Anda di halaman 1dari 147

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN YANG


MENGALAMI NON HEMORAGIK STROKE DENGAN
MASALAH GANGGUAN MOBILITAS FISIK: ROM
AKTIF DI WILAYAH UPTD PUSKESMAS
PACCING KEC AWANGPONE
KABUPATEN BONE

Oleh :
KISWATI
BT 17 01 015

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA


WATAMPONE
2020

i
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN YANG


MENGALAMI NON HEMORAGIK STROKE DENGAN
MASALAH GANGGUAN MOBILITAS FISIK: ROM
AKTIF DI WILAYAH UPTD PUSKESMAS
PACCING KEC AWANGPONE
KABUPATEN BONE

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan Gelar Ahli Madya (Amd.Kep) Pada
Akademi Keperawatan Batari Toja Watampone

Oleh :
KISWATI
BT 17 01 015

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA


WATAMPONE
2020

i
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan :

1. Proposal Karya Tulis Ilmiah ini asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar Akademik Ahli Madya Keperawatan baik di Akademi

Keperwatan Bataritoja Watampone maupun di institusi lain

2. Proposal Karya Tulis Ilmiah ini murni gagasan dan rumusan saya sendiri

tampa bantuan pihak lain, kecuali arahan dari pembimbing

3. Dalam Proposal Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya atau pendapat

yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis

jelas di cantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama

pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian

hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini

maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar

yang telah di peroleh, dengan sanksi lainnya sesuai dengan norma

perguruan tinggi.

Watampone, 04 Juli 2020


Yang membuat pernyataan

KISWATI
BT1701015

ii
MOTTO

“ Jadikanlah hidup menjadi lebih baik dari sebelumnya dan bekali dengan sikap

sopan, rendah hati dan jujur”

iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Karya Tulis llmiah dengan

judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Yang Mengalami Gangguan

Mobilitas Fisik Akibat Non Hemoragik stroke dengan intervensi : Rom (range of

motion) aktif” telah disetujui untuk diuji dan pertahankan dalam Ujian Karya

Tulis lmiah di hadapan Tim Penguji Akademi Keperawatan Bataritoja

Watampone.

Watampone, 11 Juli 2020

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

A.Artifasari,S.Kep,.M.Kes Hj.Mardiana, S.Kep.Ns.,M.Kep


NIDN0912938301 NIDN 0917058403

Mengetahui,

Direktur Akper Bataritoja Watampone

Muhammad Basri, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN 091812790

iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Karya Tulis

Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Yang

Mengalami Gangguan Mobilitas Fisik Akibat Non Hemoragik stroke

dengan intervensi : Rom (Range Of Motion) aktif di Wilayah Kerja UPTD

Puskesmas Paccing Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone” Telah

dipertahankan dihadapan tim penguji Akademi Keperawatan Bataritoja

Watampone yang diselenggarakan pada tanggal 14 Agustus 2020.

TIM PENGUJI

1. A.Artifasari,S.Kep,.M.Kes (…………………….)

2. Hj.Mardiana, S.Kep.Ns.,M.Kep (…………………….)

3. H. Aslamuddin, S.Kep.,Ns.,M.Kes (…………………….)

Mengetahui,
Direktur Akper Bataritoja Watampone

Muhammad Basri, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN 09181279

v
RIWAYAT HIDUP

I. Identitas

A. Nama : Kiswati

B. Tempat tanggal lahir : Mari-Mario 04 April 1999

C. Jenis kelamin : Perempuan

D. Agama : Islam

E. Suku, Bangsa : Bugis, Indonesia

F. Alamat : Lamuru

G. Email : ipeskiswati@gmail.com

II. Riwayat Pendidikan

A. SD Negeri 161 Maspul : 2005 - 2011

B. SMP Negeri 4 Lappariaja : 2011 - 2014

C. SMA Negeri 1 Lamuru : 2014 – 2017

D. Akper Batari Toja Watampone : 2017 - 2020

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
Rahmat, dan Hidayahnya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini denga judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien yang mengalami Non
Hemoragik Stroke dengan masalah Gangguan Mobilitas Fisik : ROM (Range Of
Motion) aktif.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan program pendidikan Diploma III Keperawatan. Karya Tulis Ilmiah
ini dapat digunakan untuk memperluas wawasan pembaca. Penulis berharap agar
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi Mahasiswa dan Tenaga Pendidik.

Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari masih


banyak kekurangan dan masi jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengrharapkan saran dan kritikan yang membangun dari pembaca. Terwujudnya
Karya Tulis Ilmiah ini, tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Alm. Bapak Drs. H. A.Bachtiar, selaku pendiri Yayasan Makassar Indonesia.


2. Bapak H. Andi Ahmad Anshari Bachtiar, SE, selaku Ketua Umum Yayasan
Makassar Indonesia.
3. Bapak Muhammad Basri, S. Kep., Ns., M. Kep, selaku Direktur Akper Batari
Toja Watampone yang telah banyak memberikan perhatian dalam
membimbing, mendidik dan memotivasi penulis selama menjalani pendidikan.
4. Bapak Alfian Mas’ud S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Penasehat Akademik yang
telah memberikan bimbingan dan arahan selama masa perkuliahan.
5. Ibu A.Artifasari S.kep.,M.Kes, selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, masukan dan motivasi sehingga Karya Tulis Ilmiah
ini dapat terselesaikan.
6. Ibu Hj.Mardiana S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, masukan dan motivasi sehingga Karya Tulis Ilmiah
ini dapat terselesaikan.

vii
7. Bapak Aslamuddin S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku penguji III yang telah menguji,
memberi masukan dan motivasi sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
terselesaikan.
8. Para Dosen dan Staf Akper Batari Toja Watampone yang telah mendidik dan
memberikan arahan selama masa perkuliahan/ pembekalan pembuatan Karya
Tulis Ilmiah ini.
9. Kepada kedua Orang Tua Bapak Nasri dan Ibu Nurkaya serta Saudari-
saudariku yang telah memberikan perhatian, dukungan dan doanya kepada
penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Kepada sahabat yang selalu meluangkan waktu dan memberikan dukungan
serta motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Rekan-rekan mahasiswa(i) Akademi Keperawatan Batari Toja Watampone
Angkatan XIV yang selalu kompak dan selalu bersama dalam berbagai hal
persaudaraan terutama dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah, Semoga kita
dapat menyelesaikan tahap ini dan melanjutkan tugas kita untuk
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sehingga kita bisa mendapatkan gelar
A.Md. Kep. Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis bernilai
ibadah dan mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Aamiin.
Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi yang membaca, terlebih lagi bagi penulis agar dapat
berguna bagi masyarakat pada umumnya dan tenaga paramedis pada
khususnya.
Sekian, WassalamuAlaikumWr. Wb.

Watampone , 04 Juli 2020

viii
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM........................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN............................................................................... ii
MOTTO.......................................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................ iv
LEMBAR PENETAPAN PENGUJI.............................................................. v
RIWAYAT HIDUP........................................................................................ vi
KATA PENGANTAR.................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL.......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xiv
DAFTAR SINGKATAN................................................................................ xv
ABSTRAK..................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Non Hemoragik Stroke
1. Definisi ................................................................................. 7
2. Anatomi Fisiologi.................................................................. 9
3. Etiologi.................................................................................. 10
4. Patofisiologi........................................................................... 12
5. Manifestasi Klinis.................................................................. 12
6. Komplikasi............................................................................ 13
7. Pemerikasaan Diagnostik...................................................... 13
8. Penatalaksanaan..................................................................... 14
B. Konsep Dasar Keluarga
1. Definisi keluarga................................................................... 15
2. Tujuan keluarga..................................................................... 16
3. Struktur keluarga................................................................... 16
4. Fungsi keluarga..................................................................... 18
5. Tugas perkembangan keluarga.............................................. 19
6. Ciri-ciri keluarga................................................................... 20
7. Tipe keluarga......................................................................... 20
8. Peran keluarga....................................................................... 21
9. Tahap perkembanga keluarga................................................ 22
C. Konsep Kebutuhan Aktivitas
1. Definisi.................................................................................. 26
2. Manfaat.................................................................................. 26
3. Koordinasi mekanik tubuh.................................................... 27
4. Faktor yang mempengaruhi aktivitas.................................... 27
5. Dampak Mobilisasi................................................................ 28

ix
6. Tingkat mobilisasi................................................................. 30
7. Skala gangguan mobilitas fisik.............................................. 31
8. Penerapan ROM (Range Of Motion)..................................... 32
D. Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian............................................................................... 35
2. Diagnosa................................................................................. 36
3. Intervensi................................................................................ 42
4. Implementasi........................................................................... 48
5. Evaluasi................................................................................... 49
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Desain Studi Kasus....................................................................... 50
B. Batasan Istilah.............................................................................. 50
C. Partisipan...................................................................................... 51
1. Inklusi..................................................................................... 51
2. Eksklusi ................................................................................. 51
D. Lokasi dan Waktu......................................................................... 52
E. Pengumpulan Data....................................................................... 52
1. Wawancara............................................................................. 52
2. Observasi................................................................................ 53
3. Dokumentasi........................................................................... 53
F. Uji Keabsahan Data...................................................................... 53
G. Analisa Data................................................................................. 54
H. Etik Studi Kasus........................................................................... 55
1. Otonomy................................................................................. 55
2. Benefience (perilaku baik)..................................................... 55
3. Nonmalefience (tidak membahayakan).................................. 56
4. Confidentiality (kerahasiaan)................................................. 56
5. Veracity (kejujuran)............................................................... 56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil.............................................................................................. 57
1. Gambaran Lokasi Pengumpulan data.................................... 57
2. Data hasil pengkajian ........................................................... 58
3. Analisis dan sintesis data ...................................................... 66
4. Perumusan diagnosis keperawatan........................................ 67
5. Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan........................... 67
6. Prioritas diagnosis keperawatan............................................ 67
7. Rencana tindakan keperawatan............................................. 68
8. Implemntasi keperawatan...................................................... 72
9. Evaluasi keperawatan............................................................ 86
B. Pembahasan.................................................................................. 88
1. Pengkajian ............................................................................ 88
2. Diagnosa................................................................................ 91
3. Intervensi............................................................................... 93
4. Implementasi ........................................................................ 95
5. Evaluasi................................................................................. 98
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 102
1. Pengkajian.............................................................................. 102

x
2. Diagnosa Keperawatan.......................................................... 102
3. Intervensi Keperawatan......................................................... 103
4. Implementasi Keperawatan................................................... 103
5. Evaluasi Keperawatan........................................................... 103
B. Saran ............................................................................................ 104
1. Bagi Rumah Sakit.................................................................. 104
2. Bagi Institusi.......................................................................... 104
3. Bagi Pasien dan Keluarga...................................................... 104
4. Bagi Peneliti Selanjutnya...................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 105
LAMPIRAN...................................................................................................
107

xi
DAFTAR TABLE

Table 2.1 : Skoring Penentuan Prioritas Masalah.......................................... 41


Table 2.2 : Luaran Gangguan Mobilitas Fisik................................................ 43
Table 4.1 : Identitas Pasien............................................................................. 58
Table 4.2 : Komposisi Keluarga..................................................................... 58
Table 4.3 : Tipe Keluarga............................................................................... 58
Table 4.4 : Latar Belakang Budaya................................................................ 59
Table 4.5 : Agama.......................................................................................... 59
Table 4.6 : Status Sosial................................................................................. 59
Table 4.7 : Kegiatan Rekreasi........................................................................ 59
Table 4.8 : Tahap Perkembangan Keluarga................................................... 59
Table 4.9 : Karakteristik Rumah.................................................................... 60
Table 4.10 : Kebersihan Rumah..................................................................... 60
Table 4.11 : Pemakaian Air............................................................................ 60
Table 4.12 : Pembuangan Limbah Keluarga.................................................. 60
Table 4.13 : Pembuangan Sampah................................................................. 61
Table 4.14 : Peliharaan Hewan Ternak.......................................................... 61
Table 4.15 : Pencemaran Lingkungan............................................................ 61
Table 4.16 : Struktur Keluarga....................................................................... 61
Table 4.17 : Fungsi Keluarga......................................................................... 61
Table 4.18 : Koping Keluarga........................................................................ 62
Table 4.19 : Pengkajian Fisik Anggota Keluarga........................................... 62
Table 4.20 : Riwayat Tumbuh Kembang Balita............................................. 62
Table 4.21 : Keluarga Berencana................................................................... 63
Table 4.22 : Data Ibu Hamil........................................................................... 63
Table 4.23 : Pemeriksaan Fisik...................................................................... 63
Table 4.24 : Pemeriksaan Penunjang............................................................. 64
Table 4.25 : Harapan Keluarga....................................................................... 66
Table 4.26 : Analisis Dan Sintesis Data......................................................... 66
Table 4.27 : Perumusan Diagnosis Keperawatan........................................... 66
Table 4.28 : Penilaian Skoring Diagnosis Keperawatan................................ 67
Table 4.29 : Prioritas Diagnosis Keperawatan............................................... 67
Table 4.30 : Intervensi Keperawatan.............................................................. 68
Table 4.31 : Implementasi Keperawatan........................................................ 72
Table 4.32 : Evaluasi Keperawatan................................................................ 87

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Serabut Sistem Saraf................................................................... 9


Gambar 2.3 Gerakan ROM Bahu................................................................... 46
Gambar 2.3 Gerakan ROM Siku.................................................................... 47
Gambar 2.4 Gerakan ROM Lengan............................................................... 47
Gambar 2.5 Gerakan ROM Pergelangan tangan dan jari-Jari Tangan.......... 47

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran : Lembar Observasi Pre Dan Post Tindakan ROM


Lampiran : Lembar Konsul Proposal dan KTI
Lampiran : Permohonan Menjadi Responden
Lampiran : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran : Surat Keterangan Pengambilan Kasus
Lampiran : Monitoring Kehadiran Penelitian
Lampiran : SAP Range Of Motion
Lampiran : Leaflet Range Of Motion
Lampiran : Dokumentasi Pelaksanaan Tindakan ROM

xiv
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

º : Derajat
± : Kurang Lebih
+ : Di Tambah
> : Lebih Besar
< : Lebih Kecil
/ : Atau
APTT : Activated partial thromboplastin time
AROM : Active Range Of Motion
ATP : Adenosine triphosphate
CT Scan : Computerized Tomography
CVA : Cerebrovascular Accident
EGG : Elektroesefalografi
MAV : Malformasi Arterial Arterivena
SDKI : Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
SIKI : Standar intervensi Keperawatan Indonesia
SLKI : Standar Luaran Keperawatan Indonesia
PROM : Passive Range Of Motion
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
ROM : Range Of Motion
SOP : Standar Opersional Prosedur
WHO : Word Health Organization
WOD : Wawancara Observasi, Dokumentasi

xv
ABSTRAK
KISWATI, BT 17 01 015 Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Yang Mengalami Non
Hemoragik Stroke Dengan Masalah Gangguan Mobilitas Fisik: Rom Aktif Di Wilayah UPTD
Puskesmas Paccing Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone Tanggal 15 Juli sampai 22 Juli
2020 di Bimbing oleh Artifa Sari dan Mardiana, (V Bab + 104 halaman + 34 tabel + 5
gambar + 9 lampiran).

Latar belakang : Non Hemoragik Stroke adalah stroke yang terjadi karena tersumbatnya pebuluh
darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Menurut WHO
(2016), terdapat 15 juta orang menderita stroke setiap tahun. Sekitar 5 juta dari mereka meninggal
dan 5 juta orang lainnya akan menderita cacat permanen. Pada pasien stroke salah satu gejala yang
ditimbulkan yaitu adanya kecacatan berupa kelumpuhan anggota gerak. Seseorang yang
mengalami stroke perlu menjalani proses rehabilitasi yang dapat mengembalikkan fungsi
motoriknya sehingga pasien tidak mengalami ketergantungan pada keluarga dalam beraktivitas.
Tujuan : Penulis mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami Non
Hemoragik Stroke dengan masalah Gangguan Mobilitas Fisik. Mulai dari tahap pengkajian,
penegakan diagnosis, perencanaan tindakan, implementasi tindakan sampai evaluasi tindakan.
Metode :Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode studi kasus, dengan tekhnik
pengumpulan data melalu wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi
Hasil : Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada pasien Non Hemoragik Stroke yang
mengalami gangguan mobilitas fisik. Dan diberikan tindakan latihan ROM selama 6 hari dengan
durasi 15 menit dalam 2 kali sehari, didapatkan hasil skala kekuatan otot “3” (mampu melawan
gravitasi tapi tidak mampu menahan tahanan dari pemeriksa) meningkat ke skala “4” (mampu
menahan tahanan minimal dari pemeriksa) pada hari ke 5 pemberian tindakan.
Kesimpulan : Latihan ROM efektif dalam meningkatkan nilai kekuatan otot pasien yang
mengalami Gangguan Mobilitas Fisik akibat Non Hemoragik Stroke
Kata Kunci :Non Hemorrhagic Stroke,ROM,kekuatan otot

Daftar Pustaka : (2012-2020)

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke iskemik adalah stroke yang terjadi karena tersumbatnya

pebuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau

keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu

penumpukan kolestrol pada dinding pembuluh darah atau bekuan darah

yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian

besar pasien atau sebesar 80% mengalami stroke jenis ini. Penyubatan

biasa terjadi disempanjang jalur pembuluh darah arteri menuju otak. Bila

terkena stroke dapat mengalami gangguan seperti hilangnya kesadaran,

kelumpuhan serta tidak berfungsinya panca indera/nafas berhenti berakibat

fatal yaitu penderita akan meninggal (Pudiastuti, 2013).

Menurut WHO (2016), terdapat 15 juta orang menderita stroke setiap

tahun. Sekitar 5 juta dari mereka meninggal dan 5 juta orang lainnya akan

menderita cacat permanen (Yuyun, 2016). Data Riskesdas 2018 prevalensi

stroke nasional 12,1 per mil, sedangkan pada Riskesdas 2018 prevalensi

stroke 10,9 per mil, tertinggi di provinsi Kalimantan timur (14,7 per mil),

terendah di provinsi papua (4,1 per mil). Sedangkan menurut Riskesdas

2018 di Sulawesi selatan 253 kasus tercatat mengalami stroke dan hanya

42% yang melakukan pemeriksaan rutin (Riskesdas, 2018).

Pada pasien stroke salah satu gejala yang ditimbulkan yaitu adanya

kecacatan berupa kelumpuhan anggota gerak atau kelemahan otot pada

bagian anggota gerak tubuh yang mengalami kelumpuhan/hemiparesis.

1
Pasien stroke yang mengalami kelumpuhan otomatis akan mengalami

gangguan mobilitas fisik yaitu keadaan dimana pasien mengalami

keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih elstremitas secara

mandiri sedangkan fungsi ekstremitas sangat penting dalam melakukan

aktifitas sehari-hari. Seseorang yang mengalami stroke perlu menjalani

proses rehabilitasi yang dapat mengembalikkan fungsi motoriknya

sehingga pasien tidak mengalami deficit kemampuan dalam melakukan

aktifitas sehari-hari. Hal ini juga akan meningkatkan mekanisme koping

pasien dan mengurangi tingkat ketergantungan pasien pada keluarga.

Untuk mencegah terjadinya cacat permanen pada pasien stroke maka perlu

dilakukan latihan ROM (Range Of Motion) aktif yang meningkatkan

fleksibilitas dan kekuatan otot.

ROM (Range Of Motion) adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan aktivitas. ROM dapat dilakukan secara aktif mauun

pasif. Aktif jika pasien dapat melakukan secara mandiri atau perlu

dukungan dan bantuan orang lain. Pasif jika latihan dijalankan oleh

seseorang/perawat. Latihan ROM memperbaiki mobilitas ekstremitas,

mencegah kontraktur, dan memberikan kenyamanan (Kasiati &

Rosmalawati, 2016).

Menurut penelitian mengenai Efektifitas ROM Aktif Terhadap

Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke diperoleh kesimpulan

bahwa ada pengaruh dari pemberian latihan ROM aktif untuk

meningkatkan kekuatan otot pada penderita stroke (Susana & Widya,

2018)

2
Menurut penelitian tentang Efektifitas Latihan ROM Terhadap

Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke dapat disimpulkan bahwa

latihan ROM (Range Of Motion) dapat meningkatkan kekuatan otot pada

pasien yang mengalami kelemahan otot karena dengan latihan yang

berulang-ulang dapat menimbulkan rangsangan yang meningkatkan

aktivitas kimia, neuromuscular dan aktivitas pada otot sehingga terjadi

peningkatan kontraksi pada kelompok otot tertentu. Latihan ROM ini

dapat meningkatkan kekuatan otot pasien selama dilakukan dengan teknik

yang tepat dan dilakukan secara terprogram minimal dua kali/hari

(Wahdaniyah et al., 2019)

Menurut Hasil penelitian tentang Pengaruh ROM (Range Of Motion)

Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Pasien Stroke Non Hemoragik

Stroke tersebut menunjukan ada perbedaan kekuatan otot ekstrimitas pada

tangan dan kaki sebelum dan sesudah dilakukan ROM (Range Of Motion)

pasif pada responden. Hal ini membuktikan bahwa ROM (Range Of

Motion) aktif berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan otot ekstrimitas

pada tangan dan kaki (Roni et al., 2018)

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang

Mengalami Non Hemoragik Stroke dengan gangguan Gangguan Mobilitas

Fisik : ROM (Range of Motion) aktif.

3
B. Rumusan Masalah

“Bagaimana penerapan ROM (Range Of Motion) Pada asuhan

keperawatan pada klien yang mengalami Non Hemoragik Stroke dengan

masalah Gangguan Mobilitas Fisik?

C. Tujuan Penulis

1. Tujuan Umum

Penulis mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien yang

mengalami Non Hemoragik Stroke dengan masalah Gangguan

Mobilitas Fisik.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami

Non Hemoragik Stroke dengan masalah Gangguan Mobilitas Fisik

b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami

Non Hemoragik Stroke dengan masalah Gangguan Mobilitas Fisik

c. Merencanakan tindakan ROM (Range of Motion) aktif pada klien

yang mengalami Non Hemoragik Stroke dengan masalah Gangguan

Mobilitas Fisik.

d. Mampu mengimplementasikan tindakan ROM (Range of Motion)

aktif pada klien yang mengalami Non Hemoragik Stroke dengan

masalah Gangguan Mobilitas Fisik.

e. Mampu mengevaluasi tindakan ROM (Range of Motion) aktif pada

klien yang mengalami Non Hemoragik Stroke dengan masalah

Gangguan Mobilitas Fisik.

