Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERBILIRUBIN PADA BY.

NY
A DI RUANG ANYELIR RSUD RA KARTINI JEPARA

Disusun Oleh :

1. Hengky Hermawan
2. Ita nur kholidah
3. Vizi Pandhu H
4. Siti Aisyah
5. Novita fitri
6. Ulya Amalia
7. Kurnia Sandy

PROFESI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
2017-2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................................….
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERBILIRUBIN.....................................................................................
A. PENGERTIAN....................................................................................................................... 1
B. KLASIFIKASI........................................................................................................................ 1
C. ETIOLOGI............................................................................................................................. 3
D. PATOFISIOLOGI................................................................................................................... 4
E. PATHWAY.............................................................................Error! Bookmark not defined.
F. MANIFESTASIKLINIS........................................................................................................... 7
G. KOMPLIKASI........................................................................................................................ 7
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG...............................................................................................7
I. PENATALAKSANAAN..........................................................................................................9
ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................Error! Bookmark not defined.
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN................................................Error! Bookmark not defined.
B RENCANA KEPERAWATAN.................................................Error! Bookmark not defined.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY. NY. A RSUD KARTINI JEPARA.....1Error! Bookmark not
defined.
PENGKAJIAN......................................................................Error! Bookmark not defined.6
RIWAYAT ANAK LAIN.........................................................Error! Bookmark not defined.
PROSEDUR DIAGNOSTIK LAB.............................................Error! Bookmark not defined.
ANALISA DATA....................................................................Error! Bookmark not defined.
DIAGNOSA KEPERAWATAN................................................Error! Bookmark not defined.
INTERVENSI.........................................................................Error! Bookmark not defined.
IMPLEMENTASI....................................................................Error! Bookmark not defined.
MEDICAL MANAGEMENT....................................................Error! Bookmark not defined.
OBAT-OBATAN.................................................................................................................. 31
DIET......................................................................................Error! Bookmark not defined.
EVALUASI.............................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................Error! Bookmark not defined.
A. PENGERTIAN
` Peningkatan kadar bilirubin serum dihubungkan dengan hemolisis sel darah
merah dari bilirubin yang tidak terkonjugasi dari usus kecil, yang ditandai dengan
joundice pada kulit, sklera mukosa, dan urine. (Mitayani, 2012 : 191)
Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang
menjurus kearah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati bilirubin, bila kadar bilirubin
tidak dikendalikan , (Mansjoer,2008)
Hiperbiliruin adalah istilah yang dipakai untuk icterus neonatorum setelah ada
hasil laboratorium yang menunjukan peningkatan kadar serum bilirubin.(Iyan,2009)

B. KLASIFIKASI
UJI KRAMER
Menurut Kramer, ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya. Untuk penilaian
ikterus, Kremer membagi tubuh bayi baru lahir dalam lima bagian yang di mulai dari
kepala dan leher, dada sampai pusat, pusat bagian bawah sampai tumit, tumit
pergelangan kaki dan bahu pergelangan tangan dan kaki serta tangan termasuk telapak
kaki dan telapak tangan.
Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk di tempat yang tulangnya
menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut, dan lain lain. Kemudian penilaian
kadar bilirubin dari tiap tiap nomor di sesuaikan dengan angka rata-rata dalam gambar.
Cara ini juga tidak menunjukkan intensitas ikterus yang tepat di dalam plasma bayi baru
lahir. Nomor urut menunjukkan arah meluasnya ikterus.

Tabel. Derajat ikterus pada neonatus menurut kramer

1
Derajatikteru Perkiraankadarbilirubin
Daerah icterus
s
I Kepaladanleher 5,0 mg%
II Sampaibadanatas (di atasumbilikus) 9,0 mg%
III Sampaibadanbawah (di 11,4 mg/dl
bawahumbilikus) hinggatungkaiatas (di
ataslutut)
IV Sampailengan, tungkaibawahlutut 12,4 mg/dl
V Sampaitelapaktangandan kaki 16,0 mg/dl

Bilirubin Ensefalopati Dan kernikterus

Istilah bilirubin ensefalopati lebih menunjukkan kepada manifestasi klinis yang


mungkin timbul akibat efek toksis bilirubin pada system syaraf pusat yaitu basal ganglia
dan pada berbagai nuclei batang otak. Sedangkan istilah kern ikterus adalah perubahan
neuropatologi yang ditandai oleh deposisi pigmen bilirubin pada beberapa daerah di otak
terutama di ganglia basalis, pons, dan serebelum.

