Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan evaluasi memiliki manfaat yang besar bagi dunia pendidikan,
disamping kegiatan pembelajaran. Melalui evaluasi dapat diketahui hasil dari
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, dan menentukan tindak lanjut yang
akan dilakukan. Ujian akhir semester (UAS) bagian dari bentuk evaluasi yang
bertujuan untuk mengukur dan menilai kompetensi peserta didik sehingga guru
bisa menentukan kelanjutan siswa dalam proses pembelajaran pada tingkat yang
lebih tinggi. Depdiknas Nomor 20 Tahun 2002 tentang Standar Penilaian
Pendidikan, UAS adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik di akhir pada satuan pendidikan yang
menggunakan sistem paket (Zulfadli, dkk, 2015: 70). Kegiatan evaluasi merupakan
kegiatan akhir yang bertujuan untuk mengtahui sejauh mana tujuan pembelajaran
tercapai. Selain itu, evaluasi dapat membantu guru untuk mengukur dan menilai
kemampuan kemajuan belajar siswa. Biasanya untuk mengukur tingkat
kemampuan siswa dan pemahaman siswa guru memberikan tes kepada siswa. Tes
yang baik harus dapat dipertanggung jawabkan dalam segi kelayakan, kesahihan
(validitas), keterpercayaan (realibilitas), ketafsiran, kebergunaan, dan efektivitas
butir soal yang meliputi tingkat kesulitan dan daya beda soal yang baik (Febriani,
2016: 4). Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis yang dilaksanakan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi dari pembelajaran yang
bersangkutan. Dalam hal ini termasuk didalamnya untuk mengetahui keberhasilan
seluruh subjek pembelajaran (Taib, 2014: 116). Guru dalam melakukan penilaian
dan evaluasi hasil belajar peserta didik membutuhkan instrument penilaian yang
valid dan reliabel agar dapat mengukur dengan baik tingkat pencapaian
kompetensi peserta didik. Untuk memperoleh instrumen yang valid dan reliabel
maka guru harus melakukan analisis soal. Analisis soal meliputi
analisis butir soal kuantitatif (analisis tingkat kesukaran, analisis daya beda, dan
analisis distraktor).

Penyusunan tes tidak hanya sebatas membuat kalimat pertanyaan dalam


setiap soal, namun harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan termasuk
diantaranya berupa langkah-langkah yang perlu diikuti apabila menyusun suatu
tes. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik dalam hal ini test berfungsi
mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta
didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
Bentuk tes yang digunakan yaitu tes objektif dan tes non-objektif. Objektif di sini
dilihat dari sistem penskorannya, yaitu siapa saja yang memeriksa lembar jawaban
tes akan menghasilkan skor yang sama. Tes non-objektif yang juga sering disebut
tes uraian adalah tes yang sistem penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tes objektif adalah tes yang sistem
penskorannya objektif, sedang tes non-objektif sistem penskorannya dipengaruhi
oleh subjektivitas pemberi skor. Macam-macam tes tersebut yaitu tes tulisan
artinya tes yang mengajukan butir-butir pertanyaan dengan jawaban tertulis.
Biasanya tes ini digunakan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik. Tes lisan,
yaitu tes yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan menghendaki jawaban
secara lisan. Tes ini juga dilakukan untuk aspek kognitif peserta didik. Tes
perbuatan, yaitu tes yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan menghendaki
jawaban dalam bentuk perbuatan. Tes ini digunakan untuk menilai aspek
psikomotor/ keterampilan peserta didik. Menyusun kisi-kisi termasuk salah satu
langkah yang harus diikuti dalam pembuatan soal/tes. Pengembangan tes sebagai
alat evaluasi harus melalui langkah-langkah konstruksi tes (Djaali, 2000: 19-21).

Tes buatan guru adalah tes yang dibuat oleh guru-guru kelas itu sendiri.
Tes tersebut dimaksud untuk mengukur tingkat keberhasilan peserta didik
mencapai kompetensi setelah berlangsungnya proses pembelajaran yang dikelolah
oleh guru kelas yang bersangkutan, baik pada setiap penyajian satu satuan

2
3

pelajaran, maupun pada ujian-ujian formatif serta sumatif (Kasim, 2013: 134). Tes
buatan guru biasanya disusun sendiri oleh guru dengan sedikit atau bantuan orang
lain/ tenaga ahli (Suharsimi 2003: 146). Penyusunan soal-soal tes yang
dimaksudkan untuk mengukur tingkat keberhasilan peserta didik tersebut, pada
umumnya dilakukan para guru bidang studi yang bersangkutan. Hal itu memang
menjadi kewajiban para guru mengukur capaian prestasi belajar peserta didik di
kelas mata pelajarannya (Raafi & Landia, 2015: 168). Tes buatan guru adalah
salah satu instrumen evaluasi yang digunakan untuk pengukuran pencapaian tujuan
pembelajaran sekaligus sumber masukan yang akurat untuk perbaikan proses
pembelajaran. Tes yang dimaksudkan adalah tes dalam bentuk objektif yaitu untuk
mengukur tingkat keberhasilan peserta didik mencapai kompentensi setelah
berlangsungnya proses pembelajaran yang dikelolah oleh guru kelas yang
bersangkutan. Penyusunan tes harus berdasar pada kompentensi dasar, indikator,
dan deskripsi bahan yang telah diajarkan. Tes buatan guru hanya mempunyai daya
jangkau pakai yang terbatas. Pada umumnya, tes buatan guru tidak diuji cobakan
dahulu karena berbagai hal, baik yang menyangkut masalah waktu, kesempatan,
tenaga, biaya, dan juga kemampuan guru itu sendiri untuk menganalisisnya
(Rahim, dkk, 2019: 30-35).

Proses evaluasi hasil belajar mata pelajaran Biologi, sekolah menggunakan


Ulangan Akhir Semester sebagai alat evaluasi untuk mengetahui dan mengukur
tingkat hasil belajar siswa, dimana soal Ulangan Akhir Semester disusun oleh
guru. Ulangan Akhir Semester merupakan salah satu bentuk tes sekaligus sebagai
alat evaluasi sehingga kualitas dari soal-soal Ulangan Akhir Semester harus
memperhatikan kriteria-kriteria alat evaluasi yang baik. Oleh karena itu perlu
diketahui kualitas butir soalnya terutama tingkat kesukaran dan daya beda soal.
Analisis tingkat kesukaran dan daya beda soal tersebut perlu dilakukan agar
memperoleh informasi tentang kualitas butir soal sehingga tes yang kurang
berkualitas atau kurang baik dapat diperbaiki. Menurut (Restiawati, 2015: 4) guru
4

menambahkan, dari hasil evaluasi yang dilakukan pada saat ulangan harian
ternyata masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah standar penilaian
yaitu kurang dari nilai 72. Hal inilah yang menyebabkan tingkat keberhasilan
siswa rendah dalam mengerjakan soal ulangan akhir semester dapat memberikan
informasi salah pada siswa, guru, dan pihak sekolah mengenai capaian kompetensi
dasar siswa. Karena skor nilai yang diperoleh siswa bukan cerminan capaian
kompetensi dasar, tetapi sekedar jawaban siswa atas pertanyaan soal yang dibuat
oleh guru (Restiawati, 2015: 4).

