Jalan Ninjaku
untuk Berdakwah
“
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya. (Al Alaq: 1-5)
2
Islam dan
Kepenulisan
Pentingnya
Menulis
Mengkristalkan Ilmu, pemahaman,
dan hikmah bagi penulis
Amal jariyah
“Jika seseorang meninggal dunia, maka
terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu):
sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau
do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
Mewariskan dan Mendokumentasikan Ilmu
Melawan Kebatilan
Menyebarkan Kebaikan
"Satu peluru hanya bisa menembus satu
kepala, tapi satu tulisan mampu
menembus jutaan kepala.”
- Sayyid Quthb
9
Propaganda
Tahapan Menulis
1. Niat, Bersihkan hati refrensi
2. Tulisan yang kuat: 6. Kebangkan tulisan
Pelajari-aplikasikan- 7. Endapkan
sampaikan 8. Revisi
3. Tentukan Tema/topik 9. Share!
4. Kerangka tulisan
5. Kumpulkan sumber dan
11
Tahapan Menulis Buku
1. Niat, Bersihkan hati 9. Revisi konsep buku
2. Tulisan yang kuat: Pelajari- 10. Kebangkan tiap bab
aplikasikan-sampaikan 11. Endapkan
3. Tentukan Tema/topik 12. Revisi
4. Buat timeline, disiplin! 13. Proof Reader
5. Pra Riset 14. Revisi
6. Konsep buku/ plot cerita 15. Terbitkan
7. Konsultasi pada ahli
8. Riset
12
13
Kriteria Tulisan yang Baik
✘ Pesan yang disampaikan ✘ Gaya Bahasa sesuai dengan
sesuai dengan nilai Al Quran target pembaca
dan Sunnah ✘ Bahasa yang efektif dan
✘ Berasal dari niat yang baik, mudah dipahami
hati yang bersih
✘ Informasinya benar,
sumbernya jelas dan
terpercaya
14
Tulisan yang Menarik
✘ Judul yang memikat ✘ Simpan dan letakkan
✘ Paragraf pembuka adalah hikmah di akhir
pengait ✘ Perbandingan yang kontras
✘ Isi naskah, yang ✘ Merangkul bukan
menggugah menggurui
✘ Ending yang berkesan ✘ Memilih diksi yang tepat
menggerakkan ✘ Rima
✘ Relatable, hal yang sangat
dekat dengan pembaca
15
Studi Kasus
“Palestina, Bagaimana Bisa Aku
Melupakanmu” –Taufik Ismail
17
Pendaki Langit
Kau pernah dengar para pendaki langit? orang-orang yang mampu menapaki kakinya jauh melampaui puncak
tertinggi dunia. Mereka yang mampu menekan habis unsur jasad, hingga ruhnya mampu melangitkan jiwa.
Lalu tinggalah aku di sini, keheranan melihat mereka yang telah jauh mendaki. Mereka yang sudah tak lagi
menyoal perut, berganti kesungguhan usaha agar di akhirat nanti tak masuk jadi manusia yang bangkrut.
Mereka yang sudah tak lagi menyoal nyaman dalam selimut, karena produktivitas berbuah manfaatnya selalu
menuntut. Mereka yang sudah tak lagi menyoal harta, karena investasi akhirat terlihat lebih menggoda.
Seperti, bagaimana Rib'i bin Amir yang berani mengoyak-ngoyak singgasana sutra berlapis emas di hadapan
Raja Persia.
“Allah mengutus kami dengan membawa misi membebaskan siapa saja yang dikehendaki-Nya dari
penyembahan sesama hamba menuju penyembahan kepada Allah semata; dari kesempitan dunia menuju
keluasan akhirat.." ucapnya lantang.
Ialah Sang pendaki langit. Ternyata semakin tinggi mendaki, semakin kecil ia melihat bumi. Begitulah dunia
jadi tak menarik lagi.
Seperti bagaimana Sumayyah mampu pertahakan keimanan walau selongsong besi menembus tubuhnya
hingga tak lagi bernyawa.
18
Ialah Sang pendaki langit. Ternyata Semakin tinggi mendaki, semakin besar ujian
menghampiri. Keberhasilannya melampaui, membuat Allah meridhai.
Seperti Umair bin Al-Humam yang tak mampu habiskan kurmanya, karena tak sabar
berjihad menyongsong syahid. Surga seluas langit dan bumi jadi kerinduan tertinggi.
“Jika saya masih hidup sampai saya menghabiskan semua kurma ini, tentunya itu adalah
kehidupan yang lama.”
“Maka kurma yang masih tersisa di tangannya dia lemparkan begitu saja kemudian dia
pergi bertempur hingga gugur.” (HR. Muslim no. 1901).
Ialah Sang pendaki langit! Ternyata Semakin tinggi mendaki, semakin ia rindukan
perjumpaan dengan Allah dan Rasulullah.
Sekarang, Tinggal aku di sini yang masih saja ragu melangkah. bersebab Hubungan
dengan dunia yang terlalu lekat, membuat langkahku terasa berat.
Duhai diri, hanya kau yang mampu tentukan seberapa tinggi ingin mendaki. Maka
pilihlah, Mau berpayah-payah untuk kembali, atau pilih nyaman tapi tertinggal di bumi.
19
“
“Segala kesulitan dan kepayahan ini hanyalah
untuk berkhidmat pada agama, mendapat
ridha Allah, membantu penyebaran kitab-
kitab, menyebarkan sunnah Nabi dan ilmu-
ilmu Islam.”
20