1. Ikterus Fisiologis.
Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang
tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang
membahayakan atau mempunyai potensi menjadi “kernicterus” dan tidak
menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus patologik adalah ikterus
yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai
yang disebut hiperbilirubin.
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah
ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Timbul pada hari kedua - ketiga.
b. Kadar bilirubin indirek setelah 2x24 jam tidak melewati 15 mg% pada
neonatus cukup bulan dan 10 mg% pada kurang bulan.
c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari.
d. Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg%.
e. Ikterus hilang pada 10 hari pertama.
f. Tidak mempunyai dasar patologis; tidak terbukti mempunyai hubungan
dengan keadaan patologis tertentu.
Ikterus yang kemungkinan menjadi patologis atau hiperbilirubinemia
dengan karakteristik sebagai berikut :
1) Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.
2) Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau > setiap 24 jam.
3) Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus < bulan dan
2 cukup bulan.
12,5 mg% pada neonatus
4) Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim
G6PD dan sepsis).
5) Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu, asfiksia,
hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia,
hiperkapnia, hiperosmolalitas darah.
2. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia.
Icterus patologis adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi bilirubin
dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk
menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau
mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan
hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan,
dan 15 mg% pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg
%.
3. Kern Ikterus.
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak
terutama pada korpus striatum, talamus, nucleus subtalamus, hipokampus,
nukleus merah, dan nukleus pada dasar ventrikulus IV.
Kern ikterus ialah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada
neonatus cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg%) dan
disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin
pada otak. Kern ikterus secara klinis berbentuk kelainan syaraf simpatis yang
terjadi secara kronik.

C. ETIOLOGI
Meurut Haws Paulette (2007) penyebab hiperbilirubin yaitu:
1. Hemolysis pada inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidak sesuaian
golongan darah ibu dan anak pada golongan rhesus dan ABO
2. Gangguan konjugasi bilirubin
3. Rusaknya sel-sel hepar, obstruksi hepar
4. Pebentukan bilirubin yang berlebihan
5. Keracunan obat (hemolysis kimia : salsilat, kortiko steroid, kloramfenikol)
6. Bayi dari ibu diabetes, jaundice ASI
7. Penyakit hemolitik yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah merah.
Disebut juga icterus hemolitik
8. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan, misalnya
hiperbilirubin atau karena pengaruh
3 obat-obatan.
9. Bayi prematur, hipoksia, BBLR dan kelainan system syaraf pusat akibat trauma
ifeksi
10. Gangguan fungsi hati (infeksi) yang dissebabkan oleh beberapa mikroorganisme
atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah seperti :
infeksi toxoplasma,shypilis.

D. Patofisologi
Bilirubin adalah produk pemecahan hemoglobin yang berasal dari pengrusakan
sel darah merah/RBCs. Ketika RBCs rusak maka produknya kan masuk sirkulasi,
diimana hemoglobin pecah menjadi heme dan globin. Gloobin {protein} digunakan
kembali oleh tubuh sedangkan heme akan diruah menjadi bilirubin unkonjugata dan
berikatan dengan albumin.
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan bebab
bilirubin pada streptucocus hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan
bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur
eritrosit janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya
peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Gangguan ambilan bilirubin plasma terjadi apabila kadar protein-Z dan protein-Y
terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan
anoksia/hipoksia, ditentukan gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukuronii
transferase) atau bayi menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis
neonatal atau sumbatan saluran empedu intra/ekstra hepatika.
Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusakan jaringan
otak. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek. Sifat indirek ini yang
memungkinkan efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus
sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut kernikterus atau
ensefalopati biliaris. Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak
hanya tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaan
neonatus sendiri. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila
pada bayi terdapat keadaan imaturitas. Berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia,
hipoglikemia dan kelainan susunan saraf pusat yang karena trauma atau infeksi.
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban
Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat
peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia. Gangguan pemecahan Bilirubin
plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat
terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis.
Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila
ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami gangguan
ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu. Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan
bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada
Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak.
sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi
dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut
kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut
mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah
tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung
pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar darah otak
apabila bayi terdapat keadaan BBLR, hipoksia, dan hipoglikemia.
E. PATHWAY

5 Hemoglobin

globin Hem

Biliverdin Fe co

Peningkatan destruksi eritrosit (gangguan konjugasi bilirubin/ gg transport


bilirubin/peningkatan siklus entero hepatik ) Hb dan eritrosit abnormal

Pemecahan berlebihan / bilirubin yang tidak diberikan dengan


albumin

Suplay bilirubin melebihi kemampuan hepar

Hepar tidak mampu melakukan konjugasi

Sebagian masuk kembali ke siklus entero


hepatik

Peningkatan bilirubin unconjugasi dalam darah pengeluarana


meconium terlambat / obstruksi usus tinja berwarna pucat

Gangguan Ikterus pada sklera , leher dan badan . peningkatan bilirubin


intregritas kulit indirect > 12 mg dl

Indikasi fototerapi

Sinar dengan intensitas tinggi

Kurang Volume gg.suhu tubuh


Resti Injury
Cairan tubuh
F. Manifestasi Klinis
6
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada bayi dengan hiperbilirubinemia
diantaranya :

1. Ikterus pada kulit dan konjungtiva, mukosa, dan alat-alat tubuh lainnya. Bila ditekan
akan timbul kuning.
2. Bilirubin direk ditandai dengan kulit kuning kehijauan dan keruh pada ikterus berat.
3. Bilirubin indirek ditandai dengan kulit kuning terang pada ikterus berat.
4. Bayi menjadi lesu.
5. Bayi menjadi malas minum.
6. Tanda-tanda klinis ikterus jarang muncul.
7. Letargi.
8. Tonus otot meningkat.
9. Leher kaku.
10. Opistotonus.
11. Muntah, anorexia, fatigue, warna urine gelap, warna tinja pucat.

