Anda di halaman 1dari 7

A.

KONSEP PENANGGULANGAN KLB


1. Sikap tanggap dan respon Penanggulangan KLB
Ketika suatu KLB penyakit menular dan keracunan terjadi wajib segera mendapat respon
memadai sampai KLB dapat ditanggulangi dengan cepat dan tuntas. Bersikap tenang dan
bertindak menyeluruh, terpadu dan focus adalah prinsip prinsip yang harus diterapkan oleh
petugas pelaksana yang melakukan upaya penanggulangan KLB.
Respon terhadap KLB dapat berupa respon peringatan dan peningkatan kewaspadaan serta
kesiapsiagaan menghadapi peningkatan kasus yang lebih besar, respon penyelidikan dan
peningkatan surveilans yang lebih ketat, atau respon penanggulangan.
Prinsip-prinsip upaya penanggulangan KLB
a. Melaksanakan penyelidikan KLB.
b. Melaksanakan surveilans ketat selama periode KLB.
c. Melaksanakan pertolongan korban KLB.
d. Melaksanakan kegiatan pencegahan, termasuk pengendalian faktor risiko.
Upaya-upaya penanggulangan tersebut dilaksanakan segera, sistematis, fokus dan
terkoordinasi dengan baik. Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut :

Upaya Penanggulangan KLB

Penyelidikan epidemiologi

Pengobatan

Pencegahan

Surveilans

2. Prinsip-prinsip dalam penyelidikan epidemiologi


Prinsip-prinsip penyelidikan epidemiologi telah dibahas tuntas sebelumnya, dan
diharapkan untuk dipelajari kembali.
Penyelidikan epidemiologi pada sutau KLB dilaksanakan sesuai dengan perkembangan
dan kebutuhan upaya penanggulangan KLB, dengan tujuan :
a. Mengetahui gambaran epidemiologi KLB;
b. Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam penyakit KLB;
c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit KLB termasuk
sumber dan cara penularan penyakitnya;
d. Menentukan cara penanggulangan KLB.

3. Prinsip-prinsip surveilans selama KLB.


Dalam periode KLB di daerah terjangkit dan daerah-daerah yang berisiko terjadi KLB
dilaksanakan surveilans dengan lebih ketat/ intensif.
Tujuan Surveilans ini adalah untuk mengetahui perkembangan penyakit berdasarkan
karakteristik epidemiologi menurut waktu, tempat dan orang, serta dimanfaatkan untuk
mendukung upaya penanggulangan yang sedang dilaksanakan.
Kegiatan Surveilans selama periode KLB meliputi :
a. Menghimpun data kasus baru pada kunjungan berobat di pos-pos kesehatan dan unit-
unit kesehatan lainnya, membuat tabel, grafik dan pemetaan dan melakukan analisis
kecenderungan KLB penyakit dari waktu ke waktu dan analisis data menurut tempat,
RT, RW, desa dan kelompok-kelompok masyarakat tertentu lainnya.
b. Mengadakan pertemuan berkala petugas lapangan dengan kepala desa, kader dan
masyarakat untuk membahas perkembangan penyakit dan hasil upaya penanggulangan
KLB penyakit yang telah dilaksanakan.
c. Memastikan hasil surveilans tersebut bermanfaat dalam upaya penanggulangan KLB
penyakit.
Hasil penyelidikan epidemiologi dan surveilans secara teratur disampaikan kepada tim
penanggulangan KLB penyakit dan pemangku program terkait, terutama Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Sesuai undang-undang, tanggungjawab operasional penanggulangan
KLB penyakit di Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota dengan tanggungjawab teknis
adalah Kepala Dinas Kesehatan setempat.

