Anda di halaman 1dari 123

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PENDERITA

HIPERTENSI

Oleh Kelompok 5 :

1. Ni Komang Meny Lastini (18089014038)


2. Komang Sri Mulyani (18089014051)
3. Putu Sri Utami (18089014052)
4. Kadek Suartika Yasa (18089014053)
5. I Putu Widhi Adnyana (18089014062)
6. Putu Wira Premana (18089014065)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan
Keluarga dengan judul “Pemberian Asuhan Keperawatan Keluarga Penderita
Hipertensi,rematik,gizi buruk dan DM”. Dalam makalah ini kami membahas
mengenai teori dan pengaplikasian pemberian asuhan keperawatan pada keluarga
yang menderita penyakit Hipertensi,rematik,gizi buruk dan DM .

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Dosen pengampu mata
kuliah Keperawatan Keluarga yaitu Bapak Ns. Mochamad Heri, S.Kep.,M.Kep
karena telah memberikan tugas ini sehingga kami mampu mengetahui pemberian
asuhan keperawatan pada keluarga yang menderita penyakit Hipertensi. Makalah
yang kami buat tentu saja belum mencapai sempurna, maka dari itu kami
memerlukan kritik dan saran dari pembaca makalah ini untuk menunjang
kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.

Singaraja, 7 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1. Latar Belakang...................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................1

1.3. Tujuan................................................................................................................1

1.4. Manfaat..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1. Definisi Hipertensi.............................................................................................3

2.2. Etiologi dan Faktor Resiko Hipertensi................................................................4

2.3. Patofisiologi Hipertensi......................................................................................6

2.4. Manifestasi Klinis Hipertensi...........................................................................10

2.5. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................10

2.6. Penatalaksanaan Medis.....................................................................................11

2.7. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Penyakit Hipertensi................................12

DOKUMENTASI KEPERAWATAN................................................................30

BAB III PENUTUP..............................................................................................31

3.1. Simpulan..........................................................................................................31

3.2. Saran................................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................32

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keluarga adalah dua atau lebih dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pemangkatan dan mereka hidup
dalam suatu rumah tangga dan berinteraksi satu sama lain dan di dalam
peranannya masing-masing dan menciptakan serta memperhatikan suatu
kebudayaan (Salvician G.Bailon dan Maglaya, 2008).
Dalam setiap keluarga harus saling memperhatikan kondisi kesehatan fisik
masing-masing anggota keluarga, maka dari itu diperlukan asuhan
keperawatan keluarga guna memberikan pelayanan kesehatan pada suatu
keluarga. Asuhan keperawatan keluarga adalah proses keperawatan atau
metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan
asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap
keluarga sesuai dengan rencana yang telah telah disusun dan mengevaluasi
mutu hasil asuhan yang telah dilaksanakan terhadap keluarga.
Di pembahasan materi pada makalah ini kami akan membahas mengenai
pemberian asuhan keperawatan pada keluarga yang memiliki riwayat penyakit
hipertensi.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka di dapat kan rumusan masalah
sebagai berikut: “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada keluarga
dengan riwayat penyaikit hipertens,rematik gizi buruk dan DM?”
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan melaksankan pemberian
asuhan keperawatan pada keluarga yang memiliki riwayat penyakit
hipertensi.

1
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi hipertensi
2. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi dan faktor resiko
hipertensi
3. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi hipertensi
4. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis dari hipertensi
5. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang dari
hipertensi.
6. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan medis hipertensi.
7. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan keluarga
dengan penyakit hipertensi.
1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat Bagi Instansi
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi lembaga
pendidikan untuk sebagai referensi tugas selanjutnya bagi mahasiswa.
1.4.2. Manfaat Bagi Mahasiswa
Dapat dijadikan acuan dengan adanya asuhan keperawatan
keluarga yang menunjang pada pelaksanaan praktek kerja lapangan
(PKL).
1.4.3. Manfaat Bagi Pembaca
Untuk menambah wawasan bagi pembaca tentang asuhan
keperawatan keluarga khususnya pada penyakit hipertensi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hipertensi
2.1.1 Definisi
Pengertian hipertensi oleh beberap sumber adalah sebagai berikut:
a. Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan
angka mordibitas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140
mmHg menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung
dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke
jantung (Triyanto, 2014).
b. Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang
sering terjadi pada lansia, dengan kenaikan tekanan darah sistolik
lebih dari 150 mmHg dan tekanan 90 mmHg, tekanan sistolik 150-155
mmHg dianggap masih normal pada lansia (Sudarta, 2013).
c. Hipertensi merupakan faktor resiko penyakt kardiovaskuler,
aterosklerosis, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal ditandai dengan
tekanan darah sistolik lebih dar 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pad dua kali pengukuran
atau lebih (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2012).
d. Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah baik sistolik maupun
diastolik yang terbagi menjadi dua tipe yaitu hipertensi esensial yang
paling sering terjadi dan hipertensi sekunder yang disebabkan oleh
penyakit renal atau penyebab lain, sedangkan hipertensi malignan
merupakan hipertensi yang berat, fulminan dan sering dijumpai pada
dua tipe hipertensi tersebut (Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).
e. Hipertensi merupakan peningkatan abnormal tekanan darah di dalam
pembuluh darah arteri dalam satu periode, mengakibatkan arteriola
berkonstriksi sehingga membuat darah sulit mengalir dan
meningkatkan tekanan melawan dinding arteri (Udjianti, 2011).

3
Berdasarkan pengertian oleh beberapa sumber tersebut, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik dan diastolik, dengan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg, hipertensi juga merupakan
faktor resiko utama bagi penyakit gagal ginjal, gagal jantung dan stroke.
2.1.2 Etiologi dan Faktor Resiko Hipertensi
a. Etiologi Hipertensi
1. Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat
diketahui, sementara penyebab sekunder dari hipertensi esensial
juga tidak ditemukan. Pada hipertensi esensial tidak ditemukan
penyakit renivaskuler, gagal ginjal maupun penyakit lainnya,
genetik serta ras menjadi bagian dari penyebab timbulnya
hipertensi esensial termasuk stress, intake alkohol moderat,
merokok, lingkungan dan gaya hidup (Triyanto, 2014).
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui seperti
kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), hiperldosteronisme, penyakit perenkimal (Buss &
Labus, 2013).
b. Faktor Resiko Hipertensi
1) Faktor resiko yang bisa dirubah
a) Usia
Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang
berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya
usia maka semakin tinggi pula resiko mendapatkan hipertensi.
Insiden hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya
usia, hal ini disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh
yang mempengaruhi pembuluh darah, hormon serta jantung
(Triyanto, 2014).
b) Lingkungan (stres)

4
Faktor lingkungan seperti stress juga memiliki pengaruh
terhadap hipertensi. Hubungan antara stress dengan hipertensi
melalui saraf simpatis, dengan adanya peningkatan aktivitas
saraf simpatis akan meningkatkan tekanan darah secara
intermitten (Triyanto, 2014).
c) Obesitas
Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah
kegemukan atau obesitas. Penderita obesitas dengan hipertensi
memiliki daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita yang memiliki
berat badan norml (Triyanto, 2014).
d) Rokok
Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus
pelepasan katekolamin. Katekolamin yang mengalami
peningkatan dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung,
iritabilitas miokardial serta terjadi vasokontriksi yang dapat
meningkatkan tekanan darah (Ardiansyah, 2012).
e) Kopi
Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein.
Kafein sebagai anti-adenosine (adenosine berperan untuk
megurangin kontraksi otot jantung dan relaksasi pembuluh
darah sehingga menyebabkan tekanan darah turun dan
memberikan efek rileks) menghambat reseptor untuk berikatan
dengan adenosine sehingga menstimuus sistem saraf simpatis
dan menyebabkan pembuluh darah mengalami konstriksi
disusul dengan terjadinya peningkatan tekanan darah
(Triyanto, 2014).
2) Faktor resiko yang tidak bisa dirubah
a) Genetik
Faktor genetik ternyata juga memiliki peran terhadap angka
kejadian hipertensi. Penderita hipertensi esensial sekitar 70-
80% lebih banyak pada kembar monozigot (satu telur) dari

5
pada heterozigot (beda telur). Riwayat keluarga yang
menderita hipertensi juga menjadi pemicu seseorang menderita
hipertensi, oeh sebab itu hipertensi disebut penyakit turunan
(Triyanto, 2014).
b) Ras
Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar
untuk menderita hipertensi primer ketika predisposisi kadar
remin plasma yang rendah mengurangi kemampuan ginja
untuk mengekskresikan kadar natrium yang berlebih
(Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).
2.1.3 Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor medulla otak. Rangsangan pusat vasomotor yang
dihantarkan dalam bentuk impuls bergerak menuju ganglia simpatis melalui
saraf simpatis. Saraf simpatis bergerak melanjutkan ke neuron preganglion
untuk melepaskan asetilkolin sehingga merangsang saraf pascaganglion
bergerak ke pembuluh darah untuk melepaskan norepineprin yang
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Mekanisme hormonal sama
halnya dengan mekanisme saraf yang juga ikut bekerja mengatur tekanan
pembuluh darah (Smeltzer & Bare, Buku ajar keperawatan medikal bedah
Brunner & Suddarth, 2008). Mekanisme ini antara lain:
a. Mekanisme vasokontriktor norepineprin-epineprin
Perangsangan susunan saraf simpatis selain menyebabkan eksitasi
pembuluh darah juga menyebabkan pelepasan norepineprin dan
epineprin oleh medulla adrenal ke dalam darah. Hormon norepineprin
dan epineprin yang berada di dalam sirkulasi darah akan merangsang
pembuluh darah untuk vasokontriksai. Faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokontriktor (Saferi & Mariza, 2013).
b. Mekanisme vasokontriktor renin-angiotensin
Renin yang dilepaskan oleh ginjal akan memecah plasma menjadi
substrat renin untuk melepaskan angiostensin I, kemudian dirubah

6
menjadi angiostensin II yang merupakan vasokonstriktor kuat.
Peningkatan tekanan darah dapat terjadi selama hormon ini masih
menetap didalam darah (Guyton, 2012).
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer memiliki pengaruh pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
lanjut usia (Smeltzer & Bare, Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner
& Suddarth, 2008). Perubahan struktural dan fungsional meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan kemampuan
relaksasi otot polos pembuluh darah, sehingga menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah, sehingga menurunkan
kemampuan aorta dan arteri besar dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan
curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Saferi & Mariza, 2013).

7
PATHWAYHIPERTENSI

Penyumbatanstruktur Faktoryang Faktoryangdapatdikontrol


tidakdpt
Penyumbatanpemb. diubah
darah Alkohol Rokok GayaHidup Psikologis
th
Umur(>50 )
Vasokontriksi dangenetik Kekauan Komponen Konsumsi Stres/emosi
pemb.darah toksindalam lemakberlebih
Dayaregang rokok
GangguanSirkulasi
pemb.darah Gangguan Hiperlipidia
alirandarahke Masukke
Resistensipemb.Darah Jantung pemb.darah
otaknaik Penumpukan
Kerusakanvaskuler lipidpada
Nyerikepala Penumpukan
pemb.darah pemb.darah
Penekanan flekpada
tekananperifer pemb.darah Merangsang
MK:NyeriAkut sarafsimpatis
Penyempitan untukmelepas
padapemb. hormone
darah adrenalin

HIPERTENSI Vasokontriksi
pemb.darah
Kecenderungankeluarga
ygmengarahkeperilaku TDmeningkat>130/80mmHg,sakitkepala,pusing,rasa
ygburuk beratditengkuk,lemah&lelah

Krgpngthuantntgpraktik Gagalmencapai Kurangnyainformasi(PMO) CVPmeningkat


kesehatandasar(minumobat pengendalianygoptimal
teratur,cektensi,diet)
8
Mengurangiperubahan Nadiperiferteraba lemah
statuskesehatan
Tidakmenunjukkan
minatpadaperbaikan CRT>3detik
perilakusehat(tidak MK:Perilakukesehatan
mentaatidiet) cenderungberesiko
MK:Penurunancurah
jantung

Polaperilakukurangmencari
bantuankesehatan Tidakmemahamimasalah
kesehatanygdideritaolehanggota
keluarga
Ketidakmampuanbertanggung
jawabuntukmemenuhipraktik
Aktivitaskeluargauntukmengatasi
kesehatan(mentaatidiet,tidak
Mengabaikanhub.dganggotakeluarga masalahkesehatantidaktepat
merokok,makananberlemak)

Gangguanindividualisme MK:Ketidakefektifanmanajemen
MK:Ketidakefektifan kesehatankeluarga
pemeliharaankesehatan Melakukanrutinitastanpamempedulikankebutuhanklien
(interaksi/sosialisai )

Hubungankeluargaterganggu
Kesulitandgprogrampengobatanyg
Mengabaikanprogrampengobatan sudahdijadwalkan

Interaksiberkurang Aktivitassehari-haridapatterganggu

MK:Ketidakmampuankoping MK:Ketidakefektifan
keluarga manajemenkesehatan

9
2.1.4 Manifestasi Klinis Hipertensi
Manifestasi klinik menurut Ardiansyah (2012) muncul setelah penderita
mengalami hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara lain:
a. Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunan
langkah tidak mantap.
b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karena
peningkatan tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah.
c. Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita.
d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi
darah akibat vasokontriksi pembuluh darah.
e. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari
peningkatan aliran darah ke ginja dan peningkatan filtrasi oleh
glomerulus.
Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik), namun tanda-
tanda klinis seperti tekanan darah yang menunjukkan kenaikan pada dua kali
pengukuran tekanan darah secara berurutan dan bruits (bising pembuluh
darah yang terdengar di daerah aorta abdominalis atau arteri karotis, arteri
renalis dan femoralis disebabkan oleh stenosis atau aneurisma) dapat terjadi.
Jika terjadi hipertensi sekunder, tanda maupun gejalanya dapat berhubungan
dengan keadaan yang menyebabkannya. Salah satu contoh penyebab adalah
sindrom cushing yang menyebabkan obesitas batang tubuh dan striae
berwarna kebiruan, sedangkan pasien feokromositoma mengalami sakit
kepala, mual, muntah, palpitasi, puct dan perspirasi yang sangat banyak
(Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ
seperti ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

10
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renall,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin
7. Foto dada dan CT scan (Nurhidayat, 2015).
2.1.6 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Non-farmakologi
Pengobatan non-farmakologis menurut Muttaqin 2014
diantaranya dengan melakukan hal – hal sebagai berikut :
1) Mengatasi atau menurunkan berat badan berlebih
2) Membatasi atau mengurangi asupan garam
3) Melakukan tehnik – tehnik untuk mengurangi stress
4) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan melakukan
olahraga selama 30 menit sebanyak 3 – 4 kali dalam satu minggu,
mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok dan konsumsi
alkohol.
b. Farmakologi
Upaya menurunkan tekanan darah dilakukan dengan menggunakan
obat anti hipertensi, berikut beberapa terapi farmakologi hipertensi
menurut Aspiani 2014:
1) Diuretik
Diuretik bekerja melalui berbagai mekanisme untuk
mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan
ekskresi garam dan juga air.Hal ini mengurangi volume cairan
dalam sirkulasi dan menurunkan tekanan darah.
2) Penghambat Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor (ACE-
Inhibitor)
Menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim
yang diperlukan. Secara tidak langsung menurunkan sekresi
aldosterone yang akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium
pada urine yang kemudian menurunkan volume plasma,curah
jantung dan menurunkan tekana darah
3) Penghambat Andenoreseptor  ( - Bloker)

11
Menghambat reseptor pada otot yang secara normal
berespons terhadap rangsangan saraf simpatis dengan
vasokonstriksi.
4) Penghambat Adrenoreseptor β (β – Bloker)
Bekerja pada reseptor beta dijantung untuk menurunkan
kecepatan denyut dan curah jantung.Sehingga tekanan yang
disebabkan oleh pompa jantung berkurang dan membuat jantung
bekerja lebih ringan.

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


PADA Tn. W DENGAN HIPERTENSI

I. DATA UMUM
1. Nama kepala keluarga : Tn. W
2. Umur : 50 Tahun
3. Pendidikan : SMP
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Agama : Hindu
6. Suku / Bangsa : Bali/ Indonesia
7. Alamat : Desa Pakisan
8. Susunan Keluarga
L
Umur Hub. Kondis
No Nama / Pendidikan Pekerjaan Imunisasi Ket
(th) dg KK i
P

Tidak Tidak
1 Tn. M 85 L Ayah - Sehat
sekolah bekerja

Kepala
Hiperte
2 Tn. W 50 L Keluar SMP Wirswasta -
nsi
ga

3 Ny. N 42 P Istri SMP IRT - Sehat

12
4 Tn. S 23 L Anak S1 Mahasiswa Lengkap Sehat

5 Ny. D 19 P Anak D3 Mahasiswa Lengkap Sehat

6 Tn. S 11 L Anak SD Siswa Lengkap Sehat

9. Genogram

Keterangan :

: Kasus

Meninggal laki-laki :

Laki-laki :

Meninggal perempuan :

Perempuan :

Tinggal dalam satu rumah :

10. Aktivitas dan kebersihan diri

Keluarga TN. W mempunyai kebiasaan olahraga, keluarga


mempunyai kebiasaan mendi 3x sehari menggunakan sabun,
menggodok gigi 3x sehari.