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian


untuk mengetahui kualitas tes yang dibuat guru mata pelajaran Biologi, untuk
memenuhi pembuatan tes yang baik atau tidak, maka dilakukan penelitian dengan
judul “Analisis Soal Tes Buatan Guru Berdasarkan Tingkat Kesukaran dan Daya
Beda Pada Soal Biologi Kelas XII di SMAN 01 dan SMAN 06 Bombana Tahun
Ajaran 2020/2021”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tingkat kesukaran soal tes biologi buatan guru kelas XII SMA Negeri
01 dan SMA Negeri 06 Bombana?
2. Bagaimana daya beda soal tes biologi buatan guru kelas XII SMA Negeri 01 dan
SMA Negeri 06 Bombana?
3. Apakah soal tes biologi buatan guru kelas XII SMA Negeri 01 dan SMA Negeri
06 Bombana sudah memenuhi kriteria soal yang baik dan benar berdasarkan
tingkat kesukaran dan daya beda soal?
5

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal tes biologi buatan guru kelas XII SMA
Negeri 01 dan SMA Negeri 06 Bombana.
2. Untuk mengetahui daya beda soal tes biologi buatan guru kelas XII SMA Negeri
01 dan SMA Negeri 06 Bombana.
3. Untuk mengetahui soal tes biologi buatan guru kelas XII SMA Negeri 01 dan
SMA Negeri 06 Bombana sudah memenuhi kriteria soal yang baik dan benar
berdasarkan tingkat kesukaran dan daya beda soal.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini:
1. Secara Teoritis
a) Sebagai bahan referensi bagi penelitian serupa di masa yang akan datang
dalam rangka meningkatkan kualitas soal tes buatan guru.
b) Sebagai bahan pertimbangan perbaikan kualitas soal tes buatan guru, dalam
upaya perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan umumnya dan mutu
pendidikan SMA khususnya.

2. Secara Praktis
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat dan konstribusi berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang
berhubungan dengan dunia pendidikan seperti:
a) Bagi guru mata pelajaran, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran
dan menjadi pertimbangan dalam melaksanakan analisis soal di sekolah
sehingga dapat membuat soal tes yang baik dan benar sebagai alat evaluasi
untuk digunakan mengukur dan menilai hasil belajar peserta didik.
b) Bagi peneliti, menambah khasanah pengetahuan tentang pentingnya analisis
soal sebagai alat tes hasil belajar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Tingkat Kesukaran Soal
Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, di
samping memenuhi validitas dan reliabilitas, adalah adanya keseimbangan
dari tingkat kesukaran soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah
adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar secara proporsional.
Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa
dalam menjawabnya, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal.
Persoalan penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah
penentuan proporsi dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar
(Surapranata, 2004: 135).
Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah
soal kategori mudah, sedang dan sukar. Pertimbangan pertama adalah adanya
keseimbangan, yakni jumlah soal sama untuk setiap kategori tersebut; dan
kedua proporsi jumlah soal untuk ketiga kategori tersebut artinya sebagian
besar soal berada dalam kategori sedang sebagian lagi termasuk kategori
mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang (Surapranata, 2004: 135).
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak teralu sukar.
Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk berusaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba karena
diluar jangkauannya (Suharsimi 2003: 207).

Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu


soal pada tingkat kemampuan atau dapat dikatakan bahwa untuk mengetahui
soal tergolong soal mudah atau soal susah. Tingkat kesukaran adalah bilangan
yang menunjukan sukar atau mudahnya sesuatu soal. Besarnya tingkat

6
7

kesukaran berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Tingkat kesukaran butir dan
perangkat soal dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu mudah, sedang dan
sukar. Sebagai patokan untuk menyusun suatu naskah ujian sebaiknya
digunakan butir soal yang mempunyai tingkat kesukaran berimbang, yaitu :
soal berkategori sukar sebanyak 25%, kategori sedang 50% dan kategori
mudah 25% (Fitrianawati, 2010: 289).

Tingkat kesukaran soal dapat dinyatakan melalui beberapa cara


diantaranya yaitu proporsi menjawab benar, skala kesukaran linier, indeks
davis dan skala bivariat. Tingkat kesukaran akan berpengaruh pada
variabilitas skor dan ketepatan membedakan antara kelompok peserta tes
(Surapranata, 2004: 12-22). Tingkat kesukaran sebenarnya merupakan nilai
rata-rata dari kelompok peserta tes. Oleh karena itu tingkat kesukaran adalah
rata-rata dari distribusi skor kelompok dari suatu soal. Ciri dari tingkat
kesukaran adalah tingkat kesukaran ukuran soal, tidak menunjukkan
karakteristik soal. Tingkat kesukaran dalam hal ini didefinisikan sebagai
frekuensi relative terhadap pengambil tes. Tingkat kesukaran merupakan
karakteristik soal itu sendiri maupun pengambilan tes (Surapranata, 2004: 19).

Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan


tes. Misalnya untuk keperluan ujian semester digunakan butir soal yang
memiliki tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi digunakan butir
soal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan untuk keperluan
diagnostik biasanya digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran
rendah/mudah. Menganalisis tingkat kesukaran soal adalah untuk
menentukan kualitas soal yang baik, mengetahui klasifikasi soal mudah,
sedang dan sukar (Kadir, 2015: 75).
Umumnya suatu butir soal evaluasi hasil belajar dinyatakan baik jika
butir soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Oleh sebab
8

itu, butir soal yang tidak dapat dijawab dengan benar oleh seluruh siswa
(karena terlalu sukar) dapat dinyatakan sebagai butir soal yang tidak baik.
Demikian pula sebaliknya, butir soal yang seluruh siswa dapat menjawab
dengan benar (karena terlalu mudah), juga dapat dinyatakan sebagai butir soal
yang tidak baik. Untuk kedua jenis kategori tersebut perlu dilakukan
perbaikan jika akan digunakan lagi sebagai butir soal untuk ulangan
berikutnya (Bagiyono, 2017: 3).
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, tingkat kesukaran
soal adalah seberapa mudah dan seberapa sulitnya suatu soal bagi siswa.
Tingkat kesukaran dinyatakan dengan persentase siswa yang menjawab soal
dengan benar. Makin besar persentase siswa yang menjawab soal dengan
benar, makin mudah soal itu. Sebaliknya makin kecil persentase siswa yang
menjawab soal dengan benar, makin sukar soal itu.

