Anda di halaman 1dari 6

Nama : Hanif Fil’Awalin

NIM : 2110611047
Mata Kuliah : Hukum Agraria C
Tanggal Ujian : 05 - 10 - 2022
Dosen : Siti Nurul Intan Sari .D, SH.,MKn;
SOAL ;
1. Hukum Agraria bukan hanya merupakan satu perangkat bidang hukum, tetapi juga
merupakan satu kelompok bidang hukum, yang masing-masing mengatur berbagai hak
penguasaan atas sumber-sumber daya alam tertentu yang tergolong ke dalam
pengertian agraria. Pertanyaan :
a. Jelaskan pembidangan hukum agrarian beserta contohnya ? (Bobot :10)
b. Jelaskan dua macam asas dalam hubungan hukum antara orang dengan tanah dan asas
yang mana yang dipakai di Indonesia setelah berlakunya UUPA ? (Bobot :10)
JAWABAN :
A.
- Hukum agraria administrasi (Administratif)
Adalah keseluruhan ketentuan hukum yang memberi wewenang kepada pejabat dalam
menjalankan praktek hukum negara dan mengambil tindakan terhadap masalah-masalah
agraria yang timbul.
Sebelum berlakunya UUPA, Hukum Agraria di Hindia Belanda (Indonesia) terdiri dari lima
instrumen hukum, yaitu:
1.Hukum Agraria Adat
2.Hukum Agraria Barat
3.Hukum Agraria Administratif
4.Hukum Agraria Swapraja
5.Hukum Agraria Antar Golongan
Kelima perangkat Hukum Agraria tersebut setelah negara Indonesia merdeka, atas dasar
pasal II Aturan Peralihan Undang-undang Dasar (UUD) 1945 dinyatakan masih berlaku
selama belum diadakan yang baru.
Contoh: pendaftaran tanah, pengadaan tanah, pencabutan hak atas tanah.
- Hukum Agraria Perdata (Keperdataan)
Adalah keseluruhan dari ketentuan hukum yang bersumber pada hak perseorangan dan
badan hukum yang memperbolehkan, mewajibkan, melarang diperlakukan perbuatan
hukum yang berhubungan dengan tanah.
Contoh : Jual Beli, Hibah, Tukar Menukar, Hak Atas tanah sebagai jaminan hutang,
Pewarisan.
B.
- Asas Pemisahan Horizontal
bahwa bangunan dan tanaman yang ada di atas tanah bukan merupakan bagian dari tanah.
Hak atas tanah tidak dengan sendirinya meliputi pemilikan bangunan dan tanaman yang ada
di atasnya.
- Asas Accessie/Asas Perlekatan:
Bahwa antara bangunan dan tanaman yang ada di atasnya merupakan satu kesatuan
dengan tanah. Hak atas tanah dengan sendirinya, karena hukum meliputi juga pemilikan
bangunan dan tanaman yang ada di atas tanah yang dihaki, kecuali jika ada kesepakatan lain
dengan pihak yang memabangun atau menanamnya. Asas in tertuang dalam Pasal 570 dan
571 KUHPerdata.
Untuk saat ini, asas yang digunakan setelah berlakunya UUPA adalah asas pemisahan
horizontal, bahwa bangunan dan tanaman di atas tanah bukan merupakan satu kesatuan
dengan tanah, melainkan terpisah satu sama lain. Pemegang hak atas tanah tidak selalu
pemilik bangunan dan tanaman di atasnya.
2. Sebagaimana halnya dalam hukum perdata yang bersumber pada KUH Perdata,
hukum agraria lama mempunyai sifat dualistis sebagai akibat politik hukum dari pemerintah
kolonial Belanda dahulu. Pertanyaan :
a. Mengapa pada saat itu hukum agrarian bersifat dualisme dan pluralisme? (Bobot : 5)
b. Apa konsekuensinya dari sifat dualisme hukum agrarian ? (Bobot : 5)
JAWABAN :
A.
