Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

PERLINDUNGAN, PENEGAKAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM DI


BIDANG HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Pengampu: Bayu Dwiwiddy Jatmiko, S.H., M.Hum

Nama: Zainab Az Zahro

NIM: 201910110311497

Kelas A

PRODI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020/2021

SEMESTER GENAP
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Instrumen Pemerintah Hukum
Administrasi Negara ini dengan baik.

Adapun tujuan dari penulisan malakah ini adalah untuk memenugi tugas. Selain dari pada itu,
makalah ini juga disusun dengan tujuan menambah wawasan tentang Perlindungan,
Penegakan dan Pertanggungjawaban Hukum di Bidang Hukum Administrasi Negara itu
sendiri baik bagi penulis maupun pembaca.

Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih ditulis masih belum sempurna. Oleh
karenanya, kritik dan saran yang membangun harapannya dapat menyempurnakan malakah
ini.

Batu, 23 Maret 2021

Zainab Az Zahro
A. Perlindungan Hukum di Bidang HAN
Pendirian sebuah negara hukum, tidak hanya dibutuhkan rakyat yang mematuhi akan
aturan dari sebuah negara, namun rakyat ataupun pihak lain yang terlibat dalam mematuhi
norma hukum perlu perlindungan, baik perlindungan darikekuasaan yang sewenang-
wenangnya, atau dari sebuah aturan yang tidak dibuat dengan rasa keadilan. Dalam ilmu
Hukum adminitasi negara mengenal terkait Perlindungan Hukum. Perlindungan Hukum
memiliki banyak sekali pengertian dari berbagai paradigma seseorang maupun dari para ahli.
Berikut pengertian perlindungan menurut para ahli;
1) Satjipto Raharjo: Perlindungan Hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak
asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada
mayarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.
2) Philipus M. Hadjon: Perlindungan Hukum adalah perlindungan akan harkat dan
martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek
hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan.
3) CTS Kansil: Perlindungan Hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus
diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara
pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.
Dari berbagai pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Perlindungan
Hukum dalam Bidang Hukum Adminitsrasi Negara adalah upaya melindungai hak asasi
manusia yang tentunya melibatkan instrument perlindungan didalamnya.
Bentuk perlindungan hukum ada dua yakni dalam bidang bidang perdata dan dalam
bidang public. Pemerintah dalam melaksanakan tugasnya memerlukan kebebasan bertindak
dan mempunyai kedudukan yang istimewah dibandingkan rakyat biasa.1 Oleh karena itu,
persoalan terkait penggugatan terhadap pemerintah dimuka hakim tidak dapat disamakan
dengan menggugat rakyat biasa.2 Setiap negara memiliki kedudukan hukum sebagai suatu
institusi, yakni sebagai badan hukum public dan sebagai kumpulan jabatan atau lingkungan
pekerjaan tetap, baik sebagai badan hukum serta sebagai kumpulan jabatan atau lingkungan
pekerjaan tetap, baik sebagai badan hukum maupun sebagai kumpulan jabatan, perbuatan
hukum negara atau jabatan dilakukan melalui wakilnya, yaitu pemerintah. Pemerintah
sebagai wakil dari badan hukum public ketika melakukan tindakan-tindakan bidang
keperataabn, yakni seperti jual beli, sewa menyewa, membuat perjanjian, dan lain sebagainya
bisa dimungkinkan muncul tindakan pemerintah yang bertentangan dengan hukum. Adapun
jika perbuatan pemerintah yang bertentangan dengan hukum ini, maka hakim akan
menghukum dengan membayar ganti kerugian, selain itu bisa juga hakim mengeluarkan
larangan atau perintah terhadap pemerintah untuk melakukan perbuatan tertentu. Pemerintah
yang melakukan perbuatan melawan hukum sesungguhnya telah diatur dalam pasal 1365
yang pada intinya ialah, Pertama, mengganggu hak orang lain; Kedua, bertentangan dengan
kewajiban hukum pelaku; Ketiga, bertentangan dengan kesusilaan; Keempat, bertentangan
dengan kepatutan, ketelitian, dan sikap kehati-hatian. Dari ulasan tersebut, dapat dipahami
bahwa bentuk perlindungan hukum dimana kedudukan pemerintah dalam hal wakil dari
badan hukum public ialah dilakukan di peradilan umum. Kedudukan pemerintah dalam hal
ini tidak berbeda dengan seseorang atau badan hukum perdata yang bisa menjadi Tergugat
