapaan Kelas rasa ingin tahu,
- Mengabsen dan mengetahui semangat
kondisi Peserta didik kebangsaan,
b. Membuka Pelajaran cinta tanah air,
- Memotifasi siswa agar siswa menghargai
menjadi religius,jujur, prestasi,
demokratis dan bertoleransi bersahabat,
antar siswa lainnya. cinta damai,
- Mengulas materi pada minggu gemar
lalu, agar peserta didik membaca,
mengingat kembali materi yang peduli
telah di berikan. lingkungan,
- Dalam apersepsi guru peduli sosial,
menyampaikan pokok materi tanggung jawab
pembelajaran Mandiri
- Menyampaikan kompetensi yang
harus di capai siswa
2. Kegiatan Inti 65’ - Kerja sama
 Eksplorasi - Kesungguhan
Dalam kegiatan eksplorasi - Disiplin
Peserta didik dapat mencari - Uji diri
informasi :
 Menghubungkan hukum
internasional dengan
hukum nasional
 Menguraikan proses
ratifikasi hukum
internasional
 Mendeskripsikan
peradilan internasional
 Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi,
 Guru menjajaki pengetahuan
siswa dengan memberikan
beberapa pertanyaan tentang
hukum internasional
 Guru menjelaskan materi
hubungan hukum
internasional dengan hukum
nasional
 Siswa mendengarkan
penjelasan guru
 Peserta didik diperbolehkan
mencatat
 Guru bertanya kepada
peserta didik tentang materi
yang telah dijelaskan, agar
peserta didik lebih
memahami materi.
 Setelah guru selesai
menjelaskan, guru
menugaskan siswa untuk
mencari proses ratifikasi
hukum internasional
menjadi hukum nasional
dengan metode diskusi
kelompok belajar.
 Peserta didik di perbolehkan
menggunakan media internet
 Setelah peserta didik selesai
mengerjakan tugas tersebut,
guru meminta kepada
peserta didik untuk
menginformasikan di depan
kelas.
 Setelah itu guru kembali
menjelaskan materi
peradilan internasional dan
menyimpulkan materi
pembelajaran dengan peserta
didik.
 Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi,
Siswa:
 Menyimpu
lkan tentang hal-hal yang
belum diketahui
 Menjelask
an tentang hal-hal yang
belum diketahui.
3. Penutup - Pengendalian
- Evaluasi/Tanya jawab diri
- Penenangan
- Guru memberitahu materi
untuk pertemuan selanjutnya 15’
kepada peserta didik
- Memberikan motivasi
- Guru dan siswa membaca
hamdalah secara bersama-sama.
X. Sumber/referensi
• Buku Pelajaran PPKn SMA Kelas XI
• UUD RI Tahun 1945
• Media cetak dan elektronik
• Buku Penunjang Lainnya

Bandung, .....April 2015


Mengetahui
Guru Pamong PKn .... Guru Praktikkan

Lisdisah, S.Pd Maulana Taufik Yunus


NUPTK.4960747649300032 NPM. 115010047

Lampiran I
PENILAIAN AFEKTIF
Sikap
Nama/
No.
Kelompok Tanggung Ketelitia
Disiplin Interaksi Jumlah Nilai
Jawab n
1
2
3
4
Keterangan :
skor 1-10 pada tiap aspek.
Kriteria penilaian
15 – 20 : sangat kurang
21 – 25 : kurang
26 – 30 : cukup
31 – 35 : baik
36 – 40 : sangat baik.

Anda mungkin juga menyukai