Peralihan Hak Pakai karena pewarisan harus dibuktikan dengan surat wasiat atau
surat keterangan waris yang dibuat oleh instansi yang berwenang.
Peralihan Hak Pakai atas tanah Negara harus dilakukan dengan izin dari pejabat yang
berwenang.
Pengalihan Hak Pakai atas tanah Hak Pengelolaan harus dilakukan dengan
persetujuan tertulis dari pemegang Hak Pengelolaan.
Pengalihan Hak Pakai atas tanah Hak Milik harus dilakukan dengan persetujuan
tertulis dari pemegang Hak Milik yang bersangkutan.”
Pasal 4 ayat (2) UU No. 4 ayat Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta
Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah menyatakan:
“Hak Pakai atas tanah Negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib didaftar dan
menurut sifatnya dapat dipindahtangankan dapat juga dibebani Hak Tanggungan.”
Jadi HP yang sudah dimungkinkan sebagai obyek Hak Tanggungan masih hanya HP
yang diberikan di atas tanah Negara, sedangkan pembebanan Hak Tanggungan
pada HP pada HM, menurut ayat (3) dari Pasal 44 UU No. 4 Tahun 1996, masih
akan diatur di dalam Peraturan Pemerintah.
Namun ternyata, PP No. 40 Tahun 1996 juga belum ada mengatur kemungkinan HP yang
didirikan di atas HM. Selain, HP di atas tanah Negara, PP tersebut hanya memungkinkan
pembebanan Hak Tanggungan pada HP di atas Hak Pengelolaan (Pasal 53 PP No. 40
Tahun 1996.
Ketentuan mengenai Hak Sewa Tanah Untuk Bangunan diatur dalam Pasal 16 ayat (1)
huruf e UUPA dan secara khusus ditegaskan dalam Pasal 44 dan Pasal 45 UUPA.
Pasal 44 UUPA berisi ketentuan: (1) Seseorang atau suatu badan hukum mempunyai hak
sewa atas tanah, apabila ia berhak mempergunakan tanah milik orang lain
untuk keperluan bangunan, dengan membayar kepada pemiliknya sejumlah
uang sebagai sewa.
(2) Pembayaran uang sewa dapat dilakukan : a. satu kali atau pada tiap-tiap waktu
tertentu; b. sebelum atau sesudah tanahnya dipergunakan.
(3) Perjanjian sewa tanah yang dimaksudkan dalam pasal ini tidak boleh disertai syarat-
syarat yang mengandung unsur-unsur pemerasan.