NY
A DI RUANG ANYELIR RSUD RA KARTINI JEPARA
Disusun Oleh :
1. Hengky Hermawan
2. Ita nur kholidah
3. Vizi Pandhu H
4. Siti Aisyah
5. Novita fitri
6. Ulya Amalia
7. Kurnia Sandy
DAFTAR ISI............................................................................................................................................….
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERBILIRUBIN.....................................................................................
A. PENGERTIAN....................................................................................................................... 1
B. KLASIFIKASI........................................................................................................................ 1
C. ETIOLOGI............................................................................................................................. 3
D. PATOFISIOLOGI................................................................................................................... 4
E. PATHWAY.............................................................................Error! Bookmark not defined.
F. MANIFESTASIKLINIS........................................................................................................... 7
G. KOMPLIKASI........................................................................................................................ 7
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG...............................................................................................7
I. PENATALAKSANAAN..........................................................................................................9
ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................Error! Bookmark not defined.
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN................................................Error! Bookmark not defined.
B RENCANA KEPERAWATAN.................................................Error! Bookmark not defined.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY. NY. A RSUD KARTINI JEPARA.....1Error! Bookmark not
defined.
PENGKAJIAN......................................................................Error! Bookmark not defined.6
RIWAYAT ANAK LAIN.........................................................Error! Bookmark not defined.
PROSEDUR DIAGNOSTIK LAB.............................................Error! Bookmark not defined.
ANALISA DATA....................................................................Error! Bookmark not defined.
DIAGNOSA KEPERAWATAN................................................Error! Bookmark not defined.
INTERVENSI.........................................................................Error! Bookmark not defined.
IMPLEMENTASI....................................................................Error! Bookmark not defined.
MEDICAL MANAGEMENT....................................................Error! Bookmark not defined.
OBAT-OBATAN.................................................................................................................. 31
DIET......................................................................................Error! Bookmark not defined.
EVALUASI.............................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................Error! Bookmark not defined.
A. PENGERTIAN
` Peningkatan kadar bilirubin serum dihubungkan dengan hemolisis sel darah
merah dari bilirubin yang tidak terkonjugasi dari usus kecil, yang ditandai dengan
joundice pada kulit, sklera mukosa, dan urine. (Mitayani, 2012 : 191)
Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang
menjurus kearah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati bilirubin, bila kadar bilirubin
tidak dikendalikan , (Mansjoer,2008)
Hiperbiliruin adalah istilah yang dipakai untuk icterus neonatorum setelah ada
hasil laboratorium yang menunjukan peningkatan kadar serum bilirubin.(Iyan,2009)
B. KLASIFIKASI
UJI KRAMER
Menurut Kramer, ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya. Untuk penilaian
ikterus, Kremer membagi tubuh bayi baru lahir dalam lima bagian yang di mulai dari
kepala dan leher, dada sampai pusat, pusat bagian bawah sampai tumit, tumit
pergelangan kaki dan bahu pergelangan tangan dan kaki serta tangan termasuk telapak
kaki dan telapak tangan.
Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk di tempat yang tulangnya
menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut, dan lain lain. Kemudian penilaian
kadar bilirubin dari tiap tiap nomor di sesuaikan dengan angka rata-rata dalam gambar.
Cara ini juga tidak menunjukkan intensitas ikterus yang tepat di dalam plasma bayi baru
lahir. Nomor urut menunjukkan arah meluasnya ikterus.
1
Derajatikteru Perkiraankadarbilirubin
Daerah icterus
s
I Kepaladanleher 5,0 mg%
II Sampaibadanatas (di atasumbilikus) 9,0 mg%
III Sampaibadanbawah (di 11,4 mg/dl
bawahumbilikus) hinggatungkaiatas (di
ataslutut)
IV Sampailengan, tungkaibawahlutut 12,4 mg/dl
V Sampaitelapaktangandan kaki 16,0 mg/dl
1. Ikterus Fisiologis.
Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang
tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang
membahayakan atau mempunyai potensi menjadi “kernicterus” dan tidak
menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus patologik adalah ikterus
yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai
yang disebut hiperbilirubin.
