Anda di halaman 1dari 10

Nama : Vione Sagita Efendi

NIM : 190214613225
OFF : KA 2019
Mata kuliah : Pendidikan Bahasa Indonesia

Tugas
1. Jelaskan apa yang dimaksud teknik pengolahan informasi dari berbagai sumber dalam
penulisan karya ilmiah! Berikan contohnya juga!
2. Buatlah kutipan/catatan perut dengan menggunakan teknik-teknik untuk mengolah
referensi tersebut!

Jawaban
1. Teknik pengolahan informasi dari berbagai sumber dalam penulisan karya ilmiah
merupakan teknik penulisan yang membutuhkan banyak referensi ilmiah sebagai sumber
informasi awal, penguat argumen, temuan penelitian, pembanding, pendukung dan atau
pelengkap informasi yang disajikan. Adanya pengolahan informasi yang tepat perlu
dilakukan agar substansi karya ilmiah menjadi utuh dan relevan sesuai dengan tujuan
penulisan. Dalam muatan informasi di berbagai referensi tersebut tidak serta merta
dikutip sesuai redaksi yang tertulisa dalam sumber. Terdapat berbagai cara yang dapat
dilakukan dalam pengolahan informasi. Berikut merupakan contoh pengolahan informasi
dari berbagai sumber dalam penulisan karya ilmiah, diantaranya :
a. Pengolahan Informasi dengan Teknik Parafrase
Parafrase dapat diartikan sebagai penguraian kembali informasi tertentu secara lebih
spesifik, tanpa mengubah makna atau substansi informasi tersebut. Dapat juga
diartikan sebagai teknik atau cara mendaur ulang ide maupun gagasan dari sebuah
informasi agar menjadi tulisan baru tanpa mengubah makna aslinya. Parafrase
merupakan teknik menulis yang jauh dari kata plagiarism. Dalam penulisan dan
penyusunan karya ilmiah, parafrase merupakan hal yang penting. Dengan adanya
parafrase diharapkan pembaca dapat memahami pembahasan secara mendalam
dengan adanya kata – kata baru yang dapat lebih mudah untuk dipahami.
Hal tersebut dapat diamati melalui beberapa contoh diantaranya :
 Teknik Parafrase dalam Mengolah Informasi
Informasi :
“Belajar adalah proses transfer ilmu dengan beragam cara” (Danis, 2008:7).
Hasil Parafrase:
Belajar dapat diartikan sebagai proses pengiriman informasi, pengetahuan, dan atau
pengalaman dari satu orang ke orang yang lain melalui berbagai cara (Danis,
2008:7).

Pada umumnya parafrase digunakan guna menerjemahkan informasi yang ditulis


dalam istilah teknis atau ilmiah yang kemungkinan sulit dipahami oleh pembaca
apabila tidak terdapat keterangan lebih lanjut. Perlu adanya teknik keefektifan
pembahasan dalam kegiatan parafrase karena walaupun teknik parafrase digunakan
untuk membahas secara rinci informasi singkat yang disajikan dalam sumber rujukan,
namun kalimat hasil parafrase tetap saja perlu disusun berdasarkan prinsip
keefektifan.