13
11. Spiritual Keluarga

Semua anggota keluarga Tn. W dalam satu keyakinan yaitu


menganut agama Hindu dan biasa sembahyang setiap hari.

12. Pendidikan

Tidak ada anggota keluarga yang sedang mengikuti pendidikan di


luar pendidikan formal (kursus, pelatihan, dan lain-lain), semua
keluarga dapat membaca dan menulis dengan baik

13. Tipe Keluarga

Keluarga Tn. W termasuk dalam keluarga Besar (Extended family)


yang terdiri dari kakek, Bapak, ibu dan tiga anak.

14. Status Sosial Ekonomi Keluarga

No Nama Pekerjaan Pendapatan Pengeluaran Keterangan

(Rp) (Rp)

1 Tn. W Wiraswasta 3.500.000 ± 3.000.000 Pembayaran

listrik, air,
kebutuhan
makanan, biaya
anak
kuliah/sekolah
dan kebutuhan
sehari-hari

Penjelasan : Dilihat dari pendapatan dan pengeluaran keluarga Tn.W


dapat dikatakan bisa mencukupi kebutuhan sandang, pangan
dan papan.

15. Aktivitas Rekreasi Keluarga atau Waktu Luang

Keluarga mengatakan tidak mempunyai aktivitas rekreasi


yang khusus. Mengatakan bila ada waktu luang diisi dengan
nonton TV dan berbincang-bincang dengan anggota keluarga,

14
biasanya lebih banyak menghabiskan waktu dirumah. Dan pada
saat pengkajian Tn. W sedang menonton TV.

II. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Keluarga Tn.W saat ini berada dalam tahap perkembangan keluarga


dengan anak dewasa awal

2. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi

Tn.W mengatakan tugas perkembangan pada tahap ini sudah terpenuhi


dengan baik.

3. Riwayat keluarga inti

Saat ini Tn. W sedang mengalami hipertensi. Penyakit yang sering


dideritanya oleh keluarga Tn. WS di antaranya panas dingin.
Tidalterdapat penyakit menular dan tidak mempunyai penyakit menular.

4. Riwayat keluarga sebelumnya

Dalam keluarga Tn. W mengatakan dari keluarganya ada yang


menderita hipertensi yaitu ayah kandungnya

III. LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah dan denah rumah
Tn. W mengatakan rumah yang ditempatinya sekarang adalah
rumah milik pribadi dengan luas + 9.5 are dengan tiperumah permanen.
Jumlah kamar yang yaitu 4 kamar tidur, 1 dapur, 2 kamar mandi
ditambah WC1 dan 1 ruang tamu. Ventilasi dan pencahayaan sinar cukup
baik, dalam kamar terdapat jendela yangsering dibuka. Lantai di luar dan
di dalam rumah cukup bersih, barang-barang teratur dengan rapi.
Penerangan rumah menggunakan lampu listrik pada malam hari, lantai
terbuat dari keramik. Pembuangan limbah WC menggunakan Septik
tank, pembuangan limbah dapur biasanya dikumpulkan dan dibakar,

15
terdapat tempat sampah. Sumber air memakai PAM, yang
digunakan untuk mandi, mencuci dam memasak. Untuk air minun
biasanya keluarga membeli air minum kemasan.

Denah Rumah

KT P
U KT
KT
B T
KS
S RT

KT

Keterangan :
a) P : Padmasana
b) KS : Kamar Suci
c) KT : Kamar Tidur
d) RT : Ruang Tamu
e) D : Dapur
f) T : Toilet
2. Karakteristik tetangga dan Komunitas RW

Tetangga klien yang di sekitar rumah ramah – ramah. Keluarga


Tn.W berada di Iingkungan perkampungan yang situasinya cukup
tenang. Untuk mecapai jenis pelayanan kesehatan seperti puskesmas
jaraknya ± 12 Km. Lingkungan bersih, terdapat tempat pembuangan
sampah, jalan raya cukup ramai, transportasi di lingkungan rumah Tn. W
lancar.

3. Mobilitas Geografis Keluarga

16
Tn.W mengatakan tinggal di rumah yang di tempati sekarang
sejak lahir yaitu tahun 1968.Tn. W mengatakan tinggal di rumahnya
sekarang sudah ± 52 tahun.

4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat

Tn.W mengatakan keluarganya ikut dalam kegiatan PKK di


lingkungan.Keluarga mengatakan hubungan dengan tetangga dan
lingkungan baik.

5. Sistem Pendukung atau Jaringan Sosial Keluarga

Tn. W mengatakan saat mendapat masalah dan kesulitan


banyak mendapat dukungan dari kerabat dekat.Keluarga Tn. W
mengatakan apabila ada yang sakit akan diantar berobat ke pelayanan
kesehatan.
IV. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola Komunikasi
Komunikasi intern dan antar keluarga baik begitu juga
komunikasi antara tetangga sekitar lingkungan cukup baik
2. Struktur Kekuatan keluarga
Dalam mengambil keputusan dilakukan oleh Tn. W selaku kepala
keluarga tetapi juga dengan pertimbangan pendapat anggota keluarga
keluarga yang lain.

3. Struktur Peran
Masing-masing anggota keluarga dapat melakukan peranya, Tn. W
dijadikan sebagai panutan dalam keluarga, tidak ada pengaruh kelas
sosial, budaya, perkembangan keluarga serta masalah kesehatan
terhadap peran keluarga, tidak ada penyimpangan peran dan konflik
daalam keluarga dan menghargai satu sama lain, dimana Tn.W
mengatakan yang menafkahi keluarga adalah Tn. W dan Istrinya.
4. Nilai dan Norma Keluarga

17
Etika dalam keluarga ditanamkan sejak dini pada anak-anaknya,
keluarga menerapkan sistem demokrasi dengan memberikan kebebasan
kepada anggota keluarga terutama dalam mengungkapkan masalahnya
dengan selalu melihat aturan yang ada.
V. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis
Jumlah anak yang dimiliki Tn. w ada 2 orang, 1 anak
perempuan dan 1 anak laki-laki.
2.  Fungsi Psikologis
Tn. W merasa bahagia karna ia tinggal bersama istri dan
anak-anaknya dirumah.
3.   Fungsi Sosialisasi
Interaksi Tn. W dan keluarga terjalin dengan sangat baik,
saling mendukung, bahu membahu, dan saling ketergantungan
Masing masing anggota keluarga masih memperhatikan dan
menerapkan sopan santun dalam berperilaku.
4.   Fungsi Ekonomi
Tn. W dan keluarga mampu memenuhi kebutuhan hidup
sehari hari dari pendapatan yang diterima.

5.   Fungsi Pendidikan
Klien hanya mampu menyekolahkan anaknya sampai tingkat SMA.

VI. STRES DAN KOPING KELUARGA


1. Stresor jangka pendek dan panjang
Sampai sekarang hanya memikirkan bagaimana cara agar
penyakit hipertensinya bisa sembuh.
2. Kemampuan keluarga untuk berespon
terhadap situasi / stressor
Keluarga mampu menghadapi masalah yang ada dan
memfasilitasi Tn.W untuk pengobatan hipertensi.

18
3. Strategi adaptasi disfungsional
Dalam keluarga Tn. W tidak ada yang bersifat otoriter
dan melakukan tindakan kekerasan.
4. Harapan Keluarga
Tn. w berharap ia dan keluarganya sehat. Dan Keluarga
juga berharap petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan yang
baik, tepat, dan cepat kepada siapa saja yang membutuhkan.Tidak
membeda bedakan seseorang dalam memberikan pelayanan
kesehatan, miskin maupun kaya.
VII. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

Nama organ Tn. W


No Tanda-Tanda Vital TD : 150/90 mmHg
N : 92 x/menit
RR : 20x/mnt
S : 37°C
1 Kepala: Kulit kepala bersih, tidak ada luka, tidak ada
a.Rambut benjolan, rambut terlihat ada uban.

Konjungtiva merah muda


b. Mata Sklera putih

Lubang hidung simetris, tidak ada secret,


c. Hidung tidak ada lesi
Mulut lembab, tidak terdapat karies gigi
d. Mulut dan gigi

Tidak terdapat pembesaran vena jugularis

e. Leher
Bentuk dada simetris, ekspansi dada
simetris, Tidak terdapat retraksi otot dada

19
Thorax
a. Paru Warna kulit coklat, tidak ada acites, dinding
perut lebih rendah dari dinding dada, Tidak
ada lesi

Anggota gerak lengkap, Tidak ada


Abdomen luka/bekas luka, tidak ada edema pada
ekstremitas atas dan bawah, kekuatan otot

5 5
Ekstremitas 5 5

Warna Kulit coklat, sedikit kering,

Integumen

NO NAMA UMUR BB Keadaan Imunisasi Masalah Tindakan


(BCG/Polio/D
kesehatan kesehatan yang telah
PT/HB/Camp
dilakukan
ak)

1 Tn W 50 th 60 Tn.Wkepalany Lengkap HIPERTENSI Tn.W


kg a sering kumat, sudah
terutama bila pernah
kecapean priksa ke
dokter

20
VII. ANALISA DATA

No Data Subjektif Data Objektif Masalah Kesehatan


- Tn. W dan Keluarga Keluarga tampak Manajemen kesehatan
mengatakan belum mengerti bertanya mengenai keluarga tidak efektif
tentang penyebab tanda atau penyebab, tanda dan
gejala serta cara perawatan gejala serta cara merawat
Hipertensi yang baik dan hipertensi yang benar.
benar. TTV :
- Tn. W mengatakan di TD : 150/90 mmHg
dalam keluarga tidak ada N : 92x/m
makanan pantangan yang di RR : 20x/m
berikan dan keluarga dalam S : 360C
merawat Tn. W masih
memberikan makanan yang
sama dengan anggota keluarga
yang lain.
- Tn.WS mengatakan tidak
minum obat hipertensi secara
rutin, minum obat hanya pada
saat tekanan darahnya naik
saja.

IX. SKORING

Skoring Masalah Manajemen kesehatan tidak efektif

No Kriteria Perhitungan Score

21
1 2 3 4
1 Sifat masalah Skor x bobot = 3x1 1
Skala: Angka tertinggi 3
- Actual
- Resiko
- potensial

2 Kemungkinan Skor x bobot = 2x2 2


masalah diubah Angka tertinggi 2
- Dengan
mudah
- Hanya
sebagian
- Tidak dapat

3 Potensi masalah Skor x bobot = 2x1 2/3


untuk dicegah Angka tertinggi 3
- Tinggi
- Cukup
- rendah
4 Menonjolkan Skor x bobot = 2x2 1
masalah : Angka tertinggi 2
- masalah
berat harus
ditangani
- masalah
tidak perlu
segera
ditangani
- masalah
tidak
dirasakan
Total skor 4 2/3

Diagnosa Keperawatan

22
Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat dalam mengenal masalah anggota
keluarga dengan hipertensi.

X. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan
No Intervensi
Keperawatan Umum Khusus

1 Manajemen Setelah diberikan - Kaji pengetahuan


kesehatan keluarga askep selama 2 x keluarga tentang
tidak efektif interaksi keluarga hipertensi
berhubungan dengan diharapkan - Jelaskan kepada
ketidakmampuan pengetahuan keluarga Tn. WS dan
keluarga merawat tentang hipertensi keluarga tentang
dalam mengenal bertambah. pengertian
masalah anggota hipertensi,
Keluarga mampu
keluarga dengan penyebab, tanda ,
menjelaskan :
hipertensi 1. Setelah dirawat dan gejala serta
selama 1 kali - Pengertian cara perawawtan
kunjungan selama 30 Hipertensi hipertensi
menit diharapkan - Penyebab
keluarga mampu hipertensi
mengenal hipertensi - Tanda dan gejala
hipertensi
- Cara perawatan
hipertensi

23
2. Setelah dirawat - Akibat bila - Jelaskan pada
selama 1 kali perawatan klien dan
kunjungan selama hipertensi tidak keluarga akibat
20 menit dilaksanakan apabila perawatan
diharapkan - Motivasi klien hipertensi tidak
keluarga keluarga untuk melakukan dilaksanakan.
mampu mengenal diet hipertensi. - Beri pujian
dampak jika tidak kepada klien
melakukan diet untuk memotivasi
hipertensi diri dalam
melaksanakan
diet hipertensi
3. Setelah dirawat - Menghindari hal- - Motivasi klien
selama 1 kali hal yang dapat agar menghindari
kunjungan selama mengakibatkan hal-hal yang
30 menit risiko terjadinya dapat
diharapkan hipertensi meningkatkan
keluarga mampu - Minum obat secara risiko terjadinya
merawat anggota teratur Hipertensi
keluarga yang sakit - Anjurkan klien
untuk tetap
minum obat
secara teratur
4. Setelah dirawat - Keluarga mengajak - Anjurkan keluarga
selama 1 kali klien untuk control untuk mengajak
kunjungan selama ke Puskesmas klien tetap kontrol
10 menit ke puskesmas
diharapkan untuk
keluarga mampu mendapatkan
memanfaatkan pengobatan
fasilitas kesehatan
yang ada

24
5. Setelah dirawat - Keluarga mampu - Jelaskan tujuan
selama 1 kali menerapkan dan manfaat
kunjungan selama pemberian terapi penggunaan
45 menit menggunakan aroma terapi
diharapakan aroma terapi lemon. lemon untuk
keluarga mampu mengurangi
menerapkan tekanan darah
pemberian terapi tinggi
aroma terapi lemon - Jelaskan dan
untuk mengurangi demonstrasikan
tekanan darah cara
tinggi menggunakan
aroma terapi
lemon
6. Upaya promosi - Keluarga mengerti - Jelaskan tindakan
kesehatan (Covid- tentang : yang harus
19) a. Tindakan yang dilakukan saat
harus dilakukan adanya pandemi
saat adanya covid-19
pandemi - Jelaskan dan
b. Waktu dan cara demonstrasikan
menggunakan waktu dan cara
masker menggunakan
c. Waktu dan masker
bagaimana cara - Jelaskan dan
mencuci tangan demonstrasikan
waktu dan
bagaimana cara
mencuci tangan

XI. IMPLEMENTASI

No Hari/Tgl/Jam No. Dx Implementasi Paraf

25
1 2 3 4 6

1 Senin, 19 Manajemen kesehatan keluarga - Kaji pengetahuan keluarga


Oktober tidak efektif berhubungan dengan tentang hipertensi
2020 ketidakmampuan - Jelaskan kepada keluarga tentang
pengertian hipertensi, penyebab,
09.00 Wita keluarga merawat dalam
tanda , dan gejala serta cara
mengenal masalah perawawtan hipertensi

anggota keluarga dengan

hipertensi

2 Senin, 19 Manajemen kesehatan keluarga


Oktober tidak efektif berhubungan dengan
- Jelaskan pada klien dan keluarga
2020 ketidakmampuan
akibat apabila perawatan
09.30 wita keluarga merawat dalam hipertensi tidak dilaksanakan.
- Beri pujian kepada klien untuk
mengenal masalah
memotivasi diri dalam
anggota keluarga dengan melaksanakan diet hipertensi

hipertensi

3 Senin, 19 Manajemen kesehatan keluarga


Oktober tidak efektif berhubungan dengan
- Motivasi klien agar menghindari
April 2020 ketidakmampuan
hal-hal yang dapat meningkatkan
09.50 wita keluarga merawat dalam risiko terjadinya Hipertensi
- Anjurkan klien untuk tetap
mengenal masalah
minum obat secara teratur
anggota keluarga dengan

hipertensi

26
4 Selasa, 20 Manajemen kesehatan keluarga
Oktober tidak efektif berhubungan dengan
- Anjurkan keluarga untuk
2020 ketidakmampuan
mengajak klien tetap kontrol
09. 30 Wita keluarga merawat dalam secara rutin ke puskesmas untuk
mendapatkan pengobatan
mengenal masalah

anggota keluarga dengan

hipertensi

5 Selasa, 20 Manajemen kesehatan keluarga


Oktober tidak efektif berhubungan dengan
- Jelaskan tujuan dan manfaat
2020 ketidakmampuan
penggunaan aroma terapi lemon
09.45 wita keluarga merawat dalam untuk mengurangi tekanan darah
tinggi
mengenal masalah
- Jelaskan dan demonstrasikan cara
anggota keluarga dengan menggunakan aroma terapi
lemon
hipertensi

6 Selasa, 20 Manajemen kesehatan keluarga


Oktober tidak efektif berhubungan dengan
- Jelaskan tindakan yang harus
2020 ketidakmampuan
dilakukan saat adanya pandemic
10.30 wita keluarga merawat dalam covid-19
- Jelaskan dan demonstrasikan
mengenal masalah
waktu dan cara menggunakan
anggota keluarga dengan masker
- Jelaskan dan demonstrasikan
hipertensi
waktu dan bagaimana cara

27
mencuci tangan

XII. EVALUASI

Hari / Tgl / Jam Dx Keperawatan Evaluasi Paraf

1 2 3 4

Rabu, 21 Oktober Manajemen kesehatan S:


2020, Pukul 09.00 keluarga tidak efektif
- T- Tn. W dan keluarga mengatakan
Wita berhubungan dengan
mengerti penjelasan tentang hipertensi
ketidakmampuan
yang sudah dijelaskan.
keluarga merawat dalam - TTn. W dan keluarga mengatakan sudah
mengerti tentang cara penggunaan
mengenal masalah
aromaterapi lemon yang diajarkan.
anggota keluarga dengan - TTn. W dan keluarga mengatakan
mengerti tentang bagaimana cara
hipertensi.
mengahadapi pandemi virus corona yang
telah diajarkan seperti penggunaan
masker dan cuci tangan.
O:

- TTn. W dan keluarga sangat kooperatif


menerima penjelasan tentang hipertensi,
penjelasan menghadapi pandemi virus
covid-19
- - Tn. W mampu menerapkan cara
penggunan aromaterapi lemon untuk
membantu menurunkan tekanan darah,
mampu mempraktekan bagaimana
penggunaan masker dan cuci tangan
yang benar dalam menghadapi pandemi.
A:

Tujuan tercapai

P:

28
Pertahankan dan tetap beri dukungan pada
keluarga dan Tn. W dalam menjalani
pengobatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan, tetap melakukan control ke
fasilitas pelayanan kesehatan.