4
D. MANFAAT PENELITIAN

1. Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

atau masukan bagi perekembangan ilmu keperawatan, dan menambah

wawasan kajian ilmu keperawatan khususnya studi ROM (Range of

Motion) aktif dalam mengatasi Gangguan Mobilitas Fisik pada pasien

Non Hemoragik Stroke.

2. Praktis

a. Bagi pasien

Bagi Dapat menambah ilmu pengetahuan pasien tentang cara

penanganan dan perawatan yang baik dan benar pada penyakit Non

Hemoragik Stroke

b. Bagi perawat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan study kasus ROM (Range

of Motion) aktif dapat di aplikasikan dalam proses asuhan

keperawatan di berbagai pelayanan asuhan keperawatan.

c. Bagi Penulis

Memberikan pengalaman dan kesempatan pada penulis untuk

menerepkan/mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah

diperoleh dari institusi pendidikan terkhususnya studi tentang

pelaksanaan pemberian ROM (Range of Motion) aktif dalam

penanganan masalah gangguan mobilitas fisik pada pasien Non

Hemoragik Stroke.

5
d. Bagi Institusi

Memberikan tambahan ilmu pengetahuan baru yang dapat lebih

dikembangkan lagi untuk menangani Non Hemoragik stroke

dengan masalah Gangguan Mobilitas Fisik.

e. Bagi pelayanan keperawatan di puskesmas

Penelitinian ini diharapkan dapat menjadi referensi baru dalam

pemberian pelayanan asuhan keperawatan di puskesmas pada klien

yang mengalami Non Hemoragik stroke dengan masalah Gangguan

Mobilitas Fisik.

f. Perkembangan ilmu dan teknologi keperawatan

Dapat menjadi rujukan bagi perawat untuk mengatasi masalah

Gangguan mobilitas fisik pada pasien Non Hemoragik Stroke

g. Bagi masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat tentang penyakit Non

Hemoragik Stroke dengan masalah Gangguan mobilitas fisik.

6
BAB II

TINJAUAN PUTAKA

A. KONSEP DASAR STROKE

1. Pengertian

a. Stroke adalah gangguan neurologic mendadak yang terjadi akibat

pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui system suplai

arteri otak. Dua mekanisme utama yang menyebabkan kerusakan

pada stroke adalah ischemia dan hamoragik (La et al., 2019).

b. Stroke adalah gangguan peredaran darah otak menyebabkan deficit

neurologi mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi

saraf otak. Istlah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk

menjelaskan infark serebrum (Amin & Hardhi, 2015).

c. Stroke iskemik adalah stroke yang terjadi karena tersumbatnya

pebuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian

atau keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis

yaitu penumpukan kolestrol pada dinding pembuluh darah atau

bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke

otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 80% mengalami

stroke jenis ini. Penyubatan biasa terjadi disempanjang jalur

pembuluh darah arteri menuju otak (Pudiastuti, 2013).

Dari beberapa pengertian stroke diatas maka dapat disimpulkan

bahwa stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke

otak terganggu atau karena adanya sumbatan pada aliran darah.

7
2. Anatomi fisiologi

Sitem saraf merupakan system yang berfungsi mengatur seluruh

tubuh dengan melakukan koordinasi danm bekerjasama antar sistem

tubuh.

Pembagian sistem saraf :

a. Susunan saraf pusat

1) Otak -> otak besar dan otak kecil

2) Bumbung saraf tulang belakang

b. Susunan saraf tepi

1) Susunan saraf somatic

2) Susunan saraf otonom

c. Fungsi sistem saraf yaitu :

1) Sensorik: dilakukan oleh organ panca indra

2) Motorik : mengatur tubuh bergerak

3) Koordinasi (gabungan) : mengendalikan sistem lain tubuh,

mengatur kesadaran, ingatan, bahasa, emosi.

Otak dan bumbung saraf tulang belakang dilindungi

oleh pembungkus yang disebut meningen.Otak terletak dalam

rongga tengkorak.Otak dilindungi oleh selaput otak yang berisi

cairan yang ikut membantu mengatasi benturan di kepala.

Bumbung saraf tulang belakang merupakan perpanjangan

dari otak dan terletak dalam saluran yang terebentuk oleh

8
rongga tulang belakang.Alat ini adalah kumpulan serabut saraf

dan jari sel saraf.

Serabut saraf merupakan serabut yang terpancar dari otak dan

bumbung saraf tulang belakang serta berjalan ke seluruh tempat di

badan (Pudiastuti, 2013).

Gambar 1.1 Serabut System Saraf

Sumber : (Rahma, 2019)

3. Etiologi

Stroke dikenal sebagai cerebrovascular accident (CVA) atau

serangan otak. Persendian darah di interupsi untuk bagian tertentu

otak, menyebabkan sel otak mati, ini mengakibatkan pasien kehilangan

fungsi otak di dalam area yang terpengaruh. Gangguan pada umumnya

disebabkan oleh suatu sumbatan pada aliran darah arterial (ischemic

stroke), seperti pembentukan gumpalan darah, tetapi dapat pula

disebabkan oleh kebocoran atau pecahnya pembuluh darah (hemoragik

stroke. Suatu gumpalan darah dapat berkembang dari sepotong plak

yang tidak stabil, atau suatu embolus yang berjalan dari bagian lain

tubuh dan berhenti di pembuluh darah. Perdarahan mungkin terjadi

9
sebagai hasil dari trauma atau secara spontan, seperti pada hipertensi

tak terkendali.

Ischemia terjadi ketika darah tidak cukup mencapai jaringan otak.

Ini mengakibatkan kurangnya ketersediaan oksigen (hipoksia dan

glukosa (hipoglisemia) pada otak. Ketika gizi tidak tersedia untuk

periode panjang, sel otak mati, menyebabkan suatu area infarktus.

Deficit permanen diakibatkan oleh infarktus. Ada peningkatan risiko

stroke pada pasien dengan sejarah hipertensi, diabetes militus,

kolesterol tinggi, fibrilasi atrial, obesitas, merokok, atau penggunaan

kontrasepsi secara oral (Mary et al., 2014)

Menurut Pudiastuti (2013), Penyebab penyakit stroke iskemik

(Non Hemoragik Stroke) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang

menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti

80% stroke adalah :

a. Stroke trombotik : proses terbentuknya thrombus yang membuat

penggumpalan

b. Stroke embolik : tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah

c. Hiperfusion sistemik : berkurangnya aliran darah ke seluruh

bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung .

4. Patofisiologi

Menurut Kornienko dan Pronin (2009), di kutip dari (Yuyun, 2016)

metode neuroimaging selalu memainkan peranan penting pada

diagnosis stroke, termaksud dalam mengeksklusi patologi otak atau

dalam estimasi lesi yang dapat diakses melalui pembedahan.

10
Sebuah pemahaman patofisiologi yang jelas tentang latar belakang

pengurangan aliran darah otak merupakan poin penting dari setiap

diagnose iskemia pada otak. Konsekuensi iskemia fokal akut dan

tingkat pengaruh yang merusak tergantung pada tingkat keparahan dan

durasi penurunan aliran darah. Secara umum, hilangnya fungsi daerah

otak yang rusak terjadi ketika alirah darah otak menurun ke level 15-

20 ml/100 g/menit. Penurunan aliran darah ke level 70-80% dari

tingkat normal (dibawa 50 ml/100 g/menit) akan disertai dengan reaksi

sintesis penghambatan albumin. Tingkat ini dianggap sebagai tingkat

kritis pertama iskemia otak.

Selanjutnya, penurunan aliran darah sampai 50% dari tingkat

normal (sekitar 30 ml/100 g/menit) akan menyebabkan aktivasi

glikolisis anaerob dan peningkatan konsentrasi laktat, asidosis laktat,

dan edema sitotoksik. terjadinya iskemia otak progresif dan penurunan

aliran darah lebih lanjut (20 ml/100 g/menit) disertai dengan

penurunan sintesis ATP, pengembangan insufisiensi energi,

distabilisasi membrane sel, pelepasan pemancar acidergik amino, dan

penurunan fungsi aktif transportasi kanal ion. Saat aliran darah

menurun di bawah tingkat kritis (10 ml/100 g/menit) mengarah ke sel

depolarisasi membran, hal ini dianggap sebagai kriteria utama

kerusakan sel yang irreversible.

Daerah perifer yang mengalami iskemia, tetapi masih hidup

disebut daerah penumbra. Daerah ini mempertahankan terjadinya

metabolisme energy dan hanya memiliki perubahan fungsional.

11
Pengembangan lebih lanjut karena terjadinua iskemis menyebabkan

habisnya cadangan perfisi local dan neuron menjadi sangat sensitive

terhadap penurunan aliran darah lebih lanjut. Inti dapat mengalami

perubahan structural irreversible karena hal ini. Penumbra dapat

diselamatkan oleh restorasi aliran darah dan penggunaan agen

pelindung saraf. Penumbra merupakan target utama untuk diagnosis

dini dengan penggunaan metode neuroradiology modern dan

pengobatan dini. Perubahan patologis yang disebutkan diatas muncul

hampir pada semua jenis infark. Namun demikian, kondisi tertentu dari

situs jaringan yang rusak bervariasi, tergantung pada lokasi ukuran,

dan penyebab iskemia tersebut.

5. Manifestasi klinis

Gejala ditentukan oleh tempat perfusi yang terganggu, yakni

daerah yang disuplai oleh pembuluh darah tersebut. Penyumbatan pada

arteri selebri media yang sering terjadi menyebabkan kelemahan otot

dan spastisitas kontralateral, serta defisit sensorik (hemianaestesi)

akibat kerusakan girus lateral pre-sentralis dan post-sentralis. Akibat

selanjutnya adalah deviasi ocular (deviation conjugee akibat kerusakan

area motoric penglihatan), hemianopsia (radiasi optikus), gangguan

bicara motorik dan sensorik (area bicara broca dan wernickedari

hemisfer dominan), gangguan persepsi spesial, apraksia dan

hemineglect (lobus parietalis) (La et al., 2019).

6. Komplikasi

Menurut Pudiastuti (2013), Komplikasi stroke yaitu :

12
a. Distrimia

b. Peningkatan tekanan intra kranial

c. Kontraktur

d. Gagal nafas

e. Kematian

7. Pemerksaan diagnostik

Menurut Pudiastuti (2013), Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada

pasien stroke yaitu :

a. Ultrasonografi Dopter mengidentifikasikan penyakit arteriovena

(masalah sistem arteri karotis (arteri darah atau muncul plak)

b. Sinigiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke

secara spesifik seperti peredaran darah atau obstruksi arteri adalah

titik obstruksi atau rupture.

c. CT Scan memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan

adanya infark

d. Fungsi lumbal menunjukkan adanya tekanan normal, hemoragik,

malformasi arterial arterivena (MAV)

e. Sinar X tengkorak menggambarkan perubahan kelenjar lempeng

pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas

f. EEG mengindentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak

dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

13
8. Penatalaksanaan

Menurut Amin & Hardhi (2015), Penatalaksanaan medis pada pasien

stroke adalah:

a. Stadium hiperakut

Tindakan pada stadium ini dilakukan di intalasi Rawat darurat

dan merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal

bertujuan agar kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada stadium

ini, pasien diberi oksigen 2L/menit dan cairan kristaloid/keloid,

hindari pemberian cairan dextrose atau salin dalam H2O.

dilakukan pemeriksaan CT Scan otak, elektrokardiografi, foto

toraks, darah perifer lengkap dengan jumlah trombosit, protrombin

time/INR, APTT, glukosa darah, kimia darah, (termasuk elektrolit);

jika hipoksia dilakukan analisis gas darah.

b. Stadium akut

Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-faktor etiologii

maupun penyulit.Juga dilakukan tindakan terapi fisik, okupasi,

wicara dan psikologis serta telaah sosial untuk membantu

pemulihan pasien.

c. Stadium sub akut

Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku,

menelan, terapi wicara, dan beledder training (termasuk terapi

fisik). Mengingat perjalanan penyakit yang panjang, dibutuhkan

14
penatalaksanaan khusus intensif pasca stroke di rumah sakit dengan

tujuan kemandirian pasien, mengerti, memahami, dan

melaksanakan program preventif primer dan sekunder. Adapun fase

subakut antara lain :

1) Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya

2) Penatalaksanaan komplikasi

3) Restorasi/rehabilitasi (sesuai kebutuhan pasien) yaitu fisioterapi,

terapi wicara, terapi kognitif , dan terapi okupasi

4) Prevensi sekunder

5) Edukasi keluar dan Discharge planning

Menurut Pudiastuti (2013), perawatan terhadap penderita

pasca stroke harus dimulai sedini mungkin. Keterlambatan

perawatan yang dilakukan akan menimbulkan hal hal yang tidak

diinginkan. Penderita pasca stroke sebaiknya memperhatikan

dan mengontrol segala aktivitas dan gaya hidupnya agar

terhindar dari serangan stroke susulan yang keadaannya lebih

parah. Maka dari itu selain perawatan yang dilakukan oleh tim

medis, campur tangan anggota keluarga sangat berpengaruh

terhadap proses pemulihan penderita stroke.

B. KONSEP DASAR KELUARGA

1. Pengertian keluarga

Keluarga merupakan sistem sosial karena terdiri dari kumpulan dua

orang atau lebih yang mempunyai peran sosial yang berbeda dengan

15
ciri saling berhubungan dan ketergantungan antar individu (Gusti,

2013).

Keluarga juga terjadi karena ada hubungan darah, hubungan

perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah

tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-

masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Amira &

Trimona, 2020)

2. Tujuan dasar keluarga

Keluarga merupakan unit dasar dari masyarakat. Unit dasar ini

memiliki pengaruh yang begitu kuat terhadap perkembangan-

perkembangan individu yang dapat menentukan keberhasilan

kehidupan individu tersebut. Keluarga berfungsi sebagai buffer atau

sebagai perantara antara masyarakat dan individu, yakni mewujudkan

semua harapan dan kewajiban masyarakat dengan memenuhi

kebutuhan setiap anggota keluarga serta menyiapkan peran anggotanya

menerima peran dimasyarakat.

Keluarga juga merupakan sstem terbuka sehingga dipengaruhi oleh

supra sistemnya yaitu lingkungannya, lingkungannya disini adalah

masyarakat dan sebaliknya subsistem dari lingkungan (masyarkat).

Oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga

membentuk manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat

biopsikososial spiritual (Gusti, 2013).

3. Struktur keluarga

16
Menurut Padila (2012), Struktur keluarga menggambarkan

bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat.

Ada beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia yang terdiri dari

bermacam-macam, diantaranya :

a. Partlineal

Adalah keluarga yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur

ayah.

b. Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.

c. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

ibu.

d. Partlokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

ayah.

e. Keluarga kawin

Adalah huungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.

17
4. Fungsi keluarga

Menurut Friedman (1998), di kutip dari (Padila, 2012) ada 5 fungsi

dasar keluarga yaitu :

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna

untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Adapun komponen yang

perlu dipenuhi oleh keluarga untuk memenuhi fungsi afektif

adalah:

1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima dan

mendukung.

2) Saling menghargai, dengan mempertahankan iklim yang positif

dimana setiap anggota keluarga baik orang tua maupun anak

diakui dan dihargai keberdaanya dan haknya

3) Ikatan dan identifikas, ikatan ini mulai sejak pasangan sepakat

hidup baru

b. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang

dialami individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar

berperan dalam lingkungan social

c. Fungsi reproduksi

18
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program

keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol.

d. Fungsi ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan,

pakaian, maka keluarga memerlukan sumber keuangan.

e. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap

anggotanya baik untuk mencegah terjadinya gangguan maupun

merawat anggota keluarga yang sakit.

5. Tugas keluarga

Menurut Padila (2012), pada dasarnya ada 8 tugas pokok keluarga

yaitu:

a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya

b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga

c. Pembagian tugas masing-masing anggota sesuai dengan

kedudukannya masing-masing

d. Sosialisasi antar anggota keluarga

e. Pengaturan jumlah anggota keluarga

f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga

g. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

19
6. Ciri-ciri keluarga

Menurut Gusti (2013), ciri-ciri keluarga adalah :

a. Terorganisir : saling berhubungan dan saling ketergantungan antar

anggota keluarga

b. Ada keterbatasan : setiap anggota keluarga memiliki kebebasan,

tetapi mereka mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi

dan tugasnya masing-masing

c. Ada perbedaan dan kekhusuan : setiap anggota keluarga

mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.

7. Tipe keluarga

Menurut Padila (2012), menjelaskan tipe-tipe keluarga yaitu:

a. Keluarga tradisional

1) Keluarga inti (nuclear family),: yaitu terdiri dari suami, istri

dan anak. Biasanya keluarga yang melakukan perkawinan

pertama atau keluarga dengan orang tua campuran atau orang

tua tiri.

2) Single perent : keluarga dengan orang tua tunggal, biasanya

sebagai konsekuensi dari perceraian

3) Single adult : Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang

tinggal sendiri tanpa pernah menikah

4) Keluarga besar : terdiri dari keluarga inti dan orang-orang yang

berhubungan

5) Keluarga usila : keluarga inti dimana pasangan suami istri

sudah tua dan anak-anaknya sudah berpisah.

20
6) Keluarga single dyad : terdiri dari suami dan istri saja tanpa

anak, atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.

b. Keluarga non tradisional

1) Keluarga dengan orang tua beranak tampa menikah, biasanya

ibu dan anak

2) Pasangan yang meiliki anak tapi tidak menikah, didasarkan

pada hokum tertentu

3) Pasangan kumpul kebo, kumpul bersama tanpa menikah

4) Keluarga gay atau lesbian, orang-orang yang berjenis kelamin

yang sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah

5) Keluarga komunis, keluarga yang terdiri dari lebih dari satu

pasangan monogamy dengan anak-anak secara bersama

menggunakan fasilitas, sumber yang sama.

8. Peranan keluarga

Peran adalah suatu yang di harapkan secara normative dari

seseorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-

harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan

oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga

menggambarkan seperangkat perilaku internasional, sifat, kegiatan

yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.

Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku

dari keluarga, kelompok dan masyarakat (Harnilawati, 2013).

21
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masvng antara

lain adalah :

a. Ayah : sebagai pemimpin keluarga pencari nafkah, pendidik,

pelindung¸ pemberi rasa aman bagi setiap amggota keluarganya

dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok tertentu.

b. Ibu : sebagai ibu rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak,

pencari nafkah tambahan, dan juga sebagai anggota masyarakat

kelompok tertentu.

c. Anak : sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan

fisik, sosial, mental dan spiritual.

9. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Menurut Padila (2012), tahap dan tugas perkembangan keluarga yaitu:

a. Tahap keluarga pemula

Keluarga baru/pasangan yang belum memiliki anak. Tugas

perkembangan keluarga yakn, sebagai berikut :

1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan

2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis

3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai

orang tua)

4) Menetapkan tujuan bersama

5) Persiapan menjadi orang tua

6) Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan

menjadi orang tua)

22
b. Tahap keluarga sedang mengasuh anak

Tugas keluarga pada tahap ini adalah , sebagai berikut :

1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

(integrasi bayi dalam keluarga)

2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan

kebutuhan anggota keluarga

3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

4) Memperluas persahabatan keluarga besar dengan menambah

peran orang tua, kakek dan nenek

5) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan

anak

6) Konseling KB post partum 6 minggu

7) Menata ruang untuk anak

8) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin

c. Tahap keluarga dengan anak usia prasekolah

Keluarga dengan anak pertama berusia 30 bulan-6 tahun. Tugas

perkembangan keluarga, sebagai berikut :

1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang

bermain, privasi dan keamanan

2) Mensosialisasikan anak

3) Mempertahankan hubungan yang sehat (hubungan perkawinan

dan hubungan orang tua-anak) serta hubungan diluar keluarga

(keluarga besar dan komunitas)

4) Pembagian waktu individu, pasangan dan anak

23
5) Pembagian tanggung jawab

6) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan

kembang anak

d. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah

Keluarga dengan anak usia sekolah 6-13 tahun. Adapun tugas

perkembangannya, sebagai berikut :

1) Mensosiakisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestai

sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

yang sehat

2) Mempertahankan hubungan perkawnan yang memuaskan

3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga

4) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya

intelektual

5) Menyediakan aktivitas untuk anak

e. Tahap keluarga dengan anak remaja

Keluarga dengan anak remaja berusia 13-20 tahun. Adapun tugas

perkembangnnya, sebagai berikut :

1) Memberikan keseimbangan antara kebebasan dan tanggung

jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri

2) Memfokuskan kembali hubungan intim perkawinan

3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak

4) Mempersiapkan perubahan untuk memnuhi kebutuhan tumbuh

dan kembang anggota keluarga

24
f. Tahap keluarga dengan anak dewasa

Keluarga dengan anak meninggalkan rumah. Adapun tugas

perkembangannya, sebagai berikut :

1) Memperluas siklus keluarga dengan memuaskan anggota

keluarga baru dari perkawinan anak-anaknya

2) Melanjutkan dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan

3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di

masyarakat

4) Mempersiapkan anak untuk mandiri dan menerima kepergian

anaknya

5) Membantu orang tua lanjutusia dan sakit-sakitan dari suami

maupun istri

6) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh

anak-anaknya

g. Tahap keluarga usia pertengahan

Tugas perkembangan keluarga, sebagai berikut :

1) Menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti

dengan para orang tua (lansia) dan anak-anak

3) Memperkokoh hubungan perkawinan

4) Persiapan masa tua/pension

25
h. Tahap keluarga lanjut usia

Tugas perkembangan keluarga, sebagai berikut

1) Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara

hidup

2) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

3) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

4) Mempertahankan hubungan perkawinan

5) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

6) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

7) Melakukan life review masalalu

C. KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS/ISTIRAHAT

1. Definisi

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara

bebas, mudah, dan teratur bertujuan untuk memnuhi kebutuhan hidup

sehat. Kehilangan kemampuan untuk bergerak mengakibatkan

seseorang menjadi ketergantungan dan membutuhkan tindakan

keperawatan (Kasiati dan Rosmalawati, 2016).