Sebagaimana halnya dalam hukum perdata yang bersumber pada KUH Perdata, hukum
agraria lama mempunyai sifat dualistis sebagai akibat politik hukum dari pemerintah
kolonial Belanda dahulu. Dualisme dalam hukum agraria artinya disamping berlakunya
hukum agraria adat yang bersumber pada hukum adat, saat itu juga berlaku hukum agraria
barat yang bersumber pada hukum perdata barat. Hak-hak atas tanah yang diatur menurut
hukum adat disebut dengan Tanah Adat atau Tanah Indonesia.
Pada saat itu hukum agraria perdata bersifat dualistis bahkan pluralistis, karena dengan
berlakunya hukum perdata barat untuk orang orang non pribumi dan berlakunya hukum
agraria adat untuk orang-orang pribumi. Persoalan antar golongan itu misalnya orang
Indonesia asli (Pribumi) memperoleh tanah barat karena :
a. Membeli dari orang barat
b. Kawin dengan orang bukan Indonesia asli
c. Pemberian oleh pemerintah
Sehingga akan mengakibatkan timbulnya tanah dan pemegang haknya diatur dengan
(tunduk dengan) hukum yang berlainan.
B.
Konsekuensinya adalah hubungan-hubungan dan peristiwa-peristiwa hukum yang terjadi
dikalangan orang-orang dari golongan Indonesia (asli) akan diselesaikan menurut hukum
adat. Sedangkan hubungan-hubungan dan peristiwa hukum yang yang terjadi di kalangan
orang-orang dari golongan Eropa dan yang dipersamakan akan diselesaikan menurut hukum
barat.
Apabila terjadi hubungan-hubungan dan peristiwa peristiwa hukum yang terjadi antara
orang-orang dari golongan Indonesia asli dengan orang-orang dari golongan Eropa. Untuk
mengatasi persoalan hukum seperti ini ada yang disebut dengan Hukum Antar Golongan.
Berlaku asas “tanah itu mempunyai status hukum tersendiri yang terlepas dan tidak
dipengaruhi oleh status atau hukum dari subyek yang menghendaki” . Oleh sebab itu tanah
adat (Indonesia) tetap tunduk pada hukum agraria adat, meskipun dipunyai oleh golongan
eropa, demikian pula sebaliknya. Asas hukum agraria antar golongan seperti tersebut diatas,
tidak merupakan ketentuan hukum tertulis, tetapi diperkuat / dipertegas dalam berbagai
putusan pengadilan.

3. Alya adalah seorang warga negara Indonesia yang memiliki tanah dengan ciri terkuat,
terpenuh dan dapat melahirkan hak-hak lainnya, tanah tersebut diperoleh sejak tahun
2013. Pada tahun 2020, Alya memutuskan bekerja ke luar negeri dan akan menikah
dengan warga negara Korea.
a. Apakah jenis hak atas tanah yang dimiliki Alya sejak tahun 2013 tersebut, siapakah subjek
dari hak atas tanah tersebut dan berapa lama jangka waktunya, jawablah dengan
memberikan dasar hukumnya ? (Bobot :10)
b. Berikan pendapat hukum saudara terkait status hukum hak atas tanah yang dimiliki Alya,
jika ia ingin menikah dengan warga negara asing, beserta dasar hukumnya ? (Bobot :10)
c. Solusi hukum apa yang akan anda berikan terkait kepemilikan hak atas tanah yang dimiliki
Alya ? (Bobot : 5)
JAWABAN :
A.
Jenis Hak atas tanah yang dimiliki oleh Alya adalah Hak Milik (HM), Subjek hukumnya adalah
Alya itu sendiri sebagai pemilik hak, Jangka waktunya adalah takterbatas, Karena menurut
Pasal 20 ayat 1 UUPA Pengertian hak milik adalah sebagai berikut: hak turun-temurun,
terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah dengan mengingat ketentuan
dalam Pasal 6.
B.