2. Daya Beda Soal

Daya beda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan
antara peserta didik yang menguasai materi yang ditanyakan dan peserta
didik yang belum menguasai materi yang diujikan. Daya beda butir soal ialah
indeks yang menunjukkan tingkat kemampuan butir soal membedakan
kelompok yang berprestasi tinggi (kelompok atas) dari kelompok yang
berprestasi rendah (kelompok bawah) diantara para peserta tes (Fitrianawati,
2010: 289). Analisis daya beda artinya mengkaji soal dengan tujuan untuk
mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong
mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lebih
prestasinya (Sudjana, 2004: 141). Dengan demikian, soal yang memiliki daya
beda, jika diberikan kepada siswa yang berkemampuan tinggi, hasilnya
menunjukkan lebih tinggi daripada jika diberikan kepada siswa yang
berkemapuan rendah (Sudjana, 2004: 149). Sehingga dapat memudahkan guru
melakukan evaluasi pembelajaran (Anita, dkk 2018: 39-40).
9

Daya beda soal dihitung atas dasar pembagian kelompok menjadi dua
bagian, yaitu kelompok atas yang merupakan kelompok peserta tes yang
berkemampuan tinggi dengan kelompok bawah yaitu kelompok peserta tes
yang berkemampuan rendah. Adapun cara menentukan dua kelompok tersebut
bisa bervariasi; misalnya: dapat menggunakan median sehingga pembagian
menjadi dua kelompok, terdiri atas 50% testee kelompok atas dan 50% testee
kelompok bawah; dapat juga dengan hanya mengambil 20% dari testee yang
termasuk dalam kelompok atas dan 20% lainnya diambil dari testee yang
termasuk dalam kelompok bawah. Namun pada umumnya, para pakar di
bidang evaluasi pendidikan lebih banyak menggunakan presentasi sebesar
27% dari testee yang termasuk dalam kelompok atas dan 27% lainnya diambil
dari testee yang termasuk dalam kelompok bawah. Hal ini disebabkan karena
berdasarkan bukti-bukti empirik pengambilan subjek sebanyak 27% testee
kelompok atas dan 27% testee kelompok bawah tersebut telah menunjukkan
kesensitifannya, atau dengan kata lain cukup dapat diandalkan (Sudjana,
1996: 387).
Daya beda ini kemampuan tinggi ditunjukkan dengan perolehan skor
yang tinggi dan kemampuan rendah ditunjukkan dengan perolehan skor yang
rendah. Daya beda soal didefinisikan sebagai selisih antara proporsi jawaban
benar pada kelompok atas dengan proporsi jawaban benar pada kelompok
bawah (Surapranata, 2004: 23-24). Dengan kata lain makin tinggi daya
pembeda soal makin banyak peserta dari kelompok tinggi yang dapat
menjawab soal dengan benar dan makin sedikit peserta tes dari kelompok
rendah yang dapat menjawab soal dengan benar (Hanifah, 2014: 46). Daya
beda soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan kelompok
dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada dalam kelompok
itu. Salah satu tujuan analisis daya beda soal adalah untuk menentukan
mampu tidaknya suatu butir soal membedakan antara peserta pelatihan yang
10

berkemampuan tinggi dengan peserta pelatihan yang berkemampuan rendah


(Bagiyono, 2017: 4).

Daya beda soal adalah indeks yang digunakan dalam membedakan


antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang
berkemampuan rendah. Daya beda soal ditetapkan dari selisih proporsi yang
menjawab dari masing-masing kelompok. Dengan demikian validitas soal ini
sama dengan daya beda soal yaitu dalam membedakan antara peserta tes yang
berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah
(Surapranata, 2004: 23). Daya beda soal adalah kemampuan suatu butir tes
hasil belajar untuk dapat membedakan= (mendiskriminasi) antara testee yang
berkemampuan tinggi (=pandai), dengan testee yang kemampuannya rendah
(=bodoh). Daya beda itu dapat diketahui melalui atau dengan melihat besar
kecilnya angka indeks diskriminasi. Angka indek diskriminasi adalah sebuah
angka atau bilangan yang menunjukan besar kecilnya daya beda yang dimiliki
oleh soal (Sudijana, 2003: 385-387).

Berdasarkan pengertian daya beda soal di atas, maka dapat dismpulkan


bahwa daya beda soal adalah kemampuan butir soal yag dengan skornya dapat
membedakan testee dari kelompok yang berkemampuan tinggi dengan testee
dari kelompok yang berkemampuan rendah, dimana daya beda soal
dinyatakan dalam bentuk indeks, yaitu indeks daya beda.

3. Tes Hasil Belajar


Kata tes berasal dari bahasa latin testum, yang berarti alat untuk
mengukur. Sehingga Tes dapat didefinisikan sebagai sejumlah pertanyaan
yang membutuhkan jawaban atau sejumlah pernyataan yang harus diberikan
tanggapan guna mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap
aspek tertentu dari orang yang dikenai tes. Tes didefinisikan sebagai suatu
instrumen atau prosedur sistematik untuk mengobservasi dan menjelaskan
11