2. Manfaat

Manfaat dari gerakan tubuh antara lain, tubuh menjadi segar,

memperbaiki tonus otot, mengontrol berat badan, merangsang

peredaran darah, mengurangi stress, meningkatkan relaksasi,

memperlambat proses penyakit (penyakit degenerative), untuk

aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh) (Kasiati dan Rosmalawati,

2016).

26
3. Kordinasi mekanik tubuh

Mekanika tubuh (body mechanic) adalah penggunaan organ secara

efisien dan efektif sesuai dengan fungsinya. Pergerakan merupakan

rangkaian aktivitas yang terintegrasi antara sistem musculoskeletal yang

melibatkan tulang, otot, tendon, ligament, kartilago, dan sendi.Tulang

adalah jaringan dinamis, salah satu fungsinya menunjang jaringan tubuh

dan membantu pergerakan. Sedangkan otot berfungsi untuk kontraksi dan

membantu menghasilkan gerakan, mempertahankan postur tubuh, dan

menghilangkan panas. Otot dipersarafi oleh saraf yang terdiri atas serabut

motoris dari medulla spinal medulla otak seperti korteks cerebri kanan

mengatur otot otot anggota gerak kiri dan sebaliknya.

Mekanisme kontraksi otot : membran otot mengandung myofibril,

kemudian asetikolin. Akibatnya, pintu kalsium di reticulum sarkoplasma

membuka dan melepaskan ion kalsium sitoplasma sel otot, lalu berkaitan

dengan troposin, kemudian membuka dinding sites, terjadilah jembatan

silang (cross briges) antara filamin akitin dan myosin. Selanjutnya

dengan katalis enzim myosin-ATP ase terjadi hidrolikis ATP menjadi

ADP + P + energy, sehingga terjadilah kontraksi. (Kasiati dan

Rosmalawati, 2016).

4. Faktor yang mempengaruhi aktivitas

a. Klien mengalami atropi otot, dimana keadaan otot menjadi

mengecil karna tidak terpakai dan pada akhirnya serabut otot

difiltrasi dan diganti jaringan fibrosa dan lemak.

27
b. Nekrosis (jaringan mati), terjadi trauma atau iskemia dimana proses

regenerasi otot sangan minim.

c. Kontraktur sehingga body mekanik terganggu.

5. Dampak imobilisasi

Dampak imobilisasi secara fisik adalah kerusakan

integument/integritas kulit,sistem kardiovaskuler,sistem eliminasi,

musculoskeletal, sistem pencernaan dan respirasi, psikologis seperti

depresi dan istirahat tidur dan, tumbuh kembang.

Untuk mencegah dampak buruk dari mobilisasi, maka perlu

dilakukan latihan rentang gerak secara aktif maupun pasif dan ambulasi,

terdapat perubahan-perubahan yang terjadi pada beberapa sistem tubuh

ketika mobilisasi tidak dapat dilakukan menurut Koizer di kutip dari

(Kasiati dan Rosmalawati, 2016).

a. Sistem integument

1) Turgor kulit menurun:kulit mengalami atropi akibat imobilisasi dan

perpindahan cairan antara komportemen pada area yang

menggantung, hal ini dapat mengangganggu keutuhan dan

kesehatan dermis dan jaringan subkutan

2) Ekerusakan kulit: kondisi imobilisasi menganggu sirkulasi dan

suplai nutrisi pada area tertetu, hal ini berakibat iskemia dan

nekrosis jaringan superfisial yang dapat menimbulkan ulus

dekubitus.

28
b. Sistem kardiovaskuler

1) Hipotensi ostotatik: terjadi karena sistem saraf otonom tidak dapat

menjaga keseimbangan suplai darah ke tubuh saat klien bangun

dari posisi berbaring yang lama.

2) Pembentukan trombus : thrombus atau massa padat darah di

jantung atau pembulu darah biasa di sebabkan oleh gangguan aliran

balik vena menuju jantung, hiperkoagulabitas darah dan cedera

dinding pembluh darah.

3) Edemea dependen : biasa terjadi pada area yang menggantung

seperti kaki dan tungkai bawah

c. Sistem eliminasi

1) Statis urine: terhentinya atau terhambatnya aliran urine

2) Batu ginjal: imobilisasi biasa terjadi karena keseimbangan antara

kalsium dan asam sitrat yang menyebabkan kelebihan kalsium,

akibatnya urine menjadi lebih basa dan garam kalsum

mempresipitasi terbentuknya batu ginjal

3) Retensi urine : penurunan tonus otot kandung kemih menghambat

kemampuan mengosongkan kandung kemih secara tuntas.

4) Infeksi perkemihan : urine yang stastis dan juga sifat urine yan

basah akibat hiperkalsiuria merupakan media baik pertumbuhan

bakteri. Organisme penyebab infeksi saluran kemih adalah

esherichial coli.

29
d. Sistem muskuluskeletal

1) Osteoporosis: tanpa aktivitas yang memberi beban pada tulang

akan mengalami demineralisasi (osteoporosis), hal ini

menyebabkan tulang kehilangan kekuatan dan kepadatan sehingga

tulang menjadi kropos dan mudah patah.

2) Atrofi otot : otot yang tidak digunakan dalam waktu lama akan

kehilangan sebagian besr kekuatan dan fungsi normalnya.

3) Kontraktur dan nyeri sendi: kondisi imobilisasi jarigan kolagen

pada sendi mengalami ankilosa dan tulang terjadi demineralisasi

yang menyebabkan akumulasi kalsium pada sendi yang berakibat

kakakuan dan nyeri pada sendi

e. Sistem pencernaan

Konstipasi : imobilisasi mempengaruhi pencernaan yaitu konstipasi

akibat penurunan peristaltic dan mobiliasi usus. Jika konstipasi

berlanjut dan feses sangat keras, maka perlu upaya kuat untuk

mengeluarkannya.

f. Respirasi

1) Penurunan gerakan permafasan: kondisi ini disebabkan pembatasan

gerak, hilangnya kordinasi otot.

2) Penumpukan secret : normalnya secret pada saluran pernafasan di

keluarkan pada perubahan posisi , postur tubuh dan batuk.

3) Atelectasis : imobilisasi terjadi perubahan aliran drah regional dan

menurunkan produksi surfaktan, ditambah sumbatan secret pada

jalan nafas, dapat mengakibatkan alektasi

30
6. Tingkat imobilisasi

a. Imobilisasi komplit: dilakukan pada individu yang mengalami

gangguan kesadaran

b. Imobilisasi persial: dilakukan pada klien yang mengalami fraktur

c. Imobilisasi karena pengobatan: imobilisasi pada penderita

gangguan pernafasan atau jantung, pada pasien tirah baring

(bedrestt) total, klien tidak boleh bergerak dari tempat tidur,

berjalan dan duduk di kursi.

Menurut Hidayat & Musrifatul (2012), mobilisasi terbagi atas dua

jenis yaitu :

1) Mobilisasi penuh

Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang unyuk

bergerak dengan batasan tidak jelas dan mampu bergerak secara

bebas tampa adanya gangguan pada bagian tubuh.

2) Mobilisasi sebahagian

Mobilisasi sehabagian adalan ketidakmampuan seseorang untuk

bergerak secara bebas dan aktif karena dipengaruhi oleh gangguan

saraf motoric dan sensorik pada area tubuhnya. Mobilisasi sebagian

terbagi atas dua jenis yaitu :

a) Mobilisasi sebahagian temporer merupakan kemampuan

individu untuk bergerak dengan batasan yang tidak menetap.

Hal tersebut dinamakan sebagai batasan yang bersifat

reversible pada sistem musculoskeletal, contohnya adanya

dislokasi pada sendi atau tulang

31
b) Mobilisasi sebahagian permanen merupakan kemampuan

individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya

menetap, contohnya : terjadinya kelumpuhan karena stroke,

lumpuhnkarena cedera tulang belakang, poliomyelitis karena

terganggunya sistem saraf motoric dan sensorik.

7. Skala mobilitas

Menurut Wilkinson (2016), skala gangguan mobilitas fisik yaitu:

a. Tingkat 0 : mandiri total

b. Tingkat 1 : memerlukan penggunaan peralatan atau alat bantu

c. Tingkat 2 : memerlukan bantuan dari orang lain untuk pertolongan,

pengajaran atau pengawasan

d. Tingkat 3 : memerlukan bantuan dari orang lain dan peralatan

bantu tertentu

e. Tingkat 4 : ketergantungan, tidak berpartisipasi dalam aktivitas

8. Penerapan ROM (Range Of Motion)

a. Pengertian ROM

ROM (Range Of Motion) adalah suatu kegiatan yang dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan aktivitas. ROM dapat dilakukan secara

aktif maupun pasif. Aktif jika pasien dapat melakukan secara

mandiri atau perlu dukungan dan bantuan orang lain. Pasif jika

latihan dijalankan oleh seseorang/perawat. Latihan ROM

memperbaiki mobilitas ekstremitas, mencegah kontraktur, dan

memberikan kenyamanan (Kasiati & Rosmalawati, 2016).

32
b. Jenis-jenis ROM

Menurut Dulhani (2018), Ada 3 jenis ROM yaitu :

1) ROM aktif : adalah gerak yang dihasilkan oleh kontraksi otot

sendiri, latihan yang dilakukan oleh pasien sendiri. Hal ini

dapat meningkatkan kemandirian dan percaya diri pasien

2) ROM aktif dengan pendamping : latihan tetap dilakukan oleh

pasien secara mandiri dengan didampingi oleh perawat. Peran

perawat dalam hal ini adalah memberkan bantuan dan

dukungan untuk mencapai gerakan ROM yang diingankan

3) ROM pasif : adalah gerakan yang dilakukan pada pasien yang

sedang bedrest atau mengalami keterbatasan dalam pergerakan

latihan ROM pasif sangat tepat dilakukan dan akan

mendapatkan manfaat sepert terhindarnya dari kemungkinan

kontraktur pada sendi.

c. Indikasi

Menurut Dulhani (2018), Indikasi ROM yaitu :

1) PROM :

a) pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang

apabila dilakukan pergerakan aktif akan menghambat

proses penyembuhan.

b) Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk

bergerak aktif pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya

keadaan koma kelumpuhan atau bedrest total.

33
2) AROM :

a) pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara

aktif dan menggerakkan sendinya baik dengan bantuan

ataupun tidak.

b) Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat

menggerakkan persendian sepenuhnya, digunakan AROM

d. Kontraindikasi

Menurut Dulhani (2018), Kontraindikasi ROM yaitu :

1) Latihan ROM tidak dapat diberikan apabila gerakan dapat

menggaggu proses penyembuhan cedera

2) ROM tidak boleh dilakukan apabila respon pasien atau

kondisinya membahayakan

e. Nilai Kekuatan Otot

1) Skala 0 : Lumpuh total

2) Skala 1 : tidak ada gerakan, teraba atau terlihat adanya

kontraksi otot

3) Skala 2 : ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapa melawan

gravitasi (hanya bergeser)

4) Skala 3 : bias melawan gravitasi tetapi tidak bias menahan atau

melawan tahanan pemeriksa

5) Skala 4: bias bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi

kekuatannya berkurang

6) Skala 5 : dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan

maksimal

34
f. Waktu pelaksanaan

Range Of Motion memiliki pengaruh terhadap rentang gerak

responden bila dilakukan dengan frekuensi dua kali sehari dalam

enam hari dan dengan waktu 10-15 menit dalam sekali latihan

(Bistara, 2019). Pada penelitian ini terapi akan diberikan dalam

jangka waktu tiga hari dimana dalam sehari dilakukan dua kali

latihan dengan durasi 10-15 menit.

D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Menurut Yohanes & Betan (2013), Proses pengkajian merupakan

pengumpulan informasi yang berkesinambungan, dialisa dan

diinterpretasikan serta diidentifikasi sercara mendalam. Sumber data

pengkajian diperoleh dari anamnesa (wawancara), pengamatan

(observasi), pemerksaan fisik anggota keluarga dan data dokumentasi

Dasar pemikiran dari pengkajian diperoleh adalah suatu perbandingan,

ukuran atau penilaian mengenai keadaan keluarga dengan

menggunakan norma, nilai, prinsip,aturan, harapan, teor dan konsep

yang berkaitan dengan permasalan.

a. Cara pengumpulan data

1) Wawancara

Tujuan dilakukan wawancara adalah :

a) Mendapatkan nformasi yang diperlukan dari keluarga

(tentang apa yang harus dikaji).

35
b) Meningkatkan hubungan perawat-keluarga dalam

komunikasi.

c) Membantu keluarga untuk memperoleh informasi yang

dbutuhkan

2) Pengamatan (observasi)

Pengamatan yang dilakukan berkaitan dengan hal-hal yang

tidak perlu ditanyakan (ventilasi, penerangan, kebersihan

lingkungan rumah dan sekitarnya).

3) Data dokumentasi

Data dokumentasiyang dimaksud adalah pengkajian terhadap

data atau catatan kesehatan pasien.

4) Pemerksaan fisik

Jika pasien adalah individu, maka pemeriksaan pemeriksaan

fisik dilakukan hanya pada anggota keluarga yang mempunyai

masalah kesehatan akan tetap bisa juga dilakukan kepada

seluruh anggota keluarga jka pasien anda adalah satu keluarga

bukan pasien individu.

b. Beberapa alat yang biasa digunakan dalam pengkajian adalah :

1) Quisioner

2) Check list

2. Diagnosis keperawatan

Masalah kesehatan adalah situasi atau kondisi yang berhubungan

dengan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga atau anggota

keluarga. Sedangkan diagnosis keperawatan adalah keputusan tentang

36
respon keluarga tentang masalah kesehatan actual dan potensial,

sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan

asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan perawat

(Yohanes & Betan, 2013).

Tahapan dalam diagnosis keperawatan keluarga antara lain :

a. Analisa data

Setelah dilakukan pengumpulan data, segera dilakukan analisa

data dan menghubungkan dengan konsep teori dan prinsip yang

relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah

kesehatan dan keperawatan keluarga

Cara menganlisa data adalah sebagai berikut :

1) Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang dikumpulkan

dalam pengkajian

2) Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan biopsiko-sosial

dan spiritual

3) Membandingkan dengan standart

4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan

5) Data dibagi dalam data subyektif (ungkapan) dan obyektf

( data yang dapat diuji kebenarannya melalui observasi,

pemeriksaan fisik dan lain-lain.

b. Perumusan masalah

Langkah setelah dilakukan analisa data adalah merumuskan

masalah. Perumusan masalah dalam keperawatan keluarga dapat

diarahkan kepada sasaran kita baik individu maupun keluarga.

37
Komponen dalam penulisannya terdiri atas problem (masalah),

etiologic (penyebab) dan sign/symptom (tanda dan gejala)

1) Masalah ( problem)

Kalimat sederhana yang mendefinisikan persoalan yang dialami

oleh pasien dalam pengkajian yang sudah dilakukan. Hal ini

bertujuan untuk menjelaskan status kesehatan pasien secara jelas

dan sesingkat mungkin.

2) Etiologic (penyebab)

Dalam keperawatan keluarga penyebab dari masalah yang

terjadi diambil dari 5 tugas keluarga dengan asumsi bahwa

apabila keluarga tidak menjalankan ke-5 tugas dengan baik

maka akan timbul masalah kesehatan. Ke-5 penyebab masalah

tersebut adalah :

a) Keluarga tidak mampu mengenal masalah kesehatan tiap

anggota keluarganya

b) Keluarga tidak mampu mengambil keputusan yang tepat

untuk melkaukan tindakan tang tepat

c) Keluarga tidak mampu merawat anggota keluarganya yang

sakit atau yang tidak dapat menolong dirinya sendiri karena

cacat atau karena usianya yang terlalu muda

d) Keluarga tidak mampu mempertahankan suasana rumah yang

menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian

anggota keluarganya

38
e) Keluarga tidak mampu mempertahankan hubungan timbal

balik antara keluarga dan lembaga kesehatan sepert

puskesmas dan lain-lain

c. Sign/symptom

Adalah sekumpulan data tanda dan gejala yang merupakan

manifestasi adanya gangguan dari hasil pengkajian baik berupa

data subyektif maupun data obyektif.

Adapun diagnosis keperawatan pada pasien Non Hemoragik

Stroke yang yang diangkat pada penelitian ini yaitu : Gangguan

Mobilitas fisik

1) Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan

fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri (PPNI,

2016).

2) Factor yang berhubungan :

a) Kerusakan integritas struktur tulang

b) Perubahan metabolisme

c) Ketidakbugaran fisik

d) Penurunan kendali otot

e) Penurunan massa otot

f) Pernurunan kekuatan otot

g) Keterlambatan perkembangan

h) Kekuatan sendi

i) Kontraktur

j) Malnutrisi

39
k) Gangguan musculoskeletal

l) Gangguan neuromuscular

m) Indeks massa tubuh datas persentil ke-75 sesuai usia

n) Efek agen farmakologi

o) Program pembatasan gerak

p) Nyeri

q) Kurang terpapar informasi tentang aktifitas fisik

r) Kecemasan

s) Gangguan kognitif

t) Keengganan melakukan pergerakan

u) Gangguan sensori persepsi

3) Gejala dan tanda

Mayor

a) Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas

b) Keluhan otot menurun

c) Rentang gerak (ROM) menurun

Minor

a) Nyeri saat bergerak

b) Enggan melakukan pergerakan

c) Merasa cemas saat bergerak

d) Sendi kaku

e) Gerakan tidak terkoordinasi

f) Gerakan terbatas

g) Fisik lemah

40
d. Proritas masalah

Setelah merumuskan masalah tahap berikutnya adalah

menentukan diagnosis yang menjadi prioritas. Diagnosis yang

menjad prioritas dilihat dari angka yang paling tingg dilanjutakan

angka yang paling rendah. Untuk mendapatkan masalah

keperawatan prioritas terlebih dahulu dilakukan perhitungan

dengan mengguunakan skala baylon dan maglaya (1978) sebaga

berikut

Skoring :

1) Tentukan skor untuk setiap kriteria

2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikali dengan bobot :

3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria

4) Skor tertinggi adalah 5 : seluruh

Table 1.1 Skoring penentuan prioritas masalah

No Kriteria Komponen Skor Bobot


1. Sifat masalah Actual 3 1
Potensial 2
Risiko 1
2. Kemungkinan Mudah 2 2
masalah dapat Sebagian 1
diubah Dapat 0

3. Potensial masalah Tinggi 3 1


dapat dicegah Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya Berat, segera ditangani 2 1
masalah tidak perlu segera 1
ditangani 0
Tidak dirasakan ada
masalah
Sumber : (Yohanes & Betan, 2013)

41
3. Perencanaan tindakan

Perencanaan tindakan keperawatan merupakan salah satu tahap

dari proses keperawatan dimulai dari penentuan tujuan (umum/khusus)

penetapan standard dan kriteria serta menentukan perencanaan untuk

mengatasi masalah keluarga. Rencana tindakan ini diarahkan untuk

membantu keluarga mengubah pengetahuan menjadi lebih baik,

mengubah sikap yang mendukung perilaku sehat, dan mengubah

perilaku kea rah yang lebih baik (Yohanes & Betan, 2013).

a. SIKI

Memuat intervensi keperawatan yang dapat diterapkan secara

nasional di indonesia dengan mengacu pada standart-standart dan

referensi intervensi internasional yang telah ada sebelumnya.

(PPNI, 2018)

Adapun intervensi keperawatan yang dilakukan untuk

menyelesaikan masalah gangguan mobilitas fisik pada pasien Non

Hemoragik stroke adalah latihan ROM (Range Of Motion) aktif.

b. SLKI

Outcome atau hal yang akan dicapai dan telah disesuaikan

dengan kultur budaya Indonesia sehingga mampu diterapkan

secara nasional dan mengacu pada standart referensi-referensi

luaran atau outcome internasional yang telah ada sebelumya.