atau Penggugat, artinya memiliki kedudukan yang sejajar, sehingga pemerintah juga dapat
1
Dr. Sahya Anggara M.Si. 2018. Hukum Administrasi Negara. Pustaka Setia. Bandung. H.122
2
Sudargo Gautama. 1987. Pengertian Tentang Negara Hukum. Alumni. Bandung. H.55
menjadi Tergugat maupun Penggugat. Dengan kata lain hukum perdata memberikan
perlindungan yang sama baik kepada pemerintah maupun seseorang atau badan hukum
perdata. Pernyataan ini sesuai dengan pasal 27 UUD 1945 bahwa kesamaan kedudukan
dimuka hukum (equality before the law).
Adapun Perlindungan Hukum dalam Bidang Publik terdiri dari dua macam yakni sebagai
berikut;3
1) Perlindungan hukum Preventif
Perlindungan ini bersifat mencegah terjadinya sengketa, sehingga dalam hal ini
pemerintah memberikan rakyat kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya
sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang difinitif. Artinya perlindungan
hukum preventif ini bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, sedangkan represif
bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.4 Adapun jika di Indonesia, upaya untuk melindungi
warganya tergantung pada instrument hukum yang digunakan oleh pemerintah. Instrument
yang pada umumnya digunakan ialah berbentuk peraturan perundang-undangan dan
keputusan. Bentuk perlindungan hukum jika mengacu para peraturan perundang-undangan
ialah ditempuh melalui Mahkamah Agung yakni bisa dengan menggunakan hak uji materiil
dimana ini sesuai dengan Pasal 5 ayat (2) Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber
Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan, yang menegaskan bahwa
“Mahkamah Agung berwenang menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-
undang”. Aturan lain juga menyatakan hal yang serupa seperti dalam Pasal 26 UU No. 14
Tahun 1970 yang telah diubah dengan UU No. 35 Tahun 1999 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman, yang berbunyi, “Mahkamah Agung berwenang untuk
menyatakan tidak sah semua peraturan perundang-undangan dari tingkat yang lebih rendah
dari undang-undang atas alasan bertetangan dengan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi.” Ketentuan lain denga nisi yang sama seperti dalam Pasal 31 ayat (1) UU No. 14
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung. Namun, untuk melakukan perlindungan hukum,
bahwasannya ada tolok ukur untuk menguji secara materiil terkait peraturan perundang-
undangan. Tolok ukur pengujian tersebut ialah ketika peraturan bertentangan atau tidak
dengan peraturan yang lebih tinggi dan bertentangan atau tidak dengan kepentingan umum.
Jika menyangkut peraturan daerah, maka perda yang bertentangan dapat dibatalkan dengan
cara pembatalan atas dasar inisiatif dari organ yang berwenang menyatakan pembatalan,
tanpa melalui proses peradilan.
Adapun pembahasan UU lain seperti UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, bahwa akibat perlindungan hukum dengan adanya UU tersebut ialah adanya
keputusan ditempuh melalui dua kemungkinan, yaitu peradilan administrasi dan upaya
administrasif. Kedua kata tersebut ialah berbeda. Peradilan administrasi adalah berkenaan
dengan proses peradilan dengan instansi yang merdeka. Merdeka ini ditunjukkan dengan
hakim administrasi yang professional, disamping juga kedudukan hukumnya; pengangkataan
untuk seumur hidup, ketentuan mengenai pengkajian terdapat pada undang-undang,
pemberhentian (ketika melakukan perbuatan tidak seronoh) hanya dilakukan melalui putusan
pegadilan. Kemudian untuk upaya administrative adalah berkenaan dengan proses peradilan
di dalam lingkungan administrasi; instansi upaya administratif adalah organ pemerintahan,
dilengkapi dengan pertanggungjawaban pemerintahan. Upya administraif disini juga menilai
3
https://slideplayer.info/slide/11947649/
4
Philipus M. Hadjon. 1987. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia. Bina Ilmu. Surabaya. H.2.
terkait bagaimana kebijakannya, tidak hanya berdasarkan hukumnya. Kemudian, ada dua
macam upaya administraif, yakni;5
 Banding Administratif; penyelesaian sengketa tata usaha Negara dilakukan oleh
instansi atasan atau instansi lain dari yang mengeluarkan keputusan yang
disengketakan.
 Prosedur Keberatan; penyelesaian sengketa tata usaha Negara dilakukan oleh instansi
yang mengeluarkan keputusan yang bersangkutan.