b. Pengolahan Informasi dengan Teknik Perangkuman


Dalam pengolahan informasi yang berasal dari pembahasan mendetail terkait suatu
hal dapat dilakukan teknik perangkuman. Teknik perangkuman sangat efektif guna
dimanfaatkan dalam pengolahan informasi dari sumber rujukan karena penggunaan
kutipan langsung sesuai dengan redaksi asli umumnya sulit dikaitkan secara langsung
dengan informasi, gagasan, atau argumen yang hendak disajikan oleh seorang penulis
karya ilmiah. Terdapat hal yang perlu dilakukan untuk menemukan intisari dari
sebuah pembahasan yaitu dengan memisahkan ide – ide utama dengan ide – ide
penunjang. Proses pemisahan tesebut dapat dilakukan dengan beberapa cara
diantaranya : membaca informasi secara berulang, menganalisis dan menandai kata
kunci yang berkaitan dengan fokus informasi yang ingin dikutip, dan menganalisis
serta menandai keterangan inti sesuai fokus informasi yang ingin dikutip. Adapun
langkah perangkuman yang perlu dilakukan adalah menyimpulkan hasil analisis dan
mempertimbangkan kesesuaiannya dengan informasi yang akan dikaitkan dalam
karya ilmiah yang ditulis. Dalam pengolahan informasi dengan teknik perangkuman
tetap harus dilengkapi dengan pencantuman identitas sumber rujukan sesuai dengan
tata pengutipan yang dipilih. Adapun berikut merupakan contoh Hasil Pengolahan
Informasi dengan Teknik Perangkuman :
 Informasi sesuai redaksi asli
Sejak kedatangan Islam wakaf telah dilaksanakan berdasarkan paham
yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Islam Indonesia, yaitu dengan adat
kebiasaan setempat, seperti halnya secara lisan yang mana hal tersebut atas dasar
saling percaya kepada seseorang atau lembaga tertentu, kebiasaan memandang
wakaf sebagai amal saleh yang mempunyai nilai mulia di hadirat Tuhan tanpa
harus melalui prosedur administratif, dan harta wakaf dianggap milik Allah
semata dan tidak akan pernah ada pihak yang berani mengganggu gugat.
Mengingat demikian besarnya pahala wakaf, serta peranan objek wakaf
dalam kehidupan masyarakat Islam khususnya di Indonesia, sebagaimana telah
banyak kita ketahui bahwa hampir semua objek dari perwakafan berupa bangunan
yang berfungsi sebagai sarana keagamaan, sem isal sekolah, madrasah, pesantren,
langgar, mushola, rumah sakit, balai pengobatan, klinik dan panti asuhan yatim.
Maka sudah waktunya tanah wakaf mendapat perhatian yang khusus dalam
konstelasi hukum tanah nasional.
Hal ini mengingat di zaman sekarang hanya dari sebuah keikhlasan dari
seseorang yang menyerahkan wakaf dan orang- orang yang menerima sebagai
amanah, tidak dapat dijadikan sebagai jaminan bagi kelangsungan tujuan
pengelolaan harta wakaf itu sendiri, baik bagi si wakif atau maukuf alaih. Hal ini
jika keduanya masih hidup biasanya mungkin tidak akan terjadi apa-apa, tapi
kalau keduanya sudah meninggal dunia atau salah satu ada yang meninggal dunia
maka akan menjadi lain masalahnya. (Fatoni, 2011: 166)
 Contoh kutipan hasil perangkuman
Menurut Fatoni (2011:166) dinamika problematika ibadah wakaf di Indonesia
telah berlangsung sejak ajaran Islam meluas. Wakaf yang umumnya diwujudkan
dalam bentuk objek material akan menimbulkan permasalahan apabila sang
pemberi wakaf dan pengelola wakaf (salah satu dan atau keduanya) meninggal
dunia. Oleh karena itu, permasalahan wakaf perlu dibahas secara spesifik dalam
konstelasi hukum tanah nasional.