29
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
2.2 Rematik
2.2.1 Definisi Rematik
Rematik atau Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit
autoimun sistemik (Symmons, 2006).RA merupakan salah satu
kelainan multisistem yang etiologinya belum diketahui secara pasti
dan dikarateristikkan dengan destruksi sinovitis (Helmick,
2008).Penyakit ini merupakan peradangan sistemik yang paling umum
ditandai dengan keterlibatan sendi yang simetris (Dipiro, 2008).
Penyakit RA ini merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan
inflamasi sendi yang berlangsung kronik dan mengenai lebih dari lima
sendi (poliartritis) (Pradana, 2012).
Penyakit rematik meliputi cakupan luas dari penyakit yang
dikarakteristikkan oleh kecenderungan untuk mengefek tulang, sendi,
dan jaringan lunak (Soumya, 2011). Penyakit rematik dapat
digolongkan kepada 2 bagian, yang pertama diuraikan sebagai
penyakit jaringan ikat karena ia mengefek rangka pendukung
(supporting framework) tubuh dan organ-organ internalnya. Antara
penyakit yang dapat digolongkan dalam golongan ini adalah
osteoartritis, gout, dan fibromialgia. Golongan yang kedua pula
dikenali sebagai penyakit autoimun karena ia terjadi apabila sistem
imun yang biasanya memproteksi tubuh dari infeksi dan penyakit,
mulai merusakkan jaringan-jaringan tubuh yang sehat. Antara penyakit
yang dapat digolongkan dalam golongan ini adalah rheumatoid artritis,
spondiloartritis, lupus eritematosus sistemik dan skleroderma.
(NIAMS, 2008)

2.2.2 Epidemiologi Rematik

Rematik masih menjadi masalah kesehatan dunia, diperkirakan


0,5-1 % dari populasi global menderita AR. Peluang terjadinya penyakit
hati pada penderita AR dua kali lebih besar dari yang tidak menderita.
America Arthritis Fondation melaporkan, penderita AR berisiko dua kali
lebih besar terkena penyakit jantung sehingga meningkatkan angka
kematian penderita Cardiovascular dan infeksi. Lima puluh persen pasien
AR mengalami kecacatan fungsional sementara setelah 20 tahun, 80 %
cacat dan dapat mengurangi usia harapan hidup 3-18 tahun.

Studi epidemiologi melaporkan berbagai faktor risiko yang


dihubungkan dengan terjadinya penyakit AR, seperti faktor kerentanan
terhadap penyakit dan faktor inisiasi yaitu faktor yang diduga
meningkatkan risiko berkembangnya penyakit.Faktor kerentanan seperti :

1) Jenis kelamin
2) Usia,dapat terjadi pada usia muda 30-50 tahun, usia lanjut terutama
pada wanita kasus AR meningkat.
3) Obesitas : memacu meningkatnya oksidan melalui berbagai
mekanisme
4) Genetik, keluarga yang memiliki anggota keluarga terkena AR
memiliki risiko lebih tinggi, dan dihubungkan dengan gen HLA-DR4.
Faktor inisiasi adalah perokok , infeksi bakteri atau virus menjadi
inisiasi dari AR, pil kontrasepsi, gaya hidup : stres dan diet mengawali
inflamasi sendi.

2.2.3 Etiologi Rematik

Etiologi Rematik belum diketahui dengan pasti. Namun,


kejadiannya dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara faktor
genetik dan lingkungan (Suarjana, 2009). Penyebab dari Reumatik hingga
saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor resiko untuk
timbulnya Reumatik antara lain adalah:

1. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini


memiliki angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60%
(Suarjana, 2009). Insidensinya meningkat seiring usia, 25 hingga 30
orang dewasa per 100.000 pria dewasa dan 50 hingga 60 per 100.000
wanita dewasa. Universitas Sumatera Utara 14

2. Jenis Kelamin Wanita lebih sering terkena Rematik pada lutut dan
sendi, dan lelaki lebih sering terkena Rematik pada paha, pergelangan
tangan dan leher. Secara keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi
Artritis Reumatoid kurang lebih sama pada lelaki dan wanita tetapi
usia diatas 50 tahun frekuensi Artritis Reumatoid lebih banyak pada
wanita dari pada pria, hal ini menunjukkan adanya peran hormonal
pada patogenesis Artritis Reumatoid. Insidensinya meningkat seiring
usia, 25 hingga 30 orang dewasa per 100.000 pria dewasa dan 50
hingga 60 per 100.000 wanita dewasa.

3. Usia Dari semua faktor resiko untuk timbulnya Rematik, faktor usia
adalah yang kuat. Prevalensi dan beratnya Artritis Reumatoid semakin
meningkat dengan bertambahnya usia. Artritis Reumatoid hampir tak
pernah terjadi pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun
dan lebih banyak pada umur diatas 60 tahun.

4. Suku Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada Artritis Reumatoid


nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa,
misalnya Artritis Reumatoid pada paha lebih jarang diantara orang-
orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Artritis Reumatoid
lebih sering dijumpai pada orang- orang Amerika asli dari pada orang
kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup
maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
Universitas Sumatera Utara 15 pertumbuhan. Insidensi dan prevalensi
AR bervariasi berdasarkan lokasi geografis dan diantara berbagai grup
etnik dalam suatu negara.

5. Riwayat Atropi Artritis reumatoid dapat ditemukan pada semua sendi


dan sarung tendon, paling sering di tangan.Artritis Reumatoid juga
dapat menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut.Sinovial
sendi, sarung tendon, dan bursa menebal akibat radang yang diikuti
oleh erosi tulang dan destruksi tulang disekitar sendi.Hal ini dapat
rerjadi secara simetris berupa inflamasi sendi, bursa dan sarung
tendon yang dapat menyebabkan nyeri, bengkak dan kekakuan sendi
serta hidrops ringan.

6. Faktor Infeksi Beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel


induk semang (host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T
sehingga muncul timbulnya penyakit Artritis Reumatoid.7. Masa
Kerja Sendi-sendi besar, seperti bahu dan lutut, sering menjadi
manifestasi klinis tetap, meskipun sendi-sendi ini mungkin berupa
gejala asimptomatik setelah bertahuntahun dari onset terjadinya. 8.
Faktor Lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok.

2.2.4 Patofisioogi Rematik

Patofisiologi Rematik ditandai dengan adanya peradangan dan


hiperplasia sinovial, produksi autoantibodi (faktor rheumatoid dan
antibodi protein anti-citrullinated [ACPA]), serta kerusakan tulang
dan/atau tulang rawan serta tampilan sistemik yang dapat menimbulkan
gangguan kardiovaskular, paru, psikologis, dan skeletal.Penyebab pasti
dari keadaan ini masih belum diketahui namun RA melibatkan interaksi
yang kompleks antara faktor genetik, faktor lingkungan, dan beberapa
faktor predisposisi.

Pada patofisiologi rheumatoid arthritis, terjadi migrasi sel


inflamasi yang dipicu oleh aktivasi endotel pada pembuluh darah mikro
sinovial yang meningkatkan ekspresi molekul adhesi (termasuk integrin,
selektif, dan anggota superfamili imunoglobulin) dan kemokin serta
menimbulkan proliferasi leukosit pada kompartemen sinovial.[3]
Keadaan ini sebagian besar melibatkan sistem imun adaptif dan
dimediasi oleh sel T-helper tipe 1 (Th-1). Terjadi aktivasi makrofag oleh
sitokin Th-1, seperti interferon-g (IFN-g), interleukin 12 (IL-12), dan IL-
18, yang menyebabkan aktivasi sel T oleh antigen presenting
cells. Makrofag juga dapat diaktivasi melalui kontak langsung dengan sel
T, kompleks imun, atau produk bakterial di cairan sinovial.Aktivasi
makrofag ini melepaskan beberapa sitokin dan mediator inflamasi seperti
interleukin, faktor nekrosis tumor (TNF), transforming growth factor-β
(TGF-β), fibroblast growth factor (FGF), platelet-derived growth
factor (PDGF), dan interferon (IFN-α dan IFN-β).
2.2.5 Tanda dan Gejala Rheumatiod Arthritis

Ada beberapa keluhan pada sendi yang dirasakan oleh penderita, antara
lain:

 Nyeri sendi
 Sendi bengkak

 Sendi kemerahan,   terasa hangat atau kaku  (terutama pada pagi


hari atau setelah lama tidak digerakkan)

Keluhan pada sendi ini biasanya berawal dari sendi di kaki, sehingga
dapat menimbulkan keluhan:

 Nyeri pada pergelangan kaki saat berjalan di tanjakan.


 Nyeri pada tumit dan tulang kering saat berjalan di atas tanah yang
tidak rata.
 Perubahan bentuk telapak kaki sehingga sulit memakai sepatu,
serta bentuk jari kuku dan kuku kaki.

Rheumatoid arthritis merupakan peradangan yang bersifat kronis atau


jangka panjang, dan dapat kambuh kembali setelah menghilang selama
beberapa saat. Selain gejala pada sendi, penderita rheumatoid arthritis
juga dapat merasakan gejala di bagian tubuh yang lain, yaitu pada mata
berupa mata kering, serta pada jantung dan paru-paru berupa nyeri dada.

2.2.6 Manifestas Klinis Rematik

Manifestasi Klinis Keluhan biasanya mulai secara perlahan dalam


beberapa minggu atau bulan.Sering pada keadan awal tidak menunjukkan
tanda yang jelas. Keluhan tersebut dapat berupa keluhan umum, keluhan
pada sendi dan keluhan diluar sendi (Putra dkk,2013).

1. Keluhan umum Keluhan umum dapat berupa perasaan badan


lemah, nafsu makan menurun, peningkatan panas badan yang
ringan atau penurunan berat badan.

2. Kelainan sendi Terutama mengenai sendi kecil dan simetris yaitu


sendi pergelangan tangan, lutut dan kaki (sendi diartrosis). Sendi
lainnya juga dapat terkena seperti sendi siku, bahu sterno-
klavikula, panggul, pergelangan kaki.Kelainan tulang belakang
terbatas pada leher.Keluhan sering berupa kaku sendi di pagi hari,
pembengkakan dan nyeri sendi.

3. Kelainan diluar sendi a. Kulit : nodul subukutan (nodul rematoid)


b. Jantung : kelainan jantung yang simtomatis jarang didapatkan,
namun 40% pada autopsi RA didapatkan kelainan perikard c.
Paru : kelainan yang sering ditemukan berupa paru obstruktif dan
kelainan pleura (efusi pleura, nodul subpleura) d. Saraf : berupa
sindrom multiple neuritis akibat vaskulitis yang sering terjadi
berupa keluhan kehilangan rasa sensoris di ekstremitas dengan
gejala foot or wrist drop e. Mata : terjadi sindrom sjogren
(keratokonjungtivitis sika) berupa kekeringan mata, skleritis atau
eriskleritis dan skleromalase perforans 11 f. Kelenjar limfe:
sindrom Felty adalah RA dengan spleenomegali, limpadenopati,
anemia, trombositopeni, dan neutropenia

2.2.7 Komplikasi Rematik

Jika tidak ditangani dengan baik, rematik dapat menyebabkan


beberapa komplikasi, di antaranya:

 Cervical myelopath

Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi tulang


leher dan mengganggu saraf tulang belakang.

 Carpal tunnel syndrome

Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi


pergelangan tangan, sehingga menekan saraf di sekitarnya.

 Sindrom sjogren

Kondisi ini terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar air
mata dan ludah, sehingga menimbulkan keluhan mata kering dan
mulut kering.

 Limfoma

Limfoma merupakan sejenis kanker darah yang tumbuh pada sistem


getah bening.

 Penyakit jantung

Kondisi ini dapat terjadi bila sistem kekebalan tubuh menimbulkan


peradangan di pembuluh darah jantung.

Selain komplikasi akibat penyakitnya sendiri, pengobatan rheumatoid


arthritis juga dapat menimbulkan efek samping berupa osteoporosis, yang
membuat tulang menjadi rapuh dan rentan patah.

2.2.8 Pemeriksaan penunjang Rematik


Berikut adalah beberapa pemeriksaan penunjang rheumatoid arthritis, di
antaranya:

1. Pemeriksaan antibodi citrulline

Pada umumnya tes darah dijalankan untuk membantu membuat


diagnosis rheumatoid arthritis. Tes ini adalah memeriksa antibodi
tertentu termasuk anti-cyclic antibodi citrullinated peptida (ACPA),
faktor rheumatoid (RF), dan antibodi antinuclear (ANA), yang hadir
dalam sebagian besar pasien RA.

Faktor rheumatoid (RF) muncul sekitar 75-80 persen dari


pasien RA, dan RF yang tinggi dapat menunjukkan bentuk yang lebih
agresif dari penyakit. Antibodi antinuklear (ANA) tidak spesifik untuk
diagnosis untuk RA, namun kehadiran mereka dapat menunjukkan
kepada dokter bahwa gangguan autoimun dapat ada.

2. Pemeriksaan darah

Tes darah lainnya yang dapat dilakukan dapat membantu


dokter menentukan sejauh mana peradangan pada sendi dan di tempat
lain dalam tubuh. Tingkat sedimentasi eritrosit (ESR) mengukur
seberapa cepat sel-sel darah merah jatuh ke dasar tabung reaksi.
Biasanya, semakin tinggi tingkat sedimentasi, semakin banyak
peradangan yang terjadi di dalam tubuh. Tes darah lain yang
mengukur peradangan adalah tes C-reaktif protein (CRP). Jika CRP
yang tinggi, tingkat peradangan biasanya tinggi juga, seperti selama
ruam rheumatoid arthritis.

Pemeriksaan rheumatoid arthritis berikutnya adalah laju endap


darah (LED). Tes ini  dilakukan untuk mendeteksi adanya peradangan
dalam tubuh. Sampel darah akan diletakkan di dalam sebuah tabung.
Saat tubuh mengalami peradangan, maka sel darah merah dalam
sampel darah yang diambil akan jatuh ke dasar tabung lebih cepat dari
biasanya. Pemeriksaan laboratorium rheumatoid arthritis lainnya
adalah dengan tes darah menyeluruh. Tes ini dilakukan untuk
mengukur jumlah sel darah merah yang terkait dengan anemia. Hal ini
dilakukan karena pada umumnya penderita rheumatoid arthritis
mengalami anemia. Namun tidak semua penderita anemia
mengalami rheumatoid arthritis.

3. Pencitraan

Tes lain yang digunakan untuk mendiagnosis rheumatoid


arthritis adalah pemeriksaan rontgen dengan sinar-X. Pada awal
penyaki,t sinar-X dapat membantu sebagai tes awal dan dapat berguna
dalam tahap selanjutnya untuk memantau bagaimana penyakit
berkembang dari waktu ke waktu. Tes pencitraan lain yang digunakan
termasuk USG dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Selain itu, beberapa pemeriksaan rheumatoid arthritis tersebut


juga dapat digunakan untuk mengawasi perkembangan kondisi dan
membantu dokter untuk menentukan tipe arthritis.

4. Arthrocentesis

Sebuah prosedur aspirasi sendi (arthrocentesis) dapat


dilakukan untuk mendapatkan cairan sendi untuk diuji di laboratorium.
Sebuah jarum suntik yang digunakan untuk mengalirkan cairan dari
sendi kemudian dianalisis untuk mendeteksi penyebab pembengkakan
sendi.