2) Perlindungan hukum Represif


Perlindungan ini bersifat menyelesaikan apa yang telah terjadi, sehingga
perlindungan ini pada prinsipnya ialah bahwa tindakan pemerintah ini bertumpu dan
bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia dan pengakuan dari negara tersebut.6
B. Penegakan Hukum di Bidang HAN
Istilah penegakan hukum yang sering kali disandingkan dengan istilah law
enforcement karena memiliki arti yang sama yakni pada intinya merupakan serangkaian
upaya, proses, dan aktivitas untuk menjadikan hukum berlaku sebagaimana seharusnya.
Penegakan Hukum menurut Jimlly Ashiddiqie adalah upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas
atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.7
Kemudian, menurut Satjipto Raharjo (2000; 175-183) bahwa penegakan hukum
adalah pelaksanaan hukum secara konkrit dalam kehidupan masyarakat yang artinya jika
sudah membuat hukum, maka perlu pelaksanaan konkrit dari masyarakat itu sendiri dalam
kehidupan sehari-harinya.8
Pendapat lain, seperti pendapat Soerjono Soekanto bahwa penegakan hukum adalah
kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaidah-
kaidah/pandangan nilai yang mantap dan mengejewantah dan sikap tindak sebagai rangkaian
penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan memepertahankan
kedamaian pergaulan hidup.9
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa Penegakan Hukum adalah proses
dilakukannya upaya untuk menegakkan norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman
perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat
dan negara.10
5
Ilyas, Adam, Menggali Perlindungan Hukum dalam Hukum Administrasi Negara, Research Gate; Mei 2020
6
file:///C:/Users/62812/Downloads/MenggaliPerlindunganHukumdalamHukumAdministrasiNegara.pdf
7
Sari Anggraeni, Primastuti, Penegakan Hukum Administrasi Terhadap Pelanggaran Ketentuan Izin Mendirikan
Bangunan Untuk Mendirikan Bangunan Untuk Kegiatan Usaha Di Kabupaten Klaten (Jurnal; Universitas Atma
jaya Yogyakarta, 2017), hal 2
8
Bayubroto, R. Jati, Penegakan Hukum, dalam http://e-journal.uajy.ac.id/7862/3/2MIH01201.pdf, hal 4
9
Bab II Tinjauan Umum tentang Penegakan hukum Dalam Penataan dan Penamaan Jalan dalam
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/0d6bd9bee04901755c4fcfff8914d41f.pdf, hal 18
10
Sari Anggraeni, Primastuti, Penegakan Hukum Administrasi Terhadap Pelanggaran Ketentuan Izin
Mendirikan Bangunan Untuk Mendirikan Bangunan Untuk Kegiatan Usaha Di Kabupaten Klaten (Jurnal;
Universitas Atma jaya Yogyakarta, 2017), hal 2
Penegakan hukum sendiri tidak lepas dari sebuah sanksi yang mana dalam Hukum
Administrasi Negara sanksi tersebut lahir dari sebuah kewenangan pemerintah, baik nantinya
berbentuk aturan Hukum Administrasi Negara tertulis maupun tidak tertulis. Pada umumnya
bentuk-bentuk kewenangan pemerintah ialah sebaai berikut;
a) Bestuursdwang (paksaan Pemerintah);
b) Penarikan Kembali keputusan (ketetapan) yang menguntungkan (izin, pembayaran,
subsidi) ;
c) Pengenaan denda administrasi ;
d) Pengenaan uang paksa oleh pemerintah (dwangsom).11
Dalam melakukan penegakan hukum, penegakan hukum sendiri memiliki konsep.
Konsep tersebut sangat terkait dengan konsepsi rechtstaat maupun rule of law yang
menempatkan hak-hak asasi manusia sebagai salah satu ciri khas negara umum modern yang
mana konsep ini berkaitan dengan negara demokrasi. Dalam konsep negara demokrasi,
sebuah pengakuan dan perlindungan akan hak-hak asasi manusia adalah salah satu indikasi
baik-buruknya bahwa penerapan penegakan hukum oleh pemerintah. Oleh karenanya, inilah
yang menyebabkan bahwa pentingnya perlindungan terhadap kepentingan rakyat dalam
setiap hubungan kemasyarakatan. Dalam hukum administrasi dikenal dengan penegakan
Hukum Administrasi.12
Instrumen penegakan Hukum Administrasi (Administrative Law Enforcement
Instruments) menurut J.B.J.M Ten Berge ada dua macam:
1. Pengawasan (monitoring or observance of principtoin set by or pursuant to individual
obligations imposed by decision).
2. Penerapan sanksi (the use of administrative santioning powers). Hal ini merupakan
langkah represif untuk memaksakan kepatuhan.13