c. Pengolahan Informasi dengan Teknik Pembandingan


Dalam pengolahan informasi yang saling berkaitan, penulis sering melakukan
penambahan frasa hubung antar kalimat atau paragraf. Penggunaan frasa hubung pada
dasarnya merupakan suatu hal yang sah dalam pengolahan informasi, namun
hendaknya hal tersebut harus disertai dengan hasil analisis keterkaitan antar masing-
masing informasi (teknik pembandingan) serta diakhiri dengan kalimat simpulan dari
penulis. Teknik pembandingan dimanfaatkan guna menjabarkan dan membandingkan
beberapa pendapat, teori, maupun informasi terkait suatu hal yang dibahas dalam
beberapa sumber rujukan. Teknik pembandingan merupakan suatu hal yang penting
untuk menunjukkan bahwa karya ilmiah yang dihasilkan telah melalui berbagai
sumber rujukan ilmiah yang berisi informasi dengan topik serupa.
Berikut merupakan contoh hasil pembandingan informasi dalam karya ilmiah :
Istilah topik dan tema seringkali dimaknai secara
tumpang tindih oleh berbagai kalangan. Padahal, istilah
tersebut memiliki makna yang berbeda. Menurut Wahab dan Bagian
Pengantar
Lestari (1999:3) topik adalah ruang lingkup permasalahan
awal yang akan dibahas. Berbeda dengan topik, tema lebih
bersifat hipotetis.
Artinya, tema merupakan suatu pernyataan
sementara yang didasarkan pada topik. Pendapat tersebut Kutipan
disepakati oleh Pujiono (2013:2) yang menyebutkan bahwa informasi
yang
topik merupakan masalah atau gagasan yang akan digarap
dibandingkan
dalam sebuah karangan, sedangkan tema adalah hasil
pengembangan topik berupa kalimat pernyataan.
Konsep pengembangan topik sebagai definisi
tema yang ditawarkan oleh Pujiono secara eksplisit
memang tidak mengarah pada istilah hipotesis yang Hasil analisis
dan
digunakan Wahab dan Lestari. Akan tetapi ketiganya pembandingan
tampak sepakat bahwa tema merupakan hasil
pengolahan topik menjadi pernyataan yang lebih ...
Berdasarkan perbedaan signifikan antara topik
Hasil
dan tema, maka dapat disimpulkan bahwa topik Penyimpulan
adalah... , sedangkan tema....
d. Pengolahan Informasi dengan Teknik Penguatan
Pengolahan informasi karya ilmiah dalam konsep penguatan diartikan sebagai
pencantuman informasi berupa kutipan guna menguatkan dan atau membuktikan
faktualitas, keabsahan, dan kebenaran argumen atau temuan penelitian yang hendak
dipublikasikan melalui karya ilmiah.Penulis yang baik akan menjadikan informasi
dari bahan bacaan atau sumber rujukan sebagai penunjang ide atau gagasan yang
ingin dikemukakan, adapun penulis harus memiliki ide orisinil yang kemudian
dikuatkan dengan informasi dari berbagai sumber. Penulis karya ilmiah tidak hanya
mengolah informasi dari berbagai sumber rujukan dan mencantumkannya dalam
karya yang ditulis sehingga perlu pengolahan informasi dengan teknik penguatan.
Berikut merupakan contoh yang dapat diamati terkait pengolahan informasi dengan
teknik penguatan :

Di era kecanggihan informasi seperti saat ini, para orang tua


tentu mengalami kesulitan untuk membatasi penggunaan
gadget pada anak, karena tuntutan zaman mengharuskan
anak-anak mengenal dan memanfaatkan gadget dalam
Argumen
kehidupan sehari-hari. Kekhawatiran akan nihilnya filtrasi
informasi yang tersedia dan dapat diakses melalui gadget
perlu mendapat perhatian khusus karena hal-hal negatif dapat
dengan mudah ditiru oleh anak-anak.
Budiman (2013) memberitakan bahwa untuk kesekian kalinya
Kutipan
terjadi penculikan anak akibat aktivitas pertemanan di media penguat
sosial facebook. Kasus semacam inilah yang perlu diwaspadai argumen
oleh para orang tua. Oleh karena itu, pengembangan program
filtrasi informasi sangat penting untuk dilakukan. Program
Gagasan
yang mungkin dikembangkanadalah detector usia.
e. Teknik Pertentangan
Teknik pertentangan dalam konteks pengolahan informasi dari sumber rujukan ilmiah
merupakan teknik pencantuman informasi kutipan guna menentang atau menyanggah
temuan penelitian maupun argumen yang tidak sesuai atau sejalan dengan temuan
guna menguatkan karya ilmiah yang hendak dipublikasikan. Berikut merupakan
contoh teknik pertentangan dalam penulisan karya ilmiah :
 Menurut Rutherford atom merupakan elektron bergerak mengelilingi inti dalam
lintasan-lintasan seperti planet-planet menitari matahari dalam tata surya. Berbeda
dengan Rutherford, Bohr mengatakan bahwa atom adalah elektron berotasi
mengelilingi inti tidak sembarang pada lintasan, tetapi pada lintasan-lintasan
tertentu tanpa membebaskan energi. Lintasan ini disebut lintasan stasioner dan
memiliki energi tertentu. (Zulfatus dkk, 2015:561)