Dari pemeriksaan laboratorium rheumatoid arthritis ini, dokter


dapat mengetahui tanda infeksi dari jumlah sel darah putih pada cairan
sendi yang tinggi, serta dapat menentukan jenis mikroorganisme
penyebab infeksi.

Mengambil cairan sendi ini juga dapat membantu meringankan


nyeri sendi. Kadang-kadang, kortison dapat disuntikkan ke dalam
sendi selama prosedur aspirasi untuk bantuan yang lebih cepat dari
peradangan dan nyeri

2.2.9 Penatalaksanaan Rematik

Tujuan utama penatalaksanaan rheumatoid arthritis adalah remisi


dengan menekan aktivitas penyakit sepenuhnya melalui penatalaksanaan
sinovitis, menghilangkan nyeri, menjaga kemampuan fungsional,
meningkatkan kualitas hidup, meminimalisir kejadian tidak diinginkan,
serta memberikan tata laksana yang efektif.Beberapa hal yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut.

 Edukasi Pasien

Berikan edukasi meliputi etiologi hingga penatalaksanaan rheumatoid


arthritis pada pasien dan keluarga terdekat.Lakukan manajemen berat
badan, terutama ketika terdapat keterlibatan sendi penyangga tubuh.

o Terapi Okupasional

 Penilaian tempat kerja, kemampuan fungsional karyawan, serta


teknik manajemen stress dan nyeri
 Penilaian dan modifikasi kebutuhan lingkungan kerja dan rumah
o Fisioterapi
Tujuan dari fisioterapi adalah mengurangi nyeri dan kekakuan,
mencegah deformitas, memaksimalkan fungsi serta meningkatkan
kualitas hidup melalui peningkatan tonus otot.Aktivitas yang
dilakukan dapat berupa aktivitas aktif seperti latihan dan edukasi,
maupun secara pasif melalui latihan rentang gerak dan isometrik,
termoterapi, elektroterapi, serta terapi ultrasonografi.
o Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi yang dapat digunakan di antaranya adalah :
1. Analgesik
Analgetik dapat berupa paracetamol dan obat anti inflamasi
non steroid seperti ibuprofen.Dapat juga diberikan agen cyclo-
oxygenase-2 (COX2) inhibitor seperti celecoxib.
 Paracetamol dosis : 3 x 500 mg digunakan bila perlu
 Celecoxib dosis : 2 x 100 – 200 mg digunakan bila perlu
 Ibuprofen dosis : 3- 4 x 400 – 800 mg, maksimal 3.2 gram per
hari, digunakan bila perlu
 Disease Modifying Anti-rheumatic Drugs (DMARDs)
Disease Modifying Anti-rheumatic Drugs (DMARDs), merupakan
agen yang menghambat umpan balik positif pemberian sinyal
inflamasi pada keadaan rheumatoid arthritis. Preparat yang sering
digunakan adalah:
 Azathioprine : 1 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 1-2 dosis selama 6 – 8
minggu, dapat dinaikkan 0.5 mg/kgBB/hari setiap 4 minggu, maksimal
2.5 mg/kgBB/hari
 Siklosporin (cyclosporine A) : 2.5 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 2
dosis selama 6-8 minggu, dapat ditingkatkan hingga 4 mg/kgBB/hari
secara bertahap
 D-penicillamine : digunakan pada kasus aktif yang berat dengan dosis
125-250 mg per hari selama 1 bulan. Dapat ditingkatkan dengan
jumlah dosis yang sama setiap 4 – 12 minggu hingga remisi. Hentikan
penggunakan obat ini apabila tidak ada respon dengan pengobatan
adekuat selama 12 bulan.
 Hydroxychloroquine : dosis inisial 400 mg per hari dibagi menjadi 1-2
dosis. Dosis rumatan 200-400 mg per hari sesuai respon terhadap
pengobatan.
 Leflunomide : dosis inisial 100 mg satu kali per hari selama 3 hari.
Dilanjutkan dosis rumatan 10 – 20 mg satu kali per hari.
 Methotrexate (MTX) : diberikan 7.5 mg per minggu. Dosis dapat
dinaikkan sesuai respon terhadap pengobatan, hingga maksimal 20
mg/ minggu.
 Sulfasalazine (SSZ) : dosis awal 500 mg per hari selama 1 minggu
pertama, dilanjutkan sesuai respon pengobatan. Dapat ditingkatkan
500 mg setiap minggu, hingga maksimal 3 gram per hari dibagi dalam
3-4 dosis.
2. Agen Biologik
Agen Biologik, merupakan golongan obat yang menghambat reaksi
inflamasi pada beberapa tahapan imunologi seperti antagonis faktor
nekrosis tumor (TNFAs) dan inhibitor sitokin. Dapat digunakan sebagai
monoterapi atau kombinasi dengan DMARDs, seperti methotrexate.
Preparat yang paling umum digunakan adalah:
 Tumour necrosis factor alpha (TNFα) blockers:
Adalimumab : dosis 40 mg sebagai dosis tunggal setiap minggu
berselang Etanercept : dosis 25 mg dua kali per minggu dengan jarak
antar dosis 3-4 hari atau 50 mg satu kali per minggu. Pengobatan
dihentikan apabila tidak ada respon terapi dalam 6 bulan
 Monoclonal antibodies against B cells:
Rituximab : diberikan sebagai dua kali dosis 1 gram infus intravena
dengan jarak anatar dosis 2 minggu. Digunakan sebagai terapi
kombinasi dengan MTX.
 Interleukin 1 (IL-1) blockers:
Anakinra : dosis 100 mg per hari, sebaiknya diberikan di waktu yang
sama setiap hari. Dapat digunakan sebagai terapi kombinasi dengan
MTX.
 Steroid
Karena adanya dugaan keterlibatan sistem imun, steroid juga diduga
bermanfaat dalam penatalaksanaan rheumatoid arthritis.Dapat
diberikan prednisone 5-10 mg per hari sebagai terapi kombinasi
dengan regimen terapi lainnya.
o Terapi Pembedahan

 Pertimbangkan terapi pembedahan jika:


 Nyeri menetap akibat kerusakan sendi atau penyakit jaringan lunak
lainnya
 Perburukan fungsi sendi
 Deformitas progresif, terutama jika ditemukan ruptur tendon,
kompresi saraf, dan stress fracture
 Sinovitis lokal yang menetap
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. S DENGAN REMATIK

I. DATA UMUM
1. Nama kepala keluarga(KK) : Tn. S
2. Alamat dan telepon : Desa Patas
3. Pekerjaan kepala keluarga : Guru
4. Pendidikan kepala keluarga : S1
5. Komposisi keluarga dan genogram

Komposisi Keluarga

Ket
Umur L/ Hub. dg
No Nama Pendidikan Pekerjaan Imunisasi kondisi
(th) P KK

Kepala
1 Tn. S 59 th L S1 Guru - Rematik
Keluarga

Kepala
2 Ny. S 56 th P SD IRT - Sehat
Keluarga

Tidak Tidak
3 Ny. R 34 th P Anak Lengkap Sehat
sekolah bekerja

4 Ny. M 20 th P Anak S1 Mahasiswa Lengkap Sehat

Genogram
Keterangan :

: Kasus

: Meninggal laki-laki

: Laki-laki

: Meninggal perempuan

: Perempuan

: Tinggal dalam satu rumah

6. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. S Termasuk dalam keluarga inti (Nucear family) yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak
7. Suku Bangsa
Suku bangsa kelurga Tn. S adalah Bali
8. Agama
Agama Tn. S adalah Hindu
9. Status Social Ekonomi Keluarga
Pendapatan Tn. S dalam sebulan 4.900.000/bulan dari hasil
pekerjaannya sebagai guru dan istrinya tidak bekerja. Penghasilan Tn.S cukup
untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
10. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga mengatakan tidak punya aktivitas rekreasi yang khusus.
Keluarga mengatakan bila ada waktu luang diisi dengan berbincang-bincang
dengan anggota keluarga, biasanya lebih banyak menghabiskan waktu
dirumah.
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
11. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn.S saat ini berada dalam tahap perkembangan keluarga
dengan anak dewasa awal
12. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Tn.S mengatakan tugas perkembangan pada tahap ini sudah terpenuhi
dengan baik.
13. Riwayat keluarga inti
Saat ini Tn. S sedang mengalami reatik. Penyakit yang sering
dideritanya oleh keluarga Tn. S di antaranya sakit tulang punggung dan bahu.
Tidak terdapat penyakit menular dan tidak mempunyai penyakit menular.
14. Riwayat keluarga sebelumnya
Dalam keluarga Tn. S mengatakan dari keluarganya ada yang
menderita rematik yaitu ibu kandungnya
III. Pengkajian Lingkungan
15. Karakteristik Rumah dan denah rumah
Tn. S mengatakan rumah yang ditempatinya sekarang adalah rumah
milik anak pertamnya dengan luas + 9.5 are dengan tipe rumah permanen.
Jumlah kamar yang yaitu 3 kamar tidur, 2 dapur, 2 kamar mandi dan 1 ruang
tamu. Ventilasi dan pencahayaan sinar cukup baik, dalam kamar tidur tidak
terdpat jendela. Lantai di luar dan di dalam rumah cukup bersih, barang-
barang teratur dengan rapi. Penerangan rumah menggunakan lampu listrik
pada malam hari, lantai terbuat dari keramik. Pembuangan limbah WC
menggunakan Septik tank, pembuangan limbah dapur biasanya
dikumpulkan dan dibakar, terdapat tempat sampah. Sumber air sumur, yang
digunakan untuk mandi, mencuci dam memasak. Untuk air minun biasanya
keluarga membeli air minum kemasan.

Denah Rumah

U D T T
D

KT
B T

KT RT
S

KT

P
Keterangan :

g) P : Padmasana
h) KS : Kamar Suci
i) KT : Kamar Tidur
j) RT : Ruang Tamu
k) D : Dapur
l) T : Toilet

16. Karakteristik tetangga dan Komunitas RW


Tetangga klien yang di sekitar rumah ramah – ramah. Keluarga Tn.S
berada di Iingkungan perkampungan yang situasinya cukup tenang. Untuk
mecapai jenis pelayanan kesehatan seperti puskesmas jaraknya ± 8 Km.
Lingkungan bersih, terdapat tempat pembuangan sampah, jalan raya cukup
ramai, transportasi di lingkungan rumah Tn. S lancar.
17. Mobilitas Geografis Keluarga
Tn.S mengatakan tinggal di rumah yang di tempati sekarang sejak
tahun 2015. Tn. S mengatakan tinggal di rumahnya sekarang sudah ± 6 tahun.
18. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat
Tn. S mengatakan keluarganya ikut dalam kegiatan PKK di
lingkungan.Keluarga mengatakan hubungan dengan tetangga dan lingkungan
baik.

IV. Struktur Keluarga


19. Sistem Pendukung
Tn. S mengatakan saat mendapat masalah dan kesulitan banyak
mendapat dukungan dari kerabat dekat. Keluarga Tn. S mengatakan apabila
ada yang sakit akan diantar berobat ke pelayanan kesehatan
20. Pola Komunikasi Keluarga
Komunikasi intern dan antar keluarga baik begitu juga komunikasi
antara tetangga sekitar lingkungan cukup baik
21. Struktur Kekuatan keluarga
Dalam mengambil keputusan dilakukan oleh Tn. S selaku kepala
keluarga tetapi juga dengan pertimbangan pendapat anggota keluarga -
keluarga yang lain.
22. Struktur Peran
Masing-masing anggota keluarga dapat melakukan peranya, Tn. S
dijadikan sebagai panutan dalam keluarga, tidak ada pengaruh kelas sosial,
budaya, perkembangan keluarga serta masalah kesehatan terhadap peran
keluarga, tidak ada penyimpangan peran dan konflik dalam keluarga dan
menghargai satu sama lain, dimana Tn.S mengatakan yang menafkahi
keluarga adalah Tn. S.
23. Nilai dan Norma Keluarga
Etika dalam keluarga ditanamkan sejak dini pada anak-anaknya,
keluarga menerapkan sistem demokrasi dengan memberikan kebebasan
kepada anggota keluarga terutama dalam mengungkapkan masalahnya dengan
selalu melihat aturan yang ada.
V. Fungsi Keluarga
24. Fungsi Afektif
Keluarga Tn. S saling menyayangi dan peduli
25. Fungsi Sosialisasi
Interaksi Tn. S dan keluarga terjalin dengan sangat baik, saling
mendukung, bahu membahu, dan saling ketergantungan Masing masing
anggota keluarga masih memperhatikan dan menerapkan sopan santun dalam
berperilaku.
26. Fungsi Perawatan Keshatan
a. Kemampuan Keluarga Mengenal Masalah
Pada saat pengkajian keluarga Tn. S belum mampu mengenal
masalah kesehatan Tn. S, yang mereka tahu Tn. S merasakan sakit
tulang punggung dan bahu pada saat sakitnya kambuh.
b. Kemampuan Keluarga Mnegambil Keputusan
Jika Tn. S sakit maka Ny. S akan mengajaknya berobat ke puskesmas.
c. Kemampuan Keluarga Merawat Anggota Keluarga Yang Sakit
Keluarga memberikan obat penurun nyeri yang dibeli di
warung dekat rumahnya kepada Tn. S kalau Tn. S merasakan sakit
tulang punggung dan bahu.
d. Kemampuan Keluarga Memelihara Lingkungan Rumah Yang Sehat
Lingkungan rumah cukup bersih, mendapat pencahayaan yang
cukup, kamar mandi dan dapur juga terjaga kebersihannya.
e. Kemampuan Keluarga Menggunakan Fasilitas Kesehatan
Keluarga sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik
terbukti kalau Tn. S sakit, keluarganya membawa ia berobat ke
puskesmas.
27. Fungsi Reproduksi
Jumlah anak yang dimiliki Tn. S ada 3 orang 2 perempuan dan 1 laki-laki.
28. Fungsi Ekonomi

Tn. S dan keluarga mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari hari dari
pendapatan yang diterima.

VI. Stres dan Koping Keluarga


29. Stresor jangka pendek dan panjang

Sampai sekarang hanya memikirkan bagaimana cara agar penyakit


rematiknya bisa sembuh.

30. Kemampuan keluarga untuk berespon terhadap situasi / stressor

Keluarga mampu menghadapi masalah yang ada dan memfasilitasi


Tn.S untuk pengobatan rematik.

31. Strategi adaptasi disfungsional

Dalam keluarga Tn. S tidak ada yang bersifat otoriter dan melakukan
tindakan kekerasan.
VII. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan keseluruhan anggota keluarga

Tabel Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Tn. S Ny. S An. R An. M


Fisik
Tekanan darah 120/70 mmHg 157/87mmHg 120/20mmHg 110/30mmHg
Pemeriksaan
fisik
Nadi 100x/menit 118x/menit 92x/menit 92x/menit

Respirasi 20x/mint 18x/menit 18x/menit 18x/menit

Rambut Rambut tipis Rambut bersih Rambut bersih Rambut bersih


dan sedikit ada dan terdapat dan berwarna dan berwarna
uban uban hitam hitam
Konjungtiva Tidak anemis Tidak anemis Tidak anemis Tidak anemis
Sklera Tidak iterik Tidak iterik Tidak iterik Tidak iterik
Hidung Bersih tidak Bersih tidak Bersih tidak Bersih tidak
ada secret ada secret ada secret ada secret
penciuman penciuman penciuman penciuman
masih bagus masih bagus masih bagus masih bagus
Telinga Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak
ada surumen, ada surumen, ada surumen, ada surumen,
fungsi fungsi fungsi fungsi
pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran
masih baik masih baik masih baik masih baik
Mulut Bersih, Bersih, Bersih, Bersih, mukosa
mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir bibir lembab
kering lembab lembab
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid
Dada Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
auskultasi auskultasi paru auskultasi paru auskultasi paru
paru veskuler veskuler veskuler veskuler
Jantung Tidak tampak Tidak tampak Tidak tampak Tidak tampak
ictus cordis, ictus cordis, ictus cordis, ictus cordis,
bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung
normal normal normal normal
Abdomen Datar, simetris Datar, simetris Datar, simetris Datar, simetris
tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri
tekan tekan tekan tekan
Ekstermitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
edema atau edema atau edema atau edema atau
varises varises varises varises
Kulit Bersih, sedikit Bersih, sedikit Bersih, warna Bersih, warna
keriput, warna keriput, warna kulit sawo kulit sawo
kulit sawo kulit sawo matang, tugor matang, tugor
matang, tugor matang, tugor kulit baik kulit baik
kulit baik kulit baik
Tugor kulit Baik Baik Baik Baik
Keluhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

VIII. Harapan Keluarga


Tn. S berharap ia dan keluarganya sehat. Dan keluarga juga berharap
petugas kesehatan memberikan pelayanan yang baik, tepat dan cepat kepada
siapa saja yang mebutuhkan. Tidak membeda-bedakan seseorang dalam
memberikan pelayanan.

