Anda di halaman 1dari 4

 Sanksi dan contoh kasus

Pada setiap pelanggaran yang dilakukan oleh setiap subjek hukum pasti akan
mendapatkan sanksi yang tegas oleh norma hukum, tidak terkecuali sanksi hukum atas
kasus monopoli perdagangan. Terdapat contoh kasus atas praktek monopoli di Indonesia,
yakni kasus PT Carrefour.
PT Carrefour Indonesia telah melakukan perjanjian dengan para pemasok yang
memuat syarat-syarat perdagangan (Trading Terms) dan berlaku selama 1 tahun Trading
Terms yang ditetapkan antara lain: Listing Fee, Minus Margin, Anniversary Discount,
Common Assorted Cost, Store Remodeling Discount, Opening Cost / New Store, dan
Opening Discount.
 Listing Fee Adalah biaya pemasok untuk memasok produk baru pada PT.
Carrefour Indonesia Berfungsi sebagai jaminan apabila barang tidak laku dan
hanya ditetapkan sekali PT. Carrefour Indonesia menetapkan Listing Fee pada
pemasok per item produk per gerai PT. Carrefour Indonesia
 Minus Margin Adalah syarat bahwa pemasok menjamin bahwa harga produk yang
dijual oleh pemasok pada PT. Carrefour Indonesia tidak lebih mahal dari harga
produk yang sama yang dijual pada pesaing PT. Carrefour Indonesia Bila
ditemukan bukti tertulis bahwa harga beli PT. Carrefour Indonesia lebih mahal
dari pesaingnya, maka PT. Carrefour Indonesia berhak mendapat kompensasi dari
pemasok sebesar selisih dari harga beli PT. Carrefour Indonesia dengan harga jual
pesaing Market Power PT. Carrefour Indonesia.
PT. Carrefour Indonesia memiliki (market power) yang lebih besar
dibandingkan dengan peritel lain di pasar hypermarket, karena:
1. PT. Carrefour Indonesia merupakan peritel pasar modern yang terbesar di pasar
hypermarket dengan memiliki 16 gerai dan beberapa gerai adalah yang terluas
dibandingkan gerai peritel hypermarket lain.
2. PT. Carrefour Indonesia termasuk pelopor/incumbent di pasar ritel modern dengan
konsep hypermarket.
3. Posisi gerai PT. Carrefour Indonesia banyak terletak di lokasi strategis yg
memberikan akses signifikan kepada konsumen.
4. Gerai PT. Carrefour Indonesia memiliki tingkat kenyamanan dan kelengkapan
fasilitas yang tinggi.
5. Jenis item produk yang dijual termasuk yang paling lengkap.
Akibatnya, market power menimbulkan ketergantungan bagi para pemasok,
karena:
1. PT. Carrefour Indonesia memiliki kemampuan akses untuk menjual produk
kepada konsumen yang lebih besar melalui banyaknya jumlah gerai
2. Gerai PT. Carrefour Indonesia sebagai tempat promosi untuk menaikan citra
produk pemasok dan promosi produk baru
3. Prosentase nilai penjualan produk pemasok di gerai PT. Carrefour Indonesia
cukup signifikan dibandingkan dengan total nilai penjualan produk pemasok
4. Gerai PT. Carrefour Indonesia banyak terdapat di lokasi yang strategis
5. Dengan masuknya produk di gerai PT. Carrefour Indonesia, Pemasok akan lebih
mudah memasukkan produknya ke gerai pesaing PT. Carrefour Indonesia
Akibat Ketergantungan Pemasok Pemasok memiliki bargaining power yang
lemah dalam bernegosiasi dengan Terlapor dalam menyepakati syarat-syarat
perdagangan (trading terms). Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999 PT. Carrefour
Indonesia telah melanggar Pasal 19 huruf a dan huruf b.
Pasal 19 huruf a Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa
kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa menolak
dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang
sama pada pasar bersangkutan. Sedangkan Pasal 19 huruf b, yakni mematikan usaha
pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
Melalui persyaratan Minus Margin, PT. Carrefour Indonesia terbukti telah
menghalangi pelaku usaha lain dalam melakukan kegiatan dalam jenis usaha yang
sama di wilayah DKI Jakarta Fakta: salah satu pemasok produk Susu menghentikan
pasokannya pada Hypermarket Giant (pesaing PT. Carrefour Indonesia) karena takut
dikenakan sanksi Minus Margin. Melalui persyaratan Minus Margin, PT. Carrefour
Indonesia telah menghambat persaingan usaha dengan cara tidak jujur dan melawan
hukum è Minus Margin menimbulkan hambatan persaingan bagi pelaku usaha
pesaing PT. Carrefour Indonesia berupa hambatan dari segi perolehan barang dan dari
segi penentuan harga jual.
Dalam segi teori sendiri, sanksi terhadap adanya pelanggaran undang-undang
monopoli ada dua macam sanksi yaitu berupa sanksi administrative dan sanksi pidana.
1. Sanksi Administrative
Dalam hal ini Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa sanksi atau
tindakan administrative trhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-
undang ini, yang berupa:
a. Penetapan pembatalan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
sampai dengan Pasal 13, Pasal 15, dan Pasal 16; dan atau
b. Perintah pada pelaku usaha untuk menghentikan integrase vertical
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14; dan atau
c. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang terbukti
menimbulkan praktek monopoli dan atau menyebabkan persaingan usaha
tidak segat dan atau merugikan masyarakat; dan atau
d. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan penyalahgunaan posisi
dominan; dan atau
e. Penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha dan
pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28; dan atau
f. Penetapan pembayaran ganti rugi; dan atau
g. Pengenaan denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,000 (satu miliar
rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 25.000.0000.000,00 (dua puluh lima miliar
rupiah).
2. Sanksi Pidana
Sedangkan sanksi pidana bukan merupakan kewenangan Komisi atau
KPPU melainkan menjadi kewenangan dari Lembaga Pengadilan. Tentang sanksi
pidana diatur dalam pasal 48 yang berupa pidana pokok dan 49 untuk pidana
tambahan sebagai berikut:
a. Pidana Pokok:
1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan Pasal 14,
Pasal 16 sampa dengan Pasal 19, Pasal 25 Pasal 27, dan Pasal 28 diancam
denda serendah-rendahnya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar
rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 100.000.000.000,00, tau pidana
kurungan pengganti denda selama-lamanya 6 (enam) bulan.
2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pasal 15,
Pasal 20 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 undang-undang ini diancam
denda serendah-rendahnya Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan
setinggi-tingginya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah),
atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 5 (lima) bulan.
3) Pelanggaran terhadap ketentyan Pasal 41 undang-undang ini diancam
pidana denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 3 (tiga) bulan.
b. Pidana Tambahan:
Dengan menunjuk ketentuan Pasal 10 Kitab Undang-undang Hukum
Pidana, terhadap pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 48 dapat dijatuhkan
pidana tambahan berupa:
1) Pencabutan izin usaha; atau
2) Larangan kepada pelaku usaga yang telah terbukti melakukan pelanggaran
terhadap undang-undang ini untuk menduduki jabatan direksi atau
komisaris sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan selama-lamanya 5 (lima)
tahun; atau
3) Penhgentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan timbulnya
kerugian pada pihak lain.

Anda mungkin juga menyukai