Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

Skizofrenia Paranoid

Oleh
Nikita Andini Putri

H1A 016 066

Pembimbing

dr. Lusiana Ratna Wahyu, Sp.KJ

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSJ MUTIARA SUKMA NUSA TENGGARA BARAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Segala Rahmat dan
Berkah yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan kasus
dengan judul “Skizofrenia Paranoid”. Tugas ini merupakan salah satu prasyarat
dalam rangka mengikuti kepaniteraan klinik madya di bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma
Provinsi NTB.
Tugas ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik
dari dalam institusi maupun dari luar institusi Fakultas Kedokteran Universitas
Mataram dan jajaran RSJ Mutiara Sukma. Melalui kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dr.
Lusiana Ratna Wahyu, Sp.KJ selaku pembimbing dan juga seluruh pihak yang
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Mataram, 20 Oktober 2020

Penulis

1
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. T
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 30 tahun
Agama : Islam
Suku : Sasak
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Marbot masjid
Status Pernikahan : Menikah

Alamat : Lombok Tengah


Tanggal MRS : 9 Oktober 2020

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Data diperoleh :
 Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2020 di Bangsal
Melati RSJ Mutiara Sukma.
 Alloanamnesis dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2020 kepada istri
pasien melalui telepon.

2.1 ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Pasien mengamuk dan merusak dinding sekolah
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Autoanamnesis
Seorang pasien laki-laki berusia 30 tahun yang sedang menjalani
rawat inap di bangsal Melati RSJ Mutiara Sukma. Pasien diwawancarai
dalam posisi duduk, tampak bersih dan rapi. Wajah pasien tampak sesuai
usia. Pasien cukup kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan
pemeriksa. Pasien tampak tenang, bicara lancar dengan volume yang cukup,
intonasi yang cukup, dan artikulasi yang cukup jelas. Pasien dapat
menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diberikan oleh pemeriksa.

2
Pasien datang ke RSJ Mutiara Sukma dibawa oleh saudara dan
keponakannya tanggal 9 Oktober 2020. Saat ditanya mengenai alasan
pasien dibawa ke RSJ Mutiara Sukma, pasien menceritakan bahwa pasien
dibawa ke RSJ Mutiara Sukma karena mengamuk dengan merusak dinding
sekolah. Hal itu dilakukan karena merasa tanah tersebut adalah miliknya
pemberian dari almarhum ayahnya, namun malah ditempati oleh orang
lain, sehingga akhirnya pasien menjadi emosi dan berkelahi dengan warga
sekitar. Pasien berkata setelah berkelahi, pasen dibawa ke kantor polisi lalu
setelah itu pada hari yang sama dibawa ke RSJ Mutiara Sukma untuk
diobati. Keluhan mudah marah dan mengamuk dirasakan pasien sejak
akhir tahun 2015. Semenjak saat itu pasien juga mengatakan bahwa
dirinya pernah membaca kitab, didalam kitab tersebut dijelaskan cara-cara
bercocok tanam, norma-norma dalam masyarakat dan bagaimana
sebaiknya wanita itu menutup aurat. Ia juga mengatakan pernah membaca
kitab taurat, zabur, injil dan sama-sama mengajarkan kebaikan. Ajaran-
ajaran tersebut ia terapkan dalam kehidupan sehari-hari dan masyarakat
sekitarnya, namun kadang masyarakat tidak mengindahkan apa yang
dikatakannya sehingga membuat pasien mengamuk. Pasien mengaku
kadang melihat dan berbicara dengan sosok ayahnya pada malam hari
yang menyerupai bayangan-bayangan hitam dan bayangan tersebut akan
hilang ketika pasien berusaha menyentuhnya, sehingga pasien kesulitan
untuk tidur. Pasien berkata kesulitan untuk memulai tidur atau terbangun
ditengah tidur karena didatangi oleh bayangan ayahnya tersebut. Ia
mendengar ayahnya berkata bahwa tanah sekolahan itu adalah miliknya.
Hampir setiap malam pasien mengaku dibisikan oleh ayahnya tersebut
tentang kepemilikan tanah sehingga membuat ia gelisah dan susah tidur.
Semua keluhan yang disampaikan pasien tersebut diakui mulai tahun 2015
semenjak pasien kembali dari Malaysia. Sejak saat itu juga, jika melihat
ada orang berkumpul, pasien merasa orang-orang tersebut sedang
membicarakan dirinya, menjelek-jelekan dirinya dan ingin merebut tanah
tersebut darinya, sehingga ia bertekad untuk mengambil kembali haknya.
Perasaan ingin menyakiti diri sendiri atau bunuh diri disangkah oleh
pasien. Ini merupakan ke-4 kalinya pasien dirawat di RSJ Mutiara Sukma,