(Mitayani, 2012 : 192)

G. Komplikasi
1. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
2. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental,
hiperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang
melengking.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Test Coomb pada tali pusat BBL
Hasil positif test Coomb indirek menunjukkan adanya antibody Rh-positif,
anti-A, anti-B dalam darah ibu. Hasil positif dari test Coomb direk
menandakan adanya sensitisasi ( Rh-positif, anti-A, anti-B) SDM dari
neonatus.
b. Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi incompatibilitas ABO.
c. Bilirubin total.
- Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5 mg/dl yang
mungkin -dihubungkan dengan sepsis.
- Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi 5 mg/dl dalam
24 jam atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi cukup bulan
atau 1,5 mg/dl pada bayi praterm tegantung pada berat badan.
7
d. Protein serum total
Kadar kurang dari 3,0 gr/dl menandakan penurunan kapasitas ikatan
terutama pada bayi praterm.
e. Hitung darah lengkap
- Hb mungkin rendah (< 14 gr/dl) karena hemolisis.
- Hematokrit mungin meningkat (> 65%) pada polisitemia, penurunan (<
45%) dengan hemolisis dan anemia berlebihan.
f. Glukosa
Kadar dextrostix mungkin < 45% glukosa darah lengkap <30 mg/dl atau
test glukosa serum < 40 mg/dl, bila bayi baru lahir hipoglikemi dan mulai
menggunakan simpanan lemak dan melepaskan asam lemak.
g. Daya ikat karbon dioksida
Penurunan kadar menunjukkan hemolisis
h. Meter ikterik transkutan
Mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan bilirubin serum.
i. Pemeriksaan bilirubin serum
Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4
hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.
j. Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl
antara 5-7 hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak
fisiologis
k. Smear darah perifer
Dapat menunjukkan SDM abnormal/ imatur, eritroblastosis pada penyakit
RH atau sperositis pada incompabilitas ABO
l. Test Betke-Kleihauer
Evaluasi smear darah maternal tehadap eritrosit janin.
2. Pemeriksaan radiology
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan
diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma
3. Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra
hepatic.
4. Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar
seperti untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic
selain itu juga untuk memastikan
8 keadaan seperti hepatitis, serosis hati,
hepatoma.

I. Penatalaksanaan
1. Tindakan umum
a. Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil, mencegah
truma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang
dapat menimbulkan ikhterus, infeksi dan dehidrasi.
b. Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai
dengan kebutuhan bayi baru lahir.
c. Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan
Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi
efek dari Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
a. Menghilangkan Anemia
b. Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
c. Meningkatkan Badan Serum Albumin
d. Menurunkan Serum Bilirubin
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi
Pengganti, Infus Albumin dan Therapi Obat.
1) Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi
Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada
cahaya dengan intensitas yang tinggi akan menurunkan Bilirubin dalam
kulit. Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi
eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang
diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua
isomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke
pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin
berikatan dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian
bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang
bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati Fototherapi mempunyai
peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak

9
dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat
menyebabkan Anemia.
Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4
-5 mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000
gram harus di Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubin 5 mg/dl. Beberapa
ilmuan mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24
jam pertama pada bayi resiko tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.
2. Tranfusi Pengganti / Tukar
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
a. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
b. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
c. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
d. Tes Coombs Positif.
e. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
f. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
g. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
h. Bayi dengan Hidrops saat lahir.
i. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
Transfusi Pengganti digunakan untuk :
- Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan)
terhadap sel darah merah terhadap Antibodi Maternal.
- Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
- Menghilangkan Serum Bilirubin
- Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan
dengan Bilirubin
- Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera
(kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak
mengandung antigen A dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam
kadar Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari
sampai stabil.

I. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Identitas pasien dan keluarga
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kehamilan
Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat – obat yang
meningkatkan ikterus ex: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat
mempercepat proses konjungasi sebelum ibu partus.
b. Riwayat Persalinan
Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan, dokter. Atau data obyektif ; lahir
10
prematur/kurang bulan, riwayat trauma persalinan, hipoksia dan asfiksia
c. Riwayat Post natal
Adanya kelainan darah, kadar bilirubin meningkat kulit bayi tampak kuning.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak polisitemia, gangguan saluran
cerna dan hati (hepatitis)
e. Riwayat Pikososial
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua
f. Pengetahuan Keluarga
Penyebab perawatan pengobatan dan pemahan ortu terhadap bayi yang
ikterus.
3. Pengkajian Kebutuhan Dasar manusia
a. Aktivitas / Istirahat
Letargi, malas.
b. Sirkulasi
Mungkin pucat menandakan anemia.
c. Eliminasi
Bising usus hipoaktif. Pasase mekonium mungkin lambat. Feses mungkin
lunak/coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin. Urin gelap pekat; hitam
kecoklatan (sindrom bayi bronze)
d. Makanan / Cairan
Riwayat perlambatan / makan oral buruk, mungkin lebih disusui daripada
menyusu botol. Pada umumnya bayi malas minum (reflek menghisap dan
menelan lemah sehingga BB bayi mengalami penurunan). Palpasi abdomen
dapat menunjukkan pembesaran limfa, hepar
e. Neuro sensori
Sefalohematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang
parietal yang berhubungan dengan trauma kelahiran / kelahiran ekstraksi
vakum. Edema umum, hepatosplenomegali, atau hidrops fetalis mungkin
ada dengan inkompatibilitas Rh berat. Kehilangan refleks Moro mungkin
terlihat. Opistotonus dengan kekakuan lengkung punggung, fontanel
menonjol, menangis lirih, aktivitas kejang (tahap krisis)
f. Pernafasan
Riwayat asfiksia
g. Keamanan
Riwayat positif infeksi / sepsis neonates. Dapat mengalami ekimosis
berlebihan, ptekie, perdarahan intracranial. Dapat tampak ikterik pada
11
awalnya pada daerah wajah dan berlanjut pada bagian distal tubuh; kulit
hitam kecoklatan (sindrom bayi Bronze) sebagai efek samping fototerapi.
h. Seksualitas
Mungkin praterm, bayi kecil untuk usia gestasi (SGA), bayi dengan retardasi
pertumbuhan intrauterus (LGA), seperti bayi dengan ibu diabetes. Trauma
kelahiran dapat terjadi berkenaan dengan stress dingin, asfiksia, hipoksia,
asidosis, hipoglikemia. Terjadi lebih sering pada bayi pria dibandingkan
perempuan.
i. Penyuluhan / Pembelajaran
Dapat mengalami hipotiroidisme congenital, atresia bilier, fibrosis kistik.
Faktor keluarga; missal riwayat hiperbilirubinemia pada kehamilan
sebelumnya, penyakit hepar, fibrosis kristik, kesalahan metabolisme saat
lahir (galaktosemia), diskrasias darah (sferositosis, defisiensi gukosa-6-
fosfat dehidrogenase.
Faktor ibu, seperti diabetes; mencerna obat-obatan (missal, salisilat,
sulfonamide oral pada kehamilan akhir atau nitrofurantoin (Furadantin);
inkompatibilitas Rh/ABO; penyakit infeksi (misal, rubella, sitomegalovirus,
sifilis, toksoplamosis).
Faktor penunjang intrapartum, seperti persalinan praterm, kelahiran dengan
ekstrasi vakum, induksi oksitosin, perlambatan pengkleman tali pusat, atau
trauma kelahiran.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit b.d. efek dari phototerapi.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. phototerapi.
3. Resiko tinggi cedera b.d. meningkatnya kadar bilirubin toksik dan komplikasi
berkenaan phototerapi.
4. Gangguan temperature tubuh (Hipertermia) berhubungan dengan terpapar
lingkungan panas.
C. Intervensi

No Diagnosa NOC
12 NIC
1 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Pressure Management
keperawatan selam 2x24 jam 1. Anjurkan pasien untuk
integritas kulitb.d.
diharapkan integritas kulit menggunakan
efek dari kembali baik / normal. pakaian yang longgar
Tissue Integrity : Skin and
phototerapi. 2. Hindari kerutan pada
Mucous Membranes
Kriteria Hasil : tempat tidur
 Integritas kulit yang baik 3. Jaga kebersihan kulit
bisa dipertahankan agar tetap bersih dan
 Tidak ada luka / lesipada kering
kulit 4. Mobilisasi pasien
setiap 2 jam sekali
 Perfusi jaringan baik
5. Monitor kulit akan
 Menunjukkan pemahaman
adanya kemerahan.
dalam proses perbaikan
6. Oleskan lotion /
kulit dan mencegah
minyak / baby oil
terjadinya cedera
padadaerah yang
berulang
tertekan
 Mampu melindungi kulit
7. Mandikan pasien
dan mempertahankan
dengan sabundan air
kelembaban kulit dan
hangat
perawatan alami
Indicator Skala :
1. Tidakpernahmenunjukkan.
2. Jarangmenunjukkan
3. Kadangmenunjukkan
4. Seringmenunjukkan
5. Selalumenunjukkan
2 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan MONITOR CAIRAN
keperawatan selama 2x24 1. Tentukan riwayat
kekurangan
jam diharapkan tidak ada jumlah dan tipe intake
volume cairan cairandaneliminasi
resiko kekurangan cairan
b.d. phototerapi. pada klien. 2. Tentukan
KriteriaHasil : kemungkinan faktor
1. TD dalam rentang yang resiko daari
diharapkan ketidakseimbangancai
2. Tekanan arteri rata-rata ran (hipertermia,
dalam rentang yang terapidiuretik, kelainan
diharapkan renal, gagal jantung,
3. Nadi perifer teraba diaporesis, disfungsi
4. Keseimbangan intake dan hati)
output dalam 24 jam 3. Monitor berat badan
5. Suara nafas tambahan 4. Monitor serum
tidakada danelektrolit urine
6. Berat badan stabil 5. Monitor serum
Indicator Skala : danosmolaritas urine
1. Tidak pernah 6. Monitor BP, HR, RR
menunjukkan.
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
13
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
3 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan Pencegahanjatuh
keperawtan selam 2x 24 jam 1. Kaji status neurologis
cederab.d.
diharapkan tidak ada resiko 2. Jelaskan pada pasien
meningkatnya cidera. dan keluarga tentang
 Risk control tujuan dari metode
kadar bilirubin
Kriteria hasil : pengamanan
toksik dan 1. Klien terbebas dari cidera
3. Jaga keamanan
komplikasi 2. Klien mampu menjelaskan
lingkungan keamanan
metode untuk mencegah
berkenaan pasien
injuri/ cidera
phototerapi. 4. Libatkan keluiarga
3. Klien mampu
untuk mencegah
memodifikasi gaya hidup
bahaya jatuh
untuk mencegahinjuri.
5. Observasi tingkat
Indicator Skala :
kesadaran dan TTV
1. Tidak pernah
6. Dampingi pasien
menunjukkan.
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
4 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Fever treatment
keperawtan selama 2 x 24 1. Monitor suhu
temperature
jam sesering mingkin
tubuh diharapkan suhu dalam 2. Monitor warna dan
rentang normal.
(Hipertermia) suhu kulit
 Termo regulation
berhubungan 3. Monitor tekanan
Kriteria hasil :
darah, nadi, dan
dengan terpapar  Suhu tubuh dalam rentang
respirasi
normal
lingkungan 4. Monitor intake dan
 Nadi dan respirasi dalam
panas. output
batas normal
 Tidak ada perubahan
warna kulit
Indicator Skala :
1. Tidak pernah
menunjukkan.
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
14
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E Marlynn & Moerhouse, Mary Fraces, 2009. Rencana Perawatan