IX. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 DS : Ketidakmampuan keluarga Kenyamanan fisik


˗ Tn. S dan keluarga mengenal masalah

mengatakan kurang
mengetahui penyebab tanda
atau gejala
˗ Tn. S mengatakan ia akan
meminum obat nyeri
apabila mengalami sakit
pada tulang punggung dan
bahunya
DO :
˗ Terdapat nyeri tekan pada
tulang punggung dan bahu
pada saat palpasi
˗ TTV :
TD : 120/70 mmHg
N : 100 x/menit
RR : 20x/mnt
S : 37°C

Diagnosa Keperawatan

1. Kenyamanan fisik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn.


S dalam mengenal masalah rematik pada Tn. S
X. Prioritas Masalah

No Kriteria Skor pembenaran


1 2 3 4
1 Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Defisien
Skala: Actual pengetahuan pada
Tn. S dibuktikan
dengan Tn. S
mengatakan belum
mengerti tentang
penyebab, tanda dan
gejala dari rematik.
2 Kemungkinan 2/2 x 2 = 2 Keluarga Tn. S
masalah diubah : memiliki sumber
Hanya sebagian daya yang cukup
untuk mengatasi
masalah yaitu :
penghasilan
keluarga cukup,
system dukungan
keluarga kuat.
3 Potensi masalah 2/3 x 1 = 2/3 Masalah sudah
untuk dicegah : berlangsung sejak
Cukup lama, jarak rumah
fasilitas kesehatan
cukup dekat.
4 Menonjolkan ½x1=½ Tn. S merasakan
masalah : Masalah ada masalah,
ada, namun tidak misalnya pada saat
perlu segera diatasi tulang punggung
dan bahunya terasa
sakit ia akan
langsung meminum
obat pereda sakit

Total skor 4 1/6

XI. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Evaluasi Rencan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar Interven
1 Kenyamanan Setelah Setelah 1. Keluarga Rematik 1. Gali
fisik dilakukan dilakukan mampu adalah penge
berhubungan tindakan tindakan menyebutkan penyakit yang keluar
dengan keperawatan kperawatan definisi menimbulkan menge
ketidakmampuan selama 2x1 selama 2x1 rematik rasa sakit penge
keluarga Tn. S jam cukup jam akibat otot remat
dalam mengenal untuk keluarga atau 2. Jelask
masalah rematik meningkatkan mampu persendian kepad
pada Tn. S kenyamanan mengenal yang keluar
fisik masalah mengalami defini
rematik peradangan remat
pada Tn. S dan denga
pembengkakan bahas
mudah
dipaha
3. Gunak
media
lebih m
sepert
untuk
meme
ah kel
mema
defini
remat

2. Keluarga Rematik 1. Gali


mampu disebabkan penge
menyebutkan oleh adanya keluar
penyebab kesalahan menge
rematik pada sistem penye
imun remat
seseorang 2. Jelask
yang kepad
menyerang keluar
sinovium atau penye
sebuah remat
membran yang denga
melapisi yang
sendi-sendi dipaha
dalam tubuh. 3. Gunak
bahsa
persua
keluar
termo
untuk
mengh
penye
remat
4. Arahk
keluar
untuk
memb
leaflet
5. Berika
kesem
kepad
keluar
untuk
bertan

3. Keluarga Tanda dan 1. Gali


mampu gejala penge
menyebutkan penyakit keluar
tanda dan rematik adalah menge
gejala nyeri sendi, tanda
rematik pembengkakan gejala
sendi, nyeri 2. Jelask
sendi bila kepad
disentuh atau keluar
ditekan, tanda
kekakuan pada gejala
pagi hari yang 3. Berika
bertahan kesem
sekitar 30 pada k
menit untuk
bertan
4. Berika
pujian
keluar

4. Keluarga Untuk 1. Gali


tahu meredakan penge
bagaimana penyakit keluar
cara rematik, dalam
meredakan seperti mered
penyakit mengurangi nyeri
rematik stres, pende
berolahraga remat
secara rutin, 2. Jelask
istirahat yang keluar
cukup, dan menge
menjalani pola cara
diet yang mered
seimbang penya
remat
3. Berika
kesem
pada k
untuk
bertan
4. Berika
reinfo
positif

XII. Implementasi Keperawatan

No Tanggal Diagnosa Keperawatan Tindakan Evaluasi


1 Jumat, 5 Maret Kenyamanan fisik 1. Gali pengetahuan S : Tn. S dan keluarga
berhubungan dengan keluarga mengenai mengatakan sudah sedikit
2021
ketidakmampuan pengertian rematik paham mengenai
09.00 Wita keluarga Tn. S dalam 2. Jelaskan kepada pengertian rematik dan
mengenal masalah keluarga definisi penyebab rematik
rematik pada Tn. S rematik dengan bahasa
yang mudah dipahami O : Tn. S dan keluarga
3. Gunakan media agar tampak membaca leaflet
lebih menarik seperti yang diberikan
leaflet untuk
memepermudah
keluarga memahami
definisi rematik
4. Gali pengetahuan
keluarga mengenai
penyebab rematik
5. Jelaskan kepada
keluarga penyebab
rematik dengan bahsa
yang mudah dipahami
6. Gunakan bahsa yang
persuasif agar keluarga
termotivasi untuk
menghindari penyebab
rematik
7. Arahkan keluarga untuk
membaca leaflet

8. Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya

Jumat, 5 Maret 1. Gali pengetahuan S : Tn. S dan Keluarga


2021 09.30 keluarga mengenai mengatakan mereka sudah
wita tanda dan gejala rematik sedikit paham mengenai
2. Jelaskan kepada tanda dan gejala rematik,
keluarga tanda dan dan masih bingung cara
gejala rematik meredakan nyeri dengan
3. Berikan kesempatan non farmakologi
pada keluarga untuk O : Keluarga dan Tn. S
bertanya tampak antusias bertanya
4. Berikan pujian kepada mengenai rematik
keluarga
5. Gali pengetahuan
keluarga dalam
meredakan nyeri untuk
penderita rematik
6. Jelaskan pada keluarga
mengenai cara
meredakan penyakit
rematik
7. Berikan kesempatan
pada keluarga untuk
bertanya
8. Berikan reinforcement
positif
2 Sabtu, 6 Maret Kenyamanan fisik 1. Gali pengetahuan S : Keluarga dan Tn. S
2021 09. 30 berhubungan dengan keluarga mengenai sudah memahami
Wita ketidakmampuan pengertian rematik pengertian penyakit
keluarga Tn. S dalam 2. Jelaskan kepada rematik, mereka juga
mengenal masalah keluarga definisi mengatakan mulai dari
rematik pada Tn. S rematik dengan bahasa sekarang akan mencegah
yang mudah dipahami factor yang menjadi
3. Gunakan media agar penyebab rematik
lebih menarik seperti O : Keluarga dan Tn. S
leaflet untuk Tampak nyaman dan
memepermudah antusias saat membaca
keluarga memahami leaflet
definisi rematik
4. Gali pengetahuan
keluarga mengenai
penyebab rematik
5. Jelaskan kepada
keluarga penyebab
rematik dengan bahsa
yang mudah dipahami
6. Gunakan bahsa yang
persuasif agar keluarga
termotivasi untuk
menghindari penyebab
rematik
7. Arahkan keluarga untuk
membaca leaflet

8. Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya

Sabtu, 6 Maret 1. Gali pengetahuan S : Keluarga dan Tn. S


2021 09.30 keluarga mengenai mengatakan mereka sudah
wita tanda dan gejala rematik paham mengenai tanda dan
2. Jelaskan kepada gejala rematik dan sudah
keluarga tanda dan paham mengenai
gejala rematik pengobatan non
3. Berikan kesempatan farmakologi ketika Tn. S
pada keluarga untuk mengalami pegal dan sakit
bertanya punggung
4. Berikan pujian kepada O : Keluarga dan Tn. S
keluarga tampak antusias saat
5. Gali pengetahuan diberikan pujian atas usaha
keluarga dalam dan kerjasama saat
meredakan nyeri untuk menjawab setiap
penderita rematik pertanyaan yang diberikan
6. Jelaskan pada keluarga mengenai rematik
mengenai cara
meredakan penyakit
rematik
7. Berikan kesempatan
pada keluarga untuk
bertanya
8. Berikan reinforcement
positif
XIII. Catatan Perkembangan

NO Diagnosa Tanggal Catatan Pelaksana


Keperawatan Perkembangan
1 Kenyamanan fisik berhubungan Minggu, 7 S : Tn. S dan
dengan ketidakmampuan Maret 2021 keluarganya
keluarga Tn. S dalam mengenal Pukul 09.00 mengatakan sudah
masalah rematik pada Tn. S Wita memahami
permasalahan
mengenai penyakit
rematik
O : Keluarga tampak
antusias dan tampak
membaca leaflet yang
diberikan
A : Tujuan Tercapai
P : Lanjutkan
intervensi selanjutnya

2.3 Gizi Buruk


2.3.1 Definisi
Gizi buruk atau yang dikenal sebagai kwashiorkor dalam
dunia medis, merupakan salah satu bentuk malnutrisi. Malnutrisi itu
sendiri dapat dipahami sebagai kesalahan dalam pemberian nutrisi.
Kesalahan bisa berupa kekurangan maupun kelebihan nutrisi.
Pada dasarnya kwashiorkor bisa diartikan sebagai kondisi
dimana seseorang kekurangan asupan yang mengandung energi dan
protein. Padahal protein dibutuhkan tubuh dalam proses pembentukan
sel-sel baru. Selain itu, asupan ini juga turut membantu proses
perbaikan sel-sel yang rusak.
Kwashiorkor kebanyakan menyerang anak-anak di negara-
negara berkembang termasuk Indonesia. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) memperkirakan sebanyak 54% kematian bayi dan balita
disebabkan kondisi gizi buruk. Bahkan risiko kematian anak dengan
gizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan dengan anak normal.
2.3.2 Epidemiologi
Sekitar 462 juta dewasa tergolong berat badan kurang
(underweight). Selain itu, diperkirakan lebih dari 150 juta balita
mengalami stunting dan 50 juta anak mengalami gizi buruk. [1] Data
UNICEF menyatakan bahwa secara global, 1 dari 4 balita
menderita stunting. India merupakan negara dengan jumlah balita
pendek tertinggi, sementara Indonesia menempati peringkat kelima.
2.3.3 Etiologi Gizi Buruk
Penyebab gizi buruk atau kwashiorkor adalah karena anak tidak
memeroleh makanan dengan kandungan energi dan protein yang
cukup. Umumnya hal ini sering dikaitkan dengan tingkat
perekonomian yang rendah.
Itulah sebabnya kasus gizi buruk atau kwashiorkor banyak
terjadi di negara berkembang. Selain dikarenakan rendahnya tingkat
perekonomian, kurangnya pengetahuan orangtua akan nutrisi yang
diperlukan tubuh anak juga turut memengaruhi.
Pada dasarnya gizi buruk atau kwashiorkor bukanlah gangguan
yang terjadi secara mendadak. Kondisi ini berlangsung secara
perlahan. Karena itu penting untuk mencegah agar anak tidak
mengalami kondisi ini dengan cara memberikan asupan makanan
cukup gizi.
2.3.4 Patofisiologi
Gizi kurang pada terjadi sebagai dampak kumulatif dari berbagai
faktor baik yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung.
Faktor yang berpengaruh langsung terhadap status gizi balita
diantaranya asupan nutrisi yang tidak tercukupi dan adanya infeksi.
Asupan nutrisi sangat memengaruhi status gizi, apabila tubuh
memperoleh asupan nutrisi yang dibutuhkan secara optimal maka
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan
kesehatan akan berlangsung maksimal sehingga status gizi pun akan
optimal.
Infeksi penyakit berkaitan erat dengan perawatan dan
pelayanan kesehatan. Infeksi penyakit seperti diare dan infeksi saluran
pernafasan atas (ISPA) akan mengakibatkan proses penyerapan nutrisi
terganggu dan tidak optimal sehingga akan berpengaruh terhadap
status gizi Faktor yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap
status gizi balita diantaranya faktor tingkat pengetahuan orang tua
mengenai pemenuhan kebutuhan 13 nutrisi, faktor ekonomi dan
sanitasi lingkungan yang kurang baik. Tingkat pengetahuan yang
kurang serta tingkat ekonomi yang rendah akan mengakibatkan
keluarga tidak menyediakan makanan yang beragam setiap harinya
sehingga terjadilah ketidakseimbangan antara asupan nutrisi dengan
kebutuhan metabolik tubuh. Sanitasi lingkungan yang kurang baik
menjadi faktor pencetus terjadinya berbagai masalah kesehatan
misalnya diare, kecacingan dan infeksi saluran cerna.
Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan tidak mampu
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh serta adanya penyakit infeksi
akan mengakibatkan absorpsi nutrien tidak berlangsung seperti
seharusnya sehingga akan berdampak terhadap keberlangsungan
sistem tubuh. Apabila hal ini dibiarkan berlangsung dalam jangka
waktu tertentu maka terjadilah penurunan berat badan, pucat pada
kulit, membran mukosa dan konjungtiva, kehilangan rambut
berlebihan, hingga kelemahan otot yang merupakan tanda dan gejala
defisit nutrisi.
Pathway Gizi Buruk

Sosial Ekonomi Rendah Mallasorbsi infeksi anoreksia Sintesis kalori


gagal

Intake kurang dari kebutuhan

Hilangnya lemak di bantalan kulit Daya tahan tubuh menurun Asam amino esensial
menurun

Turgor kulit menurun Resiko infeksi Atrofit/Pengecilan


otot

Kerusakan Keterlambatan
integritas kulit Resiko infeksi saluran
pertumbuhan dan
pekkembangan

Anoreksia Diare

Nutrisi Kekurangan
kurang dari volume
kebutuhan cairan
2.3.5 Klasifikasi Gizi Buruk
Gizi buruk berdasarkan gejala klinisnya dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Marasmus
Marasmus terjadi disebabkan asupan kalori yang tidak cukup.
Marasmus sering sekali terjadi pada bayi di bawah 12 bulan. Pada kasus
marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajah seperti orangtua,
kulit keriput, cengeng dan rewel meskipun setelah makan, perut cekung,
rambut tipis, jarang dan kusam, tulang iga tampak jelas dan pantat
kendur dan keriput (baggy pant).
b. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein yang berat
disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi namun
asupan protein yang inadekuat (Liansyah TM, 2015). Beberapa tanda
khusus dari kwashiorkor adalah: rambut berubah menjadi warna
kemerahan atau abu-abu, menipis dan mudah rontok, apabila rambut
keriting menjadi lurus, kulit tampak pucat dan biasanya disertai anemia,
terjadi dispigmentasi dikarenakan habisnya cadangan energi atau protein.
Pada kulit yang terdapat dispigmentasi akan tampak pucat, Sering terjadi
dermatitis (radang pada kulit), terjadi pembengkakan, terutama pada kaki
dan tungkai bawah sehingga balita terlihat gemuk. Pembengkakan yang
terjadi disebabkan oleh akumulasi cairan yang berlebihan. Balita
memiliki selera yang berubah-ubah dan mudah terkena gangguan
pencernaan
c. Marasmus
Kwashiorkor Memperlihatkan gejala campuran antara marasmus
dan kwashiorkor. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein
dan energi untuk pertumbuhan normal. Pada penderita berat badan
dibawah 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor
seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit serta kelainan biokimia
2.3.6 Gejala Klinis
Gejala gizi buruk atau kwashiorkor yang akan tampak adalah:
 Pucat, kurus, perut cembung, dan kehilangan massa otot pada keempat
anggota geraknya
 Anak terlihat sering gelisah
 Terjadi gangguan pertumbuhan meliputi berat badan dan tinggi badan
 Rambutnya menjadi mudah tercabut, tampak kusam, kering, dan sering
terjadi perubahan warna
 Dapat pula terjadi perubahan pada kulit, kulit menjadi bersisik, terdapat
bercak-bercak putih dan merah muda dengan tepi kehitaman
2.3.7 Pemeriksaan Fisik Penderita Gizi Buruk
Berikut pemeriksaan fisik gizi buruk
a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U) BB/U adalah berat badan anak yang
dicapai pada umur tertentu. Berat badan adalah salah satu parameter
yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif
terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena
terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya
jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan merupakan parameter
antopometri yang sangat labil.
b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Tinggi badan menurut umur adalah
tinggi badan anak yang dicapai pada umur tertentu.Tinggi badan
merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Seiring dengan pertambahan umut tinggi badan akan tumbuh.
Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang
sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek.
Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam
waktu yang relatif lama. Bedasarkan karakteristik tersebut di atas, maka
indeks ini menggambarkan konsumsi protein masa lalu.
c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Ukuran antropometri yang
terbaik adalah menggunakan BB/TB atau BB/PB karena dapat
menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik.
BB/TB adalah berat badan anak dibandingkan dengan tinggi badan yang
dicapai.Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan.
Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan
pertumbuhan tinggi badan dan kecepatan tertentu.
2.3.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang relevan


adalah pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium
digunakan untuk mempelajari status nutrisi, termasuk ukuran protein
plasma, seperti albumin, transferrin, retinol yang mengikat protein,
total kapasitas ikatan zat besi, dan hemoglobin.
a. Faktor yang mempengaruhi tes laboratorium
b. Keseimbangan cairan
c. Fungsi hati
d. Fungsi Ginjal
e. Adanya penyakit penyerta atau causal disease.
2.3.9 Tindakan Penanganan Penderita Gizi Buruk
Untuk mengatasi gizi buruk atau kwashiorkor dibutuhkan
asupan nutrisi berupa kalori dan protein yang mencukupi. Namun,
pemberian nutrisi tersebut harus dilakukan secara bertahap. Pada tahap
awal harus diberikan asupan kalori untuk memenuhi kebutuhan
energinya tanpa melibatkan asupan protein terlebih dahulu. Jika
kebutuhan kalori sudah tercukupi, barulah asupan protein nisa mulai
diberikan.