3
sebelum dibawa pasien mengaku rutin kontrol dan minum obat, namun
akan berhenti ketika merasa dirinya sudah sembuh dan tidak butuh obat
lagi. Terakhir kali pasien minum obat sebelum MRS adalah sejak bulan
Juli 2020 karena merasa sudah sembuh.

Pasien mengatakan masih dapat menjalankan fungsinya dan


perannya sebagai ayah sekaligus kepala keluarga. Pasien mengatakan
masih dapat menjalankan fungsi merawat diri dengan baik, pasien juga
masih dapat bersosialisasi dengan tetangga maupun keluarga baik sebelum
ia sakit. Selama dirawat di RSJ Mutiara Sukma, pasien mengaku
perasaannya rindu dengan keluarganya dan keluhan tidur tidak nyenyak
sudah mulai membaik. Pasien mengatakan nafsu makannya baik dan tetap
meminum obat yang diberikan oleh perawat di ruangan secara teratur.
Alloanamnesis
Pasien dibawa oleh saudara dan keponakannya ke IGD RSJ
Mutiara Sukma pada 9 Oktober 2020 dikarenakan pasien mengamuk
dengan merusak dinding sekolah di desanya karena merasa tanah tersebut
adalah miliknya. Kejadian tersebut dilakukan pada sekitar pukul 3 pagi
dan pasien sempat dikeroyok oleh warga sekitar kemudian dibawa ke
kantor polisi dengan kondisi luka-luka. Selain itu pasien juga kadang
merusak rumahnya sendiri, bakar-bakar pakaian secara tiba-tiba tanpa
sebab yang jelas. Menurut pengakuan istri pasien, pasien sudah tidak
mengkonsumsi obatnya sejak bulan Juli 2020 karena merasa sudah
sembuh. 1 bulan sebelum MRS pasien dikeluhkan suka keluyuran keluar
rumah, bicara sendiri, susah tidur, dan pandangan kosong. Keluhan bicara
sendiri menurut istri pasien terjadi pada malam hari saat orang tertidur,
ketika istri menanyakan dengan siapa dia berbicara, pasien malah meminta
istrinya untuk diam dan tidur saja serta tidak ikut campur. Istri pasien juga
mengatakan pasien kadang sakit hati dengan omongan orang lain kerena
merasa dihina dan dijelek-jelekan terkait kondisinya saat ini. Hubungan
pasien dengan keluarga dikatakan baik-baik saja, namun interaksi
berkurang dengan masyarakat sekitar. Sebelumnya pasien rutin minum
obat dan kontrol diantar oleh istrinya, namun ketika merasa sudah sembuh,
pasien tidak lagi meminum obatnya.