Mobilitas fisik : kemampuan dalam gerakan fisik dari satu atau

lebih ekstremitas secara mandiri

42
Table 2.2 Luaran Gangguan Mobilitas Fisik

Kriteria hasil Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


menurun meningkat
Kekuatan otot 1 2 3 4 5
Rentang gerak (ROM) 1 2 3 4 5
Nyeri 1 2 3 4 5
Kecemasan 1 2 3 4 5
Gerakan tidak terkoordinasi 1 2 3 4 5
Gerakan terbatas 1 2 3 4 5
Kelemahan fisik 1 2 3 4 5
Kaku sendi 1 2 3 4 5
Sumber : (PPNI, 2018)

Outcome yang ingin dicapai adalah mobilitas fisik meningkat

dengan kriteria kekuatan otot meningkat. Adapun Standar Operasional

Prosedur latihan ROM (Range of motion) aktif menurut (Maisaraswati,

2018) yaitu:

SOP ROM (Range Of Motion)

Persiapan alat : tempat tidur, bantal, handscoon

Persiapan pasien : jelaskan tujuan pelaksanaan. Dan atur posisi pasien

Persiapan lingkungan : jaga privasi pasien

Prosedur kerja :

a. Bahu

1) fleksi ekstensi

a) letakkan satu tangan diatas siku pasien dan pegang tangan

pasien dengan tangan lainnya

b) angkat lengan pasien pada posisi awal

c) lakukan gerakan mendekati tubuh

43
d) lakukan observasi perubahan yang terjadi. Misalnya : ada

kekakuan atau nyeri

2) Abduksi dan aduksi

a) letakkan satu tangan diatas siku pasien dan pegang tangan

pasien dengan tangan lainnya

b) gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya

c) kembali ke posisi semula

d) catat perubahan yang terjadi. Misalnya : ada kekakuan atau

nyeri

3) Rotasi bahu

a) atur posisi lengan pasien menjauh dari tubuh dengan siku

menekuk

b) letakkan atu tangan di lengan atas dekat siku pasien dan pegang

tangan pasien dengan tangan lainnya

c) lakukan rotasi bahu dengan lengan kebawah sampai menyentuh

tempat tidur

d) kembalikan lengan ke posisi awal

e) catat perubahan yang terjadi. Misalnya : ada kekakuan atau

nyeri

44
2) Siku

1) fleksi dan ekstensi

a) atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan telapak

mengarah kesisi pasien

b) letakkan tangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien

dengan tangan lainnya

c) tekuk siku pasien sehngga tangan pasien mendekat ke bahu

d) lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya

e) lakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi. Misalnya

ada kekauan atau nyeri

3) Lengan bawah

1) Pronasi dan supinasi

a) atur posisi lengan pasien dengan posisi siku menekuk/lurus

b) putar lengan bawah pasien kea rah kanan atau kiri

c) kembalikan ke posisi awal

d) lakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi

4) Pergelangan tangan

1) fleksi dan ekstensi

a) atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku

menekuk

b) pegang tangan pasien dan tangan lainya memegang pergelangan

tangan pasien

c) tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin

45
d) lakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi. Misalnya,

ada kekauan atau nyeri

5) Jari-jari

1) fleksi dan ekstensi

a) pegang jari-jari tangan pasien dan tangan lainnya memegang

pergelangan tangan pasien

b) bengkokkan jari-jari kebawah

c) luruskan jari-jari kemudian dorong ke bawa

d) gerakkan kesamping kiri dan kanan

e) kembalikan ke osisi awal

f) catat perubahan yang ada. Misalnya, ada kekakuan atau nyeri

6) cuci tangan setelah prosedur dilakukan

7) tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah dilakukan tindakan

peningkatan rentang gerak sendi

Gambar 2.2 ROM Bahu

46
Gambar 2.3 ROM Siku

Gambar 2.4 ROM Lengan

Gambar 2.5 ROM pergelangan dan jari-jari tangan

47
4. Tindakan keperawatan

Menurt (Yohanes & Betan, 2013) Secara sederhana implemntasi

adalah melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah ditentukan

sebelumnya. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan seperti ini,

perawat seharusnya tidak boleh bekerja sendiri dan meibatkan keluarga

serta disiplin ilmu lain.

a. Tahap-tahap tindakan

1) Persiapan alat

2) persiapan pasien

3) persiapan tempat

4) pelaksanaan tindakan

b. tipe tindakan

1) tindakan diagnostic : wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan laboratorium seberhana

2) tindakan terapeutik

3) tindakan edukatif

4) tindakan merujuk

c. dokumentasi : setelah pelaksanaan tindakan keperawatan, harus

melakukan dokumentasi yang lengkap dan akurat

48
5. Evaluasi keperawatan

Menurt Yohanes & Betan (2013) Evaluasi bertujuan untuk melihat

kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan.

Terdapat dua jenis evaluasi dalam melaksanakan asuhan

keperawatan keluarga, yaitu sebagai berikut :

a. Evaluasi formatif

Evaluasi yang dilakukan sesaat setelah pelaksanaan tindakan

keperawatan. Penulisannya lebih dikenal dengan menggunakan

SOAP

b. Evaluasi sumatif

Evaluasi akhir apabila waktu perawatan sudah sesuai dengan

perencanaan. Bila terdapat ketidaksesuaian dalam hasil yang

dicapa, keseluruhan proses mulai dari pengkajian sampai dengan

tindakan perlu ditinjau kembal

49
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Desain Studi Kasus

Desain yang digunakan dalam metode ini yaitu metode studi kasus.

Studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu

orang subjek atau suatu tempat penyimpanan dokumen atau stu peristiwa

tertentu. Pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan

memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. Studi

kasus juga di definisikan sebagai metode penelitian yang lebih bersifat

teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya, peneliti berusaha menguji unit

atau individu (Surahman et al., 2016)

Pada studi kasus ini sumber data dari semua pihak yang bersangkutan

dan berlaku pada kasus yang diteliti. Pada studi kasus ini penulis ingin

mengetui pengaruh latihan ROM (Range Of Motion) terhadap pasien

dengan masalah Gangguan mobilitas fisik akibat Stroke Non Hemoragik.

B. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dalam penelitian ini maka perlu

dijelaskan terlebih dulu variable dalam studi kasus yang berjudul ”Asuhan

keperawatan pada klien yang mengalami Non Hemoragik Stroke dengan

masalah gangguan Mobilitas Fisik”.

50
Adapun penjelasan istilah untuk masing-masing variable tersebut

adalah seagai berikut :

1. Non Hemoragik Stroke

Non Hemoragik Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan

darah ke otak terganggu atau berkurang berkurang akibat adanya

penyumbatan.

2. ROM (Range Of Motion)

ROM adalah latihan gerak sendi yang memungkinkan terjadinya

kontraksidan pergerakan otot.

C. Partisipan

Partisipan yang digunakan pada studi kasus ini adalah 1 pasien yang

mengalami gangguan Mobilitas Fisik akibat Stroke Non Hemorragic yang

dengan kriteria :

1. Inklusi

a. Pasien dengan diagnosa medik Non Hemoragik Stroke

b. Pasien bersedia menjadi responden

c. Usia 35-60 tahun

d. Nilai kekuatan otot 3 (Mampu melawan gravitasi tapi tidak mampu

menahan tahanan dari pemeriksa)

2. Eksklusi

a. Pasien tidak kooperatif

b. Kondisi pasien dalam keadaan membahayakan (ada luka pada

persendian, dan lain-lain)

51
D. Lokasi Dan Waktu Pelaksanaan Studi Kasus

Penelitian ini dilakukan pada juli2020 s/d agustus 2020 Di Wilayah

Kerja UPTD Puskesmas Paccing Kecamatan Awangpone Kabupaten

Bone.

E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu rangkaian kegiatan penelitian yang

mencakup pencatatan peristiwa-peristiwa atau keterangan-keterangan atau

karakeristik-karakteristik sebagian atau seluru populasi yang akan

menunjang atau mendukung penelitian. Data yang dikumpulkan mencakup

variable dependen/variable terkait, data dasar atau dasar sekunder yang

terkait dengan responden atau lokasi penelitian (Surahman et al., 2016).

Metode yang digunakan pada peneliti dalam metode studi kasus ini

adalah :

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data penelitian

melalui pertanyaan yang diajukan secara lisan kepada responden untuk

menjawabnya. Jawaban dari responden sebaiknya dicatat atau di

rekam. Wawancara dapat dilakukan secara tatap muka antar peneliti

dan responden atau menggunakan cara lain, misalnya melalui

telephone,wawancara ini dilakukan untuk mengetahui keluhan utama,

riwayat keluhan utama, dan riwayat keluhan sehari-hari. sehingga data

tersebut diperoleh langsung dari reponden. Wawancara itu sendiri

bukan hanya sekedara memperoleh data saja, namun dengan

wawancara peneliti dapat memperoleh kesan lansung dari responden,

52
memberikan penjelasan jika responden tidak mengerti dengan

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

2. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data penelitian melalui

pengamatan terhadap suatu objek atau proses, baik secara visual

menggunakan panca indera(penglihatan, penciuman, pendengaran,

perabaan) atau alat untuk memperoleh informasi yang diperlukan

dalam upaya menjawab masalah penelitian

Observasi merupakan salah satu teknok pengumpulan data untuk

memperoleh gambaran rill suatu peristiwa atau kejadian atau prilaku

orang.Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan hasil

observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau

susunan tertentu, dan perasaan emosi seseorang.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah data pribadi pasien yang meliputi nama,

umur, nomor ekam medik, diagnose medis dan lain-lain

F. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksud untuk menguji kualitas data/informasi

yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan daya dengan

validasi tinggi. Uji keabsahan data dilakukan dengan :

1. Memperpanjang waktu pengamatan/tindakan

2. Sumber informasi tambahan menggunakan trigulasi dari tiga sumber

utama yaitu pasien, keluarga pasien, perawat yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti.

53
G. Analisa Data

Analisa data dilakukan sejak peneliti di lapangan, waktu

pengumpulan data sampai semua data terkumpul. Analisa data dilakukan

dengan cara mengemukakan fakta selanjutnya membandingkan dengan

teori dan dituagkan dalam opini pembahasan, teknik yang digunakan

dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh

dari hasil interpretasi wawancara yang dilakukan untu menjawab rumusan

masalah penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh

peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya

diinterpretasikan oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan

untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.

Urutan dan analisis adalah :

1. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dan

dokumentasi).Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian

disalin dalam bentuk transkrip.

a. Mereduksi Data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan

lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan

dikeompokkan menjadi data subyektif dan obyektif, di analisis

berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostic kemudian di

bandingkan.

54
b. Penyajian data dilakukan dengan table, gabar, bagan maupun teks

naratif. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan cara

mengaburkan identitas responden.

c. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan di

bandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara

teoritis dengan prilaku kesehatan.Penarikan kesimpulan dilakukan

dengan metode induksi.Data yang dikumpulkan terkait dengan

data pengkajian, diagnosis, Perencanaan Tindakan dan evaluasi.

H. Etik Studi Kasus

Menurut Surahman (2016), etika yang mendasari penelitian, terdiri dari :

1. Otonomy

Prinsip ini berkaitan kebebasan seseorang dalam menentukan

nasibnya sendiri (undependen). Hak untuk memilih memilih apakah ia

disertakan atau tidak dalam suatu proyek penelitian dengan memberi

persetujuan atau tidak memberi persetujuan dalam informed consent.

Informed consent merupakan upaya peningkatan perlindungan

terhadap salah satu hak asasi pasien (subjek penelitian) dalam

hubungan peneliti dan pasien, yaitu hak asasi informasi dikaitkan

dengan hak untuk menentukan nasib sendiri (otonomi pasien)

2. Beneficence (perilaku baik)

Perawat agar selalu berupaya dalam segala tindakan

keperawatan yang diberikan kepada pasien mengandung prinsip

kebaikan (promote good). Prinsip berbuat yang terbaik bagi pasien ini

55
tentu saja dalam batas-batas hubungan hubungan terapeutik antara

perawat dan pasien.

3. Nonmalfecincy (tidak membahayakan)

Penelitian yang dilakukan oleh perawat hendaknya tidak

mengandung unsur bahaya atau merugikan pasien, apalagi sampai

mengancam jiwa pasien, jika sampai mengorbankan pasien atau

mendatangkan bahaya bagi pasien sebaiknya peneliti dihentikan.

4. Confidentiality (kerahasiaan)

Etika yang diterapkan penulis adalah kerahasiaan. Oleh karena

itu, penulis hanya menuliskan inisial nama pasien, mengingat hal ini

merupakan hal privasi oleh sesorang/pasien, sehingga penulis merasa

kurang cocok untuk ditampilkan identitas pasien pada Karya Tulis

Ilmiah yang dapat dibaca oleh masyarakat luas.

5. Veracity (kejujuran)

Penelitian yang dilakukan oleh perawat hendaknya dijelaskan secara

jujur tentang manfaatnya, efeknya, dan apa yang di dapati, jika pasien

dilibatkan dalam proyek tersebut. Penjelasan seperti ini harus

disampaikan kepada pasien karena mereka punya hak untuk

mengetahui segala informasi kesehatannya secara periodic dari

perawat.

56
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Paccing,

Kec. Awangpone, Kab. Bone. Pengambilan data dilaksanakan selama 7

hari, yaitu pada tanggal 15-21 Juli 2018. Pada pengambilan data ini

difokuskan pada 1 pasien yang mengalami Non Hemoragik stroke dengan

masalah Gangguan Mobilitas fisik untuk dijadikan study kasus. Pasien

dengan inisial Tn.M, tinggal di Desa Bontosoa, Kel. Paccing. Jarak rumah

klien dengan Puskesmas Pacing ± 5 Km.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah studi kasus dengan

pendekatan asuhan keperawatan yaitu dimulai dari tahap pengkajian

sampai tahap evaluasi. Pemberian asuhan keperawatan selama 6 hari

dengan menggunakan metode pengumpulan data dimulai dari tahap

wawancara, observasi, pemeriksaan fisik sampai dokumentasi.

Setelah menemui calon responden, peneliti memperkenalkan diri,

menjelaskan tujuan, melakukan penyuluhan kepada pasien dan keluarga

pasien tentang ROM (Range Of Motion) dan tahap penelitian yang akan

dilalui bersama responden dan menawarkan untuk menjadi responden

penelitian, apabila calon responden bersedia menjadi responden penelitian,

penulis memberikan Informed Consent untuk di tanda tangani calon

responden sebagai bukti bahwa calon responden bersedia menjadi

responden penelitian dan menyetujui di berikan asuhan keperawatan.

57
Semua informasi yang ditemukan disajikan dalam bentuk proses

keperawatan, mulai dari proses tahap pengkajian sampai dengan tahap

evaluasi, setelah itu melakukan penilaian terhadap hasil nilai kekuatan otot

pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan ROM (range of motion)

sesuai dengan outcome yang ingin dicapai peneliti. Adapun dalam

penilaian hasilnya bisa dalam bentuk kesenjangan ataupun persamaan dari

teori berdasarkan penyakit yang di derita pasien.

2. Data Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Identifikasi data

Table 4.1 : Identitas pasien


No Identitas pasien Hasil
1. Nama kepala keluarga Tn.M
2. Umur 59 tahun
3. Pendidikan Tamat SD
4. Agama Islam
5. Pekerjaan Petani
6. Alamat Desa Bontososa
7. No. telepon 085241083806

Table 4.2 : Komposisi keluarga


N Nama Jenis Hubungan Tempat, Pekerjaan Pendidikan
o anggota kelamin Tanggal
keluarga lahir
1.. Ny.N Perempuan Istri Unra, 18 IRT Tamat SD
maret
1963
2. Tn.U Lak-laki Anak Bontoso, wiraswasta Tamat SMA
04 april
1993
3. Tn.R Laki-laki Anak Bontoso, Wiraswasta Tamat SMA
14 mei
1996
4. Nn.K Perempuan Anak Bontoso, Tidak ada Tamat SMA
07
agustus
1999

Table 4.3 : Tipe keluarga


No Tipe keluarga Hasil
.
1. Keluarga inti Tipe keluarga Tn.M adalah tipe keluarga inti karena didalam

58
rumah Tn.M tinggal bersama istri dan tiga orang anaknya
Table 4.4 : Latar belakang budaya
No Latar belakang budaya Hasil
.
1. Suku Keluarga Tn.M berasal dari suku bugis
2. Perkumpulan keluarga Keluarga Tn.M selalu berkumpul dirumah Tn.M
3. Lingkungan tempat lingkungan keluarga Tn.M mayoritas suku bugis
tinggal
4. Kegiatan keagamaan Keluarga Tn.M sering melaksanakan sholat 5 waktu dirumah
maupun dimesjid
5. Nilai-nilai budaya yang Tidak ada
mempengaruhi kesehatan
6. Bahasa yang digunakan Bahasa bugis
kelurga
7. Pelayanan kesehatan yang Puskesmas
digunakan keluarga

Table 4.5 : Agama


No. Agama Hasil
1. Agama yang dianut Seluruh keluarga Tn.M menganut agama islam
2. Peran serta keluarga Keluarga Tn.M aktif mengikuti kegiatan keagamaan seperti
dalam kegiatan perayaan maulid, isra miraj, tahun baru islam dan lain-lain
keagamaan

Table 4.6 : Status social


No. Status social Hasil
1. Mencari nafkah Sebelum sakit, Tn.M adalah tulang punggung dalam
keluarga. Dan dibantu oleh anak-anaknya dalam bekerja
2. Pekerjaan Petani
3. Pendidikan Tamat SD

Table 4.7 : Kegitan rekreasi


No. Rekreasi Hasil
1. Kegitan waktu luang Pasien dan keluarga biasanya menonton Tv saat ada waktu
keluarga luang untuk mengurangi kepenatan
2. Kegiatan rekreasi Keluarga Tn.M mengatakan jarang melakukan kegiatan
keluarga rekreasi

2) Riwayat perkembangan keluarga

Table 4.8 : Tahap perkembangan keluarga


No. Tahap Perkembangan Hasil
1. Tahap perkembangan Tahap perkembangan keluarga dengan anak usia dewasa
keluarga saat ini muda dengan tugas perkembangan sebagai berikut
a) Kesiapan terutama ibu karena semua anak pergi
b) Meningkatkan keakraban pasangan
c) Mempertahankan kontak dengan anak
d) Meningkatkan peran serta aktivitas sosial
e) Mempertahankan kesehatan
2. Tahap perkembangan a) Kesiapan terutama ibu karena semua anak pergi :
yang belum terpenuhi anak-anak dari Tn.M dan Ny.N belum berumah
tangga dan masih tinggal bersama Tn.M dan Ny.M
b) Mempertahankan kesehatan : saat ini Tn.M selaku

59
No. Tahap Perkembangan Hasil
kepala keluarga sedang sakit, tapi anggota keluarga
lainnya dalam keadaan sehat
3. Riwayat keluarga inti Tn.M dan Ny,N tinggal di rumah yang mereka bangun
berdua, mereka berdua menikh puluhan tahun yang lalu,
memiliki tga orang anak, dan tidak ada riwayat kesulitan
atau gangguan saat melahirkan
4. Riwayat keluarga Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga
sebelumnya sebelumnya baik dari pihak keluarga TN,M mamupun ari
keluarga Ny,N yang memiliki riwayat penyakit yang serius

3) Lingkungan

Table 4.9 : Karakteristik rumah


No. Karakteristik rumah Hasil
1. Jenis rumah Rumah permanen
2. Jenis bangunan Bangunan terbuat dari kayu
3. Luas pekarangan 4x3 m
4. Luas bangunan 15x10 m
5. Status kepemilikan Milik dibangun diatas tanah milik Tn.M
rumah
6. Atap rumah Terbuat dari seng dengan kondisi baik
7 Ventilasi Ventilasi yang ada berasal dari jendela dan sela dinding
rumah
8. Cahaya matahari yang Terdapat cahaya matahari yang masuk kerumah
masuk
9. Penerangan Rumah pasien dan keluarga cukup terang
10 Lantai Tidak ada

Table 4.10 : Kebersihan rumah


No. Kebersihan rumah Hasil
1. Halaman Terlihat kotor
2. Ruang tamu Perabotan rumah tidak tersusun dengan rapi
3. Ruang tidur Terdapat 3 kamar tidur
4. Ruang makan Ruang makan di dapur dengan cara duduk lesehan
5. Dapur Dapur terlhat berantakan karena perabotan rumah tidak
tersusun rapi
6. Kamar mandi Kamar mandi terdapat di kolom rumah dan terlihat licin
7. Wc Wc terdapat dikolom rumah dan terlihat licin

Table 4.11 : Pemakaian air


No. Pemakaian air Hasil
1. Sumber air Berasal dari sungai
2. Jarak sumber air dari Kurang lebih 20 m
tangki tinja
3. Keadaan fisik air Standar

Table 4.12 : Pembuangan limbah keluarga


No. Pembuangan limbah Hasil
1. Tempat Septitang
2. Keadaan saluran Tertutup
3. Jenis jamban keluarga Wc jongkok

60
61
Table 4.13 : Pembuangan sampah terakhir keluarga
No. Pembuangan sampah Hasil
terakhir
1. Pembuangan sampah Di belakang rumah lalu dibakar 1x 1 mnggu
terakhir

Table 4.14 : Peliharaan hewan ternak


No. Hewan peliharaan Hasil
1. Letak kandang Di sawah
2. Jenis hewan ternak Sapi dan ayam

Table 4.15 : Pencemaran lingkungan


No. Pencemaran lingkungan Hasil
1. Jenis pencemaran Tidak ada
lingkungan
2. Upaya keluarga menghindari Tidak ada
pencemaran lingkungan

4) Struktur keluarga

Table 4.16 : Struktur keluarga


No. Struktur keluarga Hasil
1. Pola komunikasi Anggota keluarga beromunikasi dengan baik tanpa perlu
menunggu waktu tertentu.
2. Struktur kekuatan Pengambilan keputusan dalam keluarga ini adalah Tn.M dan
keluarga Ny.N. Jika terjadi suatu permasalahan maka keluarga
melakukan musyawarah kecil sebeum mengambil keputusan
3. Struktur peran a) Tn.M berperan sebagai tulang punggung keluarga
namun saat ini Tn.M sedang sakit
b) Ny.N berperan sebangai ibu rumah tangga
c) Tn.U adalah seorang anak dan membantu orang tua
d) Tn.R adalah seorang anak dan membantu orang tua
e) Nn.K adalah seorang anak dan membantu orang tua
4. Nilai-nilai keluarga Keluarga memiliki nilai yang sesuai dengan suku, nilai
masyarakat sekitarnya, dan agama yang mereka anut

5) Fungsi keluarga

Table 4.17 : Fungsi keluarga


No. Fungsi keluarga Hasil
1. Fungsi afektif Masing-masing anggota keluarga saling mendukung,
memperhatikan, menjaga, dan merawat anggoota keluarga
lainnya.
2. Fungsi sosialisasi Sosialisasi keluarga baik antar individu, keluarga maupun
kelompok berjalan dengan baik
3. Fungsi perawatan Saat ini Tn.M selaku kepala keluarga sedang sakit, Ny.N
kesehatan selaku istri dan 3 orang anaknya senantiasa merawat Tn.M
4. Fungsi ekonomi Penghasilan keluarga berasal dari Tn.M dan dibantu oleh
anaknya yang bekerja disawah sebagai petani. dan juga
anak-anaknya yang kadang melakukan pekerjaan tambahan
untuk menghasilkan uang
5. Fungsi reproduksi Tn.M dan Ny.N memiliki 3 orang anak dan belum ada yang
berkeluarga