Pemberian protein dapat dilakukan dari kadar yang rendah


yang secara bertahap terus ditambah. Hal ini dilakukan supaya saluran
cerna penderita tidak kaget bila langsung diberi asupan tinggi kalori
tinggi protein. Penanganan dirumah bisa dilakukan dengan
mencukupkan kebutuhan gizi seimbang bagi anak. Makanan yang
dikonsumsi harus lengkap mengandung karbohidrat, lemak, protein,
vitamin dan mineral.
Namun ingatlah untuk memberikannya secara perlahan dan
terkontrol. Untuk tahap awal, pastikan Anda melibatkan bantuan
dokter dalam mengontrol kondisi anak dengan gizi buruk atau
kwashiorkor yang Anda rawat. Untuk mencegah terjadinya gizi buruk
atau kwashiorkor pada anak Anda, berikanlah makanan dengan gizi
yang seimbang. Cukupi kebutuhan karbohidrat, lemak dan proteinnya.
Sumber protein yang bernilai tinggi bisa didapatkan dari produk
hewani seperti susu, keju, daging, telur, dan ikan. Anda juga bisa juga
memanfaatkan protein nabati yang didapat dari kacang hijau dan
kacang kedelai.
2.3.10 Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat malnutrisi energi
protein (kwashiorkor dan marasmus), yaitu:
a. Hipotermia (penurunan suhu tubuh)
b. Anemia dan hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
c. Ensefalopati (kerusakan jaringan otak)
d. Gangguan fungsi organ, seperti gagal ginjal dan penyakit jantung
e. Gagal tumbuh atau stunting pada anak
f. Gangguan belajar
g. Koma
Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Penyakit Gizi Buruk

A. Laporan Kasus
I. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn.P
2. Alamat dan telepon : Desa Sawan / -
3. Pekerjaan kepala keluarga : Wiraswasta
4. Pendidikan kepala keluarga : SD
5. Komposisi keluarga dan genogram
Komposisi Keluarga

Hub.dgn Pekerjaan Agama Kondisi


No Nama JK kepala Umur Pendidikan Kesehatan
kluarga
1 Ny. R P Istri 38 Thn SD Dagang Hindu Baik
2 Tn.T L Anak 20 Thn SMK Wiraswasta Hindu Baik
3 An. B L Anak 13 Thn SD Pelajar Hindu Baik
4 An. A L Anak 7 Thn Belum Tamat Pelajar Hindu Baik
SD
5 By. M P Anak 9 Bulan Belum - Hindu Gizi Kurang
Sekolah

Genogram Keluarga

Keterangan :
= laki-laki = laki-laki meninggal = anggota keluarga yang
sakit
= perempuan = perepuan = anggota yang tinggal
meninggal ........ serumah

6. Tipe Keluarga

Keluarga Tn. P termasuk keluarga inti (nuclear family). Keluarga


yang berada pada satu rumah terdiri dari Ayah,Ibu dan Anak-anaknya.
7. Suku Bangsa
Suku Bangsa Keluarga Tn.P adalah Bali
8. Agama
Agama keluarga Tn.P adalah Hindu
9. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Tn. P yang mempunyai penghasilan sendiri dan menjadi sumber
penghasilan keluarga utama. Penghasilan tersebut digunakan untuk
kepentingan keluarga dan belum mencukupi untuk biaya hidup sehari
hari. Sehingga Ny.R mempunyai pekerjaan sampingan yaitu sebagai
pedagang di rumahnya
10. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Setiap hari Tn. P dalam memenuhi kebutuhan akan rekreasi dan
hiburan biasanya menonton TV. Dan sesekali pergi jalan-jalan ke luar
rumah.
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
11. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga Tn. P mempunyai 4 Anak, anak pertama berusia 20 tahun
yang saat sudah lulus dan bekerja, anak kedua berusia 13 tahun yang
saat ini masih menempuh pedidikan di SMP anak ketiga berusia 7
tahun yang saat ini menempuh pendidikan SD, dan anak terakhir
berusia 9 bulan, anak terakhir lahir dengan berat badan kurang yaitu 2
kg dan kini beratnya 6 kg, dimana seharusnya berat bada bayi usia 9
bulan 8-10 kg.

12. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi


Saat ini Tn.P masih dalam tahap memberikan anak-anaknya
pendidikan formal, belum ada seorang anak yang menikah sehingga
Tn.P masih dalam tipe keluarga inti.
13. Riwayat Keluarga Inti
Saat ini By.M sedang dalam masalah pada gizinya, dimana berat
badannya dibawah normal bayi seusianya. Penyakit yang sering
diderita oleh keluarga Tn. P diantaranya masuk demam,pusing dan
masuk angin. Tidak terdapat penyakit menular dan tidak mempunyai
penyakit menurun. Tidak ada anggota keluarga yang cacat. Ketika
sakit, Tn. P berusaha untuk merawat sendiri, akan tetapi jika sudah
tidak dapat diatasi, Tn. P langsung memeriksakan diri ke puskesmas.
Riwayat kesehatan Tn. P adalah sebagai berikut : Kepala keluarga
: Tn. P adalah perokok aktif. Tetapi karena Tn.P sedang memiliki
bayi usia 9 bulan Tn.P sedang dalam proses berhenti merokok. Anak
petama Tn.P merupakan perokok aktif hingga saat ini. Anak kedua dan
ketiga tidak memiliki masalah kesehatan. Anak terakhir memiliki
penyakit gizi kurang.
14. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Tn. P tidak pernah menderita penyakit parah sebelumnya. Biasanya
hanya mengalami pusig-pusing dan masuk angin.
III.Pengkajian Lingkungan
15. Karakteristik Rumah
Luas tanah : 100 m2Luas Rumah : 80 m2 Tipe Rumah Tn. P adalah
permanent, dengan status rumah milik pribadi. Rumah Tn. P
menggunakan atap seng, dan menggunkan lantai keramik. Memiliki
beberapa ruang yaitu 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 ruang
makan, 1 kamar mandi dan 1 warung untuk tempat Ny. R berjualan,
kondisinya cukup terurus. Jumlah jendela ± 3 buah, memiliki ventilasi
yang baik, cahaya yang cukup, dan penerangan dengan lampu listrik.
Peletakan perabot rumah cukup rapi. Keluarga mempunyai tempat
pembuangan sampah terbuka, dan saluran kotoran septictank, akan
tetapi tidak terlihat. Sumber air keluarga dari PDAM. Jarak antara
septictank dan sumber air lebih dari 10 m. Sumber air minum yang
digunakan adalah dari PDAM yang dimasak. Factor risiko bahaya fisik
yaitu adanya pembangunan rumah di sekitan rumah Tn.P, sehingga
dapat membahayakan Tn. P, Ny.R ataupun anak-anaknya terjatuh
maupun adanya gangguan pernapasan dari debu dari pasir yang ada di
daerah pembangunan.

Denah Rumah
U
16. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Klien tinggal diwilayah yang jarang ada interaksi dengan tetangga.
Klien tinggal di wilayah perumahan, jarak rumah satu dengan yang
lain dekat. Warga memiliki kebiasaan dan tradisi mengadakan gotong
royong sebulan sekali di daerah tempat tinggal
17. Mobilitas Geografis Keluarga
Sejak Tn. P menikah dengan istrinya keluarga Tn. P tinggal di
Sawan dan tidak pernah pindah.

18. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat


Orang tua Tn.P terkadang mengunjungi keluarga Tn.P dan
menginap, hubungan Tn.P dimasyarakat baik.

IV. Struktur Keluarga


19. Sistem Pendukung Keluarga

Keluarga klien memiliki fasilitas kesehatan meliputi tempat tidur


yang nyaman, sumber air bersih, motor sebagai alat transportasi.
Fasilitas layanan kesehatan di wilayah Tn.P berupa Puskesmas dan
klinik. Jarak fasilitas kesehatan terdekat kurang lebih 1,5 km dan dapat
dijangkau dengan menggunakan motor. Keluarga Tn.P menggunakan
fasilitas kesehatan tersebut dan yang sering digunakan ialah
puskesmas. Sedangkan fasilitas sosialnya berupa mengikuti
penyuluhan kesehatan misalnya penyuluhan tentang DBD dan
Hipertensi.
20. Pola Komunikasi Keluarga
Bahasa komunikasi yang digunakan dalam keluarga dan dengan
masyarakat adalah bahasa bali, dan Indonesia.
21. Struktur Kekuatan Keluarga
Tn.P selalu memberikan nasehat kepada anak-anaknya dan
mengajarkan anaknya ketika ada PR sekolah.
22. Struktur Peran
Masing-masing anggota keluarga dapat melakukan peranya, Tn.P
dijadikan sebagai panutan dalam keluarga, tidak ada pengaruh kelas
sosial, budaya, perkembangan keluarga serta masalah kesehatan
terhadap peran keluarga, tidak ada penyimpangan peran dan konflik
daalam keluarga dan menghargai satu sama lain, dimana Tn.P
mengatakan yang menafkahi keluarga adalah Tn.P dan Istrinya.
23. Nilai dan Norma Keluarga

Nilai nilai yang dianut oleh keluarga tidak ada yang bertentangan
dengan kesehatan. Keluarga meyakini bahwa kesehatan merupakan hal
yang penting. Tn. P mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebelum
makan dan menggosok gigi sebelum tidur.
V. Fungsi Keluarga
24. Fungsi Afektif
Keluarga Tn.P saling menyayangi dan peduli.

25. Fungsi Sosialisasi


Interaksi Tn.P dan anaknya terjalin dengan sangat baik, saling
mendukung, bahu membahu, dan saling ketergantungan Masing
masing anggota keluarga masih memperhatikan dan menerapkan sopan
santun dalam berperilaku. By.M juga dekat dengan keluarganya
26. Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Kemampuan Keluarga Mengenal Masalah
Pada saat pengkajian Tn.P dan keluarga belum sudah
mengetahui bahwa By.M terkena gizi buruk.
b. Kemampuan Keluarga mengambil keputusan
Jika By.M sakit, Tn.P dan Ny.R mengajak nya berobat ke
puskesmas.
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Karena faktor ekonomi yang rendah maka Tn.P dan Ny.R
tidak bisa membawa By.M ke puskesmas terus menerus, mereka
bingung bagaimana berat badan anaknya bisa kembali normal.
d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat
Lingkungan rumah cukup bersih, mendapat pencahayaan
yang cukup, kamar mandi dan dapur juga terjaga kebersihannya.
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
Keluarga sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan
baik terbukti kalau saat By.M sakit, keluarganya membawa ia
berobat ke Puskesmas walaupun tidak terlalu sering.
27. Fungsi Reproduksi
Jumlah anak yang dimiliki Tn. P ada 3 orang anak laki-laki dan 1
anak perempuan.
28. Fungsi Ekonomi
Tn. P mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari hari dari
pendapatan yang diterima. Tn. P menyediakan dana khusus untuk
kesehatan dan mampu menyisihkan pendapatan untuk keperluan yang
tidak terduga.
VI. Stress dan Koping Keluarga
29. Stressor jangka pendek dan panjang
Stresor jangka pendek : Krisis ekonomi di saat anak baru masuk
sekolah.
Stresor jangka panjang : Tn. P mengatakan tidak pernah mengalami
stressor jangka panjang.

30. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor


Untuk stress jangka pendek, keluarga mengaku cemas. Selain itu
kadang Tn. P merasa bingung ketika penghasilan tidak mencukupi
kebutuhan.Meskipun demikian Tn. P berusaha untuk tetap tenang.
Strategi koping yang digunakan. Bila ada permasalahan, Tn. P
berusaha untuk selalu menyelesaikan dengan istrinya.
31. Strategi koping yang digunakan
Jika ada masalah keluarga Tn.P melakukan musyawarah bersama,
serta berdoa kepada Tuhan agar masalahnya cepat selesai.
32. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak pernah menggunakan kekerasan, perlakuan kejam
kepada anaknya dan tidak memberikan ancaman ancaman dalam
menyelesaikan masalah.
VII. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan keseluruhan anggota keluarga
Tabel Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaaan Tn.P Ny.R Tn.T An.B An.A By.M
Fisik

Tekanan darah 120/90 mmHg 110/80 mmHg 110/80 mmHg 110/80 mmHg 100/80 mmHg -

Pemeriksaan
Fisik

Nadi 90 x/menit 92 x/menit 80 x/menit 75 x/menit 80 x/menit 70 x/menit

Respirasi 22 x/menit 20x/mnt 20 x/menit 21 x/menit 19 x/menit 34 x/menit

Rambut Tidak terdapat Kulit kepala bersih, Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala
benjolan pada tidak ada luka, tidak bersih, tidak bersih, tidak ada bersih, tidak ada bersih, tidak
kepala dan terdapat nyeri tekan dan nyeri tekan dan ada nyeri
ada benjolan, rambut
rambut benjolan dan lesi, rambut lesi, rambut tekan dan lesi,
terlihat ada tidak terlihat uban nyeri tekan, berwarna hitam berwarna hitam rambut
uban sedikit rambut berwarna
berwarna hitam
hitam

Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva merah Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva


merah merah merah merah anemis

Sklera Sklera putih Sklera putih Sklera putih Sklera putih Sklera putih sclera
anikterik

Hidung Lubang Lubang hidung Lubang hidung Lubang hidung Lubang hidung Lubang
hidung simetris, tidak ada simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak ada hidung
simetris, tidak ada secret, ada secret, tidak secret, tidak ada
secret, tidak ada lesi simetris, tidak
ada secret, tidak ada lesi ada lesi lesi
tidak ada lesi ada secret,
tidak ada lesi
Telinga Bersih, tidak Bersih, tidak ada Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak ada Bersih, tidak
ada serumen, serumen, fungsi ada serumen, ada serumen, serumen, fungsi ada serumen,
fungsi pendengaran masih fungsi fungsi pendengaran fungsi
pendengaran baik pendengaran pendengaran masih baik pendengaran
baik masih baik masih baik masih baik

Mulut Mukosa bibir Mulut lembab, tidak Mulut lembab, Mulut lembab, Mulut lembab, Bibir lembab,
kering, terdapat karies gigi tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat belum tumbuh
terdapat karies gigi karies gigi karies gigi
gigi
karies gigi

Leher Tidak ada Tidak terdapat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Warna coklat,
benjolan , pembesaran vena benjolan , tidak benjolan , tidak benjolan , tidak tidak ada
tidak ada ada nyeri ada nyeri tekan, ada nyeri tekan,
jugularis pembesaran
nyeri tekan, tekan, leher leher bersih , leher bersih , dan
leher bersih , bersih , dan dan tidak ada tidak ada kelenjar
dan tidak ada tidak ada pembesaran pembesaran vena tyroid, tidak
pembesaran pembesaran vena jugularis. jugularis.
ada distensi
vena vena jugularis.
jugularis. vena jugularis

Dada Bentuk dada Bentuk dada simetris, Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada
simetris, ekspansi dada simetris, simetris, simetris, simetris, ekspansi simetris,
ekspansi dada ekspansi dada ekspansi dada dada simetris, ekspansi dada
Tidak terdapat retraksi
simetris, simetris, Tidak simetris, Tidak Tidak terdapat simetris
Tidak terdapat otot dada terdapat terdapat retraksi retraksi otot dada
retraksi otot retraksi otot otot dada
dada dada

Jantung Tidak tampak Tidak tampak ictus Tidak tampak Tidak tampak Tidak tampak Tidak tampak
ictus cordis, cordis, bunyi jantung ictus cordis, ictus cordis, ictus cordis, ictus cordis,
bunyi jantung normal bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung
normal normal normal normal normal

Abdomen Tidak ada Tidak ada acites, Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak tidak ada
acites, dinding dinding perut lebih ada nyeri tekan ada nyeri tekan ada nyeri tekan acites, dinding
perut lebih perut lebih
rendah dari dinding
rendah dari rendah dari
dinding dada, dada, Tidak ada lesi dinding dada
Tidak ada lesi
Ekstremitas Anggota Anggota gerak lengkap, Anggota gerak Anggota gerak Anggota gerak Anggota
gerak Tidak ada luka/bekas lengkap, Tidak lengkap, Tidak lengkap, Tidak gerak lengkap,
lengkap, ada luka/bekas ada luka/bekas ada luka/bekas Tidak ada
luka, tidak ada edema
Tidak ada luka, tidak ada luka, tidak ada luka, tidak ada luka/bekas
luka/bekas pada ekstremitas atas edema pada edema pada edema pada luka, tidak ada
luka, tidak dan bawah, kekuatan ekstremitas ekstremitas atas ekstremitas atas edema pada
ada edema atas dan dan bawah, dan bawah, ekstremitas
otot masih normal
pada bawah, kekuatan otot kekuatan otot atas dan
ekstremitas kekuatan otot masih normal masih normal bawah,
atas dan masih normal kekuatan otot
bawah, maih normal.
kekuatan otot
masih normal.