satu atau beberapa karakteristik siswa dengan menggunakan suatu skala


numerik atau skema klasifikasi. Tes hendaknya disusun berdasarkan prinsip
dan prosedur penyusunan tes. Setelah digunakan perlu diketahui apakah tes
tersebut berkualitas baik atau tidak maka perlu dilakukan analisis kualitas tes
(Iskandar & Muhammad 2017: 13).
Tes adalah cara dalam mengukur dan menilai di bidang pendidikan
dalam bentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan
oleh siswa, sehingga dapat diketahui nilai prestasi siswa. Nilai tersebut
kemudian dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya,
atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu. Tes dikatakan baik apabila
memenuhi syarat validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, dan
ekonomis. Tes yang dijadikan bahan evaluasi sering kali tidak dilakukan
analisis kualitas butir soal, sehingga belum diketahui kualitas soal yang telah
disusunnya. Oleh karena itu, untuk mengetahui kualitas butir soal yang
digunakan untuk tes perlu dilakukan analisis butir soal (Kurniawan, 2015: 2).
Tes adalah cara yang digunakan atau prosedur yang ditempuh dalam
rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang memberikan
tugas dan serangkaian tugas yang diberikan oleh guru sehingga dapat
dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi peserta didik.
Hasil belajar setiap peserta didik dibandingkan dengan tingkat pencapaian
kompetensi dalam tujuan instruksional. Ada tiga hal yang penting dalam
pengertian tes, pertama adalah sebutan pengukuran. Pemberian tes (testing
adalah bagian dari kegiatan pengukuran (measurement). Kedua tes adalah alat
untuk mengukur sampel pengetahuan atau kemampuan yang dimiliki
seseorang. Ketiga, tes adalah penafsiran angka yang diperoleh untuk
menentukan cukup baik atau tidaknya seseorang pembelajar dalam mencapai
suatu tujuan. Suatu proses belajar atau pengajaran perlu dilakukan evaluasi
supaya mengetahui tingkat kecapaian tujuan yang telah direncanakan
sehingga dalam proses pengajaran ini menghasilkan peserta didik yang
12

mempunyai aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang tinggi serta


berdampak pula terhadap kemajuan bangsa (Rapono, dkk 2019: 96).
Tes adalah cara dalam mengukur dan menilai di bidang pendidikan
dalam bentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan
oleh siswa, sehingga dapat diketahui nilai prestasi siswa. Nilai tersebut
kemudian dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya,
atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu. Tes dikatakan baik apabila
memenuhi syarat validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, dan
ekonomis. Tes yang dijadikan bahan evaluasi sering kali tidak dilakukan
analisis kualitas butir soal, sehingga belum diketahui kualitas soal yang telah
disusunnya. Oleh karena itu, untuk mengetahui kualitas butir soal yang
digunakan untuk tes perlu dilakukan analisis butir soal (Kurniawan, 2015: 2).
4. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi merupakan bagian dari proses dan secara keseluruhan tidak
dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajaran. Kegiatan evaluasi telah diatur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab XVI Pasal 58 Ayat 1, menyatakan bahwa
“Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau
proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan”. Oleh karena itu, evaluasi hasil belajar bertujuan untuk
menilai pencapaian kompetensi dan memperbaiki proses pembelajaran serta
pedoman penyususnan laporan kemajuan hasil belajar siswa (Kurniawan,
2015: 2).
Evaluasi hasil belajar terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu
“evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan
penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada
setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggung
jawaban penyelenggaraan pendidikan” (Permatasari, 2014: 260).
13

Pelaksanaan evaluasi pembelajaran dilakukan untuk menilai hasil


belajar peserta didik, sehingga dalam evaluasi dilakukan penilaian atau
pengukuran terhadap kemampuan peserta didik. Banyak teknik yang dapat
dipilih dan dilakukan oleh guru dalam rangka pelaksanaan evaluasi
pembelajaran. Teknik evaluasi ada dua, yaitu teknik tes dan non-tes. Untuk
teknik tes bisa dilakukan secara tertulis maupun tidak tertulis. Teknik non-tes
ini biasanya dilakukan dengan penilaian sikap, tingkah laku dan kepribadian
dari peserta didik melalui pengamatan guru selama KBM (Permatasari, 2014:
260).
Berdasarkan definisi-definisi tentang evaluasi pendidikan di atas dapat
dipahami bahwa evaluasi pendididkan selain merupakan suatu proses untuk
mengukur sejauh mana tujuan telah tercapai oleh peserta didik, juga berguna
untuk membuat keputusan dalam dunia pendidikan.
5. Analisis Butir Soal
Proses belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah dimana peserta
didik sebagai pelajar, maka untuk mengukur kemampuan intelektualnya
dalam hal ini kecerdasannya diadakan suatu penilaian dengan cara melakukan
tes. Untuk mengetahui atau mengukur hasil dari jawaban peserta didik dari
setiap penilaian tes yang dikerjakan dilakukan kegiatan menganalisis butir
soal. Analisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan guru
untuk meningkatkan kualitas soal yang telah ditulis. Tujuan analisis butir soal
yaitu meningkatkan kualitas butir tes dan mengetahui informasi diagnostik
siswa. Soal yang berkualitas yaitu soal yang dapat memberikan informasi
setepat-tepatnya sehingga dapat diketahui siswa yang telah menguasai materi
dan yang belum (Kurniawan, 2015: 2).
Keperluan analisis butir soal dalam proses belajar mengajar, dapat
digunakan tes yang telah distandardisasikan, maupun tes buatan guru sendiri.
Tes yang telah distandarisasikan adalah tes yang telah mengalami proses
standardisasi, yakni proses validitas dan reliabilitas, sehingga tes tersebut
14

benar-benar valid dan reliabel untuk suatu tujuan dan bagi kelompok tertentu.
Tes yang telah distandarisasikan oleh pemerintah pusat digunakan dalam ujian
nasional. Sedangkan tes buatan guru sendiri adalah suatu tes yang disusun
oleh guru sendiri untuk mengevaluasi keberhasilan proses belajar mengajar.
Biasanya tes buatan guru sendiri banyak dipergunakan di sekolah-sekolah
(Fitrianawati, 2010: 283). Kegiatan menganalisis butir soal merupakan
kegiatan yang wajib yang dilakukan guru untuk mengetahui tingkat hasil
belajar peserta didik dan untuk meningkatkan mutu soal yang telah disusun.
Kegiatan ini merupakan proses pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan
informasi dari jawaban peserta didik untuk membuat keputusan tentang setiap
penilaian.
Langkah yang harus dilakukan untuk mengetahui tingkat kualitas
suatu tes adalah dengan melakukan analisis kualitas tes. Analisis soal
bertujuan untuk mengidentifikasi soal-soal yang baik, kurang baik dan soal
yang tidak baik. Analisis soal harus memenuhi persyaratan yaitu, tingkat
validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis. Analisis soal
yang dikatakan baik apabila memiliki keterangan taraf kesukaran, daya
pembeda, dan pola jawaban atau efektivitas pengecoh. Hal tersebut
menunjukkan pentingnya dilakukan analisis butir soal baik dari segi tingkat
kesukaran, daya pembeda, efektivitas pengecoh, validitas isi maupun konstruk
serta reliabilitas soal (Anita, dkk 2018: 26).
Analisis tes pada umumnya dimaksudkan untuk mengetahui besar
kecilnya indeks tingkat kesulitan, indeks daya beda dan efektivitas pengecoh
soal yang bersangkutan. Analisis tes dapat dilakukan dengan menggunakan
salah satu dari dua cara, tergantung teori tes mana yang digunakan. Teori tes
tersebut dapat berupa teori tes klasik atau teori tes modern. Analisis kualitas
tes merupakan suatu tahap yang harus ditempuh untuk mengetahui derajat
kualitas suatu tes, baik secara keseluruhan maupun butir soal yang menjadi
bagian dari tes tersebut (Iskandar, & Muhammad 2017: 13).
15