Instrumen penegakan Hukum Administrasi harus melihat pada 4 (empat) konsep


penegakan hukum administrasi yaitu:14
a. Legitimasi
Legitimasi berkaitan dengan membicarakan wewenang pengawasan dan wewenang
dalam penerapan sanksi. Wewenang tersebut apakah diperoleh dari sumber wewenang
atribusi atau wewenang delegasi. Hal ini harus melihat dari dasar hukum sehingga
tidak ada cacat wewenang, cacat substansi maupun cacat prosedur. Penegakan Hukum
Administrasi tanpa kewenangan merupakan tindakan onbevoegdheid.
b. Instrumen yuridis (jenis-jenis sanksi Administrasi)
Sanksi administrasi adalah sanksi yang diterapkan oleh penguasa (pejabat) tanpa
melalui proses peradilan dan sanksi tersebut diterapkan sebagai reaksi karena ada
pelanggaran terhadap norma Hukum Administrasi, hak norma hukum Administrasi
yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Menurut J.B.J.M. Ten Berge, jenis – jenis
sanksi administrasi adalah sebagai berikut:
1. Excecutive coercion ( paksaan pemerintahan)

11
Ibid
12
Bab II Kajian Teori hal. 37 dalam Sri Hajati, dkk, Buku Ajar Politik Hukum Pertanahan, Airlangga University
Press, Surabaya, 2018,Hlm 394
13
Ibid, hal 38, dalam Fathur Rahman, Teori Pemerintahan, UB Press,Malang, 2018, Hlm. 396.
14
http://repository.unmuhjember.ac.id/5932/5/BAB%20II.pdf
2. Administrative deposit (uang tanggungan/jaminan )
3. Repeall (withdrawal)by an administrative body (pencabutan KTUN)
4. Administrative fine (denda administrasi)
5. Disciplianary sanction;to be imposed by an administrative body (sanksi disiplin).
Adapun menurut Philipus M. Hadjon, jenis-jenis sanksi administrasi yakni sebagai
berikut; Bestuursdwang (paksaan pemerintahan), penarikan kembali keputusan (ketetapan
yang menguntungkan (izin, paksaan oleh pemerintah))
C. Pertanggungjawaban Hukum dalam HAN
Sebuah perbuatan atau hubungan hukum yang dilakukan subyek hukum pasti akan
menimbulkan tanggung jawab hukum, oleh karenanya dengan adanya tanggung jawab hukum
akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi subyek hukum. Tanggung jawab hukum sendiri
merupakan suatu prinsip yang ditimbulkan adanya hubungan hukum yang harus
dilaksanakan.15Selain itu, dalam pertanggung jawaban ini, sangat erat kaitannya dengan hak
dan kewajiban, semisal ketika subyek hukum melakukan kewajiban untuk mematuhi aturan
hukum, maka subyek hukum mempunyai hak dari hasil sebuah kewajiban yang dijalankan.
Pertanggung jawaban juga memiliki prinsip yang merekat, namun tentunya prinsip ini
didsarkan paradigma masing-masing. Terdapat pendapat lain tentang prinsip tanggung jawab
dalam hukum, yang dibagi menjadi tiga yakni accountability, responsibiliti, liability.
Pengertian Tanggung Jawab Hukum, ada tiga macam tanggung jawab hukum yaitu tanggung
jawab hukum dalam arti accountability, responsibility, dan liability. Tanggung jawab dalam
arti accountability adalah tanggung jawab hukum dalam kaitan dengan keuangan, misalnya
akuntan harus bertanggung jawab atas hasil pembukuan, sedangkan responsibility adalah