4. Prinsip-prinsip pengobatan dan tatalaksana penderita pada situasi KLB


Upaya segera yang harus dilakukan pada situasi KLB adalah melakukan tindakan
penyelamatan pasien, penyembuhan dan tatalaksana penderita yang menjamin tidak terjadi
penularan. Prinsip-prinsip pengobatan dan tatalaksana penderita pada situasi KLB :
a. Membentuk tim pelayanan pengobatan yang didukung tenaga profesional
b. Mendekatkan akses pelayanan dan system rujukan pasien
c. Penyuluhan tentang penyakit, tatalaksana penderita, dan rujukan dari masyarakat
d. Penemuan penderita.
Tim pelayanan terdiri para petugas medis dengan dukungan sarana dan prasarana
pelayanan pengobatan, juga didukung tim pendataan. Pada dewasa ini, tim pendataan juga
didukung dengan jaringan internet yang memungkinkan data pelayanan pengobatan
langsung dibagikan kepada tim surveilans untuk dilakukan analisa.

5. Prinsip-prinsip pencegahan penularan pada KLB penyakit menular


Pada dasarnya upaya penanggulangan adalah mencegah terjadinya penularan, sehingga
penderita tidak bertambah. Prinsip pencegahan penularan adalah sesuai dengan konsep
kejadian kesakitan dari Bloom, yaitu adanya perburukan salah satu dari manusia atau
lingkungan, disamping adanya perubahan pada kuman penyebab kejadian tersebut.

Secara umum cara-cara penanggulangan :


a. Pengobatan untuk pencegahan
Beberapa jenis penyakit menular dapat diobati dengan antibiotika, antivirus, anti parasit,
dsb, contoh difteri, kolera, malaria, dsb. Apabila penderita penyakit ini mendapat obat
yang sesuai, maka dia sembuh dan tidak menularkan penyakitnya lagi.
Pada penanggulangan KLB, upaya pencegahan dengan cara meberikan obat harus
diberikan pada semua orang yang sakit dan semua orang yang membawa bibit penyakit
walaupun tidak sakit.
Sesuai status sasaran pengobatan tersebut, pengobatan ada 2 cara :
1) Pengobatan penderita
Penderita yang sudah ditetapkan diagnosisnya atau ditetapkan sebagai kasus
mendapat obat sesuai dengan takarannya (dosis)sampai sembuh.
2) Pengobatan profilaksis
Seseorang yang diduga terinfeksi penyakit tertentu, baik karena kontak dengan
penderita lain, atau tertular dengan cara lain, tetapi belum menunjukkan tanda-tanda
sakit, mendapat obat sesuai dengan takarannya (dosis)
Kedua cara tersebut diberikan secara serentak bersamaan dalam satu wilayah tertentu
agar secara serentak semua orang yang terinfeski dapat diobati, sehingga sumber
penularan di wilayah itu dapat dihilangkan.
Sesuai dengan besarnya wilayah atau kelompok masyarakat yang mendapat pengobatan,
pengobatan dibagi 2 cara :
1) Pengobatan massal atau pemberian obat massal pencegahan

Pengobatan diberikan pada satu wilayah cukup luas yang dilakukan serentak
bersamaan dalam waktu yang sama. Pengobatan dengan metode ini sering disebut
dengan istilah pemberian obat massal pencegahan (POMP). Contoh : POMP
filariasis untuk 1 kabupaten/kota endemis filariasis, POMP frambusia untuk1 desa
endemis frambusia.

2) Pengobatan kasus dan kontak

Pengobatan diberikan pada penderita dan semua orang yang kontak dengan
penderita serentak bersamaan dalam waktu yang sama. Kontak dengan penderita
adalah seseorang yang kontak erat dengan penderita dalam kriteria tertentu, dengan
waktu kontak terakhirnya dengan penderita berada dalam masa inkubasi penyakit
tersebut
Contoh : pengobatan kasus dan kontak frambusia, pengobatan kasus kontak difteri.

