Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN TENTANG PEMAKAIAN ULANG

(REUSE) PERALATAN DAN MATERIAL


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT

1
BAB 1
DEFINISI

Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, tempat pencegahan
dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan penderita yang dilakukan
secara multi disiplin oleh berbagai kelompok profesional terdidik dan terlatih yang menggunakan
prasarana dan sarana fisik, perbekalan farmasi dan alat kesehatan.
Rumah sakit memiliki karakteristik tersendiri dalam melaksanakan fungsinya, salah
satunya rumah sakit merupakan sebuah institusi besar yang sarat dengan peralatan berteknologi
canggih yang dioperasionalkan oleh sekumpulan orang dengan keahlian dan bakat sesuai yang
diperlukan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.220/Men.Kes/Per/IX/1976 tertanggal 6
September 1976, yang dimaksud dengan alat kesehatan adalah barang, instrumen atau aparat
yang digunakan untuk:
1. Pemeliharaan dan perawatan kesehatan dan alat kesehatan
2. Dipakai untuk menentukan diagnosa
3. Untuk membantu/ mencegah kerusakan lebih lanjut
4. Untuk penyembuhan, pencegahan penyakit, atau kelainan yang menganggu kesehatan
5. Pemulihan, perbaikan, atau perubahan suatu fungsi badan/ struktur badan manusia
6. Diagnosa kehamilan atau pemeliharaan selama kehamilan dan setelah kehamilan
termasuk pemeliharaan bayi
7. Usaha mencegah kehamilan pada manusia, tidak termasuk golongan obat
8. Sebagai media invasif.
Penggolongan alat kesehatan antara lain:
A. Menurut Fungsi
1) Peralatan medis, seperti:
 EGC monitor/ alat-alat yang digunakan di ICU/ ICCU
 Emergency set, oksigen set, dan alat di kamar operasi
 Alat-alat penunjang diagnosa seperti otoskop, rinoskop, termometer dan tensimeter
 Utensilien seperti bak bengkok/ nierbeken, urinal, bad pan, dan kateter
2) Peralatan non-medis seperti alat dapur, generator, peralatan cucian, dan sendok

B. Menurut Sifat Pemakaian


1) Consumable/ disposable/ sekali pakai seperti spuit, kateter, mag slang, dan kondom
2) Peralatan tahan lama yang dipakai terus-menerus seperti instrumen operasi, bengkok, dan
otoskop

2
C. Menurut Kegunaannya
1) Sistem gastrointestinal seperti kateter canul dan NGT
2) THT seperti otoskop dan rinoskop
3) Sistem reproduksi seperti kateter, bougic aparat, hegar dan, speculum vagina/ instrument
ginekologi
4) Dentalog/ alat gigi
5) Kardiovaskuler seperti ECG, layar monitor dan venulon dengan banyak jenisnya
6) Sistem ambulans/ bantu gerak seperti kursi beroda dan kruk
7) Untuk terapi seperti lampu merah, blue life, dan alat fisioterapi
8) Perlindungan sistem integumen seperti wind ring/ bantal angin

D. Menurut Keputusan Menkes RI No.116/SK/1979


1) Preparat untuk pemeliharaan dan perawatan kesehatan
2) Peptisidan dan insektisida pembasmi hama manusia dan binatang piaraan
3) Alat perawatan yang digunakan di salon kecantikan
4) Wadah penampung yang terbuat dari plastik atau kaca untuk penyimpanan obat atau
penampung, juga karet penutup botol
5) Peralatan obstetrik dan ginekologi
6) Peralatan anestetika
7) Peralatan dan kelengkapan kedokteran gigi
8) Peralatan dan kelengkapan THT
9) Peralatan dan perlengkapan THT
10) Peralatan perlengkapan rumah sakit umumnya

E. Menurut Sifat Bahan


1) Bahan dasar logam seperti pinset, gunting, dan jarum heating
2) Bahan dasar karet atau plastik seperti kateter, sarung tangan, dan NGT
3) Bahan dasar linen seperti sprei, sarung bantal, dan selimut
4) Bahan dasar kaca seperti termometer dan tabung reaksi
5) Bahan dasar kertas seperti status pasien

F. Menurut Umur Instrumen


1) Consumable/ disposable seperti spuit, jarum, kateter, dan NGT
2) Yang dapat dicuci/ disterilkan seperti gunting, pinset dan selimut
3) Alat-alat penting dan mahal, umur lebih dari 5 tahun seperti x-ray, sterilisator, dan alat
ECG.