Dilihat dari negara pasangannya yang berkewarganegaraan asing (WNA), apakah di wajibkan
untuk alya (WNI) untuk mengganti/melepaskan kewarganegaraannya menjadi WNA. Jika
tidak diwajibkan untukmengganti kewarganegaraannya maka propertiyang dimilikinya tidak
perlu di lepaskan.
Namun, jika hukum negara pasangannya (WNA) mengharuskan Alya (WNI) melepaskan
kewarganegaraannya dan mengikuti kewarganegaraan pasangannya (WNA), maka Alya
harus menyerahkan harta yang dimilikinya. Hal ini karena warga negara Indonesia telah
berubah status menjadi orang asing (dengan perubahan kewarganegaraan) dan dalam UU
No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) ada beberapa hak
atas tanah yang tidak boleh dimiliki oleh orang asing.
C.
Jika alya berpindah kewarganegaraan, berdasarkan hal-hal tersebut di atas, warga negara
Indonesia harus mengalihkan kepemilikannya atas barang tersebut, maka selambat-
lambatnya 1 (satu) tahun setelah hilangnya kewarganegaraan warga negara Indonesia,
warga negara Indonesia tersebut harus melepaskan haknya atas Properti. Apabila jangka
waktu tersebut lewat, maka hak atas tanah itu batal karena hukum dan tanah itu menjadi
milik negara (Pasal 21 ayat (3), Pasal 30 ayat (2) dan Pasal 36 ayat (2) UUPA).
4. PT.Ina.Cobuild selaku pemilik HGB di ats HPL atas nama Sekretariat Negara Kembali
menjaminkan Hak Guna Bangunan Hotel Pasific. HGB tersebut diperpanjang selama 30
tahun dengan status pada saat diperpanjang tidak berada di atas HPL atas nama
Sekretariat Negara. Pada saat diperpanjang, HGB tersebut diperpanjang saat masih
dalam jaminan utang tanpa persetujuan dari pemegang HPL. Dalam kasus ini Negara cq
Sekretariat Negara Cq BPGS telah dirugikan atas kepemilikan hak pengelolaan senilai
triliunan rupiah. Pertanyaan : Jelaskan Argumentasi Hukum anda disertasi dengan dasar
hukum yang jelas tentang:
a. Apakah HGB di atas HPL dapat dijaminkan? Hak apa saja yang dibenarkan untuk diberikan
di atas HPL? (Bobot : 5)
b. Bagaimana hubungan hukum antara pemegang HPL terhadap pemegang jaminan ?
c. Apa saja hak dan kewajiban dari pemegang HPL dan dari Pt.Ina.cobuild selaku pemilik
HGB?
d. Apakah HPL yang dimiliki dalam kasus ini hapus karena adanya HGB yang dijaminkan?
Inventarisir dan tuliskan apa saja yang dapat mengakibatkan hapusnya HPL ? (Bobot : 10)
JAWABAN :
A.
HGB di atas HPL dapat dijaminkan dengan mengenakan Hak Tanggungan di atasnya. Namun
harus dengan persetujuan pemegang HPL yang dalam hal ini Sekretariat Negara. Selanjutnya
mengenai hak yang dapat diberikan atas HPL yaitu Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai.
B.
Tidak ada hubungan antara penanggung dengan pemegang HPL karena berdasarkan Pasal
13 ayat (2) PP No. 18 Tahun 2021 menyatakan “Setiap perbuatan hukum, termasuk yang
dijadikan jaminan utang, dibebani hak tanggungan atas tanah Hak Pengelolaan. Hak,
memerlukan rekomendasi dari pemegang Hak Pengelolaan dan termasuk dalam perjanjian
pemanfaatan tanah”. Karena hak tanggungan atas HGB yang dijaminkan dibebankan kepada
pemegang HGB yaitu PT. Ina Cobuild, namun dengan izin Sekretariat Negara selaku
pemegang HPL, sebelum penjaminan dilaksanakan, pemegang HPL harus mengetahui dan
menyetujui dengan memberikan surat rekomendasi. Karena penjaminan dilakukan tanpa
persetujuan dari pemegang HPL, maka tindakan penjaminan oleh PT. Ina Cobuild tidak sah
dan tidak sah sehingga tidak menimbulkan hubungan hukum antara penjamin dengan
pemegang HPL.