Maternal/bayi.EGC.Jakarta
Alimul, Hidayat A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba medika.

Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. McCloskey. 2012.Nursing Interventions
Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa : Mosby Elsavier.

Jhonson,Marion. 2012. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC). St. Louis ,Missouri ;
Mosby.

NANDA International. 2012. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications 2012-2014.


Jakarta : EGC

Pedoman Praktek Klinik: Ikatan Dokter Anak Indonesia (2011)

Potter, Patricia A. Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fudamental  Keperawatan : Konsep,
Proses dan Praktis Volume 2. EGC :Jakarta

Slusher, et all (2013). Treatment Of Neonatal Jaundice With Filtered Sunlight In Nigerian
Neonates: Study Protocol Of A Non-Inferiority, Randomized Controlled Trial.
http://www.trialsjournal.com/content/14/1/446: TRIALS
ASUHAN KEPERAWATAN
15 HIPERBILIRUBIN

DATA BAYI

Nama bayi = By.A

Tanggal dirawat = 21-10-2017

Jenis kelamin = Laki-laki

Alamat = Tunahan 14/4 Keling Jepara

Tanggal lahir/usia = 2 hari

Nama orang tua = Tn.A

Pendidikan ayah/ibu= SMA/SD

Pekerjaan ayah/ibu = Wiraswasta / IRT

Usia ayah/ibu = 40 tahun / 32 tahun

Diagnosa medis = Hiperbilirubin

RIWAYAT BAYI

Apgar Score = 8, 9, dan 10

Berat badan = 4600 gram

Panjang badan = 40 cm

Komplikasi persalnan : ( - ) tidak ada ( √ ) ada

a. Aspirasi mekoneum ( - )
b. Denyut jantung janin abnormal ( - )
c. Masalah lain
d. Prolaps tali pusat/lilitan tali pusat ( - )
e. Ketuban pecah dini ( - ) berapa jam : -

RIWAYAT IBU

Usia Gravida 16 Partus Abortus

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Jenis Persalinan

 Pervaginam ( - )
 Sectio Caesarea ( √ ) alasan : Curiga bayi besar
Komplikasi kehamilan : Tidak ada ( √ ) ada ( - )
 Ruptur plasenta/plasenta previa ( - )
 Preeklamsia ( - )
 Suspect Sepsis ( - )
 Persalinan prematur/postmatus ( - )
 Masalah lain :
Perawatan antenatal ( √ )

PENGKAJIAN FISIK NEONATUS


A. PENGKAJIAN
1. Reflek
Moro ( ) Menghisap ( √ )
Menggenggam ( √ ) Kuat/lemah ( √ )

2. Tonus/aktivitas
a. Aktif ( √ ) tenang ( - )
Letargi ( √ ) kejang ( - )
b. Menangis keras ( √ ) melengking ( - )
Lemah ( - ) sulit menangis ( - )

3. Kepala/leher
a. Fontanel anetrior :
17
Lunak ( √ ) tegas ( - ) datar ( - ) menonjol ( - )
Cekung ( - )
b. Sutura segitalis :
Tepat ( √ ) menjauh ( - ) terpisah ( - ) tumpang tindih
( - )
c. Gambaran wajah :
Simetris ( √ ) asimetris ( - )
d. Molding ( - ) caput succedanium ( - )
Cephalhematom ( - )

4. Mata
Bersih ( √ ) sekresi ( - )
Jarak interkantus
Sklera

5. THT
a. Telinga : normal ( √ ) abnormal ( - )
b. Hidung : simetris ( √ ) asimetris ( - )
Sekresi ( - ) napas cupinhg hidung ( - )

6. Wajah
a. Bibir sumbing ( - )
b. Sumbing palatum ( - )

7. Abdomen
a. Lunak ( - ) tegas ( √ ) datar ( - ) kembung ( - )
b. Lingkar perut 30 cm
c. Liver : teraba ( √ ) kurang dari 2 cm ( - ) lebih dari 2cm
( √ ) tidak teraba ( - )
8. Toraks
18
a. Simetris ( √ )
b. Retraksi derajat 0 ( √ ) derajat 1 ( - ) derajat 2 ( - )
c. Klavikula normal ( √ ) abnormal ( - )

