Anda di halaman 1dari 7

BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)

BBLR masih merupakan masalah serius yang dihadapi oleh dunia, di Indonesia
kejadian BBLR bervariasi, secara nasional menurut analisa SDKI 2002-2003 kejadian
BBLR sebesar 6%. Kejadian BBLR berdasarkan provinsi bervariasi dengan rentang 2%-
15,1% dimana yang terendah di provinsi Sumatera Utara dan tertinggi di provinsi
Sulawesi Selatan. Di Jawa Barat BBLR merupakan penyebab kematian bayi (0-1 tahun)
nomor 3 pada tahun 1998 (8.5%) dan nomor 4 pada tahun 1999 (8.71%).

1. Definisi BBLR

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir Kurang
dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah Berat bayi yang
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. BBLR adalah bayi yang lahir dengan
berat lahir kurang dari 2500 Gram (WHO, 1994) dan ditimbang sampai dengan 24
jam setelah kelahiran (Usman A, dkk 1994).

Bayi yang lahir dengan berat badan 200-2499 gram beresiko 10 kali Lebih
tinggi untuk meninggal dari pada bayi yang lahir dengan berat badan 3000-3499.
(Nutrition Policy Paper No.18 september 200). Menurut Davanzo (1999) terdapat 3
bentuk BBLR, yaitu:

1. Bayi prematur: pertumbuhan bayi dalam rahim normal, persalinan Terjadi


sebelum masa gestasi berusia 37 minggu

2. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK): pertumbuhan dalam rahim terhambat
yang disebabkan faktor dari bayi sendiri, plasenta ataupun faktor ibu.

3. Bayi prematur dan KMK: bayi prematur yang mempunyai berat badan rendah
untuk masa kehamilan. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) berdasarkan batasan
berat badan dapat dibagi 3, yaitu:

1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir antara

1500 gram sampai dengan 2500 gram.

2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir
antara 1000 gram sampai kurang dari 1500 gram.
3. Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 1000 gram.

2. Epidemiologi

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-
negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara Statistik menunjukkan 90%
kejadian BBLR didapatkan di negara Berkembang dan angka kematiannya 35 kali
lebih tinggi dibanding pada Bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram .

BBLR termasuk faktor Utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas


dan disabilitas neonatus, Bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang
terhadap Kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat
Bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%,
hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan Rentang 2.1%-
17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, Angka BBLR sekitar
7,5%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran
program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%.

3. Etiologi

Sulit untuk menentukan secara pasti penyebab BBLR, namun ada


beberapa Faktor risiko yang erat hubungannya dengan kejadian BBLR. Adapaun
Faktor-faktor risiko tersebut adalah:

a. Faktor ibu

1) Penyakit

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan


Misalnya toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, pre
Eklampsia, eklampsia, hipoksia ibu, trauma fisis dan Psikologis.
Penyakit lainnya ialah nefritis akut, gagal ginjal Kronik, diabetes
mellitus, hemoglobinopati, penyakit paru Kronik,infeksi akut atau
tindakan operatif (Suwoyo et al.2011).
2) Gizi ibu hamil

Keadaan gizi ibu hamil sebelum hamil sangat berpengaruh


Pada berat badan bayi yang dilahirkan. Kekurangan gizi Pada ibu
hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan Janin dan dapat
menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir Mati, cacat bawaan,
anemia pada bayi, mati dalam Kandungan dan lahir dengan BBLR.
Oleh karena itu, supayaDapat melahirkan bayi yang normal, ibu perlu
mendapatkan Asupan gizi yang cukup (Latief et al., 2007).