4
C. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Ini adalah kali keempat pertama pasien dibawa dan dirawat inap di RSJ
Mutiara Sukma dengan keluhan yang sama. Pertama kali pada tahun
2015 setelah pasien kembali dari Malaysia. Untuk pengobatan,
dikatakan bahwa pasien rutin mengkonsumsi obat, namun jika dirasa
sudah sembuh pasien menghentikan obatnya.
2. Riwayat Gangguan Medis
Riwayat memiliki penyakit kronis seperti kencing manis, darah tinggi,
asam urat, penyakit jantung, penyakit ginjal, asma disangkal oleh
pasien. Riwayat trauma kepala, kehilangan kesadaran, dan kejang juga
disangkal oleh pasien. Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap
makanan dan obat-obatan.
3. Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat Adiktif Lain
Pasien menyangkal pernah mengkonsumsi alkohol dan menggunakan
NAPZA. Pasien merupakan seorang perokok, biasanya menghabiskan
3 batang rokok perhari.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien merupakan anak keenam dari tujuh orang bersaudara. Menurut
istri pasien, pasien lahir melalui persalinan normal dibantu oleh dukun
beranak. Tidak ada kendala saat kehamilan dan persalinan pasien.

2. Masa kanak-kanak awal


Menurut istri pasien, pasien tumbuh dan berkembang seperti anak
seusianya. Pasien tidak pernah menderita kejang atau penyakit berat
lainnya. Pasien tumbuh dan berkembang sesuai usia dan seperti anak
lainnya. Pasien tidak pernah mengalami keterlambatan dalam
pertumbuhan dan perkembangannya.
3. Masa kanak-kanak pertengahan
Menurut istri pasien, pasien tumbuh dan berkembang seperti anak pada
umumnya. Pasien memiliki banyak teman-teman di sekitar rumah
maupun di sekolahnya. Pasien mengaku belajar cukup baik

5
disekolahnya.
4. Masa kanak-kanak akhir
Saat SMP dan SMA, pasien mengaku memiliki banyak teman-teman di
sekitar rumah dan sekolah. Pasien belajar dengan cukup baik di
sekolahnya. Hubungan pasien dengan ibu dan orang sekitar dirasa
cukup baik
5. Dewasa
a. Riwayat pendidikan
Pasien menyelesaikan pendidikan hingga SMA, tidak melanjutkan
ke jenjang perkulihan karena pasien mengaku tidak adanya biaya.
b. Riwayat pekerjaan
Setelah lulus SMA, pasien merantau ke Palu (tahun 2009) diajak
oleh saudaranya untuk bekerja sebagai pedagang. Setelah menikah
(tahun 2015) pasien merantau ke Malaysia untuk bekerja sebagai
buruh. Namun pasien tidak lama berada disana karena ditipu oleh
keluarganya sendiri dengan paspor pelancong, sehingga pasien
diputihkan di Malaysia dan dikembalikan ke Indonesia. Setelah
saat itu gejala yang dirasa pasien mulai muncul. Pasien juga
memiliki surau sendiri dan merupakan seorang marbot serta guru
ngaji di desanya.
c. Riwayat agama
Pasien beragama islam dan rajin beribada.
d. Riwayat sosial
Sebelum sakit, pasien masih sering bergaul dan berinteraksi baik
dengan keluarag dan tetangga sekitar rumahnya. Namun sejak
sakit, pasien memiliki hubungan yang kurang baik dengan
tetangga.

E. Riwayat Penyakit Keluarga


1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Menurut pasien dan istri pasien, terdapat keluarga pasien dengan
keluhan serupa atau gangguan jiwa yakni saudara dari ibu pasien.
2. Riwayat Gangguan Medis
Riwayat penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi, kencing manis,
6
penyakit jantung, penyakit ginjal, asma dan penyakit lainnya disangkal
oleh suami pasien.
3. Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat Adiktif Lain
Pasien dan istri pasien menyangkal bahwa dikeluarga terdapat riwayat
mengkonsumsi alkohol dan menggunakan NAPZA

F. Riwayat Pengobatan
Ini adalah kali keempat pasien dibawa dan dirawat inap di RSJ Mutiara
Sukma. Dikatakan bahwa pasien rutin mengkonsumsi obat dan kontrol ke
RS, namun jika dirasa sudah sembuh dan keluhan membaik, pasien akan
menghentikan obatnya.