b. Vaksinasi Penyakit Tertentu


Vaksin adalah kuman yang dilemahkan atau bagian dari kuman yang apabila diberikan
pada seseorang, maka dalam tubuh orang tersebut akan timbul zat anti (antibodi).
Antibodi tumbuh dalam tubuh seseorang yang mendapat vaksin atau terpapar kumannya
sampai konsentrasi dalam darahnya cukup tinggi untuk menangkal penyakit
membutuhkan periode waktu, biasanya antara 2-4 minggu.
Vaksinasi pada populasi yang sedang terjadi KLB, termasuk daerah daerah sekitarnya
yang dicurigai akan terjadi KLB dapat menjadi salah satu alternatif pencegahan
penularan penyakit selama masa KLB. Tentu berbeda dengan pengobatan yang dapat
menghentikan keberadaan kuman dalam tubuh setelah mendapat satu dosis pengobatan,
vaksinasi membutuhkan masa tumbuh antibodi, dan tidak berpengaruh terhadap kuman
yang sudah terlanjur menginfeksi orang tersebut.

Herd Immunity
Merupakan situasi dimana sebagian besar populasi telah memiliki kekebalan terhadap
penyakit tertentu sedemikian rupa sehingga orang-orang yang belum memiliki
kekebalan terhadap penyakit tertentu tersebut dapat terlindung dari penularan penyakit
tertentu tersebut
Herd immunity hanya terjadi pada penyakit menular langsung, dan orang-orang yang
sudah memiliki kekebalan tidak menjadi sumber penularan, contoh campak dsb
Adanya kondisi herd immunity pada suatu populasi, maka beberapa jenis vaksinasi
dapat juga sebagai upaya menghentikan penularan karena populasi tersebut telah
mendapat vaksinasi massal dengan cakupan vaksinasi cukup tinggi sedemian rupa
sehingga tercapai keadaan herd immunity.

c. Pengendalian lingkungan
Sumber-sumber penularan penyakit bisa seseorang yang terinfeksi atau lingkungan
sekitar yang terdapat kuman penyabab KLB dan terdapat mekanisme terjadi penularan
dari lingkungan tersebut kepada orang-orang di sekitarnya.
Pada KLB penyakit tertentu, dilakukan penyelidikan untuk mengetahui sumber dan cara
penularan, yang kemudian dilakukan tindakan pada sumber-sumber penularan sehingga
penularan dapat dihentikan

Pencegahan terjadinya penularan dapat dilakukan dengan mengelola lingkungan


tersebut :

1) Menghilangkan lingkungan yang berpotensi sebagai sumber penularan

Pada KLB tertentu, sumber penularan dapat berupa lingkungan sebagai tempat
keberadaan kuman penyabab KLB atau berupa binatang penular penyakit.
Pada KLB DBD misalnya, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan
menghilangkan nyamuk Aedes agypti sebagai vector penular penyakit DBD,
sehingga mata rantai penularan dapat dihentikan atau membersihkan lingkungan dari
keberadaan tempat-tempat berkembangbiak nyamuk Aedes agypti.
Pada KLB malaria, penularan malaria dapat dihentikan dengan melakukan
pemberishan nyamuk Anopheles secara massal, contoh penyemprotan insektisida,
pemasangan kelambu berinsektisida, atau menghilangkan tempat berkembangbiak
nyamuk Anopheles, contoh dengan menimbun lagun, dsb

2) Manipulasi lingkungan yang berpotensi sebagai sumber penularan

Sumber penularan dapat juga dihilangkan dengan melakukan manipulasi lingkungan


agar kuman penyakit tidak lagi ada dan berkembangbiak di lingkungan, baik dengan
cara kimiawi, biologi, maupun fisik
Salah satu sumber penularan inluenza atau covid adalah pegangan pintu, peralatan
makan, dan tempat lain yang tercemar kuman penyakit. Untuk mencegah terjadinya
penularan, maka tempat-tempat tersebut diberikan alkohol atau bahan pembunuh
kuman, sehingga kuman mati
Pada KLB DBD, dilakukan pemberian bahan kimia pada tempat-tempat
berkembangbiak nyamuk, sehingga nyamuk Aedes agypti dapat dikurangi jumlahnya
sehingga penularan DBD dapat dihentikan. Bisa saja, tempat berkembangbiak
nyamuk ini ditutup, dialirkan, diberi ikan pemangsa jentik, sb
Pada KLB malaria. nyamuk Anopheles di dalam kolam dapat dihilangkan dengan
cara mengalirkan air. Pemangsa jentik, dsb