3
Beberapa peralatan dapat digunakan berkali-kali, tetapi ada juga yang harus dipakai satu
kali (single-use) karena bila digunakan lebih dari satu kali, akan menimbulkan resiko infeksi.
Dampak negatif dari peralatan single-use adalah menambah kuantitas (jumlah) limbah.
Rumah sakit sebagai institusi yang tugasnya memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, tidak terlepas dari tanggung jawab terhadap kesehatan lingkungan di sekitarnya yaitu
mengelola limbah medis dengan benar (sesuai persyaratan). Elemen penting dalam pengelolaan
limbah rumah sakit menurut WHO yaitu minimalisasi limbah, pemilahan, pengumpulan,
pengangkutan, penampungan, hingga tahap pemusnahan dan pembuangan akhir. Upaya yang
menjadi prioritas utama adalah dengan minimalisai limbah berupa reduksi limbah pada sumbernya
dan upaya pemanfaatan limbah.
Minimalisasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk mengurangi jumlah
limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduce), menggunakan kembali limbah
(reuse) dan daur ulang limbah (recycle).

4
BAB 2
RUANG LINGKUP

Minimalisasi limbah dapat dilakukan dengan mengurangi bahan (reduce), menggunakan


kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle).

A. Reduce
Reduksi pada sumber merupakan segala aktivitas yang dapat mengurangi atau
menghilangkan limbah sebelum terjadinya limbah atau mengurangi limbah pada sumbernya.
Konsep minimalisasi limbah berupa reduksi limbah langsung dari sumbernya menggunakan
pendekatan pencegahan dan teknik yang meliputi perubahan bahan baku (pengelolaan bahan dan
modifikasi bahan), perubahan teknologi (modifikasi proses dan teknologi bersih), praktek operasi
yang baik (housekeeping, segregasi limbah, preventive maintenance), dan perubahan produk
yang tidak berbahaya.

B. Reuse
Penggunaan kembali (reuse) merupakan penggunaan barang atau limbah untuk
digunakan kembali untuk kepentingan yang sama tanpa mengalami proses pengolahan atau
perubahan bentuk. Reuse dapat mengurangi biaya pembelian dan mengurangi limbah dari
kegiatan perawatan pasien. Berikut ini produk dari fasilitas kesehatan yang dapat direuse
diantaranya linen yang dapat digunakan kembali, perawatan pasien seperti pispot, cekungan
muntah, dan peralatan makan dapat digunakan kembali. Sebaliknya, jarum suntik tidak boleh
digunakan kembali karena dapat membahayakan kesehatan. Walaupun dapat digunakan
kembali, rumah sakit harus mengeluarkan biaya untuk membersihkan dan mensterilkan peralatan
tersebut.
Berikut beberapa contoh upaya pemanfaatan limbah berupa penggunaan kembali (reuse):

1. Dari unit hemodialisa:


 Jerigen bekas larutan cuci darah digunakan untuk wadah limbah benda tajam di setiap
ruangan yang menghasilkan limbah benda tajam, dengan syarat jerigen tersebut harus
terbuat dari bahan anti bocor, anti tusuk, dan tertutup.
 Melakukan sterilisasi seperti mangkuk bekas tempat jarum.
2. Dari unit farmasi:
 Bahan-bahan kimia seperti desinfektan dimanfaatkan untuk membersihkan lantai, bak
sampah.
 Bahan kimia lain seperti asam, basa, reagen kimia ditawarkan ke pengguna potensial
seperti laboratorium.

5
3. Dari unit laboratorium:
 Alat-alat yang dapat dipakai ulang setelah dilakukan desinfeksi dan sterilisasi seperti
cawan petri (plate count agar), gelas kaca, gelas ukur, tabung reaksi, desk glass,
object glass, test tube 12x75, sample cup conical.

C. Recyle
Daur ulang (recycle) merupakan upaya pemanfaatan limbah dengan cara proses daur
ulang melalui perubahan fisik atau kimia, baik untuk menghasilkan produk yang sama maupun
produk yang berlainan dengan maksud kegunaan yang lebih.

6
BAB 3
TATA LAKSANA

Untuk setiap peralatan atau material yang bisa digunakan kembali, harus melalui proses
desinfeksi dan sterilisasi.

A. Pengertian
1. Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan/ atau menghilangkan kontaminasi oleh
mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruang melalui desinfeksi dan sterilisasi
dengan cara fisik dan kimiawi.
2. Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/ menghilangkan jumlah mikroorganisme
patogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora) dengan cara fisik dan kimiawi.
3. Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme dengan cara fisik
dan kimiawi.