2. Catatan perut atau innote (intext notation) adalah pengutipan dan penulisan rujukan
dalam badan teks makalah, artikel, atau karya ilmiah yang lain. Tata pengutipan innote
atau catatan perut banyak digunakan di Indonesia. Dalam konsep innote, kutipan dan
identitas referensi yang menjadi sumber rujukan ditulis dalam badan teks dengan dua
cara, yakni kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Pengutipan langsung
dilakukan dengan menyalin informasi sesuai dengan redaksi yang tercantum dalam
referensi/sumber kutipan. Terdapat dua cara pengutipan langsung dalam penulisan karya
ilmiah, yakni kutipan kurang dari 40 kata dan kutipan lebih dari 40 kata. Berikut
merupakan penjelasan terkait :
1. Kutipan dengan jumlah kurang dari 40 kata harus ditulis dalam badan teks secara
terpadu dan diapit oleh tanda kutip (“...”). Keterangan mengenai identitas sumber
kutipan juga perlu dicantumkan. Adapun keterangan yang perlu dicantumkan hanya
terbatas pada: nama belakang penulis, tahun penulisan referensi atau sumber rujukan,
dan halaman yang dikutip. Ketiganya dapat ditulis dalam dua model sesuai dengan
contoh berikut :
a. Kutipan langsung kurang dari 40 Kata (Model 1)
Hartono (2008:93) menyatakan bahwa “variasi aktivitas pembelajaran dapat
berupa ceramah dan pembelajaran dengan kelompok kecil”. Ciri khas penulisan
kutipan langsung pada model 1 ditandai dengan peletakan nama belakang penulis
buku atau sumber rujukan lainnya di awal kalimat. Tahun penerbitan sumber
rujukan dan halaman yang dirujuk diletakkan di dalam kurung setelah nama
belakang penulis. Kutipan informasi ditulis dengan diapit tanda kutip setelah
penyebutan nama, tahun, dan halaman.
b. Kutipan langsung kurang dari 40 Kata (Model 2)
Simpulan dari penelitian tersebut adalah “Ahmad Tohari memunculkan tiga
klasifikasi kelas menurut trikotomi Geertz, yaitu (a) santri, (b) priyayi, dan (c)
abangan” (Rohman, 2015:102).

Secara teknis peletakan identitas sumber kutipan langsung pada model 2 berbeda
dengan model 1. Dimana pada model 2, keterangan identitas sumber diletakkan di
bagian akhir. Seluruh informasi yang mencakup nama belakang penulis, tahun,
dan halaman diletakkan dibagian akhir dan diapit tanda kurung.
Ukuran huruf pada kutipan langsung kurang dari 40 kata sama dengan ukuran
huruf pada paragraf normal, yakni 12. Jenis huruf yang umum digunakan dalam
penulisan karya ilmiah adalah Times New Roman, selain itu dapat juga Calibri
atau Arial. Dimana hal tersebut bergantung pada konvensi penulisan masing –
masing lembaga atau instansi.

