Latar Belakang
Polemik penguasaan tanah negara oleh pihak swasta ini bermula ketika
pemerintah Republik Indonesia melalui Pemerintah Daerah DKI Jakarta
membutuhkan hotel, convention hall dan galeri seni dengan standar internasional
demi persiapan konferensi internasional di Jakarta. Pada waktu itu, PT Indobuildco
yang turut dimiliki oleh Dirut Pertamina, Ibnu Sutowo menyanggupi semua
persyaratan dari pemerintah daerah yang dituangkan dalam SK Gubernur DKI Jakarta
Nomor 1744 sehingga terbitlah suatu izin untuk menggunakan tanah negara guna
didirikan Hotel Hilton (sekarang Hotel Sultan) demi memenuhi persyaratan tersebut.
Dalam berjalannya waktu, untuk persiapan sebagai tuan rumah Asian Games,
muncullah Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1984 yang memberikan hak kepada
sekretariat negara unuk mengelola seluruh aset negara terkait guna persiapan Asian
1
Games tersebut. Hal ini menjadi pedoman dan landasan bagi Kepala BPN untuk
menerbitkan Keputusan Kepala Badan Pertanahan No. 169/HPL/BPN/89 tentang
Pemberian Hak Pengelolaan Atas Aset negara berupa tanah kepada Sekertariat
Negara Republik.
Pemerintah berdalih bahwa Hak Guna Bangunan atas nama PT. Indobuild yang
berdiri di atas tanah negara ini diduga telah menyalahi aturan penerbitannya dan
menyebabkan kerugian negara. Terlebih, mengingat kini HGB tersebut telah
dijaminkan pada sebuah bank swasta. Lantas, timbul pertanyaan dari khalayak umum
mengenai keabsahan HGB atas tanah negara yang diberikan kepada PT. Indobuild
sebagai pihak swasta tersebut, serta Hak Pengelolaan atas HGB yang diberikan
kepada Sekretariat Negara, apakah keduanya sesuai dengan aturan kaidah dalam
UUPA.
Isu Hukum
2
Dasar Hukum
2. PP Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan
Analisis
“Yang dapat mempunyai HGB adalah WNI dan Badan Hukum yang didirikan
menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia”
3
Ketentuan dalam pasal tersebut telah dipenuhi oleh PT Indobuild.co. Pada Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah,
Satuan Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah dalam Pasal 38 ayat (1) menyatakan
bahwa,
Pada Peraturan Pemerintah tersebut jelas bahwa PT. Indobuild.co mendapatkan HGB
sesuai dengan peraturan yang berlaku. PT. Indobuild.co mendapatkan HGB dalam
jangka waktu 30 tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan syarat-syarat dan
peraturan yang berlaku. Jangka waktu HGB telah diatur pada Pasal 25 Peraturan
Pemerntah No.40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak
Pakai atas Tanah yang menyatakan bahwa,
Pada saat HGB No. 26 dan No. 27 masih berlaku hingga 4 Maret 2003, Pada
tanggal 15 Agustus 1989 diterbitkan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 169/HPL/BPN/89 tentang Pemberian Hak Pengelolaan Atas Nama Sekretariat
Negara Republik Indonesia cq. Badan Pengelola Gelanggang Olahraga Senayan,
4
padahal berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, seharusnya HPL
hanya dapat diberikan di atas tanah negara bebas atau dengan kata lain tidak ada hak-
hak pihak lain yang berlaku di atasnya, sehingga penerapan HPL yang mencakup
tanah HGB No.26 dan HGB No.27 adalah menyalahi hukum.