G. Situasi Kehidupan Saat Ini


Pasien merupakan anak keenam dan tujuh bersaudara. Pasien tinggal
bersama istri dan anaknya. Istri pasien adalah seorang ibu rumah tangga.
Keluarga pasien termasuk ke dalam kelompok ekonomi kelas menengah
kebawah.

H. Situasi dan Harapan Keluarga


Keluarga berharap agar pasien dapat sembuh dan beraktivitas kembali
seperti biasa.

I. Persepsi dan Harapan Pasien


Pasien mengatakan dirinya sudah merasa rindu dengan keluarganya.
Pasien ingin segera pulang bertemu dengan keluarga, terutama istri dan
anaknya.

7
GENOGRAM KELUARGA PASIEN

Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Tinggal serumah

8
2.2 PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Compos mentis (E4V5M6)
 Tanda Vital
Tekanan Darah : 126/73 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 37,0 C
B. Status Lokalis
 Kepala : Bentuk dan ukuran normal, konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), sianosis (-)
 Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-)
 Toraks
- Inspeksi : bentuk dan ukuran DBN, gerakan dinding dada
simetris
- Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-), krepitasi
- Perkusi
Paru-paru : sonor di seluruh lapang paru
Jantung : batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi
Paru-paru : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : S1S2 tunggal dan reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
- Inspeksi : bentuk normal, jejas (-), scar (-), distensi (-)
- Auskultasi : bising usus dalam batas normal
- Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen
- Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-), hepatosplenomegali (-)
 Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), deformitas (-/-)

9
C. Status Neurologis
Tidak dievaluasi

2.3 PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
 Penampilan
Pasien laki-laki tampak bersih dan cukup rapi. Wajah pasien tampak
sesuai usia.
 Kesadaran
Jernih
 Sikap terhadap Pemeriksa
Pasien kooperatif, menjawab spontan pertanyaan dari pemeriksa dan
melakukan kontak mata dengan baik selama wawancara.
 Psikomotor
Normoaktif
 Pembicaraan
Pasien merespon dengan baik pertanyaan dari pemeriksa, intonasi dan
artikulasinya cukup baik, serta dapat dimengerti oleh pemeriksa
B. Alam Perasaan dan Emosi
 Mood : disforia
 Afek : sempit
 Keserasian : serasi
C. Gangguan Persepsi
 Halusinasi : visual dan auditorik
 Ilusi : (-)
 Depersonalisasi : (-)
 Derealisasi : (-)
D. Pikiran
 Bentuk Pikir : Non realistik
 Arus Pikir : koheren
 Isi Pikir : waham referensi, ide kebesaran, fobia (-), kompulsi
(-), obsesi (-)

10
E. Fungsi Intelektual
 Taraf pendidikan pengetahuan dan kecerdasan
 Orientasi
- Waktu : baik, pasien mengetahui waktu wawancara yaitu
pada siang hari
- Tempat : baik, pasien mengetahui saat ini dirawat di RSJ
Mutiara Sukma
- Orang : baik, pasien mengetahui siapa yang melakukan
wawancara
 Daya Ingat
- Jangka Segera : baik, pasien dapat menyebutkan 3 nama
benda yang disebutkan oleh pemeriksa
- Jangka Pendek : baik, pasien dapat mengingat sarapannya
dipagi hari sebelum melakukan wawancara
- Jangka Menengah : baik, pasien dapat mengingat siapa yang
mengantar pasien ke RSJ Mutiara Sukma
- Jangka Panjang : baik, pasien dapat mengingat dengan baik
dimana tempat pasien bersekolah.
 Konsentrasi dan Perhatian
Selama proses wawancara dan pemeriksaan, pasien dapat
mempertahankan perhatian dan konsentrasi terhadap pemeriksa dan
pasien tidak mudah teralihkan ke objek lain seperti orang atau benda-
benda disekitarnya.
 Kemampuan Berhitung
Pasien mampu berhitung dengan baik
 Kemampuan Membaca dan Menulis
Pasien mampu membaca dan menulis dengan baik
 Kemampuan Visuopasial