Selanjutnya selain kutipan langsung kurang dari 40 kata, terdapat pula kutipan
langsung yang lebih dari 40 kata. Cara penulisan kutipan langsung lebih dari 40
kata memiliki ciri khusus. Hal tersebut dapat diamati melalui contoh berikut :
a. Kutipan langsung lebih dari 40 Kata (Model 1)
Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum
sekolah. Hartono (2008:51) mengemukakan beberapa hal tersebut sebagai
berikut.
Dalam menyusun kurikulum sekolah, hendaknya dipertimbangkan bahan-
bahan pelajaran yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut pada tingkat
sekolah yang berikutnya dan hendaknya sudah diajarkan pada tingkat
sebelumnya dan bahan pelajaran yang sudah diajarkan pada tingkat sekolah
yang lebih rendah tidak perlu lagi diajarkan lagi pada tingkat sekolah yang
lebih tinggi.
Pada contoh kutipan langsung lebih dari 40 kata pada model 1 tersebut
menunjukkan bahwa terdapat pemisahan antara paragraf normal (badan
paragraf) dengan paparan informasi yang dikutip dari buku referensi. Dalam
penulisan karya ilmiah, spasi yang digunakan pada paragraf normal umumnya
adalah 1,5 atau 2 spasi (bergantung pada konvensi lembaga atau instansi).
Untuk membedakan paragraf normal dengan kutipan langsung lebih dari 40
kata, maka spasi yang digunakan pada kutipan adalah 1. Tepi kanan dan kiri
pada kutipan juga dibuat menjorok 1,2 cm. selain itu, ukuran huruf pada
kutipan lebih dari 40 kata juga diperkecil menjadi 11.
b. Kutipan langsung lebih dari 40 Kata (Model 2)
Dalam menyusun kurikulum sekolah, hendaknya dipertimbangkan (1) bahan-
bahan pelajaran yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut pada tingkat
sekolah yang berikutnya dan hendaknya sudah diajarkan pada tingkat
sebelumnya dan (2) bahan pelajaran yang sudah diajarkan pada tingkat
sekolah yang lebih rendah tidak perlu lagi diajarkan lagi pada tingkat sekolah
yang lebih tinggi (Hartono, 2008:51).
Selain teknik pengutipan langsung, terdapat pula teknik pengutipan tidak
langsung. Pengutipan tidak langsung, yang berarti melakukan penyaringan
informasi dari sumber rujukan untuk kepentingan penulisan karya ilmiah. Artinya,
informasi yang dikutip tidak serta merta sesuai dengan redaksi asli dari sumber
rujukan. Informasi yang telah disaring dapat disajikan dalam bentuk parafrase
atau simpulan dengan bahasa/pemaparan yang berbeda dengan redaksi sumber.
Agar dapat mudah memahami perbedaan spesifik antara kutipan tidak langsung
dengan kutipan langsung berikut merupakan contoh pengutipan pengutipan tidak
langsung.
a. Kutipan Tidak Langsung (Model 1)
Redaksi Asli
Sudah menjadi pemahaman bersama bahwa puisi itu memiliki banyak tafsir
(Suharianto, 2009:22).
Kutipan Tidak Langsung
Suharianto (2009:22) menyepakati pandangan umum yang menyatakan bahwa
puisi sebagai salah satu jenis karya sastra bersifat multitafsir. Artinya, saat dua
orang membaca sebuah puisi yang sama, penafsiran atau pemahaman
keduanya terhadap puisi tersebut mungkin saja berbeda (bergantung pada
pengalaman dan pengetahuan masing-masing pembaca).
Contoh kutipan tidak langsung model 1 menunjukkan bahwa adanya
pengungkapan kembali informasi dari sumber rujukan secara rinci dengan
perubahan redaksi, namun tanpa mengubah maknanya. Contoh tersebut
menunjukkan bentuk parafrase dalam pengutipan tidak langsung. Parafrase
berarti pengungkapan kembali suatu konsep dengan cara yang berbeda dalam
bahasa yang sama, tanpa mengubah makna dari konsep yang disajikan.
b. Kutipan Tidak Langsung (Model 2)
Redaksi Asli
Seperti yang kita ketahui, dalam menafsirkan puisi, seorang penafsir dituntut
memberikan alasan atau argumentasi atas tafsirannya itu. Alasannya itu pun
harus berdasar yang dapat dirunut alur pikirnya. Dengan ungkapan lain,
penafsirannya itu harus dapat dipertanggungjawabkan. Apakah tafsiran dan
pertanggungjawabannya itu betul atau tidak yang paling tahu tentulah si
penulis puisi yang bersangkutan (Suharianto, 2009:22).
Kutipan Tidak Langsung
Penafsiran puisi harus berdasarkan pada kelogisan argumentasi, kerunutan
alur pikir, dan pertanggungjawaban tafsir (Suharianto, 2009:22).
Secara teknis, pengutipan tidak langsung dengan model 2 sama halnya dengan
pengutipan tidak langsung model 1. Perbedaan di antara keduanya terletak
pada paparan informasi yang ditulis. Jika paparan informasi pada model 1
berupa parafrase, maka paparan informasi pada model 2 berupa simpulan.

Anda mungkin juga menyukai