B. Persyaratan
1. Suhu pada desinfeksi secara fisik dengan air panas untuk peralatan sanitasi 80°C dalam
waktu 45-60 detik, sedangkan untuk peralatan memasak 80°C dalam waktu 1 menit.
2. Desinfektan harus memenuhi kriteria tidak merusak peralatan maupun orang, desinfektan
mempunyai efek sebagai deterjen dan efektif dalam waktu yang relatif singkat, tidak
terpengaruh oleh kesadahan air atau keberadaan sabun dan protein yang mungkin ada.
3. Penggunaan desinfektan harus mengikuti petunjuk pabrik.
4. Pada akhir proses desinfeksi terhadap ruang pelayanan medis (ruang operasi dan ruang
isolasi) tingkat kepadatan kuman pada lantai dan dinding 0-5 CFU/cm², bebas
mikroorganisme patogen dan gas gangren. Untuk ruang penunjang medis (ruang rawat
inap, ruang ICU/ ICCU, kamar bayi, kamar bersalin, ruang perawatan luka bakar, dan
laundry) sebesar 5-10 CFU/cm².
5. Sterilisasi peralatan yang berkaitan dengan perawatan pasien secara fisik dengan
pemanasan pada suhu ±121°C selama 30 menit atau pada suhu 134°C selama 13 menit
dan harus mengacu pada petunjuk penggunaan alat sterilisasi yang digunakan.
6. Sterilisasi harus menggunakan desinfektan yang ramah lingkungan.
7. Petugas sterilisasi harus menggunakan alat pelindung diri dan menguasai prosedur
sterilisasi yang aman.
8. Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang operasi dan ruang isolasi harus bebas dari
mikroorganisme hidup.

7
C. Tata Laksana
1. Kamar/ ruang operasi yang telah dipakai harus dilakukan desinfeksi dan sterilisasi sampai
aman untuk dipakai pada operasi berikutnya.
2. Instrumen dan bahan medis yang dilakukan sterilisasi harus melalui persiapan, meliputi:
a. Persiapan sterilisasi bahan dan alat sekali pakai:
Penataan – Pengemasan – Pelabelan – Sterilisasi.
b. Persiapan sterilisasi instrumen baru:
Penataan dilengkapi dengan sarana pengikat (bila diperlukan) - Pelabelan – Sterilisasi.
c. Persiapan sterilisasi instrumen dan bahan lama:
Desinfeksi – Pencucian (dekontaminasi) – Pengeringan (pelipatan bila perlu) - Penataan
– Pelabelan – Sterilisasi.
3. Indikasi kuat untuk tindakan desinfeksi/ sterilisasi:
a. Semua peralatan medik atau peralatan perawatan pasien yang dimasukkan ke dalam
jaringan tubuh, sistem vaskuler atau melalui saluran darah harus selalu dalam keadaan
steril sebelum digunakan.
b. Semua peralatan yang menyentuh selaput lendir seperti endoskopi, pipa endotracheal
harus disterilkan/ didesinfeksi dahulu sebelum digunakan.
c. Semua peralatan operasi setelah dibersihkan dari jaringan tubuh, darah, atau sekresi
harus selalu dalam keadaan steril sebelum dipergunakan.
4. Semua benda atau alat yang akan disterilkan/ didesinfeksi harus terlebih dahulu
dibersihkan secara seksama untuk menghilangkan semua bahan organik (darah dan
jaringan tubuh) dan sisa bahan linennya.
5. Sterilisasi (132°C selama 3 menit pada gravity displacement steam sterilizer) tidak
dianjurkan untuk implant.
6. Setiap alat yang berubah kondisi fisiknya karena dibersihkan, disterilkan atau didesinfeksi
tidak boleh dipergunakan lagi. Oleh karena itu, hindari proses ulang yang dapat
mengakibatkan keadaan toksin atau mengganggu keamanan dan efektivitas pekerjaan.
7. Jangan menggunakan bahan seperti linen, dan lainnya yang tidak tahan terhadap
sterilisasi, karena akan mengakibatkan kerusakan seperti kemasannya rusak atau
berlubang, bahannya mudah sobek, basah, dan sebagainya.
8. Penyimpanan peralatan yang telah disterilkan harus ditempatkan pada tempat (lemari)
khusus setelah dikemas steril pada ruangan:
a. Dengan suhu 18°C-22°C dan kelembaban 35%-75%, ventilasi menggunakan sistem
tekanan positif dengan efisiensi partikular antara 90%-95% (untuk partikular 0,5
mikron).
b. Dinding dan ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat, dan mudah dibersihkan.
c. Barang yang steril disimpan pada jarak 19 cm-24 cm.

8
d. Lantai minimum 43 cm dari langit-langit dan 5 cm dari dinding serta diupayakan untuk
menghindari terjadinya penempelan debu kemasan.
9. Pemeliharaan dan cara penggunaan peralatan sterilisasi harus memperhatikan petunjuk
dari pabriknya dan harus dikalibrasi minimal 1 kali satu tahun.
10. Peralatan operasi yang telah steril, jalur masuk ke ruangan harus terpisah dengan
peralatan yang telah terpakai.
11. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap ruang pelayanan medis dan peralatan medis dilakukan
sesuai permintaan dari kesatuan kerja pelayanan medis dan penunjang medis.

Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber. Pemilahan
limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah. Limbah yang akan
dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali. Limbah
benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau
tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga
orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya. Jarum dan syringes harus dipisahkan
sehingga tidak dapat digunakan kembali.

Limbah padat medis yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses sterilisasi
sesuai Tabel 1.1. Untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes Bacillus
stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis.

Tabel 1.1. Metode Sterilisasi Untuk Limbah yang Dimanfaatkan Kembali


Metode Sterilisasi Suhu Waktu Kontak
Sterilisasi dengan panas
- Sterilisasi kering dalam 160°C 120 menit
oven “Poupinel” 170°C 60 menit
- Sterilisasi basah dalam 121°C 30 menit
autoklaf
Sterilisasi dengan bahan
kimia
- Ethylene oxide (gas) 50°C -60°C 3-8 jam
- Glutaraldehyde (cair) 30 menit

Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali. Apabila rumah
sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah jarum hipodermik dapat
dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi pada Tabel 1.1
.

9
Untuk limbah padat medis, hal yang perlu diperhatikan dalam proses pemilahan,
pewadahan, pemanfaatan kembali, dan daur ulang adalah sebagai berikut:
a. Dilakukan pemilahan jenis limbah padat medis mulai dari sumber yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksik, limbah
kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi
b. Tempat pewadahan limbah padat medis:
 Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai
permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass
 Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan yang
terpisah dengan limbah padat non-medis
 Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian telah terisi
limbah
 Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus (safety box)
seperti botol atau karton yang aman
 Tempat pewadahan limbah padat medis infeksius dan sitotoksik yang tidak langsung
kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan desinfektan apabila
akan dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang telah dipakai dan
kontak langsung dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi
c. Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi meliputi pisau
bedah (scalpel), jarum hipodermik, syringes, botol gelas, dan kontainer
d. Alat-alat lain yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi adalah
radionukleida yang telah diatur tahan lama untuk radioterapi seperti puns, needles, atau
seeds
e. Apabila sterilisasi yang dilakukan adalah sterilisasi dengan ethylene oxide, maka tangki
reactor harus dikeringkan sebelum dilakukan injeksi ethylene oxide. Oleh karena gas
tersebut sangat berbahaya, maka sterilisasi harus dilakukan oleh petugas yang terlatih.
Sedangkan sterilisasi dengan glutaraldehyde lebih aman dalam pengoperasiannya tetapi
kurang efektif secara mikrobiologi
f. Upaya khusus harus dilakukan apabila terbukti ada kasus pencemaran spongiform
encephalopathies.

10
D. Identifikasi Peralatan dan Bahan/ Material yang Bisa di-Reuse

Tabel 1.1. Daftar Peralatan dan Bahan/ Material


Daftar Peralatan dan Bahan/ Material Single-use/ Reuse
Selang Naso Gastric Tube (NGT) Single-use
Kateter Single-use
Jarum suntik Single-use
Spuit Reuse
Linen Reuse
Pispot Reuse
Cekungan muntah Reuse
Peralatan makan Reuse
Cawan petri (plate count agar) Reuse
Gelas kaca Reuse
Gelas ukur Reuse
Tabung rekasi Reuse
Desk glass Reuse
Object glass Reuse
Test tube 12 x 75 Reuse
Sample cup conical Reuse
Endoskopi Reuse
Pipa endotracheal Reuse
Pisau bedah (scalpel) Reuse
Kontainer Reuse
Kondom Reuse

11
BAB 4
DOKUMENTASI

Pengendalian Infeksi Nosokomial merupakan suatu upaya penting dalam meningkatkan


mutu pelayanan medis rumah sakit. Hal ini hanya dapat dicapai dengan keterlibatan secara aktif
semua personil rumah sakit, mulai dari petugas kebersihan sampai dengan dokter dan mulai dari
pekerja sampai dengan jajaran Direksi. Kegiatannya dilakukan secara baik dan benar di semua
sarana rumah sakit, peralatan medis dan non-medis, ruang perawatan dan prosedur serta
lingkungan.
Dokumen yang wajib disiapkan adalah sebagai berikut :
1. Dokumen Regulasi
a. Dokumen monitoring dan evaluasi
b. Dokumen hasil pemeriksaan kuman

Demikian buku panduan ini dibuat untuk panduan tentang pemakaian ulang (reuse)
peralatan dan material sehingga berjalan dengan baik dan sesuai standar yang telah ditetapkan
oleh Undang-Undang Kesehatan yang berlaku, dengan terbitnya Buku Panduan Pemakaian Ulang
(Reuse) Peralatan dan Material di RS. Royal Prima Medan ini maka segala pelayanan yang
berkaitan dengan pemakaian ulang (reuse) wajib berlandaskan buku pedoman ini terhitung
setelah ditandatangani oleh Direktur RS. Royal Prima Medan.

12

Anda mungkin juga menyukai