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah
ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Timbul pada hari kedua - ketiga.
b. Kadar bilirubin indirek setelah 2x24 jam tidak melewati 15 mg% pada
neonatus cukup bulan dan 10 mg% pada kurang bulan.
c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari.
d. Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg%.
e. Ikterus hilang pada 10 hari pertama.
f. Tidak mempunyai dasar patologis; tidak terbukti mempunyai hubungan
dengan keadaan patologis tertentu.
Ikterus yang kemungkinan menjadi patologis atau hiperbilirubinemia
dengan karakteristik sebagai berikut :
1) Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.
2) Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau > setiap 24 jam.
3) Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus < bulan dan
2 cukup bulan.
12,5 mg% pada neonatus
4) Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim
G6PD dan sepsis).
5) Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu, asfiksia,
hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia,
hiperkapnia, hiperosmolalitas darah.
2. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia.
Icterus patologis adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi bilirubin
dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk
menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau
mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan
hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan,
dan 15 mg% pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg
%.
3. Kern Ikterus.
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak
terutama pada korpus striatum, talamus, nucleus subtalamus, hipokampus,
nukleus merah, dan nukleus pada dasar ventrikulus IV.
Kern ikterus ialah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada
neonatus cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg%) dan
disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin
pada otak. Kern ikterus secara klinis berbentuk kelainan syaraf simpatis yang
terjadi secara kronik.
C. ETIOLOGI
Meurut Haws Paulette (2007) penyebab hiperbilirubin yaitu:
1. Hemolysis pada inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidak sesuaian
golongan darah ibu dan anak pada golongan rhesus dan ABO
2. Gangguan konjugasi bilirubin
3. Rusaknya sel-sel hepar, obstruksi hepar
4. Pebentukan bilirubin yang berlebihan
5. Keracunan obat (hemolysis kimia : salsilat, kortiko steroid, kloramfenikol)
6. Bayi dari ibu diabetes, jaundice ASI
7. Penyakit hemolitik yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah merah.
Disebut juga icterus hemolitik
8. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan, misalnya
hiperbilirubin atau karena pengaruh
3 obat-obatan.
9. Bayi prematur, hipoksia, BBLR dan kelainan system syaraf pusat akibat trauma
ifeksi
10. Gangguan fungsi hati (infeksi) yang dissebabkan oleh beberapa mikroorganisme
atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah seperti :
infeksi toxoplasma,shypilis.
D. Patofisologi
Bilirubin adalah produk pemecahan hemoglobin yang berasal dari pengrusakan
sel darah merah/RBCs. Ketika RBCs rusak maka produknya kan masuk sirkulasi,
diimana hemoglobin pecah menjadi heme dan globin. Gloobin {protein} digunakan
kembali oleh tubuh sedangkan heme akan diruah menjadi bilirubin unkonjugata dan
berikatan dengan albumin.
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan bebab
bilirubin pada streptucocus hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan
bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur
eritrosit janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya
peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Gangguan ambilan bilirubin plasma terjadi apabila kadar protein-Z dan protein-Y
terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan
anoksia/hipoksia, ditentukan gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukuronii
transferase) atau bayi menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis
neonatal atau sumbatan saluran empedu intra/ekstra hepatika.
Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusakan jaringan
otak. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek. Sifat indirek ini yang
memungkinkan efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus
sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut kernikterus atau
ensefalopati biliaris. Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak
hanya tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaan
neonatus sendiri. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila
pada bayi terdapat keadaan imaturitas. Berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia,
hipoglikemia dan kelainan susunan saraf pusat yang karena trauma atau infeksi.
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban
Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat
peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia. Gangguan pemecahan Bilirubin
plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat
terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis.
Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila
ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami gangguan
ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu. Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan
bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada
Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak.
sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi
dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut
kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut
mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah
tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung
pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar darah otak
apabila bayi terdapat keadaan BBLR, hipoksia, dan hipoglikemia.