3) Mencegah orang kontak dengan lingkungan yang berpotensi sebagai sumber


penularan

Seringkali menghilangkan atau manipulasi sumber penularan belum cukup efektip


menghentikan mata rantai penularan, karena jumlahnya atau luasnya lingkungan,
maka mencegah orang kontak dengan sumber-sumber penularan perlu dilakukan
Pada dasarnya, tidak mendatangi lingkungan, merupakan tindakan pencegahan
penularan, tetapi cara lain bisa saja diberlakukan, contoh, mencegah penularan
malaria dan DBD dengan memasang kasa nyamuk di setiap lubang ventilasi,
menggunakan kelambu, menggunakan alat perlindungan diri, dsb

d. Perilaku
Perilaku merupakan salah satu faktor risiko penularan penyakit selama periode KLB,
dan banyak terjadinya KLB dapat dihentikan karena perubahan perilaku berisiko
Setiap penyakit menular ditularkan dari satu orang ke orang lain karena adanya perilaku
tertentu yang sesuai, oleh karena itu, perubahan perilaku tertentu itu saja yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya penularan
Secara umum, kampanye perubahan perilaku untuk menangkal penyakit disebut sebagai
PHBS, perilaku hidup bersih dan sehat, yang didalamnya terhimpun berbagai jenis
perilaku yang perlu dilakukan, sehingga pada KLB tertentu harus diarahkan pada
perubahan perilaku yang dapat mencegah terjadinya penularan penyakit.
Pada KLB DBD, perilaku pencegahan penularan adalah mengelola lingkungan sebagai
sumber penularan (membersihkan, menguran, menutup tempat berkembangbiak
nyamuk dan plus tindakan pencegahan lainnya)
Pada KLB covid, perilaku pencegahan penularan adalah menggunakan masker, menjaga
jarak dan menghindari kerumunan, serta sering mencuci tangan dengan air mengalir dan
sabun.

e. Isolasi
Isolasi adalah memisahkan orang yang telah terinfeksi kuman penyakit dengan orang
lain, agar tidak terjadi penularan kepada orang lain.
Isolasi biasanya diterapkan pada penderita penyakit menular langsung, seperti campak,
difteri, influenza, covid dsb, dan tempat isolasi sebaiknya di fasilitas kesehatan yang
memiliki ruang isolasi dan fasilitas pelayanan kesehatan memadai, tetapi bisa saja
isolasi dilakukan di rumah, tidak boleh masuk kantor atau ke sekolah.
Penderita penyakit menular harus bisa ditemukan sedini mungkin ketika telah
mempunyai kemampuan menularkan kepada orang lain, sehingga tindakan isolasi
cukup efektip mencegah terjadinya penularan berkelanjutan

f. Karantina
Berbeda dengan isolasi yang berlaku bagi penderita, karantina adalah memisahkan
orang sehat yang diduga telah terpapar kuman penyebab KLB dengan orang lain, agar
ketika orang ini terbukti menularkan penyakitnya dapat dilakukan tindakan seperlunya
dan penularan kepada orang lain dapat dicegah.
Karantina dapat diterapkan pada wilayah cukup luas, disebut karantina wilayah, tetapi
bisa juga karantina dilakukan di rumah sakit atau fasilitas lain bagi orang-orang yang
kontak erat dengan penderita, atau bisa juga karantina dilakukan di rumah.
Setiap KLB penyakit yang dilakukan tindakan karantina, maka perlu ditetapkan batasan
kontak erat dengan cermat, bisa berdasarkan jarak kontak, lamanya kontak, sifat dari
kontak, ada tidaknya penggunaan alat pelindung diri, keberadaan dalam satu ruangan
tertutup, dsb. Kontak bisa saja kontak dengan binatang penular penyakit ke manusia,
atau kontak dengan benda-benda yang mengandung atau tercemar kuman penyakit
menular

Anda mungkin juga menyukai