62
6) Koping keluarga

Table 4.18 : Koping keluarga


No. Koping keluarga Hasil
1. Stressor yang dihadapi Ny.N selaku istri dari Tn.M mengatakan mengkhawarirkan
keluarga jangka panjang keadaan Tn.M jika sakit yang diderita Tn.M semakin lama
dan jangka pendek dan tak kunjung sembuh
2. Usaha yang dilakukan Keluarga Tn.M selalu menanyakan kepada petugas
keluarga untuk kesehatan tentang upaya yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi stress kesembuhan Tn.M
3. Situasi keluarga yang Keluarga Tn.M sangat khawat ir jika diantara anggota
dapat menimbulakn keluarga ada yang sakit
stress
4. Kemampuan keluarga Tidak ditemukan adanya cara-cara penyelesaian masalah
menghadapi stress yang yang maladaptive
ada

7) Pengkajian fisik anggota keluarga

a) Riwayat kesehatan fisik anggota keluarga

Table 4.19 : Riwayat kesehatan fisik anggota keluarga


No. Riwayat kesehatan Hasil
medis anggota keluarga
1. Tn.M Tn.M mengalami penyakit non hemoragik stroke yang
diderita 2 bulan yang lalu, saat ini Tn.M memiliki kadar
asam urat “19” dan kadar kolesterol “350”. saat ini Tn.M
mengatakan tidak dapat menggerakkan bahu, pasien
mengatakan seluruh aktivitas dibantu oleh keluarga, pasien
mengatakan tidak dapat melakukan mobilisasi secara
mandiri, nilai kekuatan otot ektremitas kiri atas : ”3”
(mampu melawan gravitasi tapi tidak mampu menahan
tahanan yang diberikan pemeriksa), pasien hanya berbaring
di tempat tidur, pergerakan pada ekstremitas kiri atas terlihat
kaku, dan pergerakan rentang gerak kurang baik.
2. Ny.N Tidak ada penyakit serius yang pernah diderita Ny.N
3. Tn.U Tidak ada penyakit serius yang pernah diderita Tn.U
4. Tn.R Tidak ada penyakit serius yang pernah diderita Tn.R
5. Nn.K Tidak ada penyakit serius yang pernah diderita Nn.K

b) Riwayat tumbuh kembang balita

Table 4.20 : Riwayat tumbuh kembang balita


No Riwayat tumbuh kembang balita Hasil
1. Perkembangan motoric kasar Tidak ada
2. Perkembangan motoric halus Tidak ada
3. Sosialisasi balita Tidak ada
4. Kemampuan berbahasa Tidak ada
5. Status gizi balita Tidak ada
6. Waktu pemberian makanan tambahan Tidak ada
7. Status imunisasi balita Tidak ada

63
c) Keluarga berencana

Table 4.21 : Keluarga berencana


No. Nama kontrasepsi Keluhan Cara Alasan tidak Tempat Jumlah
keluarga mengatasi menggunakan control anak
1. Tidak Tidak ada Tidak Tidak ada Tidak ada Tidak Tidak
ada ada ada ada

d) Data ibu hamil

Table 4.22 : Data ibu hamil


No. Umur Usia ibu Jumlah Keluhan Tempat Jumlah
kehamilan hamil anak yang pemeriksaan pemeriksaan
dirasakan
1. Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

e) Pemeriksaan fisik

Table 4.23 : Pemeriksaan fisik anggota keluarga


No. Pemeriksaan Tn.M Ny.N Tn.U Tn.R Nn.K
1. Tanda-tanda TD: 150/70 TD: TD: 120/80 TD: 100/70 TD: 110/80
vital P:20x/ 110/80 P:20 x/menit P: 22x/menit P:24x/menit
menit P:22 N:84x/menit N:92x/ N:78x/ menit
N:90x/ x/menit s : 35,9◦c menit s : 36◦c
menit N:86x/ s : 36,8◦c
s : 35,8◦c menit
s : 36,9◦c

2. Keadaan kulit Tn.M Ny.N Tn.U Tn.R Nn.K


memiliki kulit memiliki memiliki memiliki memiliki kulit
yang kering, kulit yang kulit yang kulit yang yang lembab,
warna kulit lembab, kering, kering, warna kulit
sawo matang, warna kulit warna kulit warna kulit kuning lansat,
bulu kulit sawo sawo sawo bulu kulit
tipis, dan matang, matang, bulu matang, bulu tipis, dan
tekstur kulit bulu kulit kulit tipis, kulit tebal, tekstur kulit
kasar, tidak tebal, dan dan tekstur dan tekstur lembut, tidak
terdapat tekstur kulit kasar, kulit kasar, terdapat
benjolan pada kulit tidak tidak benjolan pada
kulit atau tahi lembut, terdapat terdapat kulit atau tahi
lalat yang tidak benjolan benjolan lalat yang
mengalami terdapat pada kulit pada kulit mengalami
pembesaran benjolan atau tahi atau tahi pembesaran
pada kulit lalat yang lalat yang
atau tahi mengalami mengalami
lalat yang pembesaran pembesaran
mengalami
pembesara
n
3. Kebersihan Rambut Tn.M Rambut Rambut Rambut Rambut
rambut dan berwarna Ny.N Tn.U Tn.R Nn.Kberwarna
kulit kepala hitam dan berwarna berwarna berwarna hitam dan
putih dan hitam dan hitam dan hitam dan tidak mudah
mudah putih dan tidak mudah tidak mudah dicabut, kulit
dicabut, kulit mudah dicabut, kulit dicabut, kulit kepala bersih

64
No. Pemeriksaan Tn.M Ny.N Tn.U Tn.R Nn.K
kepala kurang dicabut, kepala kepala
bersih kulit kurang bersih
kepala bersih
kurang
bersih
4. Kesehatan Mata simetris Mata Mata Mata Mata simetris
mata kiri dan kanan, simetris simetris kiri simetris kiri kiri dan kanan,
bulu mata kiri dan dan kanan, dan kanan, bulu mata
tipis, kanan, bulu mata bulu mata tipis,
konjungtiva bulu mata tipis, tipis, konjungtiva
tidak anemis, tipis, konjungtiva konjungtiva tidak anemis,
sclera tidak konjungtiv anemis, tidak sclera tidak
icterus, a tidak sclera tidak anemis, icterus,
pergerakan anemis, icterus, sclera tidak pergerakan
bola mata baik sclera tidak pergerakan icterus, bola mata baik
kesegala arah, icterus, bola mata pergerakan kesegala arah,
lapang pergerakan baik bola mata lapang
pandang 140 bola mata kesegala baik pandang 180
derajat. baik arah, lapang kesegala derajat.
kesegala pandang 160 arah, lapang
arah, derajat. pandang 160
lapang derajat.
pandang
140
derajat.
5. Kesehatan dan Hidung Hidung Hidung Hidung Hidung
kebersihan simetris kiri simetris simetris kiri simetris kiri simetris kiri
hidung dan kanan, kiri dan dan kanan, dan kanan, dan kanan,
tidak terdapat kanan, tidak tidak tidak terdapat
epistaksis, tidak terdapat terdapat epistaksis,
tidak terdapat terdapat epistaksis, epistaksis, tidak terdapat
secret yang epistaksis, tidak tidak secret yang
menghalangi tidak terdapat terdapat menghalangi
penciuman, terdapat secret yang secret yang penciuman,
tidak terdapat secret yang menghalangi menghalangi tidak terdapat
polip, tidak menghalan penciuman, penciuman, polip, tidak
terdapat gi tidak tidak terdapat
pernapasan penciuman terdapat terdapat pernapasan
cuping hidung, , tidak polip, tidak polip, tidak cuping hidung,
fungsi terdapat terdapat terdapat fungsi
penciumn baik polip, tidak pernapasan pernapasan penciumn baik
mampu terdapat cuping cuping mampu
membedakan pernapasan hidung, hidung, membedakan
bau cuping fungsi fungsi bau
hidung, penciumn penciumn
fungsi baik mampu baik mampu
penciumn membedaka membedaka
baik n bau n bau
mampu
membedak
an bau
6. Kesehatan dan Saat Saat Saat Saat Saat
kebersihan diinspeksi diinspeksi diinspeksi diinspeksi diinspeksi
mulut dan gigi tidak terdapat tidak tidak tidak tidak terdapat
stomatitis dan terdapat terdapat terdapat stomatitis dan
platoskisis, stomatitis stomatitis stomatitis platoskisis,

65
No. Pemeriksaan Tn.M Ny.N Tn.U Tn.R Nn.K
tidak terjadi dan dan dan tidak terjadi
iritasi pada platoskisis, platoskisis, platoskisis, iritasi pada
mukosa bibir, tidak tidak terjadi tidak terjadi mukosa bibir,
jumlah gigi terjadi iritasi pada iritasi pada jumlah gigi
18, gosok gigi iritasi pada mukosa mukosa 32, gosok gigi
1x 3 hari, mukosa bibir, jumlah bibir, jumlah 2x sehari,
terdapat bibir, gigi 30, gigi 30, terdapat
carries dan 4 jumlah gigi gosok gigi gosok gigi carries dan 1
gigi yang 20, gosok 2x sehari, 2x sehari, gigi yang
berlubang gigi 1x terdapat terdapat berlubang
sehari, carries dan 1 carries dan 1
terdapat gigi yang gigi yang
carries dan berlubang berlubang
3 gigi yang
berlubang
7. Kesehatan dan Kulit abdomen Kulit Kulit Kulit Kulit abdomen
kebersihan kotor, gester abdomen abdomen abdomen bersih, gester
abdomen tympani, hati bersih, bersih, bersih, tympani, hati
teraba, tidak gester gester gester teraba, tidak
mengalami tympani, tympani, hati tympani, hati mengalami
hemoroid, hati teraba, teraba, tidak teraba, tidak hemoroid,
tidak ada lecet tidak mengalami mengalami tidak ada lecet
pada anus, mengalami hemoroid, hemorovd, pada anus,
gerakan hemoroid, tidak ada tidak ada gerakan
paristaltik tidak ada lecet pada lecet pada paristaltik
usus 18 kali lecet pada anus, anus, usus 18 kali
permenit anus, gerakan gerakan permenit
gerakan paristaltik paristaltik
paristaltik usus 12 kali usus 15 kali
usus 10 permenit permenit
kali
permenit
8. Pemeriksaan Tidak terdapat Tidak Tidak Tidak Tidak terdapat
thorax pembesaran terdapat terdapat terdapat pembesaran
jantung dan pembesara pembesaran pembesaran jantung dan
kelainan n jantung jantung dan jantung dan kelainan
bentuk tulang dan kelainan kelainan bentuk tulang
pada daerah kelainan bentuk bentuk pada daerah
dada bentuk tulang pada tulang pada dada
tulang daerah dada daerah dada
pada
daerah
dada
9. Struktur dan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
bentuk tulang kelainan kelainan kelainan kelainan kelainan
belakang bentuk pada bentuk bentuk pada bentuk pada bentuk pada
tulang pada tulang tulang tulang
belakang tulang belakang belakang belakang
belakang

f) Pemeriksaan penunjang

Table 4.24 : Pemeriksaan penunjang


No. Pemeriksaan Hasil
1. Laboratorium Tidak ada
2. Radiologi Tidak ada

66
g) Harapan keluarga

Table 4.25 : Harapan keluarga


No. Harapan keluarga Hasil
1. Harapan anggota keluarga Seluruh anggota keluarag berharap agar Tn.M segera
sembuh dan mampu beraktivitas kembali secara mandiri

8) Analisis dan sintesis data

Table 4.26 : Analisis dan sintesis data


No. Data Masalah Penyebab
1. Subjektif : Gangguan mobilitas Ketidak mampuan
a) pasien mengatakan tidak dapat fisik keluarga mengenal
menggerakkan bahu masalah kesehatan
b) pasien mengatakan seluruh
aktivitas dibantu oleh keluarga
c) pasien mengatakan tidak dapat
melakukan mobilisasi secara
mandiri

Objektif :
a) nilai kekuatan otot ektremitas
kiri atas : ”3” (mampu
melawan gravitasi tapi tidak
mampu menahan tahanan
yang diberikan pemeriksa)
b) pasien hanya berbaring di
tempat tidur
c) pergerakan pada ekstremitas
kiri atas terlihat kaku
d) rentang gerak terlihat kurang
baik

9) Perumusan diagnosis keperawatan

Table 4.27 : Diagnosis keperawatan


No. Diagnosis keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik behubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan dibuktikan dengan :
Subjektif
a) pasien mengatakan tidak dapat menggerakkan bahu
b) pasien mengatakan seluruh aktivitas dibantu oleh keluarga
c) pasien mengatakan tidak dapat melakukan mobilisasi secara mandiri
objektif :
a) nilai kekuatan otot ektremitas kiri atas : ”3” (mampu melawan gravitasi tapi
tidak mampu menahan tahanan yang diberikan pemeriksa)
b) pasien hanya berbari di tempat tidur
c) pergerakan pada ekstremitas kiri atas terlihat kaku
d) rentang gerak kurang kurang baik

67
10) Penilaian skoring diagnosis keperawatan

Table :4.28 : Penilaian skoring diagnosis keperawatan


No. Kriteria Skor Pembenaran
3
1. sifat masalah : /3 x 1= 1 Keluarga pasien mengatakan bahwa Tn.M
actual menderita penyakit stroke 2 bulan yang
lalu dan mengakibatkan pasien sulit
melakukan pergerakan dan seluruh
aktivitas diantu oleh keluarga
2. Kemungkinan ½ x 2= 1 Dengan memberikan edukasi kepada
masalah dapat pasien dan keluarga pasien tentang
diubah : sebagian manfaat dari latihan ROM dan membantu
membantu dan mendukung pasien untuk
melakukan latihan ROM
2
3. Potensi masalah /3 x 1= 2/3 dengan selalu melatih rentang gerak
untuk dicegah : ekstremitas kiri atas pada pasien, baik
cukup dilakukan oleh pasien sendiri maupun
dibantu oleh keluarga
2
4. Menonjolnya /2 x 1 =1 Keluaga pasien tidak mengetahui cara
masalah : segera melatih rentang gerak sendi yang tepat
diatasi untuk pasien. maka masalah yang dialami
pasien harus segera ditangani
Total 32/3

11) Prioritas diagnosis keperawatan

Table 4.29 : Prioritas masalah


No. Prioritas Skor
1. Gangguan 32/3
mobilitas fisik

68
12) Intervensi Keperawatan

Table 4.30 : Intervensi Keperawatan


No. Diagnosis Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
keperawatan
1. Gangguan mobililtas Setelah dilakukan tindakan SOP ROM (Range Of Motion)
fisik keperawatan dengan pertemuan 2 Persiapan alat : tempat tidur, bantal, handscoon
kali sehari dalam 6 hari dan durasi Persiapan pasien : jelaskan tujuan pelaksanaan. Dan atur posisi pasien
latihan ROM selama 15 menit Persiapan lingkungan : jaga privasi pasien
diharapkan mobilisasi fisik Prosedur kerja :
meningkat dengan kriteria hasil a. Bahu
kekuatan otot meningkat. 1) Fleksi ekstensi
a) Letakkan satu tangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan
- Verbal : Pasien dan keluarga lainnya
mampu menjelaskan tentang b) Angkat lengan pasien pada posisi awal
ROM c) Lakukan gerakan mendekati tubuh
d) Lakukan observasi perubahan yang terjadi. Misalnya : ada kekakuan atau nyeri
- Afektif : keluarga mampu 2) Abduksi dan aduksi
mendukung dan membantu a) Letakkan satu tangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan
pasien melakukan latihan lainnya
rentang gerak (ROM) secara b) Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya
rutin minimal 2 kali sehari c) Kembali ke posisi semula
d) Catat perubahan yang terjadi. Misalnya : ada kekakuan atau nyeri
- Psikomotorilk : kekuatan 3) Rotasi bahu
otot meningkat dengan a) Atur posisi lengan pasien menjauh dari tubuh dengan siku menekuk
pergerakan ekstremitas kiri b) Letakkan atu tangan di lengan atas dekat siku pasien dan pegang tangan pasien
atas membaik sehingga dengan tangan lainnya
mengurangi tingkat c) Lakukan rotasi bahu dengan lengan kebawah sampai menyentuh tempat tidur
ketergantungan pasien pada d) Kembalikan lengan ke posisi awal
keluarga terhadadap e) Catat perubahan yang terjadi. Misalnya : ada kekakuan atau nyeri
kebutuhan aktivitas

68
No. Diagnosis Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
keperawatan
b. Siku
1) Fleksi dan ekstensi
c. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan telapak mengarah kesisi
pasien
d. Letakkan tangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan
lainnya
e. Tekuk siku pasien sehngga tangan pasien mendekat ke bahu
f. Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya
g. Lakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi. Misalnya ada kekauan atau
nyeri
c. Lengan bawah
1) Pronasi dan supinasi
a. Atur posisi lengan pasien dengan posisi siku menekuk/lurus
b. Putar lengan bawah pasien kea rah kanan atau kiri
c. Kembalikan ke posisi awal
d. Lakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi
d. Pergelangan tangan
1) Fleksi dan ekstensi
a. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk
b. Pegang tangan pasien dan tangan lainya memegang pergelangan tangan pasien
c. Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin
d. Lakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi. Misalnya, ada kekauan atau
nyeri
e. Jari-jari
1) Fleksi dan ekstensi
a. Pegang jari-jari tangan pasien dan tangan lainnya memegang pergelangan tangan
pasien
b. Bengkokkan jari-jari kebawah
c. Luruskan jari-jari kemudian dorong ke bawa
d. Gerakkan kesamping kiri dan kanan
e. Kembalikan ke osisi awal
f. Catat perubahan yang ada. Misalnya, ada kekakuan atau nyeri

69
No. Diagnosis Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
keperawatan
f. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
g. Tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah dilakukan tindakan peningkatan rentang
gerak sendi

70
No. Diagnosis Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
keperawatan

71
13) Implementasi keperawatan

Table 4.31 : Implementasi keperawatan


No. Hari, Diagnosis Implementasi keperawatan
tanggal keperawata
n
1. Kamis, 16 Gangguan Pre tindakan : Nilai kekuatan otot pasien yaitu skala “3” (Mampu melawan gravitasi namun tidak mampu menahan tahanan
juli 2020 mobilitas dari pemeriksa)
fisik
Pukul : Persiapan alat : tempat tidur, bantal, handscoon
- 09.00- Hasil : semua alat telah disediakan sebeum melakukan tindakan latihan ROM
09.20 Persiapan pasien : jelaskan tujuan pelaksanaan. Dan atur posisi pasien
Wita Hasil : menjelaskan tujuan pelaksanaan pada pasien dan keluarga pasien dan mengatur posisi yang nyaman pada pasien yaitu
- 13.00- posisi supinasi
13.20 Persiapan lingkungan : jaga privasi pasien
Wita Memberikan selimut pada pasien untuk menjaga privasi
Prosedur kerja :
a. Bahu
1) Fleksi ekstensi
a) Meletakkan satu tangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan yang lainnya
b) Mengangkat lengan pasien pada posisi awal
c) Melakukan gerakan mendekati tubuh
d) Melakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi
e) Hasil : pasien kurang mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi bahu karena adanya rasa kaku yang
dirasakan pasien, pergerakan hanya ± 30º - ± 40º
2) Abduksi dan aduksi
a) Meletakkan satu tangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
b) Menggerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya
c) Mengembalikan ke posisi semula
d) Mencatatat perubahan yang terjadi.
Hasil : pasien kurang mampu melakukan gerakan abduksi dan aduksi bahu karena adanya rasa kaku yang
dirasakan pasien dan pergerakan hanya ± 30º - ± 40º
3) Rotasi bahu

72
No. Hari, Diagnosis Implementasi keperawatan
tanggal keperawata
n
a) Mengatur posisi lengan pasien menjauh dari tubuh dengan siku menekuk
b) Meletakkan satu tangan di lengan atas dekat siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
c) Melakukan rotasi bahu dengan lengan kebawah sampai menyentuh tempat tidur
d) Mengembalikan lengan ke posisi awal
e) Mencatat perubahan yang terjadi.
Hasil : pasien kurang mampu melakukan gerakan rotasi bahu karena adanya rasa kaku yang dirasakan pasien
b. Siku
1) Fleksi dan ekstensi
a) Mengatur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan telapak mengarah kesisi pasien
b) Meletakkan tangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
c) Menekuk siku pasien sehingga tangan pasien mendekat ke bahu
d) Melakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya
e) Melakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi.
Hasil : pasien kurang mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada bagian siku karena adanya rasa kaku
yang dirasakan pasien dan pergerakan hanya ± 40º - ± 50º
c. Lengan bawah
1) Pronasi dan supinasi
a) Mengatur posisi lengan pasien dengan posisi siku lurus
b) Memutar lengan bawah pasien kearah kanan atau kiri
c) Mengembalikan ke posisi awal
d) Melakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi
Hasil : pasien mampu melakukan gerakan pronasi dan supinasi pada bagian lengan bawah dengan cukup baik
d. Pergelangan tangan
1) Fleksi dan ekstensi
a) Mengatur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk
b) Memegang tangan pasien dan tangan lainya memegang pergelangan tangan pasien
c) Menekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin
d) Melakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi
Hasil : pasien tidak mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada bagian pergelangan tangan karena adanya
rasa kaku yang dirasakan pasien dan pergerakan hanya ± 20º - ± 30º

73
No. Hari, Diagnosis Implementasi keperawatan
tanggal keperawata
n

e. Jari-jari
1) Fleksi dan ekstensi
a) Memegang jari-jari tangan pasien dan tangan lainnya memegang pergelangan tangan pasien
b) Membengkokkan jari-jari kebawah
c) Meluruskan jari-jari kemudian dorong ke bawa dan kebelakang
d) Menggerakkan kesamping kiri dan kanan
e) Mengembalikan ke posisi awal
f) Mencatat perubahan yang ada.
Hasil : pasien mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi, pada jari jari tangan dengan cukup baik, dan
pergerakan hanya ± 90º - ± 100º
f. Mencuci tangan setelah prosedur dilakukan
Hasil : peneliti mencuci tangan setelah melakukan tindakan latihan ROM pada pasien
g. Menanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah dilakukan tindakan peningkatan rentang gerak sendi
Hasil : tidak ada keluhan lain yang timbul setelah dilakukan tindakan