E. PATHWAY
5 Hemoglobin
globin Hem
Biliverdin Fe co
Indikasi fototerapi
1. Ikterus pada kulit dan konjungtiva, mukosa, dan alat-alat tubuh lainnya. Bila ditekan
akan timbul kuning.
2. Bilirubin direk ditandai dengan kulit kuning kehijauan dan keruh pada ikterus berat.
3. Bilirubin indirek ditandai dengan kulit kuning terang pada ikterus berat.
4. Bayi menjadi lesu.
5. Bayi menjadi malas minum.
6. Tanda-tanda klinis ikterus jarang muncul.
7. Letargi.
8. Tonus otot meningkat.
9. Leher kaku.
10. Opistotonus.
11. Muntah, anorexia, fatigue, warna urine gelap, warna tinja pucat.
G. Komplikasi
1. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
2. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental,
hiperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang
melengking.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Test Coomb pada tali pusat BBL
Hasil positif test Coomb indirek menunjukkan adanya antibody Rh-positif,
anti-A, anti-B dalam darah ibu. Hasil positif dari test Coomb direk
menandakan adanya sensitisasi ( Rh-positif, anti-A, anti-B) SDM dari
neonatus.
b. Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi incompatibilitas ABO.
c. Bilirubin total.
- Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5 mg/dl yang
mungkin -dihubungkan dengan sepsis.
- Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi 5 mg/dl dalam
24 jam atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi cukup bulan
atau 1,5 mg/dl pada bayi praterm tegantung pada berat badan.
7
d. Protein serum total
Kadar kurang dari 3,0 gr/dl menandakan penurunan kapasitas ikatan
terutama pada bayi praterm.
e. Hitung darah lengkap
- Hb mungkin rendah (< 14 gr/dl) karena hemolisis.
- Hematokrit mungin meningkat (> 65%) pada polisitemia, penurunan (<
45%) dengan hemolisis dan anemia berlebihan.
f. Glukosa
Kadar dextrostix mungkin < 45% glukosa darah lengkap <30 mg/dl atau
test glukosa serum < 40 mg/dl, bila bayi baru lahir hipoglikemi dan mulai
menggunakan simpanan lemak dan melepaskan asam lemak.
g. Daya ikat karbon dioksida
Penurunan kadar menunjukkan hemolisis
h. Meter ikterik transkutan
Mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan bilirubin serum.
i. Pemeriksaan bilirubin serum
Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4
hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.
j. Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl
antara 5-7 hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak
fisiologis
k. Smear darah perifer
Dapat menunjukkan SDM abnormal/ imatur, eritroblastosis pada penyakit
RH atau sperositis pada incompabilitas ABO
l. Test Betke-Kleihauer
Evaluasi smear darah maternal tehadap eritrosit janin.
2. Pemeriksaan radiology
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan
diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma
3. Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra
hepatic.
4. Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar
seperti untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic
selain itu juga untuk memastikan
8 keadaan seperti hepatitis, serosis hati,
hepatoma.
I. Penatalaksanaan
1. Tindakan umum
a. Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil, mencegah
truma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang
dapat menimbulkan ikhterus, infeksi dan dehidrasi.
b. Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai
dengan kebutuhan bayi baru lahir.
c. Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan
Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi
efek dari Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
a. Menghilangkan Anemia
b. Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
c. Meningkatkan Badan Serum Albumin
d. Menurunkan Serum Bilirubin
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi
Pengganti, Infus Albumin dan Therapi Obat.
1) Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi
Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada
cahaya dengan intensitas yang tinggi akan menurunkan Bilirubin dalam
kulit. Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi
eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang
diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua
isomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke
pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin
berikatan dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian
bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang
bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati Fototherapi mempunyai
peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak
9
dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat
menyebabkan Anemia.
Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4
-5 mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000
gram harus di Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubin 5 mg/dl. Beberapa
ilmuan mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24
jam pertama pada bayi resiko tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.
2. Tranfusi Pengganti / Tukar
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
a. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
b. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
c. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
d. Tes Coombs Positif.
e. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
f. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
g. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
h. Bayi dengan Hidrops saat lahir.
i. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
Transfusi Pengganti digunakan untuk :
- Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan)
terhadap sel darah merah terhadap Antibodi Maternal.
- Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
- Menghilangkan Serum Bilirubin
- Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan
dengan Bilirubin
- Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera
(kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak
mengandung antigen A dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam
kadar Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari
sampai stabil.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit b.d. efek dari phototerapi.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. phototerapi.
3. Resiko tinggi cedera b.d. meningkatnya kadar bilirubin toksik dan komplikasi
berkenaan phototerapi.
4. Gangguan temperature tubuh (Hipertermia) berhubungan dengan terpapar
lingkungan panas.
C. Intervensi
No Diagnosa NOC
12 NIC
1 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Pressure Management
keperawatan selam 2x24 jam 1. Anjurkan pasien untuk
integritas kulitb.d.
diharapkan integritas kulit menggunakan
efek dari kembali baik / normal. pakaian yang longgar
Tissue Integrity : Skin and
phototerapi. 2. Hindari kerutan pada
Mucous Membranes
Kriteria Hasil : tempat tidur
Integritas kulit yang baik 3. Jaga kebersihan kulit
bisa dipertahankan agar tetap bersih dan
Tidak ada luka / lesipada kering
kulit 4. Mobilisasi pasien
setiap 2 jam sekali
Perfusi jaringan baik
5. Monitor kulit akan
Menunjukkan pemahaman
adanya kemerahan.
dalam proses perbaikan
6. Oleskan lotion /
kulit dan mencegah
minyak / baby oil
terjadinya cedera
padadaerah yang
berulang
tertekan
Mampu melindungi kulit
7. Mandikan pasien
dan mempertahankan
dengan sabundan air
kelembaban kulit dan
hangat
perawatan alami
Indicator Skala :
1. Tidakpernahmenunjukkan.
2. Jarangmenunjukkan
3. Kadangmenunjukkan
4. Seringmenunjukkan
5. Selalumenunjukkan
2 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan MONITOR CAIRAN
keperawatan selama 2x24 1. Tentukan riwayat
kekurangan
jam diharapkan tidak ada jumlah dan tipe intake
volume cairan cairandaneliminasi
resiko kekurangan cairan
b.d. phototerapi. pada klien. 2. Tentukan
KriteriaHasil : kemungkinan faktor
1. TD dalam rentang yang resiko daari
diharapkan ketidakseimbangancai
2. Tekanan arteri rata-rata ran (hipertermia,
dalam rentang yang terapidiuretik, kelainan
diharapkan renal, gagal jantung,
3. Nadi perifer teraba diaporesis, disfungsi
4. Keseimbangan intake dan hati)
output dalam 24 jam 3. Monitor berat badan
5. Suara nafas tambahan 4. Monitor serum
tidakada danelektrolit urine
6. Berat badan stabil 5. Monitor serum
Indicator Skala : danosmolaritas urine
1. Tidak pernah 6. Monitor BP, HR, RR
menunjukkan.
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
13
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
3 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan Pencegahanjatuh
keperawtan selam 2x 24 jam 1. Kaji status neurologis
cederab.d.
diharapkan tidak ada resiko 2. Jelaskan pada pasien
meningkatnya cidera. dan keluarga tentang
Risk control tujuan dari metode
kadar bilirubin
Kriteria hasil : pengamanan
toksik dan 1. Klien terbebas dari cidera
3. Jaga keamanan
komplikasi 2. Klien mampu menjelaskan
lingkungan keamanan
metode untuk mencegah
berkenaan pasien
injuri/ cidera
phototerapi. 4. Libatkan keluiarga
3. Klien mampu
untuk mencegah
memodifikasi gaya hidup
bahaya jatuh
untuk mencegahinjuri.
5. Observasi tingkat
Indicator Skala :
kesadaran dan TTV
1. Tidak pernah
6. Dampingi pasien
menunjukkan.
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
4 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Fever treatment
keperawtan selama 2 x 24 1. Monitor suhu
temperature
jam sesering mingkin
tubuh diharapkan suhu dalam 2. Monitor warna dan
rentang normal.