Kulit Warna kulit Warna Kulit coklat, Warna kulit Warna kulit Warna kulit sawo Warna kulit
coklat, kulit kulit bersih sawo matang, sawo matang, matang, kulit berwarna
bersih kulit bersih kulit bersih bersih coklat, kulit
bersih

Turgor kulit Baik Baik Baik Baik Baik Sedikit kering

Keluhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Gizi buruk

VIII. Harapan Keluarga


Tn. P berharap ia dan anaknya, serta keluarganya sehat. Dan anak nya By. M gizinya dapat diperbaiki dan memiliki berat
badan normal.
IX. Analisa Data
No Data Subjektif Etiologi Masalah Kesehatan
1 DS : Ketidakmampuan Ketidakseimbangan
- ibu pasien (Ny.R ) mengatakan keluarga dalam merawat nutrisi kurang dari
anaknya makan kadang mau anggota keluarga yang kebutuhan tubuh
kadang tidak. sakit
- Ny.R belum memahami
bagaimana caranya merawat
anaknya.

DO : By.M tampak lemas,


badan nya tampak kurus, kulit
nya tampak kering, mukosa bibir
kering
TTV :
TB : 60 cm
BB : 6kg
Suhu : 36oC

X. Diagnosa Keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga Tn.P dalam merawat anggota
keluarga yang menderita gizi buruk.

XI. Prioritas Masalah


No Kriteria Skor Pembenaran
1 2 3 4
1 Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
Skala: Actual kebutuhan tubuh pada By.M dibuktikan
dengan data objektif yang dilihat dari
pemeriksaan fisik By.M mengarah ke tanda-
tanda gizi buruk.
2 Kemungkinan 2/2 x 2 = 2 Keluarga Tn.W memiliki sumber daya yang
masalah cukup untuk mengatasi masalah yaitu:
diubah : Tinggi penghasilan keluarga cukup, sistem dukungan
keluarga kuat.
3 Potensi masalah 2/3 x 1 = 2/3 Masalah sudah berlangsung cukup lama. Jarak
untuk dicegah : rumah ke faskes dekat.
Cukup

4 Menonjolkan ½x1=½ Tn.W merasakan ada masalah, misalnya


masalah : pada saat kepalanya pusing ia minum obat
Masalah ada , hanya pada saat tekanan darahnya naik
namun tidak saja.
perlu segera
diatas
Total skor 4 1/6
XII. Intervensi Keperawatan

N Diagnosis Tujuan Evaluasi Rencan


O Keperawa Umum Khusu Kriteri Standar a
tan s a Interve
nsi
1 Ketidaksei Setelah Setelah 1. Kel Karbohidr 1. Tim
diberik diberik uar bang
mbangan
an an ga at bisa BB
nutrisi asuhan asuhan ma didapatkan dan
kepera kepera mp LIL
kurang dari dari ASI
watan watan u A
kebutuhan selama selama me atau susu bayi
2 x 45 2 x 45 nge formula. .
tubuh
menit, menit, tah 2. Gali
berhubung selama keluar ui Memasuki peng
2 hari ga gizi masa etah
an dengan
Tn.P mamp yan uan
MPASI, si
ketidakma dan u : g kelu
keluar meraw sei Kecil bisa arga
mpuan
ga at mb mendapat men
keluarga mamp anggot ang gena
u a unt kan i
Tn.P dalam
meraw keluar uk tambahan nutri
merawat at ga keb karbohidra si
By.M yang utu yang
anggota t dari
dengan mengal han seim
keluarga baik. ami By. sereal, biji- bang
gizi M bagi
yang bijian,
buruk 2. Kel balit
menderita yaitu uar sumber a.
By.M , ga protein, 2. Jela
gizi buruk.
dan ma skan
mamp mp atau buah. pada
u u kelu
membe me Protein. arga
rikan mb terut
Pada bayi
nutrisi eri ama
serta kan yang Ibu
perawa nut diberikan pent
tan risi ing
yang yan ASI nya
baik g eksklusif, me
pada sei mbe
seluruh
By.M mb rika
ang asupan n
. ASI
3. Kel protein eksk
uar lusif
ga didapatkan 3. Jela
ma dari ASI. skan
mp kelu
Setelah itu,
u arga
me sumber men
nja protein gena
ga i
keb tambahan nutri
ersi bisa si
han yan
didapatkan
lin g
gku dari seim
nga daging, ban
n g
dan ayam, bagi
fisi ikan, tum
k buh
kuning
By. kem
M telur, ban
sereal, g
balit
keju, dan a
lainnya. 4. Beri
Jumlah kan
kese
protein mpa
yang tan
ibu
diberikan
untu
pada si k
Kecil bert
anya
harus 5. Ajar
memenuhi kan
ibu
kebutuhan
me
nya untuk mbu
pertumbuh at
MP
an dan ASI
perkemba 6. Cata
ngannya. t
perk
Kebutuha emb
n protein anga
n
bayi 0-6 bayi
.
bulan
adalah
sekitar 12
gram dan
usia 7-11
bulan
sekitar 18
gram.

Lemak.
ASI dan
susu
formula si
Kecil
merupaka
n sumber
utama
lemak,
termasuk
asam
lemak
esensial
untuk si
Kecil.
Sumber
lemak
lainnya
untuk bayi
diatas 6
bulan
adalah
daging,
kuning
telur,
produk
susu
lainnya,
dan lemak
atau
minyak
yang
ditambahk
an saat
memasak.

Vitamin
dan
mineral.
Bila
konsumsi
makan si
Kecil baik
dan
bervariasi,
Ibu tak
perlu
menamba
hkan
suplemen
vitamin
atau
mineral
pada si
Kecil.
Kecuali
memang
disarankan
oleh
dokter.
Bayi
sangat
rentan
berisiko
mengalam
i anemia
defisiensi
zat besi.
Hal ini
terjadi
karena
peningkata
n
kebutuhan
zat besi
untuk
pertumbuh
an mereka
biasanya
tidak
disertai
dengan
asupan zat
besi yang
cukup.
Saat
memulai
MPASI,
Ibu bisa
memenuhi
kebutuhan
zat besi si
Kecil
dengan
memberik
an 2 porsi
makanan
sumber zat
besi setiap
hari.

XIII. Implementasi Keperawatan

N Tangg Diagnosa Tindakan Evaluasi Pelaksa


O al Keperawatan na

1 19 Ketidakseimba 1. Menimba S : Ny.R


Oktob ng BB mengataka
ngan nutrisi
er dan LILA n ia sudah
kurang dari bayi.
2020, memberika
2. Menggali
pukul kebutuhan n ASI
pengetahu
09.00 tubuh an namun
WITA keluarga pada saat ia
berhubungan
. mengenai bekerja
dengan nutrisi anaknya
yang hanya
ketidakmampu
seimbang
diberikan
an keluarga bagi
Tn.P dalam balita. air gula
3. Menjelask O : Ny.R
merawat
an pada masih
anggota keluarga
tampak
terutama
keluarga yang bingung
Ibu
menderita gizi penting setelah di
nya jelaskan
buruk.
memberik mengenai
an ASI ASI
eksklusif. eksklusif
dan nutrisi
yang
seimbang,
By.M
tampak
sering
menyusu

19 1. Menggali S : Ny.R
Oktob pengetahu dan Tn.P
er an mengataka
keluarga
2020, n ia sudah
mengenai
pukul nutrisi paham
09.30 yang mengenai
WITA seimbang pemberian
. bagi nutrisi
balita. untuk
2. Menjelas anaknya,
kan pada
Ny.R
keluarga
terutama mengataka
Ibu n ia sudah
penting rutin
nya memberika
memberi n ASI dan
kan ASI sudah
eksklusif.
mencoba
3. Jelaskan
keluarga membuat
mengenai MPASI
nutrisi O :
yang Keluarga
seimbang tampak
bagi paham, dan
tumbuh
kembang sedikit
balita lega. By.M
4. Berikan tampak
kesempat
menyusu,
an ibu
untuk namun
bertanya belum mau
5. Ajarkan mencoba
ibu MPASI
membuat buatan
MPASI Ny.R.
6. Catat
perkemba
ngan
bayi.
2 20 Ketidakseimba 1. Menimba S : Ny.R
Oktob ng BB dan dan Tn.P
ngan nutrisi
er LILA mengataka
kurang dari bayi.
2020, n ia sudah
2. Menggali
pukul kebutuhan paham
pengetahu
09.00 tubuh an mengenai
WITA keluarga pemberian
berhubungan
. mengenai nutrisi
dengan nutrisi untuk
yang anaknya,
ketidakmampu
seimbang
Ny.R
an keluarga bagi
balita. mengataka
Tn.P dalam n ia sudah
3. Menjelask
merawat an pada rutin
keluarga memberika
anggota
terutama n ASI dan
keluarga yang Ibu sudah
penting
menderita gizi mencoba
nya
buruk. memberik membuat
an ASI MPASI,
eksklusif. Ny.R juga
keluarga mengataka
mengenai n anaknya
penyebab sudah mau
hipertensi.
mengkonsu
4. Menggali
pengetahu msi MPASI
an O :
keluarga Keluarga
mengenai tampak
nutrisi paham, dan
yang lega. By.M
seimbang tampak
bagi
menyusu,
balita.
5. Menjelas dan sudah
kan pada mau
keluarga mencoba
terutama MPASI
Ibu buatan
penting Ny.R.
nya
memberi
kan ASI
eksklusif.
6. Jelaskan
keluarga
mengenai
nutrisi
yang
seimbang
bagi
tumbuh
kembang
balita
7. Berikan
kesempat
an ibu
untuk
bertanya
8. Ajarkan
ibu
membuat
MPASI
9. Catat
perkemba
ngan bayi.
20 1. Berikan S : Ny.R
Oktob kesempat mengataka
er an ibu n anaknya
untuk
2020, sudah mau
bertanya
pukul 2. Ajarkan mengkonsu
09.30 ibu msi MPASI
WITA membuat , dan ASI
MPASI masih terus
3. Catat diberikan
perkemba dengan
ngan rutin
bayi. O : By.M
tampak
nyaman
menyusu,
Ny.R
tampak
antusias
bertanya
mengenai
MPASI

XIV. Catatan Perkembangan

NO Diagnosa Tanggal Catatan Pelaksana


Keperawatan Perkembangan

1 Ketidakseimbangan 21 S : Ny.R dan


nutrisi kurang dari Oktober Tn.P
kebutuhan tubuh 2020, mengatakan
berhubungan pukul sudah
dengan 10.00 memahami
ketidakmampuan WITA. nutrisi yang baik
keluarga Tn.P untuk anak-
dalam merawat anaknya.
anggota keluarga O : Keluarga
yang menderita gizi tampak antusias,
buruk. By.M sudah
mulai mau
mengkonsumsi
MPASI, dan
By.M tampak
menyusu
A : Tujuan
tercapai
P : Lanjutkan
intervensi
selanjutnya
2.4 Diabetes Melitus
2.4.1. Definisi
Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit tertua pada
manusia. Berasal dari istilah kata Yunani, Diabetes yang berarti
pancuran dan Melitus yang berarti madu atau gula. Kurang lebih
istilah Diabetes Melitus menggambarkan gejala diabetes yang tidak
terkontrol, yakni banyak keluar air seni yang manis karena
mengandung gula. Oleh karena demikian, dalam istilah lain
penyakit ini disebut juga “Kencing Manis”.
Secara definisi medis, definisi diabetes meluas kepada
suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah
akibat kekurangan insulin baik yang sifatnya absolut maupun
relatif.
Diabetes Melitus adalah penyakit kelainan metabolik yang
dikarakteristikkan dengan hiperglikemia kronis serta kelainan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein diakibatkan oleh
kelainan sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya.
Hiperglikemia kronis pada diabetes melitus akan disertai dengan
kerusakan, gangguan fungsi beberapa organ tubuh khususnya mata,
ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Walaupun pada
diabetes melitus ditemukan gangguan metabolisme semua sumber
makanan tubuh kita, kelainan metabolisme yang paling utama ialah
kelainan metabolisme karbohidarat. Oleh karena itu diagnosis
diabetes melitus selalu berdasarkan tingginya kadar glukosa dalam
plasma darah.
2.4.2 Etiologi Diabetes Melitus
1. DM tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran
sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh :
a. Factor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I
b. Factor imunologi (autoimun)
c. Factor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta.
2. DM tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi
insulin. Factor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya
diabetes tipe II : usia,obesitas, riwayat dan keluarga.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan
dibagi menjadi 3 yaitu :
1. <140mg/DL =normal
2. 140-<200 mg/dL = toleransi glukosa terganggu
3. ≥200 mg/dL = diabetes
2.4.3 Patofisiologi
Pancreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar penghasil
insulin yang terletak di belakang lambung. Di dalamnya terdapat
kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada peta, karena itu disebut
pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta yang mengeluarkan hormone
insulin yang sangt berperan dalam mengatur kadar glukosa darah.
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak
kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk
kemudian di dalam sel glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga.
Bila isulin tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke
dalam sel dengan akibat kadar glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke
dalams el dengan akibat kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan
inilah yang terjadi pada diabetes mellitus tipe 1.
Pada keadaan diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin bisa normal, bahkan
lebih banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel
kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu
masuk ke dalam sel. Pada keadaan DM tipe 2, jumlah lubang kuncinya
kurang, sehingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena
lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk ke dalam
sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar (glukosa) dan kadar
glukosa dalam darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama
dengan keadaan DM tipe 1, bdanya adalah pada DM tipe 2 disamping
kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga tinggi atau normal. Pada DM tipe
2 juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih tetapi kualitasnya
kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk ke dalam sel. Di
samping penyebab di atas, DM juga bisa terjadi akibat gangguan transport
glukosa di dalam sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk
metabolism energy.
PATHWAY DM

faktor genetik
Kerusakan sel beta Ketidakseimbangan Gula dalam darah tidak
infeksi virus dapat dibawa dalam sel
produksi insulin
pengrusakan imunologis

Batas melebihi hiperglikemia Anabolisme protein menurun


glukosuria ambang ginjal

Viskositas darah meningkat Syok hiperglikemik Kerusakan pada antibodi


Dieresis
osmotik

Kekebalan tubuh menurun


Poliuri retensi urine Aliran darah lambat Koma diabetik

Kehilangan elektrolit dalam sel Iskemik jaringan Resiko infeksi Neuropati sensori perifer

dehidrasi
Ketidakefektifan perfusi jaringan Nekrosis luka Klien tidak merasa sakit

Resiko syok Kehilangan kalori gangrene Kerusakan integritas jaringan


Merangsang hipotalamus
Sel kekurangan bahan untuk Protein dan lemak BB menurun
metabolisme dibakar

pusat lapar dan haus


Katabolisme lemak
Pemecahan protein keletihan

Polidipia
Asam lemak keton ureum
polipagia

Katasidosis
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
2.4.4 Tanda dan Gejala Diabetes Melitus
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria,polidipsia, polifagia pada
DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering menggangu pasien
adalah keluhan akibat komplikasi degenerative kronik pada pembuluh
darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat
proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa
gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering
muncul adalah adanya gangguan penglihatan Karena katarak, rasa
kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer ) dan luka
pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah katarak,glaucoma, retinopati, gatal seluruh badan,
pruritus vulvae, infeksi bakteri kulit, infeksi jamur dikulit, dermatopati,
neuropati perifer, neuropati visceral, amiotropi, ulkus neurotropik,
penyakit ginjal, penyakt pembuluh darah perifer, penyakit koroner,
penyakit pembuluh darah otak, hipertensi.
Osmotic dieresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal
yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur,
atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia
kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap
dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium
lanjut. Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa
terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien
mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relative
menjadi absolute dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas
hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia
seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada
pada DM usia lanjut.biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala
dan kebingungan mendadak.
2.4.5 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus
Manifestasi klinis pada tipe I yaitu IDDM antara lain :
a. Polipagia, poliura, berat badan menurun, polidipsia, lemah, dan
somnolen yang berlangsung agak lama, beberapa hari atau seminggu.

b. Timbulnya ketoadosis dibetikum dan dapat berakibat meninggal jika


tidak segera mendapat penanganan atau tidak diobati segera.

c. Pada diabetes mellitus tipe ini memerlukan adnaya terapi insulin untuk
mengontrol karbohidrat di dalam sel.
Sedangkan manifestasi klinis untuk NIDDM atau diabetes tipe II antara
lain :Jarang adanya gejala klinis yamg muncul, diagnosa untuk NIDDM
ini dibuat setelah adanya pemeriksaan darah serta tes toleransi glukosa di
didalam laboratorium, keadaan hiperglikemi berat, kemudian timbulnya
gejala polidipsia, poliuria, lemah dan somnolen, ketoadosis jarang
menyerang pada penderita diabetes mellitus tipe II ini.
2.4.6 Komplikasi
Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi akut yang terjadi pada
penderita Diabetes Mellitus tapi selain ulkus diabetik antara lain :
a. Komplikasi Akut. Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari
ketidakseimbangan jangka pendek dari glukosa darah. Hipoglikemik
dan ketoadosis diabetik masuk ke dalam komplikasi akut.

b. Komplikasi kronik. Yang termasuk dalam komplikasi kronik ini adalah


makrovaskuler dimana komplikasi ini menyerang pembuluh darah
besar, kemudian mikrovaskuler yang menyerang ke pembuuluh darah
kecil bisa menyerang mata (retinopati), dan ginjal. Komplikasi kronik
yang ketiga yaitu neuropati yang mengenai saraf. Dan yang terakhir
menimbulkan gangren.

c. Komplikasi jangka panjang dapat juga terjadi antara lain, menyebabkan


penyakit jantung dan gagal ginjal, impotensi dan infeksi, gangguan
penglihatan (mata kabur bahkan kebutaan), luka infesi dalam ,
penyembuhan luka yang jelek.
d. Komplikasi pembedahan, dalam perawatan pasien post debridement
komplikasi dapat terjadi seperti infeksi jika perawatan luka tidak
ditangani dengan prinsip steril.