Saat diminta untuk menyalin dua buah gambar yang berhimpitan,


pasien dapat melakukannya dengan baik dan benar
 Pikiran Abstrak
Baik, pasien dapat menyebutkan persamaan dan perbedaan antara
buah apel dan jeruk
11
F. Pengendalian Impuls
Selama wawancara, pasien dapat mengendalikan diri dengan baik.
G. Dorongan Instingtual
Insomnia (+)
H. Insight/Tilikan
Derajat 1
I. Taraf Dapat Dipercaya
Informasi yang disampaikan oleh pasien tidak dapat dipercaya sepenuhnya.

2.4 DIAGNOSIS
Evaluasi Diagnosis Multiaksial
Aksis I : F 20.0.x0 Skizofrenia Paranoid Berkelanjutan

Z91.1 Ketidakpatuhan terhadap pengobatan

Aksis II : Tidak ada diagnosis


Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial

Aksis V : GAF 60-41 (pada saat diperiksa)


GAF 40-31 (awal MRS 09-10-2020)
GAF scale 1 tahun terakhir tidak dapat dievaluasi

III. TATALAKSANA
Farmakologi
- Risperidone 2x2 mg/hari
- Lorazepam 1x2 mg/hari sebelum tidur
Non Farmakologi
a. Konseling dan edukasi pada pasien dan keluarga
 Memberikan edukasi terkait penyakit yang diderita pasien, pentingnya
dukungan aktif keluarga dalam pengobatan pasien. Efek samping obat
dan jenis-jenis obat yang dikonsumsi pasien juga sebaiknya diketahui
keluarga, agar dapat membantu kontrol minum obat dan memperhatikan
efek samping yang muncul pada pasien.
 Gengguan jiwa memerlukan pengobatan yang cukup lama,

12
diperlukan dukungan keluarga untuk memantau agar pasien
melaksanakan pengobatan dengan benar, termasuk minum obat
setiap hari.

b. Intervensi psikososial
 Lakukan penentraman (reassurance) dalam komunikasi terapeutik,
dorong pasien untuk mengekspresikan pikiran perasaan tentang
gejala dan riwayat gejala
 Bicarakan dan sepakati rencana pengobatan dan follow-up,
bagaimana menghadapi gejala, dan dorong untuk kembali
keaktivitas normal
 Latihan keterampilan sosial, rehabilitasi kognitif serta terapi perilaku,
misalnya dengan CBT (Cognitive Behavior Therapy)

 Anjurkan untuk berolahraga teratur atau melakukan aktivitas yang


disenangi serta menerapkan perilaku hidup sehat

IV. PROGNOSIS
 Ad vitam : dubia ad bonam
 Ad functionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam

V. IDENTIFIKASI KELUARGA PASIEN


Pasien merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara. Pasien tinggal
bersama istri dan anaknya. Pasien bekerja sebagai marbot dan guru ngaji
serta sesekali menjadi buruh, istri pasien seorang ibu rumah tangga.
Menurut istri pasien, di keluarga pasien terdapat keluarga yang memiliki
keluhan serupa atau gangguan jiwa yakni paman pasien.

VI. KEADAAN SOSIAL EKONOMI


Keluarga pasien adalah keluarga dengan status ekonomi rendah. Sehari-hari
pasien bekerja sebagai marbot masjid, guru ngaji dan kadang buruh
serabutan, sementara istri pasien tidak bekerja. Penghasilan pasien tidak
menentu. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga pasien kadang
13
meminjam uang kepada saudara yang lain.