(Hipertermia) suhu kulit
Termo regulation
berhubungan 3. Monitor tekanan
Kriteria hasil :
darah, nadi, dan
dengan terpapar Suhu tubuh dalam rentang
respirasi
normal
lingkungan 4. Monitor intake dan
Nadi dan respirasi dalam
panas. output
batas normal
Tidak ada perubahan
warna kulit
Indicator Skala :
1. Tidak pernah
menunjukkan.
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
14
DAFTAR PUSTAKA
Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. McCloskey. 2012.Nursing Interventions
Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa : Mosby Elsavier.
Jhonson,Marion. 2012. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC). St. Louis ,Missouri ;
Mosby.
Potter, Patricia A. Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fudamental Keperawatan : Konsep,
Proses dan Praktis Volume 2. EGC :Jakarta
Slusher, et all (2013). Treatment Of Neonatal Jaundice With Filtered Sunlight In Nigerian
Neonates: Study Protocol Of A Non-Inferiority, Randomized Controlled Trial.
http://www.trialsjournal.com/content/14/1/446: TRIALS
ASUHAN KEPERAWATAN
15 HIPERBILIRUBIN
DATA BAYI
RIWAYAT BAYI
Panjang badan = 40 cm
a. Aspirasi mekoneum ( - )
b. Denyut jantung janin abnormal ( - )
c. Masalah lain
d. Prolaps tali pusat/lilitan tali pusat ( - )
e. Ketuban pecah dini ( - ) berapa jam : -
RIWAYAT IBU
Jenis Persalinan
Pervaginam ( - )
Sectio Caesarea ( √ ) alasan : Curiga bayi besar
Komplikasi kehamilan : Tidak ada ( √ ) ada ( - )
Ruptur plasenta/plasenta previa ( - )
Preeklamsia ( - )
Suspect Sepsis ( - )
Persalinan prematur/postmatus ( - )
Masalah lain :
Perawatan antenatal ( √ )
2. Tonus/aktivitas
a. Aktif ( √ ) tenang ( - )
Letargi ( √ ) kejang ( - )
b. Menangis keras ( √ ) melengking ( - )
Lemah ( - ) sulit menangis ( - )
3. Kepala/leher
a. Fontanel anetrior :
17
Lunak ( √ ) tegas ( - ) datar ( - ) menonjol ( - )
Cekung ( - )
b. Sutura segitalis :
Tepat ( √ ) menjauh ( - ) terpisah ( - ) tumpang tindih
( - )
c. Gambaran wajah :
Simetris ( √ ) asimetris ( - )
d. Molding ( - ) caput succedanium ( - )
Cephalhematom ( - )
4. Mata
Bersih ( √ ) sekresi ( - )
Jarak interkantus
Sklera
5. THT
a. Telinga : normal ( √ ) abnormal ( - )
b. Hidung : simetris ( √ ) asimetris ( - )
Sekresi ( - ) napas cupinhg hidung ( - )
6. Wajah
a. Bibir sumbing ( - )
b. Sumbing palatum ( - )
7. Abdomen
a. Lunak ( - ) tegas ( √ ) datar ( - ) kembung ( - )
b. Lingkar perut 30 cm
c. Liver : teraba ( √ ) kurang dari 2 cm ( - ) lebih dari 2cm
( √ ) tidak teraba ( - )
8. Toraks
18
a. Simetris ( √ )
b. Retraksi derajat 0 ( √ ) derajat 1 ( - ) derajat 2 ( - )
c. Klavikula normal ( √ ) abnormal ( - )
9. Paru-paru
a. Suara napas kanan kiri sama ( √ ) tidak sama ( - )
b. Suara napas bersih ( √ ) ronch ( - )
Sekresi ( - ) whezing ( - ) vesikuler ( - )
c. Respirasi spontan ( √ ) tidak spontasn ( - )
Alat bantu pernafasan
( - ) Oxihood
( - ) nasal kanul
( - ) O2 inkubatur
Konsentrasi O2 - 1t/menit
10. Jantung