Post tindakan : Nilai kekuatan otot pasien masih skala “3” (Mampu melawan gravitasi namun tidak mampu menahan tahanan
dari pemeriksa)
2. Jumat , 17 Gangguan Pre tindakan : Nilai kekuatan otot pasien masih skala “3” (Mampu melawan gravitasi namun tidak mampu menahan tahanan
juli 2020 mobilitas dari pemeriksa)
fisik
Pukul : Persiapan alat : tempat tidur, bantal, handscoon
- 09.00- Hasil : semua alat telah disediakan sebeum melakukan tindakan latihan ROM
09.20 Persiapan atur posisi pasien
Wita Hasil : mengatur posisi yang nyaman pada pasien yaitu posisi supinasi
- 13.00- Persiapan lingkungan : jaga privasi pasien
13.20 Memberikan selimut pada pasien untuk menjaga privasi
Wita Prosedur kerja :
a. a. Bahu
1) Fleksi ekstensi

74
No. Hari, Diagnosis Implementasi keperawatan
tanggal keperawata
n
a) Meletakkan satu tangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan yang lainnya
b) Mengangkat lengan pasien pada posisi awal
c) Melakukan gerakan mendekati tubuh
d) Melakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi
Hasil : pasien kurang mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi bahu karena adanya rasa kaku yang dirasakan
pasien dan pergerakan hanya ± 30º - ± 40º
2) Abduksi dan aduksi
a) Meletakkan satu tangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
b) Menggerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya
c) Mengembalikan ke posisi semula
d) Mencatatat perubahan yang terjadi.
Hasil : pasien kurang mampu melakukan gerakan abduksi dan aduksi bahu karena adanya rasa kaku yang dirasakan
pasien dan pergerakan hanya ± 30º - ± 40º
3) Rotasi bahu
a) Mengatur posisi lengan pasien menjauh dari tubuh dengan siku menekuk
b) Meletakkan satu tangan di lengan atas dekat siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
c) Melakukan rotasi bahu dengan lengan kebawah sampai menyentuh tempat tidur
d) Mengembalikan lengan ke posisi awal
e) Mencatat perubahan yang terjadi.
f) Hasil : pasien kurang mampu melakukan gerakan rotasi bahu karena adanya rasa kaku yang dirasakan pasien
b. b. Siku
1) Fleksi dan ekstensi
b) Mengatur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan telapak mengarah kesisi pasien
c) Meletakkan tangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
d) Menekuk siku pasien sehingga tangan pasien mendekat ke bahu
e) Melakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya
f) Melakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi.
Hasil : pasien kurang mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada bagian siku karena adanya rasa kaku
yang dirasakan pasien dan pergerakan hanya ± 40º - ± 50º
a. c. Lengan bawah
1) Pronasi dan supinasi

75
No. Hari, Diagnosis Implementasi keperawatan
tanggal keperawata
n
a) Mengatur posisi lengan pasien dengan posisi siku lurus
b) Memutar lengan bawah pasien kearah kanan atau kiri
c) Mengembalikan ke posisi awal
d) Melakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi
Hasil : pasien mampu melakukan gerakan pronasi dan supinasi pada bagian lengan bawah dengan cukup baik.
d. Pergelangan tangan
1) Fleksi dan ekstensi
g) Mengatur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk
h) Memegang tangan pasien dan tangan lainya memegang pergelangan tangan pasien
i) Menekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin
j) Melakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi
Hasil : pasien tidak mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada bagian pergelangan tangan karena adanya
rasa kaku yang dirasakan pasien dan pergerakan hanya ± 20º - ± 30º
a. e. Jari-jari
1) Fleksi dan ekstensi
a) Memegang jari-jari tangan pasien dan tangan lainnya memegang pergelangan tangan pasien
b) Membengkokkan jari-jari kebawah
c) Meluruskan jari-jari kemudian dorong ke bawa dan kebelakang
d) Menggerakkan kesamping kiri dan kanan
e) Mengembalikan ke posisi awal
f) Mencatat perubahan yang ada.
Hasil : pasien mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi, pada jari jari tangan dengan cukup baik dan
pergerakan hanya ± 90º - ± 100º
f. Mencuci tangan setelah prosedur dilakukan
Hasil : peneliti mencuci tangan setelah melakukan tindakan latihan ROM pada pasien
g. Menanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah dilakukan tindakan peningkatang rentang gerak sendi
Hasil : tidak ada keluhan lain yang timbul setelah dilakukan tindakan

Post tindakan : Nilai kekuatan otot pasien masih skala “3” (Mampu melawan gravitasi namun tidak mampu menahan tahanan
dari pemeriksa)
3. Sabtu, 18 Pre tindakan : Nilai kekuatan otot pasien masih skala “3” (Mampu melawan gravitasi namun tidak mampu menahan tahanan

76
No. Hari, Diagnosis Implementasi keperawatan
tanggal keperawata
n
Juli 2020 dari pemeriksa)

Persiapan alat : tempat tidur, bantal, handscoon


Hasil : semua alat telah disediakan sebeum melakukan tindakan latihan ROM
Persiapan pasien : atur posisi pasien
Pukul : Hasil : mengatur posisi yang nyaman pada pasien yaitu posisi supinasi
- 09.00- Persiapan lingkungan : jaga privasi pasien
09.20 Memberikan selimut pada pasien untuk menjaga privasi
Wita Prosedur kerja :
- 13.00- b. a. Bahu
13.20 1) Fleksi ekstensi
Wita a) Meletakkan satu tangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan yang lainnya
b) Mengangkat lengan pasien pada posisi awal
c) Melakukan gerakan mendekati tubuh
d) Melakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi
Hasil : pasien kurang mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi bahu karena adanya rasa kaku yang dirasakan
pasien dan pergerakan hanya ± 30º - ± 40º
2) Abduksi dan aduksi
a) Meletakkan satu tangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
b) Menggerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya
c) Mengembalikan ke posisi semula
d) Mencatatat perubahan yang terjadi.
Hasil : pasien kurang mampu melakukan gerakan abduksi dan aduksi bahu karena adanya rasa kaku yang dirasakan
pasien dan pergerakan hanya ± 30º - ± 40º
3) Rotasi bahu
a) Mengatur posisi lengan pasien menjauh dari tubuh dengan siku menekuk
b) Meletakkan satu tangan di lengan atas dekat siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
c) Melakukan rotasi bahu dengan lengan kebawah sampai menyentuh tempat tidur
d) Mengembalikan lengan ke posisi awal
e) Mencatat perubahan yang terjadi.
Hasil : pasien kurang mampu melakukan gerakan rotasi bahu karena adanya rasa kaku yang dirasakan pasien

77
No. Hari, Diagnosis Implementasi keperawatan
tanggal keperawata
n
a. b. Siku
1) Fleksi dan ekstensi
a) Mengatur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan telapak mengarah kesisi pasien
b) Meletakkan tangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
c) Menekuk siku pasien sehingga tangan pasien mendekat ke bahu
d) Melakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya
e) Melakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi.
Hasil : pasien kurang mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada bagian siku karena adanya rasa kaku yang
dirasakan pasien dan pergerakan hanya ± 40º - ± 50º
a. c. Lengan bawah
1) Pronasi dan supinasi
b) Mengatur posisi lengan pasien dengan posisi siku lurus
c) Memutar lengan bawah pasien kearah kanan atau kiri
d) Mengembalikan ke posisi awal
e) Melakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi
Hasil : pasien mampu melakukan gerakan pronasi dan supinasi pada bagian lengan bawah dengan cukup baik.
d. Pergelangan tangan
1) Fleksi dan ekstensi
a) Mengatur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk
b) Memegang tangan pasien dan tangan lainya memegang pergelangan tangan pasien
c) Menekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin
d) Melakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi
Hasil : pasien tidak mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada bagian pergelangan tangan karena adanya
rasa kaku yang dirasakan pasien dan pergerakan hanya ± 20º - ± 30º
a. e. Jari-jari
1) Fleksi dan ekstensi
a) Memegang jari-jari tangan pasien dan tangan lainnya memegang pergelangan tangan pasien
b) Membengkokkan jari-jari kebawah
c) Meluruskan jari-jari kemudian dorong ke bawa dan kebelakang
d) Menggerakkan kesamping kiri dan kanan
e) Mengembalikan ke posisi awal

78
No. Hari, Diagnosis Implementasi keperawatan
tanggal keperawata
n
f) Mencatat perubahan yang ada.
Hasil : pasien mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi, pada jari jari tangan dengan cukup baik dan
pergerakan hanya ± 90º - ± 100º
f. Mencuci tangan setelah prosedur dilakukan
Hasil : peneliti mencuci tangan setelah melakukan tindakan latihan ROM pada pasien
g. Menanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah dilakukan tindakan peningkatang rentang gerak sendi
Hasil : tidak ada keluhan lain yang timbul setelah dilakukan tindakan

Post tindakan : Nilai kekuatan otot pasien masih skala “3” (Mampu melawan gravitasi namun tidak mampu menahan tahanan
dari pemeriksa)
4. Minggu, 19 Pre tindakan : Nilai kekuatan otot pasien masih skala “3” (Mampu melawan gravitasi namun tidak mampu menahan tahanan
Juli 2020 dari pemeriksa) Namun gerakan rentang gerak lebih baik dari sebelumnya dan rasa kaku berkurang.

Pukul : Persiapan alat : tempat tidur, bantal, handscoon


- 09.00- Hasil : semua alat telah disediakan sebeum melakukan tindakan latihan ROM
09.20 Persiapan pasien : atur posisi pasien
Wita Hasil : mengatur posisi yang nyaman pada pasien yaitu posisi supinasi
- 13.00- Persiapan lingkungan : jaga privasi pasien
13.20 Memberikan selimut pada pasien untuk menjaga privasi
Wita Prosedur kerja :
a. a. Bahu
1) Fleksi ekstensi
a) Meletakkan satu tangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan yang lainnya
b) Mengangkat lengan pasien pada posisi awal
c) Melakukan gerakan mendekati tubuh
d) Melakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi
Hasil : pasien kurang mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi bahu karena adanya rasa kaku yang dirasakan
pasien dan pergerakan hanya ± 40º - ± 50º
2) Abduksi dan aduksi
a) Meletakkan satu tangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
b) Menggerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya

79
No. Hari, Diagnosis Implementasi keperawatan
tanggal keperawata
n
c) Mengembalikan ke posisi semula
d) Mencatatat perubahan yang terjadi.
Hasil : pasien kurang mampu melakukan gerakan abduksi dan aduksi bahu karena adanya rasa kaku yang
dirasakan pasien dan pergerakan hanya ± 40º - ± 50º
3) Rotasi bahu
a) Mengatur posisi lengan pasien menjauh dari tubuh dengan siku menekuk
b) Meletakkan satu tangan di lengan atas dekat siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
c) Melakukan rotasi bahu dengan lengan kebawah sampai menyentuh tempat tidur
d) Mengembalikan lengan ke posisi awal
e) Mencatat perubahan yang terjadi.
Hasil : pasien kurang mampu melakukan gerakan rotasi bahu karena adanya rasa kaku yang dirasakan pasien
b. b. Siku
1) Fleksi ekstensi
a) Mengatur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan telapak mengarah kesisi pasien
b) Meletakkan tangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
c) Menekuk siku pasien sehingga tangan pasien mendekat ke bahu
d) Melakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya
e) Melakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi.
Hasil : pasien kurang mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada bagian siku karena adanya rasa kaku
yang dirasakan pasien dan pergerakan hanya ± 60º - ± 70º
a. c. Lengan bawah
1) Pronasi dan supinasi
a) Mengatur posisi lengan pasien dengan posisi siku lurus
b) Memutar lengan bawah pasien kearah kanan atau kiri
c) Mengembalikan ke posisi awal
d) Melakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi
Hasil : pasien mampu melakukan gerakan pronasi dan supinasi pada bagian lengan bawah dengan cukup baik.
d. Pergelangan tangan
1) Fleksi dan ekstensi
a) Mengatur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk
b) Memegang tangan pasien dan tangan lainya memegang pergelangan tangan pasien

80
No. Hari, Diagnosis Implementasi keperawatan
tanggal keperawata
n
c) Menekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin
d) Melakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi
Hasil : pasien tidak mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada bagian pergelangan tangan karena adanya
rasa kaku yang dirasakan pasien dan pergerakan hanya ± 40º - ± 50º
a. e. Jari-jari
1) Fleksi dan ekstensi
a) Memegang jari-jari tangan pasien dan tangan lainnya memegang pergelangan tangan pasien
b) Membengkokkan jari-jari kebawah
c) Meluruskan jari-jari kemudian dorong ke bawa dan kebelakang
d) Menggerakkan kesamping kiri dan kanan
e) Mengembalikan ke posisi awal
f) Mencatat perubahan yang ada.
Hasil : pasien mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi, pada jari jari tangan dengan cukup baik dan
pergerakan hanya ± 90º - ± 100º
b. f. Mencuci tangan setelah prosedur dilakukan
Hasil : peneliti mencuci tangan setelah melakukan tindakan latihan ROM pada pasien
g. Menanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah dilakukan tindakan peningkatan rentang gerak sendi
Hasil : tidak ada keluhan lain yang timbul setelah dilakukan tindakan

Post tindakan : Nilai kekuatan otot pasien masih skala “3” (Mampu melawan gravitasi namun tidak mampu menahan tahanan
dari pemeriksa) Namun gerakan rentang gerak lebih baik dari sebelumnya dan rasa kaku berkurang.
5. Senin, 21 Pre tindakan : Nilai kekuatan otot pasien meningkat ke skala kekuatan otot “4” (Mampu menahan tahanan minimal dari
Juli 2020 pemeriksa)

Pukul : Persiapan alat : tempat tidur, bantal, handscoon


- 09.00- Hasil : semua alat telah disediakan sebeum melakukan tindakan latihan ROM
09.20 Persiapan pasien : atur posisi pasien
Wita Hasil : mengatur posisi yang nyaman pada pasien yaitu posisi supinasi
- 13.00- Persiapan lingkungan : jaga privasi pasien
13.20 Memberikan selimut pada pasien untuk menjaga privasi
Wita Prosedur kerja :

81
No. Hari, Diagnosis Implementasi keperawatan
tanggal keperawata
n
b. a. Bahu
1) Fleksi ekstensi
a) Meletakkan satu tangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan yang lainnya
b) Mengangkat lengan pasien pada posisi awal
c) Melakukan gerakan mendekati tubuh
d) Melakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi
Hasil : pasien mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi bahu dan rasa kaku berkurang dan pergerakan ± 40º
- ± 50º

2) Abduksi dan aduksi


a) Meletakkan satu tangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
b) Menggerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya
c) Mengembalikan ke posisi semula
d) Mencatatat perubahan yang terjadi.
Hasil : pasien kurang mampu melakukan gerakan abduksi dan aduksi bahu dan pergerakan ± 40º - ± 50º
3) Rotasi bahu
a) Mengatur posisi lengan pasien menjauh dari tubuh dengan siku menekuk
b) Meletakkan satu tangan di lengan atas dekat siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
c) Melakukan rotasi bahu dengan lengan kebawah sampai menyentuh tempat tidur
d) Mengembalikan lengan ke posisi awal
e) Mencatat perubahan yang terjadi.
f) Hasil : pasien mampu melakukan gerakan rotasi bahu dan rasa kaku berkurang
c. b. Siku
1) Fleksi dan ekstensi
a) Mengatur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan telapak mengarah kesisi pasien
b) Meletakkan tangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
c) Menekuk siku pasien sehingga tangan pasien mendekat ke bahu
d) Melakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya
e) Melakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi.
Hasil : pasien mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada bagian siku dan pergerakan hanya ± 60º - ± 70º

82
No. Hari, Diagnosis Implementasi keperawatan
tanggal keperawata
n
b. c. Lengan bawah
1) Pronasi dan supinasi
a) Mengatur posisi lengan pasien dengan posisi siku lurus
b) Memutar lengan bawah pasien kearah kanan atau kiri
c) Mengembalikan ke posisi awal
d) Melakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi
Hasil : pasien mampu melakukan gerakan pronasi dan supinasi pada bagian lengan bawah dengan cukup baik.
d. Pergelangan tangan
1) Fleksi dan ekstensi
a) Mengatur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk
b) Memegang tangan pasien dan tangan lainya memegang pergelangan tangan pasien
c) Menekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin
d) Melakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi
Hasil : pasien mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada bagian pergelangan tangan dan pergerakan
± 40º - ± 50º
a. e. Jari-jari
1) Fleksi dan ekstensi
a) Memegang jari-jari tangan pasien dan tangan lainnya memegang pergelangan tangan pasien
b) Membengkokkan jari-jari kebawah
c) Meluruskan jari-jari kemudian dorong ke bawa dan kebelakang
d) Menggerakkan kesamping kiri dan kanan
e) Mengembalikan ke posisi awal
f) Mencatat perubahan yang ada.
Hasil : pasien mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi, pada jari jari tangan dengan cukup baik dan
pergerakan hanya ± 90º - ± 100º
f. Mencuci tangan setelah prosedur dilakukan
Hasil : peneliti mencuci tangan setelah melakukan tindakan latihan ROM pada pasien
g. Menanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah dilakukan tindakan peningkatang rentang gerak sendi
Hasil : tidak ada keluhan lain yang timbul setelah dilakukan tindakan

Post tindakan : Nilai kekuatan otot pasien tetap pada skala kekuatan otot “4” (Mampu menahan tahanan minimal dari

83
No. Hari, Diagnosis Implementasi keperawatan
tanggal keperawata
n
pemeriksa)
6. Selasa, 21 Pre tindakan : Nilai kekuatan otot pasien tetap pada skala kekuatan otot “4” (Mampu menahan tahanan minimal dari
Juli 2020 pemeriksa)

Pukul : Persiapan alat : tempat tidur, bantal, handscoon


- 09.00- Hasil : semua alat telah disediakan sebeum melakukan tindakan latihan ROM
09.20 Persiapan pasien : atur posisi pasien
Wita Hasil : mengatur posisi yang nyaman pada pasien yaitu posisi supinasi
- 13.00- Persiapan lingkungan : jaga privasi pasien
13.20 Memberikan selimut pada pasien untuk menjaga privasi
Wita

Prosedur kerja :
c. a. Bahu
1) Fleksi ekstensi
a) Meletakkan satu tangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan yang lainnya
b) Mengangkat lengan pasien pada posisi awal
c) Melakukan gerakan mendekati tubuh
d) Melakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi
Hasil : mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi bahu dan rasa kaku berkurang dan pergerakan hanya ± 50º -
± 60º
2) Abduksi dan aduksi
a) Meletakkan satu tangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
b) Menggerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya
c) Mengembalikan ke posisi semula
d) Mencatatat perubahan yang terjadi.
Hasil : pasien mampu melakukan gerakan abduksi dan aduksi bahu dan rasa kaku berkurang dan pergerakan
hanya ± 50º - ± 60º
3) Rotasi bahu
a) Mengatur posisi lengan pasien menjauh dari tubuh dengan siku menekuk
b) Meletakkan satu tangan di lengan atas dekat siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya

84
No. Hari, Diagnosis Implementasi keperawatan
tanggal keperawata
n
c) Melakukan rotasi bahu dengan lengan kebawah sampai menyentuh tempat tidur
d) Mengembalikan lengan ke posisi awal
e) Mencatat perubahan yang terjadi.
Hasil : pasien mampu melakukan gerakan rotasi bahu dan rasa kaku berkurang
d. b. Siku
1) Fleksi dan ekstensi
a) Mengatur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan telapak mengarah kesisi pasien
b) Meletakkan tangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
c) Menekuk siku pasien sehingga tangan pasien mendekat ke bahu
d) Melakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya
e) Melakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi.
Hasil : pasien mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada bagian siku dan rasa kaku berkurang dan
pergerakan hanya ± 60º - ± 70º
c. c. Lengan bawah
1) Pronasi dan supinasi
a) Mengatur posisi lengan pasien dengan posisi siku lurus
b) Memutar lengan bawah pasien kearah kanan atau kiri
c) Mengembalikan ke posisi awal
d) Melakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi
Hasil : pasien mampu melakukan gerakan pronasi dan supinasi pada bagian lengan bawah dengan cukup baik.
d. Pergelangan tangan
1) Fleksi dan ekstensi
a) Mengatur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk
b) Memegang tangan pasien dan tangan lainya memegang pergelangan tangan pasien
c) Menekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin
d) Melakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi
Hasil : pasien mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada bagian pergelangan rangan dan rasa kaku
berkurang dan pergerakan hanya ± 40º - ± 50º
a. e. Jari-jari
1) Fleksi dan ekstensi
a) Memegang jari-jari tangan pasien dan tangan lainnya memegang pergelangan tangan pasien

85
No. Hari, Diagnosis Implementasi keperawatan
tanggal keperawata
n
b) Membengkokkan jari-jari kebawah
c) Meluruskan jari-jari kemudian dorong ke bawa dan kebelakang
d) Menggerakkan kesamping kiri dan kanan
e) Mengembalikan ke posisi awal
f) Mencatat perubahan yang ada.
Hasil : pasien mampu melakukan gerakan fleksi dan ekstensi, pada jari jari tangan dengan cukup baik dan
pergerakan hanya ± 90º - ± 100º
f. Mencuci tangan setelah prosedur dilakukan
Hasil : peneliti mencuci tangan setelah melakukan tindakan latihan ROM pada pasien
g. Menanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah dilakukan tindakan peningkatang rentang gerak sendi
Hasil : tidak ada keluhan lain yang timbul setelah dilakukan tindakan

Post tindakan : Nilai kekuatan otot pasien tetap pada skala kekuatan otot “4” (Mampu menahan tahanan minimal dari
pemeriksa)