tanggung jawab dalam memikul beban. Tanggung jawab dalam arti liability adalah kewajiban
menanggung atas kerugian yang diderita.16
Adanya pertanggungjawaban selalu berkaitan dengan adanya Tindakan. Tanpa
sebuah Tindakan, tentunya tanggungjawab juga tidak ada, karena tanggung jawab sendiri
adalah menanggungjawabi atas Tindakan yang dilakukan. Seperti halnya pemerintah, dalam
negara hukum setiap tindakan pemerintahan didasarkan pada kewenangan yang diperoleh
dari undang-undang atau peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik secara atribusi
maupun delegasi. Kewenangan yang diperoleh secara atribusi dan delegasi akan
menempatkan pemegang kewenangan sebagai pihak yang memikul tanggung jawab terhadap
penggunaan kewenangan. Kewenangan yang dijalankan berdasarkan hubungan mandate tidak
menempatkan pelaksana sebagai kewenangan sebagai pihak yang memikul tanggungjawab,
karena pada konsep mandate tidak terjadi peralihan atau pelimpahan wewenang. Mandaritas
atau penerima mandate hanyalah pihak yang melaksanakan perintah, sementara kewenangan
masih tetap berada pada pemberi mandate. Berdasarkan system presidensial yang dianut di
Indonesia, kedudukan Menteri berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden,
karena itu hubungan hukum yang terjadi hubungan mandate. Dalam hubungan ini Menteri
bukanlah pemegang kewenangan, Menteri hanyalah pihak yang bertindak untuk dan atas
nama Presiden, oleh karena itu menteri tidak memikul pertanggung jawaban.17
D. Pentingnya pertanggungjawaban pejabat administrasi negara
15
Bab II Kajian Teori dalam http://repository.unmuhjember.ac.id/5932/5/BAB%20II.pdf, hal 11
16
Ibid, hal 13 dalam Zainal Asikin dkk, Pengantar Hukum Perusahaan, Prenadamedia Group, 2016, Hlm 252.
17
Ridwan, Pertanggungjawaban Publik Pemerintah dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara (Jurnal;
Media Neliti), hal 37-38
Kata tanggung jawaban sangat identic dengan sebuah kata penting, tanpa kata penting, maka
tanggung jawab tidak ada, justru penyepelehanlah yang ada. Seperti sebuah Tindakan
pemerintah, Tindakan pemerintah pastinya memiliki tanggungjawab, jika tidak ada tanggung
jawab, maka yang ada permasalahan yang muncul. Pentingnya sebuah pertanggungjawaban
menunjukkan adanya kepastian hukum. Berbagai Tindakan jika tidak ada tanggung jawab
pun akan memicu konflik, khususnya konflik hukum.
Indonesia yang merupakan negara hukum, dimana tidak terlepas dari prinsip hak asasi
manusia, maka sebuah pertanggungjawaban sangat penting. Ketika ada aturan yang tidak
sesuai dnegan masyarakat, maka masyarakat boleh meminta pertanggungjawaban pemerintah
sebagai petindak, hal ini juga agar hak asasi masyarakat tidak terganggu. Masyarakat menjadi
terlindungi akibat pentingnya sebuah pertanggungjawaban. Tidak hanya pada masyarakat,
pemerintah yang memiliki pertanggungjawaban juga akan terbatasi dari perbuatan sewenang-
wenangnya. Pemerintah justru dapat menciptakan Good Gevernance. Dengan ini
kesejahteraan juga akan terwujud, baik dari kalangan masyarakat maupun pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai