I. IDENTITAS
Nama Sekolah : SMA PASUNDAN 4 BANDUNG
Mata Pelaiaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Materi Pokok : Sistem Hukum dan Peradilan Internasional
Kelas/semester : XI / 2 (Dua)
Pertemuan ke- : 10-11 (sepuluh mbilan)
Alokasi Waktu : 4 X 45 Menit
KKM : 75
V. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat :
1. Siswa dapat mengidentifikasi penyebab timbulnya sengketa internasional
2. Siswa dapat mengidentifikasikan Cara menyelesaikan masalah-masalah (sengketa)
internasional
3. Siswa dapat menyebutkan prinsip-prinsip penyelesaian sengketa internasional
4. Siswa dapat melaksanakan keputusan Mahkamah Internasional
VI. MATERI PEMBELAJARAN
1. Prosedur penyelesaian sengketa internasional melalui mahkamah internasional
Ketentuan-ketentuan prosedural dalam penyelesaian sengketa internasional berada
diluar kekuasaan nega-negara yang bersengketa. Ketentuan-ketentuan tersebut sudah ada
sebelum adanya sengketa-sengketa. Selanjutnya pasal 30 statuta memberikan wewenang
kepada mahkamah untuk membuat aturan-aturan. Jadi, jika statuta merupakan suatu
konvensi aturan proseduran tadi merupakan suatu perbuatan unilateral mahkamah yang
mengikat negara-negara yang bersengketa. Mengenai isi dari ketentuan-ketentuan
prosedural dicatat bahwa proses didepan mahkamah mempunyai banyak kesamaan
dengan yudiksi intern suatu negara, yaitu :
a. Prosedur tertulis dan perdebatan lisan diatur sedemikian rupa untuk menjamin
setiap pihak dalam mengemukakan pendapatnya.
b. Siadang-sidang mahkamah terbuka untuk umum, sedang sidang-sidang arbitrase
tertutup. Tentu saja rapat hakim-hakim mahkamah diadakan dalam sidang tertutup.
2. Keputusan mahkamah internasional dalam menyelesaikan sengketa internasional.
Keputusan mahkamah internasional diambil dengan suara mayoritas dari hakim-hakim
yang hadir. Jika suara seimbang, suara ketrua atau wakilnya yang menentukan.
Keputusan mahkamah terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama berisikan komposisi
mahkamah, informasi mengenai pihak-pihak yang bersengketa, serta wakil-wakilnya,
analisis mengenai fakta-fakta, dsan argumentasi hukum pihak-pihak yang
bersengketa.bagian yang kedua berisikan penjelasan mengenai motivasi mahkamah.
Bagian ketiga berisi defisit, defosit ini berisikan keputusan mahkamah yang mengikat
negara-negara yang bersengketa.
3. Prinsip hidup berdampingan secara damai berdasarkan persamaan derajat.
Penyelesaian sengketa internasional kendalanya harus di sesuaikan lewat cara-cara
damai dan pelarangan akan penggunaan kekerasan. Keharusan untuk menyelesaikan
sengketa secara damai ini, pada mula nya di cantumkan pasal 1 konvensi mengenai
penyelesaian sengketa secara damai yang di tanda tangani di Den Haag pada tanggal 18
oktober 1907, kemudian di kukuhkan oleh pasal 2 ayat 3 piagam PBB, selanjutnya oleh
deglarasi prinsip0prinsip hukum internasional mengenai hubungan persahabatan dan
kerjasama antar negara yang diterima oleh majelis umum PBB pada tanggal 24 oktober
1970. Deglarasi tersebut meminta agar semua negara menyelesaikan sengketa mereka
dengan cara damai agar perdamaian, keamnan internasional, dan keadilan tidak sampai
terganggu.
Dengan demikian, pelanggaran penggunaan kekerasan dan penyelesaian sengketa
secara damai merupakan norma-norma inperatif dalam pergaulan antar bangsa. Oleh
karena itu, hukum internasional telah meyusun berbagai cara penyelesaian sengketa
secara damai dan menyumbangkan kepada masyarakat dunia demi terpeliharanya
perdamaian dan keamanan serta terciptanya pergaulan antar bangsa yang serasi.
Prinsip penyelesaian sengketa internasional secraa damai di dasarkan pad prinsip-
prinsip hukum internasional yang berlaku secara universal. Hal tersebut dimuat dalam
deklarasi mengenai hubungan persahabatan dan kerjasama antar negra tanggal 24
oktober 1970, serta deklarasi Manila tanggal 15 november 1982 mengenai penyelesaian
sengketa internsional secara damai sebagai berikut:
a. Prinsip bahwa negara tidak akan menggunakan kekerasaan yang bersifat
mengancam integritas teritorial atau kebebasan politik suatu negara, atau
menggunakan cara-cara lainnya jyang tidak sesuai dengan tujuan-tujuan PBB.
b. Prinsip Nonimterpensi dalam urusan dalam negri dan luar negri suatu negara.
c. Prinsip-prinsip persamaan Hak menentukan nasib sendiri bagi setiap bangsa
d. Prinsip persamaan kedaulatan negara.
e. Prinsip hukum internasional mengenai kemerdekaan, kedaulatan, itegritas teritorial
suatu negara,
f. Prinsip itikad baik dalam hubungan internasional.
g. Prinsiip keadilan dan hukum internasional.
4. Menghargai putusan internasional.
Seluruh anggota PBB secara otomatis menjadi anggota mahkamah internasional. Oleh
sebab itu, jika terjadi sengketa maka sudah menjadi ketentuan bagi negara-negara
anggota untuk menggunakan hak nya bila merasa dirugika oleh negara lain. Akan tetpai
sebaliknya, jika suatu putusan mahkamah internasional telah diputuskan, segala
kosekuensi yang harus diterima. Hal tersebut ngingat bahwa apa yang menjadi
keputusan mahkamah internasional merupakan keputusan terakhir walaupun dapat
dimintakan banding
VII. PENDEKATAN/MODEL/METODE
1.Ceramah Bervariasi
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
4. Penugasan
VIII. BAHAN AJAR DAN ALAT BANTU
1.Bahan Ajar :
Buku pkn Kelas XI Budiyanto Erlangga halaman, UUD RI Tahun 1945, Media elektronik
internet.
2.Alat Bantu :
White Board, Spidol, laptop,
IX. STRATEGI PEMBELAJARAN
Tatap Muka Terstruktur Mandiri
X. Sumber/referensi
• Buku Pelajaran PPKn SMA Kelas XI
• UUD RI Tahun 1945
• Media cetak dan elektronik
• Buku Penunjang Lainnya
Lampiran I
PENILAIAN AFEKTIF
Sikap
Nama/
No.
Kelompok Tanggung Ketelitia
Disiplin Interaksi Jumlah Nilai
Jawab n
1
2
3
4
Keterangan :
skor 1-10 pada tiap aspek.
Kriteria penilaian
15 – 20 : sangat kurang
21 – 25 : kurang
26 – 30 : cukup
31 – 35 : baik
36 – 40 : sangat baik.