86
14) Evaluasi Keperawatan

Table 4.32 : Evaluasi Keperawatan


No. Hari, Tanggal Diagnosis Evaluasi keperawatan
keperawatan
1. Kamis, 16 Juli Gangguan Subjektif :
2020 mobilitas fisik 1. Pasien mengatakan kaku pada ekstremitas kiri atas saat melakukan latihan ROM
Objektif :
Pukul : 1. Nilai kekuatan otot pasien 3 (Mampu melawan gravitasi tapi tidak mampu menahan tahanan dari
- 09.20 pemeriksa)
Wita 2. Keluarga pasien mendukung dan membantu pasien melakukan latihan pergerakan ROM
- 13.20 Assesment : Masalah belum Teratasi
Wita Planning : Lanjutkan intervensi melakukan latihan pergerakan ROM
i.
2. Jumat, 17 Juli Gangguan Subjektif :
2020 mobilitas fisik 1. Pasien mengatakan masih kaku pada ekstremitas kiri atas saat melakukan latihan ROM
Objektif :
Pukul : 1. Nilai kekuatan otot pasien 3 (Mampu melawan gravitasi tapi tidak mampu menahan tahanan dari
- 09.20 pemeriksa)
Wita 2. Keluarga pasien mendukung dan membantu pasien melakukan latihan pergerakan ROM
- 13.20 Assesment : Masalah belum Teratasi
Wita Planning : Lanjutkan intervensi melakukan latihan pergerakan ROM

3. Sabtu, 18 Juli Gangguan Subjektif :


2020 mobilitas fisik 1. Pasien mengatakan masih kaku pada ekstremitas kiri atas saat melakukan latihan ROM
Objektif :
Pukul : 1. Nilai kekuatan otot pasien 3 (Mampu melawan gravitasi tapi tidak mampu menahan tahanan dari
- 09.20 pemeriksa)
Wita 2. Keluarga pasien mendukung dan membantu pasien melakukan latihan pergerakan ROM
- 13.20 Assesment : Masalah belum Teratasi
Wita Planning : Lanjutkan intervensi melakukan latihan pergerakan ROM

87
No. Hari, Tanggal Diagnosis Evaluasi keperawatan
keperawatan
4. Minggu, 19 Gangguan Subjektif :
Juli 2020 mobilitas fisik 1. Pasien mengatakan masih kaku pada ekstremitas kiri atas saat melakukan latihan ROM
Objektif :
Pukul : 1. Nilai kekuatan otot pasien 3 (Mampu melawan gravitasi tapi tidak mampu menahan tahanan dari
- 09.20 pemeriksa)
Wita 2. gerakan rentang gerak pada ekstremitas kiri atas lebih baik dari sebelumnya
- 13.20 3. Keluarga pasien mendukung dan membantu pasien melakukan latihan pergerakan ROM
Wita Assesment : Masalah belum Teratasi
Planning : Lanjutkan intervensi melakukan latihan pergerakan ROM
5. Senin, 20 Juli Gangguan Subjektif :
2020 mobilitas fisik 1. Pasien mengatakan kaku terasa berkurang pada saat melakukan latihan ROM pada ekstremitas kiri atas
Objektif :
Pukul : 1. Nilai kekuatan otot pasien 4 (Mampu melawan gravitasi dan mampu menahan tahanan minimal dari
- 09.20 pemeriksa)
Wita 2. Keluarga pasien mendukung dan membantu pasien melakukan latihan pergerakan ROM
- 13.20 Assesment : Masalah belum Teratasi
Wita Planning : Lanjutkan intervensi melakukan latihan pergerakan ROM

6. Selasa, 21 Juli Gangguan Subjektif :


2020 mobilitas fisik 1. Pasien mengatakan kaku terasa berkurang pada saat melakukan latihan ROM pada ekstremitas kiri atas
Objektif :
Pukul : 1. Nilai kekuatan otot pasien 4 (Mampu melawan gravitasi dan mampu menahan tahanan minimal dari
- 09.20 pemeriksa)
Wita 2. Keluarga pasien mendukung dan membantu pasien melakukan latihan pergerakan ROM
- 13.20 Assesment : Masalah belum Teratasi
Wita Planning : Lanjutkan intervensi melakukan latihan pergerakan ROM

88
B. Pembahasan

Pada sub bab ini membahas tentang hasil penelitian yang telah

dilakukan peneliti selama 6 hari dimulai pada tanggal 16 Juli 2020 sampai

21 Juli 2020 dimana pasien diberikan tindakan selama 6 hari dengan

memfokuskan pemberian konsep dasar asuhan keperawatan yang

dilakukan kepada klien yang mengalami Non Hemoragik Stroke dengan

masalah gangguan moblitas fisik untuk mencari dan mengetahui sebuah

perbedaan maupun persamaan yang signifikan antara data yang ditemukan

pada pasien dengan teory yang ada, dengan menilai peningkatan skala

kekuatan otot pada pasien Di Desa Bontosua Kecematan Awangpone.

Untuk memudahkan pembahasan, penulis menggunakan pendekatan

proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, impelementasi keperawatan, sampai pada tahap evaluasi

keperawatan.

1. Pengkajian

Berdasarkan dari hasil pengkajian yang di dapatkan dari pasien

dengan metode wawancara, observasi dan pemeriksaan didapatkan

hasil yaitu pasien berjenis kelamin laki-laki dengan usia 59 tahun

mengalami gangguan mobilitas khususnya pada area tubuh

ekstremitas kiri atas, dengan kekuatan otot 3 dan tingkat mobilitas 4.

Pasien mengatakan tidak tidak dapat menggerakkan bahu, pasien

mengatakan seluruh aktivitas dibantu oleh keluarga, pasien

mengatakan tidak dapat melakukan mobilisasi secara mandiri, nilai

kekuatan otot ektremitas kiri atas : ”3” (mampu melawan gravitasi tapi

88
tidak mampu menahan tahanan yang diberikan pemeriksa), pasien

hanya berbaring di tempat tidur, pergerakan pada ekstremitas kiri atas

terlihat kaku, dan rentang gerak kurang baik. Data hasil pemeriksaan

tekanan darah 150/70mmHg dan hasil pemeriksaan cholesterol total

350mg/dL, dan dialami sekitar 3 tahun yang lalu.

Berdasarkan PPNI (2018), Gangguan mobilitas fisik adalah

keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas

secara mandiri. Dengan Gejala dan tanda mayor yaitu pasien mengeluh

sulit menggerakkan ekstremitas, keluhan otot menurun, dan rentang

gerak (ROM) menurun. Sedangkan gejala dan tanda minor yaitu nyeri

saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat

bergerak, Sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan terbatas,

dan fisik lemah.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti menemukan kesenjangan

antara teori dan kasus yaitu tanda dan gejala yang dialami pasien

dengan masalah gangguan mobilitas fisik ada pada teori. Namun tidak

ditemukan pada kasus keluhan nyeri dan rasa cemas pada saat

bergerak. Sedangkan pada kasus didapatkan data bahwa pasien

mengalami hipertensi, asam urat dan kadar kolesterol tinggi yang

dapat memicu terjadinya nyeri pada organ tubuh tertentu, menurut

asumsi peneliti hal ini terjadi karena pada saat ini pasien

mengkonsumsi obat anti nyeri, obat penurun kadar asam urat dan

kolesterol secara rutin. Selain itu, pasien tidak mengalami cemas saat

melakukan pergerakan karena keluarga memberikan dukungan kepada

89
pasien sehingga pasien mempunyai motivasi yang tinggi untuk

melakukan pergerakan agar mampu melakukan mobilisasi secepatnya.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari et al.

(2015), Tentang “Batasan Karakteristik Dan Faktor Yang Berhubungan

(Etiologi) Diagnosa Keperawatan: Hambatan Mobilitas Fisik Pada

Pasien Stroke”. Pada Penelitian ini peneliti mengemukakan bahwa

batasan karakteristik yang muncul pada pasien stroke dengan diagnosa

keperawatan gangguan mobilitas fisik adalah nyeri. Nyeri dapat

merupakan akibat atau komplikasi dari stroke. Lesi yang mengenai

area thalamus seringkali menimbulkan nyeri yang disebut sebagai

thalamic pain syndrome. Nyeri ini disebabkan oleh gangguan sensorik

sentral dimana interpretasi stimulus yang datang dari luar diterima

sebagai rasa nyeri di otak.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti

(2016), Tentang “Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Motivasi

Melakukan Rom Pada Pasien Pasca Stroke “Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga (dukungan

emosional) dengan motivasi melakukan Range Of Motion (ROM) pada

pasien pasca stroke. Sehingga pasien yang memiliki motivasi untuk

melakukan pergerakan maka tidak akan terjadi kecemasan pada saat

melakukan pergerakan.

2. Diagnosis

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada pasien

yang mengalami Non Hemoragik Stroke di dapatkan data bahwa pasien

90
pasien mengatakan tidak dapat menggerakkan bahu, pasien

mengatakan seluruh aktivitas dibantu oleh keluarga, pasien

mengatakan tidak dapat melakukan mobilisasi secara mandiri, nilai

kekuatan otot ektremitas kiri atas : ”3” (mampu melawan gravitasi tapi

tidak mampu menahan tahanan yang diberikan pemeriksa), pasien

hanya berbaring di tempat tidur pergerakan pada ekstremitas kiri atas

terlihat kaku dan rentang gerak kurang baik. Berdasarkan data yang

ditemukan maka peneliti menegakkan diagnosis keperawatan

gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan Ketidak mampuan

keluarga mengenal masalah kesehatan.

Berdasarkan PPNI (2018), Gangguan mobilitas fisik adalah

keterbatasan dalam gerakan fisik satu atau lebih ekstremitas secara

mandiri. Faktor yang berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik

yaitu kerusakan integritas struktur tulang, perubahan metabolisme,

ketidakbugaran fisik, penurunan kendali otot, penurunan massa otot,

pernurunan kekuatan otot, keterlambatan perkembangan, kekuatan

sendi, kontraktur, malnutrisi, gangguan musculoskeletal, gangguan

neuromuscular, indeks massa tubuh datas persentil ke-75 sesuai usia ,

efek agen farmakologi, program pembatasan gerak, nyeri, kurang

terpapar informasi tentang aktifitas fisik, kecemasan, gangguan

kognitif, keengganan melakukan pergerakan, gangguan sensori

persepsi.

Berdasarkan uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa antara

kasus dengan dengan teori tidak ditemukan kesenjangan. Karena salah

91
satu faktor yang berhubungan pada kasus dan teori adalah penurunan

kekuatan otot. Sehingga penulis menegakkan diagnosis gangguan

mobilitas fisik karena terjadinya penurunan kekuatan otot. dan hal

terjadinya gangguan mobilitas fisik yang berkepanjangan (4 bulan)

pada pasien karena ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan yang dialami pasien, sehinggah selama pasien mengalami

gangguan mobilitas fisik pasien sangat jarang melakukan pergerakan

sendi. Keluarga beranggapan bahwa ketika pasien melakukan

pergerakan khususnya pada bagian persendian maka akan

memperparah kondisi pasien.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang didapatkan oleh Susana &

Widya (2018), tentang efektifitas ROM Aktif Pada Pasien Stroke dan

mengemukakan bahwa mayoritas responden pada penelitiannya

mengalami kekakuan pada anggota gerak atas dan bawah sebelah kiri.

Berdasarkan data pengkajian semua keluarga responden yang ia teliti

mengatakan mengalami kelemahan otot, sehingga dari data tersebut

masalah keperawatan yang ditemukan adalah gangguan mobilitas fisik

berhubungan dengan hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan

koordinasi

3. Intervensi

Penulis menyusun rencana keperawatan berdasarkan diagnosa yang

telah ditetapkan dengan berpedoman pada teori dan referensi yang ada,

intervensi keperawatan pada kasus ini mencakup tujuan pencapaian

outcome yaitu mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil :

92
kekuatan otot meningkat. Kemudian merumuskan tindakan

keperawatan yang berfokus pada 1 pasien, Pada studi kasus ini waktu

yang akan digunakan untuk pemberian tindakan adalah 3 hari, namun

peneliti memperpanjang waktu penelitian demi hasil data yang

memiliki validasi tinggi sebagaimana dalam yang telah dituangkan

dalam metode studi kasus bahwa uji keabsahan data dapat dilakukan

dengan memperpanjang waktu pengamatan/penelitian. Sehinggah

peneliti akan melakukan tindakan latihan ROM (Range Of Motion)

tersebut selama 6 hari dimana setiap harinya akan dilakukan 2 kali

yakni pagi dan sore hari dengan durasi 15 menit.

Berdasarkan SIKI (Standard Intervensi Keperawatan Indonesia)

latihan rentang gerak adalah mengajarkan kemampuan menggunakan

gerakan aktif dan pasif untuk mempertahankan dan mengembalikan

kelenturan sendi. Berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan

Indonesia) untuk diagnosis gangguan mobilitas fisik maka akan dicapai

suatu tujuan/hasil yaitu mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil

kekuatan otot meningkat.

Menurut Kasiati & Rosmalawati (2016), ROM aktif adalah gerak

yang dihasilkan oleh kontraksi otot sendiri, latihan yang dilakukan oleh

pasien sendiri. Hal ini dapat meningkatkan kemandirian pasien dalam

melakukan pergerakan.

Menurut Chaidir & Zuardi (2014), Pemberian dua kali latihan

ROM setiap hari pada pasien stroke iskemik lebih meningkatkan

kemampuan otot daripada satu kali sehari. Range Of Motion memiliki

93
pengaruh terhadap rentang gerak responden bila dilakukan dengan

frekuensi dua kali sehari dalam enam hari dan dengan waktu 10-15

menit dalam sekali latihan (Bistara, 2019).

Berdasarkan kasus dan teori diatas penulis berasumsi bahwa tidak

ada kesenjangan antara kasus dan teori, hal ini dikarenakan

perencanaan keperawatan dan outcome yang dipilih untuk

diimplementasikan pada pasien dikasus ini berpedoman pada teori

yang ada sebelumnya dan berfokus pada efektifitas tindakan tersebut.

Latihan ROM yang dilakukan 2 kali sehari dalam 6 hari dengan durasi

15 menit setiap dilakukan tindakan dan dilakukan secara

rutin/terprogram akan efektif untuk mengatasi Gangguan mobilitas

fisik pada pasien yang mengalami Non Hemoragik Stoke.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dewi (2020),

yang berpendapat bahwa latihan beberapa kali dalam sehari dapat

mencegah terjadinya komplikasi yang akan menghambat pasien untuk

dapat mencapai kemandirian dalam melakukan fungsinya sebagai

manusia karena latihan ROM dapat mencegah terjadinya penurunan

fleksibilitas sendi dan kekakuan sendi.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susana

& Widya (2018) tentang efektifitas ROM untuk meningkatkan

kekuatan otot pada pasien stroke, dalam penelitiannya mengemukakan

bahwa latihan ROM efektif diberikan pada pasien stroke yang

mengalami kelemahan otot khususnya pada ekstremitas karena dapat

meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke dengan latihan ROM

94
aktif secara rutin dan terprogram. Apabila latihan ROM ini tidak

dilakukan secara terprogram maka kondisi otot akan kembali seperti

semula.

4. Implementasi

Pada tahap ini, peneliti melakukan implementasi selama 6 hari

dengan melakukan latihan 2 kali sehari dengan durasi 15 menit.

Sebelum mengimplementasikan tindakan tersebut penulis membuat

kontrak dengan pasien dan keluarga terkait pelaksanaan terapi ini.

Adapun hasil implemntasi yaitu sebagai berikut :

Hari pertama dilakukan implementasi pada tanggal 16 Juli 2020

pada Tn.”M” sebelum terapi dilakukan nilai kekuatan otot pasien pada

ekstremitas kiri atas yaitu skala 3 (dari skala 0-5). Setelah latihan ROM

diberikan pada pasien tidak ada peningkatan kekuatan otot yang di

alami pasien pada hari itu serta pasien merasa kaku saat melakukan

pergerakan.

Hari kedua dilakukan implementasi pada tanggal 17 Juli 2020 pada

Tn.”M” setelah diberikan latihan ROM, pada pasien masih belum ada

perubahan atau peningkatan kekuatan otot yang dialami pasien. Namun

pasien mulai mampu mengingat terkait pelaksanaan latihan ROM.

Hari ke tiga tanggal 18 Juli 2020 pada Tn.”M” setelah diberikan

latihan ROM, pada pasien masih belum ada perubahan atau

peningkatan kekuatan otot yang dialami pasien. Namun pasien mulai

mampu mengingat terkait pelaksanaan latihan ROM.

95
Hari ke 4 tanggal 19 Juli 2020 implementasi pada pasien setelah

diberikan latihan ROM, masih belum ada perubahan atau peningkatan

kekuatan otot yang dialami pasien. Namun pasien mampu melakukan

gerakan rentang gerak pada ekstremitas kiri atas dengan lebih baik,

rasa kaku semakin berkurang.

Hari ke 5 tanggal 20 Juli 2020 implementasi pada pasien mampu

melakukan gerakan rentang gerak pada ekstremitas kiri atas dengan

lebih baik lagi, dan rasa kaku semakin berkurang serta terjadi

peningkatan kekuatan otot dari skala 3 ke skala 4.

Hari ke 6 implementasi yang dilakukan pada Tn.”M” pada tanggal

21 juli 2020 dimana setelah dilakukan latihan ROM di sore hari

kekuatan otot pasien masih skala 4.

Menurut Chaidir & Zuardi (2014), Pemberian dua kali latihan

ROM setiap hari pada pasien stroke iskemik lebih meningkatkan

kemampuan otot daripada satu kali sehari. Range Of Motion memiliki

pengaruh terhadap rentang gerak responden bila dilakukan dengan

frekuensi dua kali sehari dalam enam hari dan dengan waktu 10-15

menit dalam sekali latihan (Bistara, 2019).

Menurut Muttaqin (2012), Latihan Range Of Motion (ROM) dapat

menimbulkan rangsangan sehingga meningkatkan aktivitas dari

kimiawi neuromuskuler dan muskuler. Rangsangan melalui

neuromuskuler akan meningkatkan rangsangan pada serat saraf otot

ekstremitas terutama saraf parasimpatis yang merangsang untuk

produksi asetilcholin, sehingga mengakibatkan kontraksi pada otot.

96
Berdasarkan kasus dan teori diatas ditemukan kesenjangan antara

teori dan fakta yakni pada teori terdapat bahwa latihan ROM akan

meningkatkan kekuatan otot dan juga rentang gerak jika dilakukan 2

kali sehari (pagi dan siang) dalam 6 hari dengan durasi 15 menit.

Namun pada fakta pasien mengalami peningkatkan kekuatan otot

ekstremitas atas pada pada hari kelima, hal ini terjadi karena keluarga

pasien dan pasien rutin melakukan latihan ROM sesuai dengan yang

dianjurkan dengan durasi 15 menit namun pasien juga melakukan

latihan ROM pada malam hari sehingga latihan tersebut terhitung 3

kali sehari. Selain itu dukungan dan bantuan keluarga pasien sangat

memotivasi pasien dalam melakukan latihan ROM karena menambah

semangat pasien untuk selalu melakukan pergerakan secara rutin agar

mendapatkan hasil yang optimal.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Manurung

(2017), tentang “Dukungan keluarga dengan motivasi dalam

melakukan ROM pada pasien pasca stroke”. penelitian tersebut

menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan

motivasi dalam melakukan ROM pada pasien pasca stroke. Dukungan

keluarga dibutuhkan oleh pasien pasca Stroke dalam melakukan terapi

gerak ROM. Peran aktif keluarga dalam pendampingan pelaksanaan

ROM aktif dapat meningkatkan motivasi pasien dalam melakukan

ROM aktif. Hal ini dikarenakan semakin dekat hubungan keluarga

pada pasien maka akan menimbulkan semangat tersendiri bagi pasien

untuk melakukan latihan ROM aktif.

97
Hal ini juga sejalan dengan penelitian Roni et al. (2018), tentang

Pengaruh ROM (range of motion) terhadap kekuatan otot ekstremitas

pada pasien stroke non hemoragik. Pada penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kekuatan otot tangan sebelum

dan sesudah pemberian ROM. Hal ini membuktikan bahwa ROM

berpengaruh dalam meningkatkan kekuatan otot tangan responden.

5. Evaluasi

Pada kasus Tn.”M” penulis melakukan evaluasi keperawatan

formatif dengan menggunakan SOAP. Evaluasi dilakukan selama 6

hari. Menggunakan lembar observasi untuk memudahkan monitoring

hasil tindakan yang dilakukan. Adapun hasil evaluasi yang didapatkan

adalah sebagai berikut :

Hasil evaluasi hari pertama tanggal 16 Juli 2020 diperoleh data

subjektif yaitu pasien mengeluh merasa kaku pada ekstremitas kiri

atas saat melakukan latihan ROM, dan data objektif nilai kekuatan otot

pasien dengan skala 3 (mampu melawan gravitasi tapi tidak mampu

menahan tahanan dari pemeriksa) dari hasil tersebut maka outcome

belum tercapai.

Hasil evaluasi hari kedua tanggal 17 Juli 2020 diperoleh data

subjektif yaitu pasien mengeluh masih merasa kaku pada ekstremitas

kiri atas saat melakukan latihan ROM, dan data objektif nilai kekuatan

otot pasien dengan skala 3 (mampu melawan gravitasi tapi tidak

mampu menahan tahanan dari pemeriksa) dari hasil tersebut maka

outcome belum tercapai.

98
Hasil evaluasi hari ketiga tanggal 18 Juli 2020 diperoleh data

subjektif yaitu pasien mengeluh masih merasa kaku pada ekstremitas

kiri atas saat melakukan latihan ROM, dan data objektif nilai kekuatan

otot pasien dengan skala 3 (mampu melawan gravitasi tapi tidak

mampu menahan tahanan dari pemeriksa). dari hasil tersebut maka

outcome belum tercapai.

Hasil evaluasi hari keempat tanggal 19 Juli 2020 diperoleh data

subjektif yaitu pasien mengeluh masih merasa kaku pada ekstremitas

kiri atas saat melakukan latihan ROM, dan data objektif nilai kekuatan

otot pasien dengan skala 3 (mampu melawan gravitasi tapi tidak

mampu menahan tahanan dari pemeriksa) namun gerakan rentang

gerak pada ekstremitas kiri atas pasien lebih baik dari sebelumnya. dari

hasil tersebut maka outcome belum tercapai.

Hasil evaluasi hari kelima tanggal 20 Juli 2020 diperoleh data

subjektif yaitu pasien mengatakan rasa kaku pada ekstremitas kiri atas

berkurang , dan data objektif nilai kekuatan otot pasien dengan skala 4

(mampu menahan tahanan minimal dari pemeriksa). dari hasil tersebut

maka outcome tercapai sebagian.