3) Anemia

Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb)


dalam darah kurang dari 12 gram %. Sedangkan Anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb dibawah 11 gram %
pada trimester I dan III atau kadar Hb kurang 10,5 gram % pada
trimester II (Latief et al.,2007).Kejadian anemia pada ibu hamil harus
selalu diwaspadai Mengingat anemia dapat meningkatkan resiko
kematian ibu, BBLR dan angka kematian bayi. Anemia dalam
kehamilan Disebabkan kekurangan zat besi yang dapat menimbulkan
Gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel Tubuh
maupun sel otak. Hal ini dapat meningkatkan resiko Morbiditas dan
mortilitas ibu dan bayi. Kemungkinan Melahirkan BBLR juga lebih
besar (Arista, 2012).

4) Keadaan sosial-ekonomi

Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya Prematuritas.


Kejadian tertinggi terdapat pada golongan Sosial-ekonomi yang
rendah. Hal ini disebabkan oleh Keadaan gizi yang kurang baik dan
pengawasan antenatal Yang kurang (Proverawati, 2010).

b. Faktor janin

1) Hidroamnion

Hidroamnion adalah cairan amnion yang lebih dari 2000 ml.


Pada sebagian besar kasus, yang terjadi adalah hidroamnion kronik
yaitu peningkatan cairan berlebihan secara bertahap. Pada hidroamnion
akut, uterus mengalami peregangan yang jelas dalam beberapa hari.
Hidroamnion dapat menimbulkan persalinan sebelum kehamilan 28
minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat
meningkatkan kejadian BBLR (Chandra, 2011).

2) Kehamilan ganda/kembar

Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu Kehamilan


dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin Sekaligus. Kehamilan
ganda dibagi menjadi dua yaitu,Kehamilan dizigotik dan monozigotik.
Kehamilan ganda Terjadi apabila dua atau lebih ovum dilepaskan dan
dibuahi Atau apabila satu ovum yang dibuahi membelah secara dini
Hingga membentuk dua embrio yang sama. Kehamilan Ganda dapat
memberikan resiko yang tinggi terhadap ibu Dan janin. Oleh karena
itu, harus dilakukan perawatan Antenatal yang intensif untuk
menghadapi kehamilan ganda(Mandriwati, 2008).

3) Infeksi dalam kandungan (toksoplasmosis,


rubella,Sitomegalovirus, herpes, sifillis, TORCH ) (Suwoyo et
al.2011).

4. Dampak dan faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR

Penyebab dan dampak BBLR sangat kompleks. Nutrisi yang jelek


dimulai dari pertumbuhan janin dalam rahim akan mempengaruhi seluruh
siklus kehidupan. Hal ini memperkuat risiko terhadap kesehatan individu dan
meningkatkan kemungkinan kerusakan untuk generasi masa depan. Gizi
buruk, yang terlihat dengan rendahnya tinggi badan ibu (stunting), dan berat
badan di bawah normal sebelum hamil dan kenaikan berat badan selama hamil
merupakan salah satu dari prediktor terkuat persalinan dengan BBLR. Secara
ilmiah intervensi nutrisi seperti suplemen makanan selama kehamilan pada
remaja, wanita usia subur dan selama hamil terbukti efektif dalam mencegah
BBLR (ACC/SCN, 2000).
Menurut WHO (2006), perkembangan janin yang tidak optimal dapat
disebabkan oleh beberapa faktor potensial yang terbagi dalam beberapa
kategori yaitu faktor genetik meliputi ras/etnik, haemoglobinopathies,
gangguan kelainan genetik lainnya dan thrifty genes hypothesis. Karakteristik
ibu terdiri dari tinggi badan, umur, paritas, jarak, ukuran uterus dan partner
baru. Paritas ibu ~ 5 akan meningkatkan risiko untuk terjadinya BBLR dan
IUGR sebesar 5,88 kali dan 4,88 kali. Jarak kelahiran yang terlalu dekat
kurang dari 18 bulan dan lebih dari 59 bulan mempunyai hubungan yang
signifikan dalam meningkatkan risiko yang merugikan terhadap luaran.
Sementara faktor nutrisi yang berpengaruh, terdiri dari keseimbangan energi,
komposisi tubuh, kenaikan berat badan, anemia, antioksidan, pola dan
pemberian asam amino, diet lipids, dan hypertropi plasenta.