VII. DESKRIPSI MASYARAKAT YANG BERADA DI DAERAH


PASIEN TENTANG PASIEN GANGGUAN JIWA
Pasien tinggal di sebuah pedesaan dengan keadaan masyarakat dengan
status pendidikan dan ekonomi yang cukup rendah. Awalnya masyarakat
sekitar merespons pasien dan keluarganya dengan cukup baik. Komunikasi
antar masyarakat dengan pasien dan keluarganya juga baik seperti orang
pada umumnya. Namun sejak keluhan yang dialami pasien terjadi
berulang, masyarakat sekitar tidak lagi respect dan merespon baik
terhadap keadaan pasien. Masyarakat merasa yang dilakukan pasien saat
ini sudah sangat meresahkan dan menimbulkan kerugian publik.

VIII. SIKAP DAN TANGGAPAN KELUARGA TERHADAP ANGGOTA


KELUARGA YANG DISANGKA MENDERITA GANGGUAN JIWA
Menurut istri pasien, Setelah mengetahui bahwa salah seorang anggota
keluarga mengidap gangguan jiwa, pihak keluarga tetap bersikap baik dan
perhatian kepada pasien. Saat gejala muncul, keluarga tidak menjadi takut
dan tidak berusaha menjauhi pasien, malah keluarga berusaha mencegah
agar ketika pasien kambuh tidak melakukan kekerasan terhadap istri dan
anaknya yang dapat merugikan keluarganya sendiri.

IX. USAHA PENGOBATAN YANG TELAH DILAKUKAN OLEH


KELUARGA
Keluarga tetap berusaha semaksimal mungkin memberikan pengobatan dan
memantau jadwal minum obat pasien, serta kontrol ke dokter spesialis
Jiwa. Menurut istri pasien, tiap penyakit pasien kambuh, keluarga tetap
langsung membawa pasien ke Puskesmas atau RSJMS.

14
X. KENDALA DAN HAMBATAN YANG DIHADAPI KELUARGA
TERKAIT PENANGANAN ANGGOTA KELUARGA YANG
DISANGKA MENDERITA GANGGUAN JIWA
Keluarga mengatakan bahwa kendala yang dialami selama ini terkait
kondisi pasien adalah pasien suka mengamuk secara tiba-tiba tanpa sebab
yang jelas, membakar pakaian, merusak rumah sendiri, dan itu selalu
dilakukan pada malam hari ketika orang lain tertidur. Selain itu ketika
ditanya pandangan pasien menjadi kosong, pasien juga sering terbangun
malam hari dan berbicara sendiri.

XI. EDUKASI KEPADA KELUARGA


Beberapa edukasi yang dapat disampaikan ke keluarga pasien:
 Menjelaskan dengan jelas kepada keluarga pasien mengenai gejala-
gejala yang dikeluhkan merupakan gejala gangguan mental yang
termasuk dalam penyakit medis.

 Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa pengobatan untuk


gangguan jiwa yang dialami pasien merupakan pengobatan jangka
panjang dengan tujuan agar kondisi pasien stabil.
 Menjelaskan kepada keluarga pasien untuk perlunya beberapa pihak
untuk mengawasi pasien dalam hal kepatuhan meminum obat agar
dapat membuat gejala pasien lebih terkontrol dan keadaan pasien
menjadi stabil.
 Menjelaskan kepada keluarga mengenai peran keluarga juga sangat
berperan dalam proses pengobatan pasien, salah satunya dengan
memberikan dukungan sosial dan pendampingan kepada pasien
terutama untuk mengawasi kepatuhan minum obat pasien.

15
DAFTAR PUSTAKA
 Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Synopsis Of Psychiatry
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry Eleventh Edition. 11th ed. New York;
2015.
 Maslim R. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkasan dari
PPDGJIII dan DSM-5. Jakarta: PT Nuh Jaya.
 Maslim, R. Panduan Praktik Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, edisi ketiga.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.

16

Anda mungkin juga menyukai