Manfaat analisis butir soal adalah : (1) menentukan soal-soal yang


cacat atau tidak berfungsi dengan baik; (2) meningkatkan butir soal melalui
tiga komponen analisis yaitu tingkat kesukaran, daya pembeda, dan pengecoh
soal; (3) meningkatkan validitas soal dan reliabilitas; (4) merevisi soal yang
tidak relevan dengan materi yang diajarkan, ditandai dengan banyaknya anak
yang tidak dapat menjawab butir soal tertentu (Fitrianawati, 2010: 285).

B. Kajian Empirik
1. Rahayu, 2014: 42 menyatakan bahwa soal buatan guru terbukti belum
memenuhi syarat tingkat kesukaran soal yang proporsional. Besarnya proporsi
tingkat kesukaran soal pilihan ganda buatan guru ekonomi di SMA Negeri 5
Jember tidak sesuai dengan teori penilaian hasil belajar yang telah
merumuskan proporsi kesimbangan tingkat kesukaran butir soal. Soal buatan
guru tersebut lebih banyak yang memiliki kategori daya beda yang masih
rendah. Rendahnya tingkat daya beda pada soal pilihan ganda buatan guru
ekonomi di SMA negeri 5 Jember membuat butir soal tersebut belum mampu
membedakan kemampuan siswa pandai dengan siswa kurang pandai.
2. Yani: 114 menyatakan bahwa Berdasarkan analisa data dari hasil penelitian
yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa soal-soal ujian semester ganjil mata
pelajaran proses-proses mesin konversi energi di SMK Negeri 1 Indralaya
Utara tahun pelajaran 2012/2013: 1. Ditinjau dari tingkat kesukaran, secara
keseluruhan dikategorikan sebagai soal yang sedang sebab persentase soal
terbanyak dalam kategori soal yang sedang. 2. Bila ditinjau dari indeks daya
pembeda soal, secara keseluruhan dikategorikan sebagai soal yang baik sebab
persentase soal terbanyak dalam kategori soal yang baik. 3. Ditinjau dari segi
fungsi distraktor, secara keseluruhan dilihat dari hasil jawaban siswa
dikategorikan memiliki distraktor yang telah berfungsi dengan baik.
3. Rosana, 2015: 140 menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, dapat dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut ini.
16

Pertama, telah didapatkan hasil kajian empirik tentang kualitas butir soal pada
UAS Mata Pelajaran Fisika di Kabupaten Lombok Timur tahun 2015 dengan
menggunakan teori respon butir, dan telah teridentifi kasi ketidak wajaran
(inappropriateness) skor tes tersebut. Hasil analisis program Quest yang telah
diteliti adalah bagian output menurut teori respon butir, yang terdiri dari:
kecocokan dengan model, tingkat kesukaran butir tes, reliabilitas soal, dan
estimasi kemampuan responden. Kedua, sebagian besar soal dinyatakan cocok
dengan model Rasch karena nilai infit meansquare-nya 0,77-1,30, kecuali soal
nomor 14 dinyatakan gugur dengan nilai outfit t-nya 2,15. Dari 40 butir soal
yang dibuat, terdapat 2 soal berkategori sangat mudah, 8 soal berkategori
mudah, 25 soal berkategori sedang, 4 soal berkategori sukar dan 1 soal
berkategori sangat sukar. Reliabilitas soal sebagai parameter yang ketiga
mempunyai nilai 0,97 sehingga tes dianggap mempunyai reliabilitas sangat
tinggi. Ketiga, hasil perhitungan dengan teknik caution index, 18,64 %
mempunyai skor yang wajar, indeks rendah dan dapat ditolerir terdeteksi
48,57%, 19,59% terkategori mempunyai indeks ketidak wajaran sedang,
indeks kategori tinggi 9,68%, dan 3,01% dinyatakan mempunyai indeks yang
sangat tidak wajar. Keempat, hasil perhitungan dengan teknik person-fit
statistic dari output Quest, terdapat 2,78% responden mempunyai skor tidak
wajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jumlah peserta yang mempunyai
skor tidak wajar tergolong rendah.
4. Anita, 2018: 46 menyatakan bahwa berdasarkan hasil pembahasan analisis
soal pada bank soal Fisika kelas X di SMA Negeri 2 Bunut Hulu Kabupaten
Kapuas Hulu, maka dapat disimpulkan: (1) Analisis secara kualitatif
berdasarkan konstruk, materi, dan bahasa secara keseluruhan telah sesuai,
namun ada beberapa soal yang perlu diperbaiki pada aspek konstruk, materi
dan bahasa; (2) Analisis secara kuantitatif berdasarkan tingkat kesukaran,
proporsi tingkat kesukaran tidak seimbang. Daya beda soal belum berfungsi
dengan baik. Sebagian besar efektivitas pengecoh pada bank soal Fisika di
17