9. Paru-paru
a. Suara napas kanan kiri sama ( √ ) tidak sama ( - )
b. Suara napas bersih ( √ ) ronch ( - )
Sekresi ( - ) whezing ( - ) vesikuler ( - )
c. Respirasi spontan ( √ ) tidak spontasn ( - )
Alat bantu pernafasan
( - ) Oxihood
( - ) nasal kanul
( - ) O2 inkubatur
Konsentrasi O2 - 1t/menit

10. Jantung
a. Bunyi normak synus rhythm (NSR) ( √ )
b. Mur mur ( - )
Lokasi :
c. Waktu pengisian kapiler : Kurang dari 2 detik
d. Denyut nadi : 125x/menit

Nadi perifer Keras Lemah Tidak ada


Brakhial √ - -
kanan
Brakhial kiri √ - -

Femoral √ - -
kanan
Femoral kiri √ - -
11. Ekstremitas
a. Gerakan bebas ( √ )19ROM terbatas ( - ) tidak ada ( - )
b. Ekstremitas atas : normal ( √ ) abnormal ( - )
Sebutkan :
c. Ekstremitas bawah : normal ( √ ) abnormal ( - )
Sebutkan :
d. Panggul : normal ( √ ) abnormal ( - )
Sebutkan :

12. Umbilikus : normal ( √ ) abnormal ( - )


Inflamasi ( - )drainase ( - )

13. Genital : Perempuan normak ( - ) laki-laki normal ( √ )


Abnormal ( - )

14. Anus : Paten ( √ ) Imperforata ( - )

15. Spinal : Normal ( √ ) Abnormal ( - ) sebutkan :

16. Kulit

a. Warna pink ( - ) pucat ( - ) jaundice ( √ )


Sianosis pada : Kuku ( √ ) sikumoral ( - ) periorbital
( - ) seluruh tubuh ( - )
b. Kemerahan (rash ) : ( - )
c. Tanda lahir : ( - )
Sebutkan
d. Turgor kulit : elastis ( √ ) tidak elastis ( - ) edema ( - )
e. Lanugo ( - )

17. Suhu
a. Lingkungan
Penghangatan radian ( - ) pengaturan suhu ( √ )
inkubator ( - ) suhu ruang ( - ) boks terbuka ( √ )
b. Suhu kulit : -

20
RIWAYAT SOSIAL
a. Skruktur keluarga (genogram tiga generasi )
b. Antisipasi vs pengalaman nyata kelahiran
c. Budaya = Jawa/Indonesia
d. Suku = Jawa
e. Agama = Islam
f. Bahasa Utama = Bahasa Jawa
g. Perencanaan makanan bayi = Asi
h. Masalah sosial yang penting = Tidak ada masalah sosial
i. Hubungan orang tua dan bayi = Ibu

IBU TINGKAH LAKU AYAH


√ Menyentuh
√ Memeluk
√ Berbicara
√ Berkunjung √
√ Memanggil nama
√ Kontak nama

j. Orang terdekat yang dapat dihubungi = Kakek/ nenek


k. Orang tua berespon terhadap penyakit = ya / tidak
l. Berespon = ya/ tidak
m. Orang tua berespon terhadap hospitalisasi: ya (√ ) tidak
( )
n. Berespon = iya, setiap hari ibu mendatangi/berkunjung
keruangan bayi untuk memberikan Asi

21
RIWAYAT ANAK LAIN :

Jenis kelamin anak Riwayat Riwayat


persalinan immunisasi

Belum ada riwayat anak lain - -

PROSEDUR DIAGNOSRIK DAN LABORATORIUM

Prosedur Tgl Indikasi Hasil Nilai Analisa


diagnostik/laboratorium pemeriksaan normal

- Bilirubin Indirect 23 oktober Untuk 16,57 0,7- Tidak


2017 mengindentifikas 12,7 normal
i adanya karena
kelainan fungsi melebihi
hati. Karena 12,7
organ ini yang
- Bilirubin direct 23 oktober memproses dan 0,37 0-0,30 Tidak
2017 mengeluarkan normal
bilirubin dari karena
tubuh melalui melebihi
feses dan 0.37
sebagian melalui
air seni, ketika
hati mengalami
kerusakan maka
proses tidak
berjalan lancar
dan akibatnya

22
bilirubin
menumpuk
dalam darah

B. ANALISA DATA

NO TANDA & GEJALA PROBLEM ETIOLOGI


1 Ds : Ibu bayi mengatakan bayi BAK Hipotermia Paparan
dan BAB dan bayi sering lingkungan
menangis terbuka

Do : Keadaan umum gerak aktif


- Suhu : 35,9 C
- Nadi : 124x/menit
- RR : 40x/menit
- Ekstremitas akral dingin
- Intregitas berwarna kuning
- Crt <2 detik