a. Bunyi normak synus rhythm (NSR) ( √ )
b. Mur mur ( - )
Lokasi :
c. Waktu pengisian kapiler : Kurang dari 2 detik
d. Denyut nadi : 125x/menit
Femoral √ - -
kanan
Femoral kiri √ - -
11. Ekstremitas
a. Gerakan bebas ( √ )19ROM terbatas ( - ) tidak ada ( - )
b. Ekstremitas atas : normal ( √ ) abnormal ( - )
Sebutkan :
c. Ekstremitas bawah : normal ( √ ) abnormal ( - )
Sebutkan :
d. Panggul : normal ( √ ) abnormal ( - )
Sebutkan :
16. Kulit
17. Suhu
a. Lingkungan
Penghangatan radian ( - ) pengaturan suhu ( √ )
inkubator ( - ) suhu ruang ( - ) boks terbuka ( √ )
b. Suhu kulit : -
20
RIWAYAT SOSIAL
a. Skruktur keluarga (genogram tiga generasi )
b. Antisipasi vs pengalaman nyata kelahiran
c. Budaya = Jawa/Indonesia
d. Suku = Jawa
e. Agama = Islam
f. Bahasa Utama = Bahasa Jawa
g. Perencanaan makanan bayi = Asi
h. Masalah sosial yang penting = Tidak ada masalah sosial
i. Hubungan orang tua dan bayi = Ibu
21
RIWAYAT ANAK LAIN :
22
bilirubin
menumpuk
dalam darah
B. ANALISA DATA
2
Ds : Ibu bayi mengatakan bayinya Kerusakan Efek dari
berwarna kuning dan kulit kering integritas kulit phototherapi
3
Ds : Ibu bayi mengatakan anaknya Resiko terjadi Fototherapy
23
bergerak dengan aktif cidera
C. MASALAH KEPERAWATAN
24
No Dx Tujuan, kriteria Intervensi Rasional tindakan Para
Ke evaluasi keperawatan f
p
1 I Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Untuk
tindakan tiap 2 jam mengetahui TTV
keperawatan bayi dalam 2 jam
selama 3x24 jam
diharapkan 2. Monitor tanda- 2. Monitor tanda-
pasien dapat : tanda tanda hipotermia
- Suhu tubuh hipotermia
dalam
3. Tingkatkan 3. Untuk
rentang
sirkulasi udara memperlancar
normal
sirkulasi
- Nadi, RR
dalam
4. Kolaborasi 4. Untuk
rentang
dengan tim mempercepat
normal
medis penyembuhan
- Tidak ada
perubahan
kulit
2 II Setelah dilakukan
1. Monitor adanya 1. Untuk mencegah
tindakan
kemerahan kemerahan
keperawatan
2. Jaga kebersihan 2. Untuk mengetahui
selama 3x24 jam
kulit agar tetap adanya kerusakan
diharapkan
bersih dan kering kulit
pasien dapat
3. Mobilisasi bayi 3. Untuk mencegah
- Suhu
setiap 2 jam kerusakan mata
tubuh
4. Kolaborasi 4. Un tuk
dalam
dengan tim medis mempercepat
rentang
lainnya penyembuhan
normal
- Hidrasi
dalam
25
batas
normal
- Pigmentasi
dalam
batas
normal
27
3. Mobilisasi Ds : ibu pasien mengatakan
bayi setiap 2 bersedia
jam Do : bayi terlihat dimobilisasi
setiap 2 jam
II 24 1. Memonitor Ds : -
oktober adanya Do : Kemerahan ditubuh
2017 kemerahan 27 bayi
2. Menjaga Ds : ibu bayi mmengatakan
kebersihan bersedia menjaga
kulit agar kebersihan
tetap bersih Do : terlihat menjaga
kebersihan
3. Mobilisasi
bayi setiap 2 Ds : Pasien kooperatif
jam Do : bayi terlihat dimobilisasi
setiap 2 jam
b. Obat-obatan
Memperlama
kontak obat
dengan
permukaan
mata dan
untuk
mencegah
kebutaaan
32
- Fungsi :
untuk proses
adaptasi
cahaya dan
adanya
kotoran pada
bayi
- Klasifikasi :
Pemberian
selep
gentamicin
0,3 %
c. Diet
F. EVALUASI
35