kelas X SMA Negeri 2 Bunut Hulu sudah berfungsi dengan baik dengan
demikian efektivitas pengecoh dapat diterima dan digunakan. Sebanyak 65%
soal bernilai Valid. Reliabilitas 0,65 dengan kategori sedang sehingga soal
dapat dipercaya untuk mengevaluasi siswa; dan (3) Kemampuan siswa dalam
mengerjakan soal masih berada pada tingkat pengetahuan dan pemahaman.
5. Septiana, 2016: 120 menyatakan bahwa berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : (1) Kualitas soal
Ulangan Akhir Semester (UAS) Biologi tahun pelajaran 2015/2016 kelas X
dan XI di MAN Sampit memiliki kualitas cukup baik, karena sudah sesuai
dengan soal standar, tetapi perlu perbaikan aspek materi dan konstruksi pada
beberapa soal; (2) Tingkat kesukaran butir soal biologi kelas X sebanyak 3
soal kategori sukar, 3 soal kategori sedang, dan 34 soal kategori mudah,
sedangkan pada kelas XI bahwa sebanyak 8 soal kategori sukar, 9 soal
kategori sedang, dan 23 soal kategori mudah; (3) Daya pembeda butir soal
biologi kelas X soal dinyatakan kategori sangat baik tidak ada (0%), kategori
baik 5%, kategori cukup sebanyak 27,5%, dan kategori jelek berjumlah
67,5%, sedangkan pada kelas XI soal dinyatakan kategori sangat baik tidak
ada (0%), kategori baik 5%, kategori cukup sebanyak 30%, dan kategori jelek
berjumlah 65%.; (4) Efektifitas pengecoh butir soal biologi kelas X dari 40
soal terdapat 2 soal termasuk kriteria baik, 10 soal kriteria cukup, 18 soal
kriteria kurang baik, dan 10 soal kriteria tidak baik, pada kelas XI terdapat 3
soal kriteria sangat baik, 6 soal kriteria baik, 12 soal kriteria cukup, 14 soal
kriteria kurang baik, dan 5 soal kriteria tidak baik; (5) Validitas butir soal
biologi kelas X dari 40 soal terdapat 21 soal (52,5%) yang dinyatakan valid
sedangkan soal yang dinyatakan tidak valid sebanyak 19 soal (47,5%), pada
kelas XI dari 40 soal terdapat 16 soal (40%) yang dinyatakan valid sedangkan
soal yang dinyatakan tidak valid sebanyak 24 soal (60%); (6) Reliabilitas butir
soal biologi memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi atau reliabel yakni 0,731
pada kelas X dan 0,667 pada kelas XI.
18

C. Kerangka Berpikir
Kemampuan siswa dapat dievaluasi menggunakan tes dan non tes.
Kemampuan siswa dalam mata pelajaran biologi di SMAN 01 Bombana dan
SMAN 06 Bombana saat ulangan akhir semester ganjil dievaluasi menggunakan
tes tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda atau soal objektif. Soal biologi yang
digunakan untuk ulangan akhir semester ganjil disusun oleh guru biologi dan
belum pernah dianalisis oleh guru biologi di sekolah tersebut. Untuk itu, agar soal
yang digunakan untuk ulangan akhir semester dapat mengetahui kemampuan
siswa dengan tepat, perlu dilakukan analisis soal.
Analisis soal ulangan akhir semester ganjil mata pelajaran biologi SMAN
01 Bombana dan SMAN 06 Bombana bertujuan untuk mengetahui tingkat
kesukaran dan daya pembeda soal tersebut. Setelah dilakukannya analisis, akan
diperoleh informasi mengenai tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal
tersebut . Lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut:

Soal tes buatan guru untuk mata pelajaran Biologi kelas XII SMAN 01 dan
SMAN 06 Bombana belum pernah dianalisis

Analisis Soal

Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Efektivitas Opsi

Hasil Analisis

Gambar 2.3 Diagram kerangka berpikir


Keterangan:
= : Teliti
: Tidak diteliti
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk kategori penelitian ex post facto, bertujuan untuk
mengetahui dan megungkap kualitas soal buatan guru yang digunakan dalam
ulangan mata pelajaran Biologi kelas XII MIPA SMAN 01 Bombana dan SMAN
06 Bombana tahun ajaran 2020/2021 khususnya mengenai tingkat kesukaran dan
daya beda.

B. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh soal tes ulangan Biologi
buatan guru Kelas XII MIPA SMAN 01 sebanyak 20 butir sebagai populasi
A. Berikut seluruh soal tes ulangan biologi buatan guru kelas XII MIPA
SMAN 06 Bombana sebanyak 20 butir sebagai populasi B. Populasi A
dikerjakan oleh siswa sebanyak 80 orang dan untuk populasi B dikerjakan
oleh siswa sebanyak 40 orang dari tingkat kelas dan satuan pendidikan yang
sama, dengan rincian seperti tabel di bawa ini:
Tabel 3.1 Populasi Penelitian

SMAN O1 Bombana Jumlah Butir Jumlah Ssiwa yang


Kelas XII MIPA Soal Mengerjakan Soal
XII MIPA 1 20
XII MIPA 2 20
XII MIPA 3 20 20
XII MIPA 4 20
SMAN O6 Bombana Jumlah Butir Jumlah Ssiwa yang
Kelas XII MIPA Soal Mengerjakan Soal
XII MIPA 1 20
XII MIPA 1 20 20
Total 40 120

19
20

2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah soal ulangan biologi buatan guru
kelas XII MIPA SMAN 01 Bombana dan SMAN 06 Bombana tahun ajaran
2020/2021 masing-masing 20 butir soal dengan demikian sampel ditarik
dengan teknik sampel kisi tipe 1 artinya semua butir soal dikerjakan oleh
sejumlah peserta yang diambil secara acak (Surapranata, 2004: 135).
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di SMAN 01 dan SMAN 06 Bombana
Sulawesi Tenggara.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini adalah tingkat kesukaran dan daya beda soal
biologi kelas XII buatan guru SMAN 01 dan SMAN 06 Bombana.

2. Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Tingkat kesukaran soal biologi mengkaji soal-soal tes dari segi
kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk
mudah, sedang, dan sukar. Tingkat kesukaran tersubut diperoleh dalam
bentuk indeks (angka) melalui rumus berikut:
21

B
I=
N

dikoreksi dengan kategori tingkat kesukaran untuk menentukan soal sukar,


sedang dan mudah.
b. Daya beda soal biologi adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan
siswa yang bodoh (berkemampuan rendah) daya beda tersebut diperoleh
dalam bentuk indeks (angka) melalui rumus berikut:
BA BB
D=  = PA  PB
JA JB
dikoreksi dengan kategori daya pembeda untuk menentukan soal tinggi,
sedang dan rendah.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik
dokumentasi. Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data yaitu :
a. Wawancara kepala sekolah mengenai soal biologi yang digunakan untuk
ulangan semester tahun ajaran 2020/2021.
b. Wawancara guru Biologi juga mengenai soal biologi yang digunakan untuk
ulangan semester tahun ajaran 2020/2021
c. Mengumpulkan soal ulangan semester mata pelajaran Biologi kelas XII
MIPA SMAN 01 Bombana dan SMAN 06 Bombana tahun ajaran
2020/2021 beserta lembar jawaban siswa, dan kunci jawaban yang
diperoleh dari pihak guru biologi yang bersangkutan.
d. Menghitung jawaban benar dan salah setiap lembar jawaban
e. Tabulasi data
f. Memisahkan jawaban siswa SMAN 01 dan SMAN 06 Bombana
22

g. Mengelompokkan jawaban berdasarkan kelas XII MIPA baik SMAN 01


maupun SMAN 06 Bombana.
h. Memisahkan lembaran jawaban yang akan dianalisis berdasarkan teknik
sampling yang digunakan.
i. Menetapkan lembaran jawaban yang akan dianalisis melalui random
sederhana.