Menurut Rao et al. (2007), rendahnya asupan kalori pada trimester III
dan berat badan ibu sangat erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kenaikan
berat badan ibu selama hamil pada status gizi normal dan kurang akan
meningkatkan risiko berat bayi lahir ~ 4000 gram apabila kenaikan berat
badan berada di atas yang direkomendasikan. Terbalik apabila kenaikan berat
badan berada di bawah yang direkomendasikan maka akan meningkatkan
risiko untuk berat bayi lahir di bawah 3000 gram.

Sementara faktor penyakit mempunyai pengaruh potensial terhadap


perkembangan janin, antara lain meliputi penyakit infeksi (infeksi vagina,
HIV/AIDS, malaria, tuberculosis, rubella, syphilis), peradangan, infeksi
saluran kencing, endometriosis, diabetes, metabolic syndrome, polycystic
ovary syndrome dan morning sickness. Faktor komplikasi dalam kehamilan
seperti hipertensi, ketidakseimbangan gula darah, depresi, hyperemesis,
perdarahan, plasenta pre via dan pengobatan corticosteroid. Faktor gaya hidup
ibu terdiri dari stres, merokok/konsumsi alkohol/obat terlarang, single parent,
aktivitas fisik/beban kerja, durasi tidur/istirahat, jumlah pasangan dan
berhubungan pada akhir kehamilan. Sedangkan berdasarkan faktor
lingkungan, beberapa aspek yang mempengaruhi perkembangan jamin antara
lain ukuran keluarga, terjadinya paparan polusi, pekerjaan yang mengandung
bahaya, faktor air minum, dukungan sosial, aspek pendidikan, juga akses
terhadap sarana kesehatan. Berdasarkan katagori, faktor determinan dari berat
badan lahir antara lain faktor genetik, karakteristik ibu, nutrisi, penyakit yang
diderita oleh ibu, komplikasi kehamilan, gaya hidup ibu hamil dan lingkungan.
(WHO, 2006).

Sementara menurut WHO (2003), pada negara-negara berkembang,


penyebab utama terjadinya IUGR antara lain faktor kemiskinan, keterbatasan
akses pada air bersih dan penyakit infeksi. Kenaikan berat badan ibu yang
rendah selama kehamilan juga memberikan peran yang sangat penting
terhadap berat badan lahir. Penyakit hipertensi, malaria, HIV, kehamilan
remaja akan memberikan kontribusi terhadap gangguan pertumbuhan janin.
Terdapat peningkatan bukti bahwa aktifitas fisik selama kehamilan di negara
berkembang menunjukkan prevalensi yang tinggi dan ini mungkin dapat
menyebabkan terjadinya IUGR.

5. Komplikasi

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :

a) Hipotermia f) Paten duktus arteriosus

b) Hipoglikemia g) Infeksi

c) Gangguan cairan dan elektrolit h) Perdarahan intraventrikuler

d) Hiperbilirubinemia i) Apnea of Prematurity

e) Sindroma gawat nafas j) Anemia

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) antara lain :

a) Gangguan perkembangan

b) Gangguan pertumbuhan

c) Gangguan penglihatan (Retinopati)

d) Gangguan pendengaran

e) Penyakit paru kronis

f) Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit


g) Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

Refference, antara lain :

UNICEF & WHO. 2004. Low birthweight country, regional and global estimation; WHO.
2003.

Technical consultation towards the development of a strategy for promoting optimal fetal
development; ACC/SCN. 2000.

Low Birthweight: Report of a Meeting in Dhaka, Bangladesh on 14-17 June 1999; Rao, B.T.
et al. 2007.

Dietary intake in third trimester of pregnancy and prevalence of LBW

Anda mungkin juga menyukai