Perlu digaris bawahi bahwa UUPA tidak mengatur secara gamblang mengenai
apa yang dimaksud dengan Hak Pengelolaan maupun tata cara perolehanya, namun,
definisi dari kata pengelolaan secara tersirat terkandung dalam Pasal 2 ayat (4) UUPA
dimana disebutkan bahwa1,
Hal ini, apabila dikaitkan dengan hirarki penguasaan tanah, terkhusus pada hak
menguasai negara atas tanah, maka dapat dikatakan bahwa suatu bangsa pasti
memiliki hak kepunyaan bersama atas tanah dimana mereka berada dan pengelolaan
1
Sri Hayati et al., Politik Hukum Pertanahan Indonesia (Edisi Pertama, Kencana 2021) 140 - 142
2
Undang-Undang nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
5
atas tanah Bersama tersebut diserahkan kepada pemerintah sebagai suatu organ
perwakilan bangsa yang bertujuan untuk mewujudkan kemakmuran bersama.3
Kemudian, dalam penjelasan umum UUPA Angka II ayat (2), disebutkan bahwa,
“…Kekuasaan Negara atas tanah yang tidak dipunyai dengan sesuatu hak oleh
seseorang atau pihak lainnya adalah lebih luas dan penuh. Dengan berpedoman
pada tujuan yang disebutkan diatas Negara dapat memberikan tanah yang
demikian itu kepada seseorang atau badan-hukum dengan sesuatu hak menurut
peruntukan dan keperluannya, misalnya hak milik, hak-guna-usaha, hak guna-
bangunan atau hak pakai atau memberikannya dalam pengelolaan kepada
sesuatu Badan Penguasa (Departemen, Jawatan atau Daerah Swatantra) untuk
dipergunakan bagi pelaksanaan tugasnya masing-masing…”4
Secara tidak langsung, UUPA memberikan hak kepada pemerintah guna menguasai
secara langsung maupun mengelola suatu tanah demi kepentingan negara. 5 Hal ini
yang kemudian menjadi landasan hukum bagi Peraturan Menteri Agraria No. 9 Tahun
1965 yang mendefinisikan hak pengelolalaan dalam Pasal 4 jo. Pasal 5 sebagai,
dan
3
Hayati, Politik Hukum (n 1) 142 - 144
4
UUPA (n 2)
5
Urip Santoso, Hukum Agraria: Kajian Komprehensif (Edisi Pertama, Kencana 2017) 153
6
Peraturan Menteri Agraria No. 9 Tahun 1965 tentang Pelaksanaan Konversi Hak Penguasaan Atas
Tanah Negara dan Kebijaksanaan Selanjutnya
6
diberikan dengan sesuatu hak kepada pihak ketiga, maka oleh Menteri Agraria
tanah-tanah tersebut akan diberikan dengan hak pengelolaan.”7
Sehingga, dapat dikatakan bahwa memang benar terdapat kaidah mengenai hak
pengelolaan dalam UUPA yang penjelasan maupun tata caranya selanjutnya diatur
dalam Permen Agraria No. 9/1965. Tentu, berdasarkan peraturan tersebut, pemerintah
berhak untuk menerima hak pengelolaan dan Menteri Agraria berwenang untuk
mengeluarkan suatu SK Hak Pengelolaan atas tanah negara tersebut.
Akan tetapi, apabila dikaitkan dalam perkara ini, perlu dilihat pula dalam penjelasan
umum UUPA Angka II ayat (2), dijelaskan bahwa,
Atas penjelasan tersebut dan melihat dari redaksional SK Menteri dalam Negeri
Nomor 181/HGB/DA/72, disebutkan bahwa pemerintah melalui pemerintah daerah
telah melepaskan haknya dalam tanah negara tersebut kepada PT. Indobuild.com dan
memberikan HGB atas permohonan dari PT. Indobuild.co dalam selang waktu 30
tahun. Hal ini tentu menyatakan bahwa PT. Indobuild memiliki hak atas tanah
tersebut yang dilindungi oleh undang-undang.
Lantas, dalam suatu tanah yang didalamnya telah ada hak lain, tidak dapat lagi
dikuasai oleh negara, karena normanya, kekuasaan dari negara tersebut telah berakhir.
Hal ini dapat diartikan bahwa hak pengelolaan melahirkan hak-hak lain, tetapi, tidak
berlaku sebaliknya.9 Sehingga, pelepasan hak oleh pemerintah diartikan sebagai
batasan bagi negara dalam memanfaatkan tanah tersebut dan harus menghormati hak-
7
Ibid
8
UUPA (n 2)
9
Santoso, Hukum Agraria (n 5)
7
hak atas tanah lainnya yang telah secara sah diberikan kepada subjek hukum negara
sesuai dengan undang-undang.
Kami menyarankan bahwa dalam sudut pandang objektif artikel ini mampu
untuk memberikan kejelasan perlindungan hukum pemegang hak atas tanah serta
sebagai suatu masukan kepada instansi terkait agar hal serupa tidak terjadi lagi
8
dikemudian hari, terkhusus apabila peraturan yang dibuatnya tersebut melanggar
berharap bahwa pembuat aturan mampu untuk memberikan suatu ketentuan yang
mengedepankan kepastian hukum dan dapat menjamin hak-hak yang telah diatur
dalam undang-undang. Akan lebih baik pula apabila pengaturan hak pengelolaan
tersebut turut diatur melalui UUPA dikarenakan objek dari hak pengelolaan tersebut
merupakan cakupan dari objek UUPA, yakni pengaturan mengenai hak atas tanah.
Hukum tanpa adanya kepastian adalah buta, begitupula kepastian tanpa adanya