F. Teknik Analisis Data


1. Analisis data untuk tingkat kesukaran.
Analisis data tingkat kesukaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Melakukan tabulasi lembar jawaban setiap siswa peserta tes.
b. Menghitung jumlah benar setiap butir soal.
c. Mengurutkan tabulasi lembar jawaban siswa berdasarkan skor, dari skor
tertinggi sampai skor terendah.
d. Menentukan kelompok atas dan kelompok bawah menggunakan belahan 50%
kalau tidak ada skor jawaban yang beririsan antara kelompok atas dan
kelompok bawah. Kalau ada skor jawaban yang beririsan antara kelompok
atas dan kelompok bawah maka digunakan belahan 30%, tetapi kalau masih
ada skor yang beririsan antara kelompok atas da kelompok bawah maka
ditetapkan belahan 27%.
e. Menghitung indeks tingkat kesukaran.
Adapun perhitungannya sebagai berikut.
a) Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal dihitung dengan rumus sebagai berikut :
B
I=
N
dengan :
23

I : Indeks kesulitan untuk setiap butir soal.


B : Banyaknya siswa yang menjawab benar butir soal.
N :Banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang
dimaksudkan.
Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh,
makin sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh,
maka main mudah soal tersebut. Kriteria indeks soal itu adalah:

0-0,30 = Soal kategori sukar


0,31-0,70 = Soal kategori sedang
0,70-1,00 = Soal kategori mudah
(Sudjana, 2004: 137).
2. Analisis data untuk daya beda .
Analisis data daya beda dilakukan dengan langkah-langka sebagai berikut:
a. Memeriksa jawaban soal semua siswa peserta tes.
b. Membuat daftar peringkat hasil tes berdasarkan skor yang dicapainya.
c. Menentukan kelompok atas dan kelompok bawah menggunakan belahan
50% kalau tidak ada tidak ada skor jawaban yang beririsan antara
kelompok atas dan kelompok bawah. Kalau ada skor jawaban yang
beriiran antara kelompok atas dan kelompok bawah maka digunakan
belahan 30%, tetapi kalau masih ada skor yang beriirisan antara
kelompok atas da kelompok bawah maka ditetapkan belahan 27%.
d. Melakukan analisis butir soal, yakni menghitung jumlah siswa yang
menjawab salah dari semua nomor soal, baik pada kelompok pandai
maupun pada kelompok kurang.
e. Menghitung selisih jumlah siswa yang salah menjawab pada kelompok
kurang dengan kelompok pandai (SR-ST).
f. Membandingkan nilai selisih yang diperoleh dengan nilai Tabel Ross &
Stanley
24

g. Menetukan ada tidaknya daya beda pada setiap nomor soal dengan
criteria.
b). Daya beda
Daya beda soal dihitung dengan rumus sebagai berikut :

BA BB
D=  = PA  PB
JA JB

dengan :
D : indeks daya beda
JA : banyaknya peserta kelompok atas
JB : banyaknya peserta kelompok bawah

BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan


benar
BA
BB = :banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
JA
benar
BB
PA = : proporsi peserta tes kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P
JB
sebagai indeks kesukaran).
PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
(Suharsimi 2003: 213-214).

Klasifikasi daya beda adalah sebagai berikut :


DP ≤ 0,00 sangat jelek
DP > 0,00 & DP ≤ 0,20 jelek
DP > 0,20 & DP ≤ 0,40 cukup
DP > 0,40 & DP ≤ 0,70 baik
25

DP > 0,70 & DP ≤ 1,00 sangat baik


(Suherman & Sukjaya 1990: 202)
Berdasarkan klasifikasi di atas dapat diketahui bahwa butir soal
dikatakan baik jika mempunyai indeks daya beda > 0,40. Butir soal yang
mempunyai indeks daya beda negatif tidak baik dan sebaiknya tidak digunakan.
3. Mendeskripsikan hasil analisis.
Dengan koreksi ketentuan patokan yang telah ditetapkan oleh para ahli
sebagai berikut:
Soal tes yang berkualitas berdasarkan tingkat kesukaran adalah soal tes yang
sebarannya mudah: sedang: sukar= 3:4:3. Sedangkan untuk kualitas soal tes
berdasarkan daya beda adalah soal yang indek daya bedanya positif dan
mendekati indek 0,01.
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Sulis T, Zuldafrial 2018, Analisis Kualitas Butir Soal Fisika Kelas X Sekolah
Menengah Atas, Jurnal Pendidikan, vol. 16, no. 1, hh. 24-26, dilihat 27
September 2020,
file:///C:/Users/ASUS/Documents/TA%20JURNAL/PROPOSAL
%20ANA/anita.pdf
Aziza N, R., Dhzillan D 2018, Metode Kuantitatif Dengan Pendekatan Klasik Pada
Aplikasi Analisis Butir Soal Sebagai Media Evaluasi Penentuan Soal Yang
Berkualitas, Jurnal Kilat, vol. 7, no. 1, hh. 16, dilihat 27 September 2020,
file:///C:/Users/ASUS/Documents/TA%20JURNAL/PROPOSAL
%20ANA/aziza.pdf
Bagiyono 2017, Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Butir Soal Ujian
Pelatihan Radiografi Tingkat 1, Widyanuklida, vol.16, no. 1, hh. 3-4, dilihat
27 September 2020,
file:///C:/Users/ASUS/Documents/TA%20JURNAL/PROPOSAL
%20ANA/bugiyono.pdf
Djaali 2000, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan, Jakarta: PPs UNJ.
Febriani I, M 2016, Analisis Butir Soal Ujian Akhir Semester (Uas) Bahasa Jerman
Kelas X Mia 6 Sma Negeri 1 Maospati Tahun Pelajaran 2015/2016,
Laterne, vol. 5, no. 2, hh. 4, dilihat 27 September 2020,
irenamelinda@gmail.com
Fitrianawati M 2010, Peran Analisis Butir Soal Guna Meningkatkan Kualitas Butir
Soal, Kompetensi Guru Dan Hasil Belajar Peserta Didik, Seminar Nasional
Pendidikan Pgsd Ums & Hdpgsdi Wilayah Jawa, ISBN 978-602-70471-2-9,
hh. 283-289, dilihat 27 September 2020,
file:///C:/Users/ASUS/Documents/TA%20JURNAL/PROPOSAL
%20ANA/fitrianawati.pdf
Hanifah N 2014, Perbandingan Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda Butir Soal Dan
Reliabilitas Tes Bentuk Pilihan Ganda Biasa Dan Pilihan Ganda Asosiasi
Mata Pelajaran Ekonomi. Sosio e-ko,vol. 6, no. 1, hh. 46, dilihat 27
September 2020,
file:///C:/Users/ASUS/Documents/TA%20JURNAL/PROPOSAL
%20ANA/hanifah.pdf