2
Ds : Ibu bayi mengatakan bayinya Kerusakan Efek dari
berwarna kuning dan kulit kering integritas kulit phototherapi

Do : - Turgor kulit kering


- Mukosa bibir kering
- Intregitas kuning
- Akral dingin
- Suhu : 36,5 C
- Nadi : 128x/menit
- RR : 42x/menit

3
Ds : Ibu bayi mengatakan anaknya Resiko terjadi Fototherapy

23
bergerak dengan aktif cidera

Do : - Bayi terlihat di boks terbuka


- Kulit bayi tampak kuning
- Bilirubin : 16
- Mata bayi diberikan kaca
mata dengan kassa

C. MASALAH KEPERAWATAN

No Tgl/jam Diagnosa Paraf Tgl/jam Paraf


ditemukan keperawatan
1 23-10-2017 Hipotermia 09.00
09.00

2 23-10-2017 Resiko kerusakan 09.25


09.25 integritas kulit

3 23-10-2017 Resiko cidera 09.35


09.35

D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

24
No Dx Tujuan, kriteria Intervensi Rasional tindakan Para
Ke evaluasi keperawatan f
p
1 I Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Untuk
tindakan tiap 2 jam mengetahui TTV
keperawatan bayi dalam 2 jam
selama 3x24 jam
diharapkan 2. Monitor tanda- 2. Monitor tanda-
pasien dapat : tanda tanda hipotermia
- Suhu tubuh hipotermia
dalam
3. Tingkatkan 3. Untuk
rentang
sirkulasi udara memperlancar
normal
sirkulasi
- Nadi, RR
dalam
4. Kolaborasi 4. Untuk
rentang
dengan tim mempercepat
normal
medis penyembuhan
- Tidak ada
perubahan
kulit

2 II Setelah dilakukan
1. Monitor adanya 1. Untuk mencegah
tindakan
kemerahan kemerahan
keperawatan
2. Jaga kebersihan 2. Untuk mengetahui
selama 3x24 jam
kulit agar tetap adanya kerusakan
diharapkan
bersih dan kering kulit
pasien dapat
3. Mobilisasi bayi 3. Untuk mencegah
- Suhu
setiap 2 jam kerusakan mata
tubuh
4. Kolaborasi 4. Un tuk
dalam
dengan tim medis mempercepat
rentang
lainnya penyembuhan
normal
- Hidrasi
dalam

25
batas
normal
- Pigmentasi
dalam
batas
normal

III Setelah dilakukan 1. Monitor kulit 1. Untuk mencegah


tindakan adanya kemerahan
keperawatan kemerahan
selama 3x24 jam 2. Mobilisai bayi 2. Untuk mengetahui
diharapkan setiap 2 jam adanya kerusakan
pasien dapat kulit
- Tidak ada 3. Tutup mata 3. Untuk mencegah
tanda- dengan kasa kerusakan kulit
tanda yang tidak
dehidrasi tembus cahaya
- Suhu stabil 4. Kolaborasi 4. Untuk
- Tidak dengan tim mempercepat
terjadi medis penyembuhan
kerusakan
kulit
- Tidak ada
resiko
cedera

E. PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN


26
No Dx Tgl/jam Implementasi Respon Paraf
Kep
1 I 23 1. Memonitor Ds : Ibu bayi mengatakan
oktober suhu tiap 2 bersedia anaknya di cek
2017 jam suhu
Do : S = 36,4 C
N = 120x/menit
RR=38x/menit

2. Memonitor Ds : ibu bayi mengatakan


tanda-tanda bersedia di ttv
hipotermia Do : S= 36,4C

3. Meningkatka Ds : Ibu bayi mengatakan


n sirkulasi bersedia
udara Do : bayi terlihat diberikan
posisi yang nyaman

4. Mengkolabor Ds : Ibu pasien mengatakan


asi dengan bersedia
tim medis Do : Bayi diberikan
perawatan

II 1. Memonitor Ds : Ibu bayi mengatakan


adanya bayi berwarna kemerahab
kemerahan Do : Kemerahan ditubuh
bayi

2. Menjaga Ds : ibu bayi mmengatakan


kebersihan bersedia menjaga
kulit agar kebersihan
tetap bersih Do : terlihat menjaga
kebersihan

27
3. Mobilisasi Ds : ibu pasien mengatakan
bayi setiap 2 bersedia
jam Do : bayi terlihat dimobilisasi
setiap 2 jam

4. Kolaborasi Ds : Ibu pasien mengatakan


dengan tim bersedia
medis lainnya Do : bayi diberikan
perawatan

III 1. Memonitor Ds : Ibu bayi mengatakan


kulit adanya kulitnya bayinya berwarna
kemerahan kemarahan
Do : ada kemerahan

2. Mobilisasi Ds : Ibu bayi mengatakan


pasien setiap bersedia
2 jam Do : bayi terlihat dimobilisasi

3. Menuutup Ds : ibu bayi mengatakan


mata dengan bersedia
kain yang Do : bayi diberikan penutup
tidak tembus mata
cahaya
4. Mengkolabora Ds : ibu bayi mengatakan
si dengan tim bersedia
medis Do : bayi diberikan
perawatan