C.
Hak pemegang HPL:
Pasal 7 PP Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak atas Tanah, Satuan Rumah
Susun, dan Pendaftaran Tanah yang berbunyi “(1) Pemegang Hak Pengelolaan diberikan
wewenang untuk: a. menyusun rencana peruntukan, penggunaan, dan pemanfaatan Tanah
sesuai dengan rencana tata ruang; b. menggunakan dan memanfaatkan seluruh atau
sebagian Tanah Hak Pengelolaan untuk digunakan sendiri atau bekerjasama dengan pihak
lain; dan C. menetapkan tarif dan/atau iuran wajib tahunan dari pihak lain sesuai dengan
kesepakatan.”
Kewajiban Pemegang HPL:
Pemegang hak pengelolaan wajib mendaftarkan tanahnya pada Kantor Pertanahan yang
wilayah kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan. Dengan diterbitkannya sertifikat
ini, maka lahirlah kewenangan bagi pemegang hak pengelolaan untuk mengadakan
hubungan hukum dengan pihak ketiga dan/atau bekerjasama dengan pihak ketiga.
D.
HPL tidak dihapus meskipun ada HGB di atasnya karena di atas HPL ini terdapat hak atas
tanah HGB/HP dengan SPPT Perjanjian Penggunaan Tanah). Yang dapat mengakibatkan
penghapusan HPL.

5. Tahun 2005 Sebagian Besar Warga Desa Lebak Landai Kabupaten Bunga Serampai,
setidaknya pada tahun tersebut terdapat 150 Bidang tanah yang ditetapkan sebagai
objek pendaftaran tanah secara sistematik. Dari 150 bidang tanah yang terdaftar salah
satunya adalah tanah hak milik Tuan Hamdani dengan luas 110 M2 (Seratus sepuluh
meter persegi). Namun pada tanggal 23 Oktober tahun 2021 tuan hamdani menjualkan
tanah hak milik tersebut ke tuan Apriwan.
a. Jelaskan macam-macam kegiatan pendaftaran tanah yang dilakukan dalam kasus di atas.
(Bobot : 10)
b. Akta apa yang harus dibuat dalam rangka peralihan hak milik tersebut ? Siapa yang
berwenang dalam pembuatan akta tersbut. Jelaskan! (Bobot : 10
JAWABAN :
A.
Dalam hal itu, kegiatan pendaftaran tanah dilakukan secara sistematis, yaitu pendaftaran
tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak meliputi seluruh obyek
pendaftaran tanah yang belum didaftarkan dalam wilayah atau sebagian desa atau
kelurahan.
Pendaftaran tanah secara sporadis adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali
mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam suatu wilayah atau bagian. di
wilayah suatu desa/kelurahan, baik secara sendiri-sendiri maupun secara massal.
Pendaftaran tanah secara sporadis dilakukan atas permintaan pihak yang berkepentingan
B.
Akta yang harus dibuat adalah akta jual beli (AJB), yaitu akta yang dibuat ketika seseorang
ingin menjual tanahnya kepada orang lain. AJB berfungsi mengurus surat-surat peralihan
dari pemilik lama ke pemilik lama. Selain itu yang berwenang dalam pembuatan akta adalah
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang merupakan pejabat yang diangkat dengan
keputusan pemerintah dalam hal ini oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN).
merupakan bagian dari tugas negara yaitu membuat akta-akta atau dokumen-dokumen
yang dipersyaratkan oleh negara yang berkaitan dengan pengendalian pelaksanaan
peraturan pertanahan dan pendaftaran kekayaan (kekayaan) negara berupa tanah dalam
rangka melayani kebutuhan masyarakat (pelayanan umum) di bidang hukum perdata
dengan objek tanah sebagaimana tercantum dalam UUPA

Anda mungkin juga menyukai