26
27

Iskandar A, Muhammad R 2017, Analisis Kualitas Soal Di Perguruan Tinggi


Berbasis Aplikasi Tap, Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, vol. 21,
no. 2, hh. 13, dilihat 27 September 2020,
file:///C:/Users/ASUS/Documents/TA%20JURNAL/PROPOSAL
%20ANA/iskandar.pdf
Kasim ABD 2013, Kualitas Tes Buatan Guru, Jurnal Normalita, vol. 1, no.1, hh. 134,
dilihat 27 September 2020,
file:///C:/Users/ASUS/Documents/TA%20JURNAL/PROPOSAL
%20ANA/KASIM.pdf
Kurniawan T 2015, Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester Gasal Mata
Pelajaran Ips Sekolah Dasar, Journal Of Elementary Education, ISSN 2252-
9047, hh. 2, dilihat 27 September 2020,
file:///C:/Users/ASUS/Documents/TA%20JURNAL/PROPOSAL
%20ANA/kurniawan.pdf
Permatasari A, 2014, Pengelolaan Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik Secara
Online, Manajemen Pendidikan, vol. 24, no. 3, hh. 260, dilihat 27
September 2020,
file:///C:/Users/ASUS/Documents/TA%20JURNAL/PROPOSAL
%20ANA/permatasari.pdf
Raafi, La Ndia 2015, Kualitas Tes Buatan Guru Pada Soal Pilihan Ganda Mata
Pelajaran Matematika Kelas VIII Smp Negeri 4 Kendari Semester Genap
Tahun Pelajaran 2013/2014, Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika, vol.
3, no. 1, hh. 168, dilihat 27 September 2020,
file:///C:/Users/ASUS/Documents/TA%20JURNAL/PROPOSAL
%20ANA/RAAFI.pdf
Rahayu T, D., Bambang H, P., Sukidin 2014, Analisis Tingkat Kesukaran Dan Daya
Beda PadaSoal Ujian Tengah Semester Ganjil Bentuk Pilihan Ganda Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas X Di Sma Negeri 5 Jember Tahun Ajaran 2012-
2013, Jurnal Edukasi Unej, vol. 1,no. 1, hh. 42, dilihat 27 September 2020,
file:///C:/Users/ASUS/Documents/TA%20JURNAL/PROPOSAL
%20ANA/rahayu.pdf
Rahayu R 2016, Analisis Kualitas Soal Pra Ujian Nasional Mata Pelajaran Ekonomi
Akuntansi, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesi, vol. 14, no. 1, hh. 89,
dilihat 27 September 2020,
28

file:///C:/Users/ASUS/Documents/TA%20JURNAL/PROPOSAL
%20ANA/rahayu.pdf
Rahim A, WaMuna, Hilaluddin H 2019, Analisis Kualitas Tes Buatan Guru Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Smp Kelas IX Berbasis Hots, Jurnal
Pendidikan Bahasa,Vol. 8 vol. 8, no. 2, hh. 30-35, dilihat 27 September
2020,
file:///C:/Users/ASUS/Documents/TA%20JURNAL/PROPOSAL
%20ANA/rahim.pdf
Rapono M, Safrial, Candra W 2019, Urgensi Penyusunan Tes Hasil Belajar: Upaya
Menemukan Formulasi Tes Yang Baik dan Benar, Jurnal Pendidikan Ilmu-
ilmu Sosial, vol. 11, no.1, hh 96, dilihat 27 September 2020,
file:///C:/Users/ASUS/Documents/TA%20JURNAL/PROPOSAL
%20ANA/rapono.pdf

Rosana D, Sukardiyono 2015, Analisis Butir Dan Identifikasi Ketidakwajaran Skor


Ujian Akhir Sekolah Untuk Standarisasi Penilaian, Jurnal kependidikan,
vol. 42, no. 2, hh. 140, dilihat 27 September 2020,
file:///C:/Users/ASUS/Documents/TA%20JURNAL/PROPOSAL
%20ANA/rosana.pdf
Septiana N 2016, Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester (Uas) Biologi Tahun
Pelajaran 2015/2016 Kelas X Dan Xi Pada Man Sampit, Edusains, vol. 4,
no. 2, hh. 120, dilihat 27 September 2020,
file:///C:/Users/ASUS/Documents/TA%20JURNAL/PROPOSAL
%20ANA/septiana.pdf
Sudjana N 2004, Penilaian Hasil Proses Hasil Belajar Mengajar, Bandung: PT
Grasindo.
Suharsimi A, 2003, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bina Aksara.
Suherman, Sukjaya 1990, Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan
Matematika, Bandung Wijayakusuma hh. 202, dilihat 27 September 2020,
file:///C:/Users/ASUS/Documents/TA%20JURNAL/PROPOSAL
%20ANA/suherman.pdf
Surapranata S 2004, Analsis, Validitas, Realibilitas dan Interpretasi Hasil Tes,
Bandung; PT Remaja Rosdakarya.
29

Taib E., N 2014, Analisis Kualitas Aspek Materi Butir Soal Buatan Dosen ,Jurnal
Biotik, vol. 2, no. 2, hh. 116, dilihat 27 September 2020,
file:///C:/Users/ASUS/Documents/TA%20JURNAL/PROPOSAL
%20ANA/TAIB.pdf
Yani A 2013, Analisis Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda Dan Fungsi Distraktor
Soal Ujian Semester Ganjil Mata Pelajaran Produktif Di Smk Negeri 1
Indralaya Utara Tahun Pelajaran 2012/2013, Analisis Tingkat Kesukaran,
Universitas Driwijaya, hh. 114, dilihat 27 September 2020,
file:///C:/Users/ASUS/Documents/TA%20JURNAL/PROPOSAL
%20ANA/yani.pdf
Zulfadli, Ibnu K, Marthunis M 2015, Analisis Kualitas Butir Soal Ujian Semester
Genap Mata Pelajaran Kimia Kelas X MAN Model Banda Aceh Tahun
Pelajaran 2014/2015 Menggunakan Program Proanaltes, Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pendidikan Kimia, vol. 1, no. 4, hh. 70, dilihat 27 September
2020,
file:///C:/Users/ASUS/Documents/TA%20JURNAL/PROPOSAL
%20ANA/zulfadli.pdf

Anda mungkin juga menyukai