II 24 1. Memonitor Ds : -
oktober adanya Do : Kemerahan ditubuh
2017 kemerahan 27 bayi
2. Menjaga Ds : ibu bayi mmengatakan
kebersihan bersedia menjaga
kulit agar kebersihan
tetap bersih Do : terlihat menjaga
kebersihan
3. Mobilisasi
bayi setiap 2 Ds : Pasien kooperatif
jam Do : bayi terlihat dimobilisasi
setiap 2 jam

4. Kolaborasi Ds : pasien kooperatif


dengan tim Do : bayi diberikan
medis lainnya perawatan

III 1. Memonitor Ds : Ibu bayi mengatakan


kulit adanya kulitnya bayinya berwarna
kemerahan kemarahan
Do : ada kemerahan

2. Mobilisasi Ds : Ibu bayi mengatakan


pasien setiap bersedia
2 jam Do : bayi terlihat dimobilis
Ds : ibu bayi mengatakan
bersedia
Do : bayi diberikan penutup
3. Menutup mata
mata dengan
kain yang
tidak tembus Ds : ibu bayi mengatakan
cahaya bersedia
4. Mengkolabor Do : bayi diberikan
asi dengan perawatan
tim medis 29
1. Medical Management
a. IVF O2 Therapy

Medical Tanggal Penjelasan Scr Indikasi dan Respon


management Theraoy umum tujuan pasien
Foto therapy 21-10- - Bayi - Indikasi : Ds : Ibu bayi
2017 diberikan Bila kadar mengatakan
foto therapy bilirubin bersedia
untuk mencapai bayinya
menurangi 12 mg % diberikan foto
bilirubin pada cukup therapy
yang bulan dan
berlebih. 15 mg% Do : Bayi
- Foto pada bayi diberikan foto
therapy kurang therapy
mengubah bulan dengan
bilirubin (prematur) diberikan
menjadi - Tujuan : kaca mata
bentuk yang Untuk menggunakan
larut dalam mengurangi kassa.
air untuk kadar
diekskresika bilirubin
n melalui
empedu/
urien
- Foto
therapy
mempunyai
peranan
dalamn
29
pencegahan
peningkatan
kadar
bilirubin,
tetapi tidak
dapat
mengubah
penyebab
kekuningan.

Tanggung jawab perawat : ( sebelum, selama, sesudah)

b. Obat-obatan

Nama obat Tgl terapi Cara, dosis, Cara kerja Respon


frekuensi obat,fungsi dan pasien
klasifikasi
Injeksi Vit K 23 oktober Secara IM - Cara kerja Bayi
2017 obat : menangis
Meningkatka dengan
n keras
pengumpalan
dan
pembekuan
darah dalam
tubuh
- Fungsi :
sebagai
pembekuan
darah dan
juga berperan
dalam proses
pembentukan
tulang
31 dengan
kalsium
- Klasifikasi
pada bayi
baru lahir
sangat
diperlukan
injeksi vit K
karena BBL
dapat
mengalami
perdarahan
dalam, karna
berbagai
sebab seperti
penyakit
bawaan/
karena
guncangan
dari ibunya
ketika
mengandung.
Bayi
- Cara kerja terlihat
obat : nyaman

Memperlama
kontak obat
dengan
permukaan
mata dan
untuk
mencegah
kebutaaan
32
- Fungsi :
untuk proses
adaptasi
cahaya dan
adanya
kotoran pada
bayi
- Klasifikasi :
Pemberian
selep
gentamicin
0,3 %

Tanggung jawab perawat : ( sebelum, selama, sesudah )

c. Diet

Jenis Tanggal Penjelasan Indikasi dan tujuan Makanan Espon


diet terapi umum spesifik klien
ASI ASI adalah susu - Indikasi : Tidak ada Bayi
yang diproduksi Diberikan makanan menetek
oleh manusia kepada bayi spesifik Full pada
untuk dikonsumsi sampai Hanya ASI ibu
bayi dan umur 2
Merupakan tahun.
sumber - Tujuan :
gizi utama bayi Memenuhi
yang belum dapat ke
mencerna Butuhan gizi
makanan padat .

2. Penatalaksanaan pembedahan (jika ada )


Tanggal advise :
Tanggal pelaksanaan
a. Gambaran umum
33
b. Gambaran /dokumentasi (jika ada)
c. Tanggung jawab perawat

F. EVALUASI

No Tgl/jam Dx perkembangan Paraf


Keperawatan
1 23 oktober 2017 I S:-
O : S =36,4C
N = 120x/menit
RR =38 x/menit
BB =4600 gram
A = masalah teratasi
P = Lanjutkan Intervensi

II S = Ibu bayi mengatakan kulit bayi


berwarna kemerahan
O = terlihat kemerahan pada kulit
bayi
A = masalah belum teratasi
P = Lanjutkan intervensi
III
S = ibu bayi mengatakan anaknya
bergerak aktif
O = bayi terlihat diboks terbuka
A = masalah belum teratasi
P = Lanjutkan intervensi
24 oktober 2017 II
S=-
O = kemerahan pada kulit bayi
berkurang
A = masalah teratasi
P = Lanjutkan intervensi
34
III
S = ibu bayi mengatakan anaknya
bergerak aktif
O = bayi terlihat diboks terbuka
A = masalah teratasi
P = Lanjutkan intervensi

35

Anda mungkin juga menyukai