Hasil evaluasi hari keenam tanggal 21 Juli 2020 diperoleh data

subjektif yaitu pasien mengatakan rasa kaku pada ekstremitas kiri atas

berkurang , dan data objektif nilai kekuatan otot pasien dengan skala 4

(mampu menahan tahanan minimal dari pemeriksa). dari hasil tersebut

maka outcome tercapai sebagian.

99
Dari hasil evaluasi hari pertama sampai hari ke enam maka

outcome yang ingin dicapai hanya tercapai sebagian dan masalah

belum teratasi.

Menurt Yohanes & Betan (2013), Evaluasi bertujuan untuk melihat

kemampuan keluarga dalam mencapai tujuanEvaluasi formatif dan

pada penelitian ini peneliti menggunakan Evaluasi formatif yaitu

evaluasi yang dilakukan sesaat setelah pelaksanaan tindakan

keperawatan. Penulisannya lebih dikenal dengan menggunakan SOAP.

Menurut Chaidir & Zuardi (2014), Untuk mencegah terjadinya

cacat permanen pada pasien stroke dapat segera dilakukan tindakan

keperawatan setelah kondisi pasien stabil. Pada penderita stroke

memperbaiki fungsi saraf dan fungsi motoric merupakan tujuan

perawatan suportif dini yang dapat dipenuhi melalui terapi fisik.

Misanya dengan pemberian terapi ROM (Range Of Motion). Range Of

Motion memiliki pengaruh terhadap rentang gerak dan kekuatan otot

responden bila dilakukan dengan frekuensi dua kali sehari dengan

durasi 10-15 menit dalam sekali latihan. dan dilakukan dalam enam

hari.

Berdasarkan kasus dan teori diatas tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dan fakta. sebagai mana pada outcome yang ingin dicapai

peneliti yaitu pasien mampu melakukan mobilitas fisik dengan kriteria

hasil kekuatan otot meningkat. Jika peneliti menggunakan waktu yang

telah ditetapkan yakni hanya 3 hari, maka tidak terjadi peningkatan

kekuatan otot pada pasien. Namun setelah memperpanjang waktu

100
penelitian selama 6 hari yang sesuai dengan referensi yang ada,

peneliti mendapatkan hasil yaitu kekuatan otot pasien dari skala “3”

(Mampu melawan gravitasi namun tidak mampu menahan tahanan

minimal dari pemeriksa) hanya meningkat hingga skala 4 (mampu

menahan tahanan minimal dari pemeriksa) di hari ke-5 implementasi.

Artinya pada penelitian ini terjadi peningkatan otot pada pasien.

Namun karena terbatasnya waktu yang digunakan peneliti dalam

melakukan penelitian ini nilai kekuatan otot tidak meningkat hingga

skala “5” (Mampu menahan tahanan maksimal dari pemeriksa).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Wahdaniyah et al., 2019) Tentang Efektifitas Latihan ROM Terhadap

Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke. Dan dapat

disimpulkan bahwa Range of motion (ROM) dapat memberikan efek

yang lebih pada fungsi motorik anggota ekstremitas pada pasien stroke.

Dimana pelaksanaan latihan ROM dapat dilakukan minimal 2 kali

sehari yaitu pada pagi dan sore hari secara rutin dengan durasi waktu

15-35 menit dan latihan dilakukan minimal 4 minggu untuk

mendapatkan hasil yang lebih optimal.

101
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama 6 hari terhitung mulai

pengkajian hari pertama Di Desa Bontosoa Kecamatan Awangpone

Kabupaten Bone yang dilaksanakan sejak hari kamis 16 Juni sampai hari

Selasa 21 Juli 2020, khususnya memberi asuhan keperawatan pada klien yang

mengalami Non Hemoragik Stroke dengan masalah gangguan mobilitas fisik,

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Setelah dilakukan pengkajian pada pasien maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa data-data hasil pengkajian yang didapatkan pada

pasien sangat mendukung ditegakkkannya diagnosis keperawatan

gangguan mobilitas fisik. tidak ada kendala yang ditemukan pada saat

pengkajian pasien dan keluarga mampu menjawab pertanyaan peneliti

dengan cukup baik.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis yang ditegakkan berdasarkan data yang ditemukan pada

tahap pengkajian sesuai dengan batasan karakteristik dan faktor

berhubungan yang ada. Diagnosa yang ditemukan penulis yaitu :

Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Penurunan Kekuatan

Otot, dan masalah ini dialami pasien secara berkelanjutan karena ketidak

mampuan keluaraga pasien mengenal masalah tersebut. Dan tidak ada

kendala yang ditemukan pada penegakkan diagnosis keperawatan karena

101
penegakan diagnosa ini didukung oleh literatur-literatur referensi yang

mampu menunjang.

3. Intervensi

Tindakan yang direncanakan berdasarkan dari buku SIKI (Standar

Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah Latihan rentang gerak (ROM)

dan berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) yang

ingin dicapai adalah mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil

kekuatan otot meningkat. Fokus intervensi yang diterapkan adalah latihan

rentang gerak (ROM) 2 kali sehari dalam waktu 6 hari dengan durasi 15

menit. Pada perencanaan tindakan tindakan tidak ditemukan adanya

kendala karena perencanaan tidakan juga didukung oleh literatur-literatur

referensi yang menunjang.

4. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan bagian aktif dalam asuhan

keperawatan yaitu melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai

dengan rencana keperawatan, yakni melakukan latihan rentang gerak

(ROM) 2 kali sehari dalam waktu 6 hari dengan durasi 15 menit. Tidak

ada kendala dalam melakukan implementasi, pasien mengikuti prosedur

latihan ROM yang diberikan namun disesuaikan dengan kemampuan

pasien dalam melakukan pergerakan.

5. Evaluasi

Secara umum hasil evaluasi pada pasien setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 6 hari, yaitu didapatkan hasil pada hari pertama

hingga hari ke empat kekuatan otot pasien masih dengan skala kekuatan

102
otot “3” (mampu melawan gravitasi tapi tidak mampu menahan tahanan

dari pemeriksa). Dan pada saat dilakukan evaluasi hari ke lima sampai

pada hari ke enam pasien mengalami peningkatan kekuatan otot menjadi

skala “4” (mampu menahan tahanan minimal dari pemeriksa). Maka dari

itu outcome hanya tercapai sebagian dan masalah belum teratasi. Penulis

tidak mengalami kendala dalam melakukan evaluasi karena terdapat

lembar observasi yang digunakan sebagai acuan dalam menilai kriteria

hasil yang telah ditetapkan. Dimana lembar observasi di isi setiap hari

sebelum dan sesudah pemberian tindakan.

B. Saran

1. Bagi puskesmas

Penulis berharap agar tenaga kesehatan dapat memberikan

implementasi yang tepat terhadap peningkatan kekuatan otot pada

pasien Non Hemoragik Stroke dengan menerapkan intervensi ROM

yang dilakukan selama 6 hari dengan durasi 15 menit pada pasien

yang mengalami penurunan kekuatan otot

2. Bagi institusi

Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan sebagai

referensi serta acuan untuk proses pembelajaran, guna untuk

mengembangkan pengetahuan bagi peserta didik dilingkungan

keperawatan terutama penanganan pada pasien yang mengalami Non

Hemoragik Stroke dengan masalah Gangguan Mobilitas Fisik.

103
3. Bagi pasien dan keluarga

Penulis berharap agar pasien dan keluarga dapat menambah

pengetahuan bagaimana cara mengatasi Gangguan Mobilitas Fisik

pada pasien yang mengalami Non Hemoragik Stroke.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Penulis beharap pada peneliti selanjutnya untuk lebih teliti dalam

mengimplementasikan tindakan dan mengevaluasi tindakan, serta

diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat menerapkan implementasi

sesuai jadwal dan mengimplementasikan tindakan lebih lama sehingga

hasil dari peneliti lebih akurat dalam menilai keefektifan tindakan

mengenai peningkatan kekuatan otot pada klien yang mengalami Non

Hemoragik Stroke.

104
DAFTAR PUSTAKA

Amin, H. N., & Hardhi, K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc. Jokjakarta: Mediaction Jogja.
Amira, E., & Trimona, R. Johan. (2020). Keperawatan Keluarga Askep Stroke.
Sumatra Barat: Pustaka Galeri Mandiri.
Bistara, D. N. (2019). Pengaruh Range Of Motion Terhadap Kekuatan Otot Pada
Pasien Stroke. 4(2), 112–117.
Dewi, N. S. P. (2020). Pengaruh Range Of Motion Terhadap Kekuatan Otot
Ektremitas Pada Pasien Stroke Di Pusat Otak Nasional. 5(1), 87–90.
Dulhani. (2018). Penerapan Range Of Motion Pada Pasien Stroke Dengan
Masalah Gangguan Mobilisasi.
Gusti, S. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.
Harnilawati. (2013). Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga (Amirullah
(Ed.)). Sulawesi Selatan: Pustaka As Salam.
Hidayat, A. A. A., & Musrifatul, U. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia (Edisi 2). Jakarta: Salemba Medika.
Kasiati, & Rosmalawati, N. W. D. (2016). Praktikum Konsep Dasar Manusia.
Jakarta: Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sdm Kesehatan.
La, R., Haryati, Sukurni, La, O. A., Rahmawati, Fitriani, & Kusnan, A.
(2019).Jakarta: Patofisiologi Keperawatan. Cv Sagung Seto.
Maisaraswati. (2018). Penerapan Rom Untuk Melatih Kekuatan Otot Pada Pasien
Stroke Non Hemoragik.
Manurung, M. (2017). Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Dalam Melakukan
Rom Pada Pasien Pasca Stroke. Viii(3).
Mary, D., Jackson, D., & Jm, K. (2014). Keperawatan Medikal Bedah (K. Aulawi
(Ed.)). Yogyakarta: Rapha Publishing.
Padila. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi Dan
Indikator Diagnostik (Edisi 1). Jakarta: DPP, PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan
Tindakan Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: DPD PPNI.

105
PPNI, D. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi Dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta: DPD PPNI.
Pudiastuti, R. D. (2013). Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Rahma, A. (2019). Jaringan Saraf-Pengertian, Struktur, Ciri-Ciri, Fungsi Dan
Gambar. Https://Rumus.Co.D/Jaringan-Saraf/
Riskesdas. (2018). Naporan Nasional Riskasdas. Jakarta: Lembaga Penerbit
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan (LPB).
Roni, G., Anggiriani, Zulkarnain, & Sulaiman. (2018). Pengaruh Rom (Range Of
Motion) Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Pasien Stroke Non
Hemoragic. 3(2), 64–72.
Sari, S. H., Agianto, & Wahid, A. (2015). Batasan Karakteristik Dan Faktor
Yang Berhubungan (Etiologi) Diagnosis Keperawatan Hambatan Mobilitas
Fisik Pada Pasien Stroke. 3(1), 12–21.
Siti, N. (2016). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Motivasi Melakukan
Rom Pada Pasien Stroke. 1(2), 80–89.
Surahman, Mochamad, R., & Sudibyo, S. (2016). Metodelogi Penelitian (Nirsuci
Leo Saputri (Ed.)). Jakarta: Kemenkes Ri.
Susana, N., & Widya, N. (2018). Efektifitas Range Of Motion (Rom) Aktif
Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Penderita Stroke. 7(1), 14–18.
Wahdaniyah, E. Pratwi S., Azhar, Maria Ulfah, & Risnah. (2019). Efektifitas
Latihan Rom Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke.
2(3), 186–191.
Wilkinson. (2016). Dvagnosis Keperawatan. Jakarta: Egc.
Yohanes, D., & Betan, Y. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan
Praktik.Jakarta: Nuha Medika.
Yuyun, Y. (2016). Pencitraan Pada Stroke. Malang: Universitas Brawijaya Press.

106
L
A
M
P
I
R
A
N

107
Gerakan-gerakan ROM pada ekstremitas atas

Gerakan fleksi dan ekstensi bahu

Gerakan fleksi dan ekstensi siku

Gerakan supinasi dan pronasi lengan bawah

1
Gerakan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

Gerakan fleksi dan ekstensi jari-jari tangan

2
LEMBAR OBSERVASI PRE-POST DILAKSANAKANNYA ROM (RANGE OF MOTION) AKTIF
No Hari, Tanggal Kekuatan Otot
Pre Tindakan Post Tindakan
1. Kamis, 16 Juli Kekuatan otot dengan skala 3 (mampu melawan Kekuatan otot dengan skala 3 (mampu melawan
2020 gravitasi tapi tidak mampu menahan tahanan dari gravitasi tapi tidak mampu menahan tahanan dari
pemeriksa). pemeriksa)

2. Jumat, 17 Juli Kekuatan otot dengan skala 3 (mampu melawan Kekuatan otot dengan skala 3 (mampu melawan
2020 gravitasi tapi tidak mampu menahan tahanan dari gravitasi tapi tidak mampu menahan tahanan dari
pemeriksa) pemeriksa)

3. Sabtu, 18 Juli Kekuatan otot dengan skala 3 (mampu melawan Kekuatan otot dengan skala 3 (mampu melawan
2020 gravitasi tapi tidak mampu menahan tahanan dari gravitasi tapi tidak mampu menahan tahanan dari
pemeriksa) pemeriksa)

4. Minggu, 19 Juli Kekuatan otot dengan skala 3 (mampu melawan Kekuatan otot dengan skala 3 (mampu melawan
2020 gravitasi tapi tidak mampu menahan tahanan dari gravitasi tapi tidak mampu menahan tahanan dari
pemeriksa) pemeriksa)

5. Senin, 20 Juli Kekuatan otot dengan skala 4 (mampu melawan Kekuatan otot dengan skala 4 (mampu melawan
2020 gravitasi dan mampu menahan tahanan minimal dari gravitasi dan mampu menahan tahanan minimal dari
pemeriksa) pemeriksa)

6. Selasa, 21 Juli Kekuatan otot dengan skala 4 (mampu melawan Kekuatan otot dengan skala 4 (mampu melawan
2020 gravitasi dan mampu menahan tahanan minimal dari gravitasi dan mampu menahan tahanan minimal dari
pemeriksa) pemeriksa)

3
4
5
6
7
8
11
12
13
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Karya tulis ilmiah : Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Yng Mengalami
Gangguan Mobilitas Fisik Akibat Stroke Non Hemoragik : Latihan Rentang
Gerak (ROM)

Topik : Pemberian Latihan Rentang Gerak (ROM)

Sub topik : Pengertian, Jenis, Manfaat, Dan Prosedur

Hari / tanggal : 16 Juli 2020

Waktu : 08.30 Wita

Tempat : Desa Bontosoa Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone

Pembicara : Kiswati

Peserta/sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien

Jumlah : 4 oarang

A. Tujuan Umum : Setelah diberikan penyuluhan pada pasien dan keluarga


pasien diharapkan mampu mengerti tentang ROM
B. Tujuan Khusus
Pada akhir pertemuan, peserta dapat :
1. Mengerti dan menjelasakan tentang ROM
2. Mengerti dan menjelaskan jenis-jenis ROM
3. Menjelaskan tentang tujuan ROM
4. Menjelasakan tentang manfaat ROM
5. Mengerti tentang prosedur latihan ROM
C. Sasaran
Adapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan khususnya kepada pasien
dan keluarga pasien.
D. Materi ( terlampir)

14
1. Pengertian ROM
2. Jenis-jenis ROM
3. Tujuan ROM
4. Manfaat ROM
5. Prosedur tindakan ROM
E. Alat Bantu : menggunakan leaflet
F. Metode : Ceramah dan Tanya jawab
G. Kegiatan Penyuluhan

NO MATERI KEGIATAN PEMBICARA KEGIATAN PESERTA


1. Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
( 3 menit ) 2. Memperkenalkan diri da nasal 2. Memperhatikan
institusi 3. Memperhatikan

3. Menjelaskan tujuan 4. Memperhatikan


5. Menjawab
penyuluhan
pertanyaan
4. Menyebutkan materi yang
pemateri
akan diberikan
6. Menerima dan
5. Menanyakan kesiapan peserta
membaca brousur
6. Membagikan leaflet
2. Proses Pelaksanaan : menjelaskan Isi materi 1. Memperhatikan
penjelasan penyuluhan 2. Memperhatikan
materi ( 17 1. Menjelaskan pengertian ROM 3. Memperhatikan
menit) 2. Menjelaskan jenis-jenis ROM 4. Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan ROM 5. Memperhatikan
4. Menjelaskan manfaat ROM
5. Menjelaskan prosedur tindakan
ROM
3. Evaluasi ( 7 1. Memberikan pertanyaan kepada 1. Mendengarkan
menit) peserta secara bergantian dan menjawab
2. Memberikan kesempatan kepada pertanyaan
peserta untuk bertanya 2. Bertanya kepada
3. Pesera mengerti seluruh materi pembicara
penyuluhan yang telah 3. Mendengarkan
disampaikan dan mengerti
materi

15
penyuluhan
4. Penutup ( 3 Terminasi : 1. Memperhatikan
menit) 1. Pembicara mengucapkan 2. Menjawab salam
terimakasih atas perhatian penutup
peserta
2. Menyimpulkan materi yang
dibahas
3. Mengucapkan salam penutup

H. Metode Evaluasi
a. Peserta mampu mengulangi penjelasan yang telah disampaikan oleh
pembicara
b. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diajukan pembicara

16
Lampiran

Tinjauan Teori

a. Pengertian ROM
ROM (Range Of Motion) adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas. ROM dapat dilakukan secara aktif mauun
pasif. Aktif jika pasien dapat melakukan secara mandiri atau perlu
dukungan dan bantuan orang lain. Pasif jika latihan dijalankan oleh
seseorang/perawat. Latihan ROM memperbaiki mobilitas ekstremitas,
mencegah kontraktur, dan memberikan kenyamanan (Kasiati &
Rosmalawati, 2016).
b. Jenis-jenis ROM
Ada 3 jenis ROM, yaitu (Kasiati & Rosmalawati, 2016) :
4) ROM aktif : adalah gerak yang dihasilkan oleh kontraksi otot sendiri,
latihan yang dilakukan oleh pasien sendiri. Hal ini dapat
meningkatkan kemandirian dan percaya diri pasien
5) ROM aktif dengan pendamping : latihan tetap dilakukan oleh pasien
secara mandiri dengan didampingi oleh perawat. Peran perawat dalam
hal ini adalah memberkan bantuan dan dukungan untuk mencapai
gerakan ROM yang diingankan
6) ROM pasif : adalah gerakan yang dilakukan pada pasien yang sedang
bedrest atau mengalami keterbatasan dalam pergerakan latihan ROM
pasif sangat tepat dilakukan dan akan mendapatkan manfaat sepert
terhindarnya dari kemungkinan kontraktur pada sendi.
c. Tujuan ROM
1) Memelihara dan mempertahankan kekuatan otot
2) Memelihara mobilitas persendian
3) Menstimulai persendian
4) Mencegah kontraktur sendi
d. Manfaat ROM
Manfaat dilakukannya ROM adalah untuk memenuhi kebutuhan aktivitas.
Aktivitas pada anggota gerak akan memperlancar sirkulasi dan perfusi

17
jaringan. Selain tu, koordinasi persyarafan akan menjdi lebih optimal.
Sedangkan manfaat dilakukannya ROM pada pasien dengan gangguan
mobilitas fisik adalah untuk mencegah disuse artrofi syndrome pada otot
dengan gangguan mobilitas fisik. ROM dapat merangsang sistem saraf,
meningkatkan perfusi jaringan sekaligus merehabilitasi sistem muskulo
skeletal yang mengalami gangguan.
e. Prosedur ROM

Persiapan alat : tempat tidur, bantal, handscoon

Persiapan pasien : jelaskan tujuan pelaksanaan. Dan atur posisi pasien

Persiapan lingkungan : jaga privasi pasien

Prosedur kerja :

b. Bahu
4) fleksi ekstensi
a) letakkan satu tangan diatas siku pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya
b) angkat lengan pasien pada posisi awal
c) lakukan gerakan mendekati tubuh
d) lakukan observasi perubahan yang terjadi. Misalnya : ada
kekakuan atau nyeri
5) Abduksi dan aduksi
a) letakkan satu tangan diatas siku pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya
b) gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya
c) kembali ke posisi semula
d) catat perubahan yang terjadi. Misalnya : ada kekakuan atau
nyeri
6) Rotasi bahu
a) atur posisi lengan pasien menjauh dari tubuh dengan siku
menekuk

18
b) letakkan atu tangan di lengan atas dekat siku pasien dan pegang
tangan pasien dengan tangan lainnya
c) lakukan rotasi bahu dengan lengan kebawah sampai menyentuh
tempat tidur
d) kembalikan lengan ke posisi awal
e) catat perubahan yang terjadi. Misalnya : ada kekakuan atau
nyeri

2) Siku
2) fleksi dan ekstensi
a) atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan telapak
mengarah kesisi pasien
b) letakkan tangan diatas siku pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya
c) tekuk siku pasien sehngga tangan pasien mendekat ke bahu
d) lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya
e) lakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi. Misalnya
ada kekauan atau nyeri

19
3) Lengan bawah
2) Pronasi dan supinasi
a) atur posisi lengan pasien dengan posisi siku menekuk/lurus
b) putar lengan bawah pasien kea rah kanan atau kiri
c) kembalikan ke posisi awal
d) lakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi

4) Pergelangan tangan
2) fleksi dan ekstensi
a) atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku
menekuk
b) pegang tangan pasien dan tangan lainya memegang pergelangan
tangan pasien
c) tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin
d) lakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi. Misalnya,
ada kekauan atau nyeri
5) Jari-jari
2) fleksi dan ekstensi
a) pegang jari-jari tangan pasien dan tangan lainnya memegang
pergelangan tangan pasien
b) bengkokkan jari-jari kebawah
c) luruskan jari-jari kemudian dorong ke bawa
d) gerakkan kesamping kiri dan kanan
e) kembalikan ke osisi awal
f) catat perubahan yang ada. Misalnya, ada kekakuan atau nyeri
6) cuci tangan setelah prosedur dilakukan

20
7) tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah dilakukan tindakan
peningkatan rentang gerak sendi

21
11

Anda mungkin juga menyukai