2.4.7 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Smelzer dan Bare (2008), adapun pemeriksaan penunjang


untuk penderita diabetes melitus antara lain :

a. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi : melihat pada daerah kaki bagaimana produksi keringatnya


(menurun atau tidak), kemudian bulu pada jempol kaki berkurang (-).

2) Palpasi : akral teraba dingin, kulit pecah - -pecah , pucat, kering yang
tidak normal, pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau bisa jugaterapa
lembek.

3) Pemeriksaan pada neuropatik sangat penting untuk mencegah terjadinya


ulkus
b. Pemeriksaan Vaskuler

1) Pemeriksaan Radiologi yang meliputi : gas subkutan, adanya benda


asing, osteomelietus.

2) Pemeriksaan Laboratorium

a) Pemeriksaan darah yang meliputi : GDS (Gula Darah Sewaktu), GDP


Gula Darah Puasa),

b) Pemeriksaan urine , dimana urine diperiksa ada atau tidaknya kandungan


glukosa pada urine tersebut. Biasanya pemeriksaan dilakukan
menggunakan cara Benedict (reduksi). Setelah pemeriksaan selesai hasil
dapat dilihat dari perubahan warna yang ada : hijau (+), kuning (++), merah
(+++), dan merah bata (++++).

c) Pemeriksaan kultur pus


Bertujuan untuk mengetahui jenis kuman yang terdapat pada luka
dan untuk observasi dilakukan rencana tindakan selanjutnya.
d) Pemeriksaan Jantung meliputi EKG sebelum dilakukan tindakan
pembedahan.

2.4.8 Pencegahan Diabetes Melitus

a) Pencegahan Primer

Pencegahan penyakit diabetes melitus secara primer ini dilakukan dengan


tujuan untuk tahap awal pencegahan terjadinya diabetes. Salah satunya
selalu memperhatikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan penyakit
diabetes baik secara genetik ataupun karena faktor lingkungan.  Adapun
cara  pencegahan primer diantaranya  selalu menjaga pola makan sehari-
hari, selalu melakukan olahraga secara teratur, tidur yang cukup,dan
menghindari obat-obatan yang dapat menimbulkan penyakit diabetes.

b) pencegahan sekunder

Cara pencegahan sekunder ini bertujuan untuk menghambat persebaran


penyakit diabetes militus yang sudah ada dalam tubuh  mengkoplikasi
penyakit yang lain. Dengan pencegahan sekunder ini banyak sekali hal
yang harus dilakukan salah satunya melakukan pendeteksi dini pada
penderita diabetes melitus. Setelah didapatkan hasil untuk memperkuat
diagnosa dari perkembangan penyakit diabetes melitus maka yang harus
Anda lakukan untuk tahap pencegahan sekunder ini adalah sebagai
berikut :

1. Sering melakukan pengetesan kadar gula darah dalam tubuh

2. Selalu menjaga berat badan supaya stabil, jika sudah memiliki berat
badan yang lebih maka usahakan untuk menurunkannya. Baca juga
artikel ini Makanan Yang Harus Dihindari Saat Diet

3. Selalu melakukan olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan


fisik Anda

c) Cara pencegahan tersier


Jika sudah dalam tahap ini maka bisa dibilang penyakit diabetes tersebut
telah parah dan telanjur mengoplikasi penyakit yang lainnya, maka dari
itu Anda harus melakukan pencegahan tersier diantaranya sebagai berikut.
Mencegah dari resiko terkana gagal ginjal kronik yang menyerang
pembulu darah

1. Mencegah terjadinya luka apapun yang dapat memperparah keadaan


fisik, karena jika sesorang yang memiliki penyakit diabetes jika
memiliki

2. luka cenderung sangat sulit untuk disembuhkan

3. Mencegah resiko terkena peyakit stroke.

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA Tn.R DENGAN DIABETES MELITUS

I. DATA UMUM
1. Nama kepala keluarga : Tn. R
2. Umur : 44 Tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Agama : Hindu
6. Suku / Bangsa : Bali/ Indonesia
7. Alamat : Desa Bungkulan
8. Susunan Keluarga

Um
N L/ Hub. dg Imunisas
Nama ur Pendidikan Pekerjaan Kondisi Ket
o P KK i
(th)
Kepala
1 Tn. R 44 L SMA Wirawasta - DM
Keluarga
3 Ny. K 41 P Istri SMP IRT - Sehat
4 Ny. P 19 P Anak SMA siswa Lengkap Sehat
5 Tn. B 14 L Anak SMP siswa Lengkap Sehat
9. Genogram

Keterangan :
: Kasus
: Meninggal laki-laki
: Laki-laki

: Meninggal perempuan
: Perempuan
: Tinggal dalam satu rumah

10. Aktivitas dan kebersihan diri


Keluarga Tn.R mempunyai kebiasaan bangun pagi, keluarga
mempunyai kebiasaan mandi 2x sehari menggunakan sabun,
menggosok gigi 2x sehari.
11. Spiritual Keluarga
Semua anggota keluarga Tn.R dalam satu keyakinan yaitu menganut
agama Hindu dan mereka jarang bersembahyang
12. Pendidikan
Tidak ada anggota keluarga yang sedang mengikuti pendidikan di
luar pendidikan formal (kursus, pelatihan, dan lain-lain), semua
keluarga dapat membaca dan menulis dengan baik
13. Tipe Keluarga
Keluarga Tn.R termasuk dalam keluarga Besar (Extended family)
yang terdiri dari kakek, Nenek Bapak, ibu dan dua anak.
14. Status Sosial Ekonomi Keluarga

No Nama Pekerjaan Pendapatan Pengeluaran Keterangan


(Rp) (Rp)
1 Tn. R Wiraswasta 2.500.000 ± 2.000.000 Pembayaran
listrik, air,
kebutuhan
makanan, biaya
anak sekolah
dan kebutuhan
sehari-hari

Penjelasan : Dilihat dari pendapatan dan pengeluaran keluarga Tn.R


dapat dikatakan bisa mencukupi kebutuhan sandang, pangan
dan papan.
15. Aktivitas Rekreasi Keluarga atau Waktu Luang
Keluarga mengatakan tidak mempunyai aktivitas rekreasi yang khusus.
Mengatakan bila ada waktu luang diisi dengan nonton TV dan
berbincang-bincang dengan anggota keluarga, biasanya lebih banyak
menghabiskan waktu dirumah. Dan pada saat pengkajian Tn. R sedang
menonton TV.
II. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn.R saat ini berada dalam tahap perkembangan keluarga
dengan anak dewasa awal
2. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Tn.R mengatakan tugas perkembangan pada tahap ini sudah terpenuhi
dengan baik.
3. Riwayat keluarga inti
Saat ini Tn.R sedang mengalami hipertensi. Penyakit yang sering
dideritanya oleh keluarga Tn.R di antaranya panas dingin. Tidak
terdapat penyakit menular dan tidak mempunyai penyakit menular.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Dalam keluarga Tn.R mengatakan dari keluarganya ada yang menderita
Diabetes yaitu ayah kandungnya
III. LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah dan denah rumah
Tn.R mengatakan rumah yang ditempatinya sekarang adalah rumah milik
pribadi dengan luas + 3.5 are dengan tipe rumah permanen. Jumlah
kamar yang yaitu 3 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi dan 1 ruang
tamu. Ventilasi dan pencahayaan sinar cukup baik, dalam kamar terdapat
jendela yang sering dibuka. Lantai di luar dan di dalam rumah cukup
bersih, barang-barang teratur dengan rapi. Penerangan rumah
menggunakan lampu listrik pada malam hari, lantai terbuat dari
keramik. Pembuangan limbah WC menggunakan Septik tank,
pembuangan limbah dapur biasanya dikumpulkan dan dibakar,
terdapat tempat sampah. Sumber air memakai PAM, yang
digunakan untuk mandi, mencuci dam memasak. Untuk air minun
biasanya keluarga membeli air minum kemasan.

Denah Rumah

U
KT P
KT KT

B T
RT

S
D

T
Keterangan :
m) P : Padmasana
n) KS : Kamar Suci
o) KT : Kamar Tidur
p) RT : Ruang Tamu
q) D : Dapur
r) T : Toilet

2. Karakteristik tetangga dan Komunitas RW


Tetangga klien yang di sekitar rumah ramah – ramah. Keluarga Tn.R
berada di Iingkungan pedesaan yang situasinya cukup ramai. Untuk
mecapai jenis pelayanan kesehatan seperti puskesmas jaraknya ± 12 Km.
Lingkungan bersih, terdapat tempat pembuangan sampah, jalan raya
cukup ramai, transportasi di lingkungan rumah Tn.R lancar.
3. Mobilitas Geografis Keluarga
Tn.R mengatakan tinggal di rumah yang di tempati sekarang sejak lahir
yaitu tahun 1977.Tn.R mengatakan tinggal di rumahnya sekarang sudah
± 44 tahun.
4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat
Tn.R mengatakan keluarganya ikut dalam kegiatan PKK di lingkungan.
Keluarga mengatakan hubungan dengan tetangga dan lingkungan baik.
5. Sistem Pendukung atau Jaringan Sosial Keluarga
Tn.R mengatakan saat mendapat masalah dan kesulitan banyak
mendapat dukungan dari kerabat dekat.Keluarga Tn.R mengatakan
apabila ada yang sakit akan diantar berobat ke pelayanan kesehatan
IV. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola Komunikasi
Komunikasi intern dan antar keluarga baik begitu juga komunikasi
antara tetangga sekitar lingkungan cukup baik
2. Struktur Kekuatan keluarga
Dalam mengambil keputusan dilakukan oleh Tn.R selaku kepala keluarga
tetapi juga dengan pertimbangan pendapat anggota keluarga keluarga
yang lain.
3. Struktur Peran
Masing-masing anggota keluarga dapat melakukan perannya, Tn.R
dijadikan sebagai panutan dalam keluarga, tidak ada pengaruh kelas
sosial, budaya, perkembangan keluarga serta masalah kesehatan terhadap
peran keluarga, tidak ada penyimpangan peran dan konflik daalam
keluarga dan menghargai satu sama lain, dimana Tn.R mengatakan yang
menafkahi keluarga adalah Tn.R dan Istrinya.
4. Nilai dan Norma Keluarga
Etika dalam keluarga ditanamkan sejak dini pada anak-anaknya, keluarga
menerapkan sistem demokrasi dengan memberikan kebebasan kepada
anggota keluarga terutama dalam mengungkapkan masalahnya dengan
selalu melihat aturan yang ada.
V. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis
Jumlah anak yang dimiliki Tn.R ada 2 orang, 1 anak perempuan dan 1
anak laki-laki.
2.   Fungsi Psikologis
Tn.R merasa bahagia karna ia tinggal bersama istri dan anak-anaknya
dirumah.
3.   Fungsi Sosialisasi
Interaksi Tn.R dan keluarga terjalin dengan sangat baik, saling
mendukung, bahu membahu, dan saling ketergantungan Masing masing
anggota keluarga masih memperhatikan dan menerapkan sopan santun
dalam berperilaku.
4.   Fungsi Ekonomi
Tn.R dan keluarga mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari hari dari
pendapatan yang diterima.
5.   Fungsi Pendidikan
Klien hanya mampu menyekolahkan anaknya sampai tingkat SMA.
VI. STRES DAN KOPING KELUARGA
1. Stresor jangka pendek dan panjang
Sampai sekarang hanya memikirkan bagaimana cara agar penyakit
Diabetes bisa sembuh.
2. Kemampuan keluarga untuk berespon terhadap situasi / stressor
Keluarga mampu menghadapi masalah yang ada dan memfasilitasi Tn.R
untuk pengobatan Diabetes.
3. Strategi adaptasi disfungsional
Dalam keluarga Tn.R tidak ada yang bersifat otoriter dan melakukan
tindakan kekerasan.
4. Harapan Keluarga
Tn.R berharap ia dan keluarganya sehat. Dan Keluarga juga berharap
petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan yang baik, tepat, dan
cepat kepada siapa saja yang membutuhkan.Tidak membeda bedakan
seseorang dalam memberikan pelayanan kesehatan, miskin maupun kaya.

VII. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

Nama organ Tn. R


No Tanda-Tanda Vital TD : 130/90 mmHg
N : 86 x/menit
RR : 20x/mnt
S : 37°C
1 Kepala: Kulit kepala bersih, tidak ada
a.Rambut luka, tidak ada benjolan.

Konjungtiva merah muda


Sklera putih
b. Mata
Lubang hidung simetris, tidak
ada secret, tidak ada lesi
c. Hidung

Mulut lembab, tidak terdapat


karies gigi
d. Mulut dan gigi

Tidak terdapat pembesaran


vena jugularis
e. Leher

Bentuk dada simetris, ekspansi


dada simetris, Tidak terdapat
Thorax retraksi otot dada
a. Paru

Warna kulit coklat, tidak ada


acites, dinding perut lebih
rendah dari dinding dada,
Abdomen Tidak ada lesi

Anggota gerak lengkap, Tidak


ada luka/bekas luka, tidak ada
edema pada ekstremitas atas
Ekstremitas dan bawah, kekuatan otot

5 5
5 5

Warna Kulit coklat, sedikit


kering,

Integumen

N NAMA UM B Keadaan Imunisasi Masalah Tindakan


O UR B kesehata (BCG/Polio/D kesehat yang telah
n PT/HB/Camp an dilakukan
ak)
1 Tn R 44 65 Tn.R Lengkap DIABE Tn.R sudah
th kg cepat TES pernah priksa
merasa ke
lelah Dokter

VII. ANALISA DATA

No Data Subjektif Data Objektif Masalah Kesehatan


- Tn. R dan Keluarga Keluarga tampak Manajemen kesehatan
mengatakan belum mengerti bertanya mengenai keluarga tidak efektif
tentang penyebab tanda atau penyebab, tanda dan
gejala serta cara perawatan gejala serta cara merawat
Diabetes yang baik dan benar. diabetes yang benar.
- Tn.R mengatakan di dalam TTV :
keluarga tidak ada makanan TD : 130/90 mmHg
pantangan yang di berikan dan N : 86x/m
RR : 20x/m
keluarga dalam merawat Tn.R
S : 370C
masih memberikan makanan
yang sama dengan anggota
keluarga yang lain.
- Tn.R mengatakan tidak
minum obat Diabetes secara
rutin, minum obat hanya pada
saat ingat saja.

IX. SKORING
Skoring Masalah Manajemen kesehatan tidak efektif

No Kriteria Perhitungan Score


1 2 3 4
1 Sifat masalah Skor x bobot = 3x1 1
Skala: Angka tertinggi 3
- Actual
- Resiko
- potensial
2 Kemungkinan Skor x bobot = 2x2 2
masalah diubah Angka tertinggi 2
- Dengan
mudah
- Hanya
sebagian
- Tidak
dapat
3 Potensi masalah Skor x bobot = 2x1 2/3
untuk dicegah Angka tertinggi 3
- Tinggi
- Cukup
- rendah
4 Menonjolkan Skor x bobot = 2x2 1
masalah : Angka tertinggi 2
- masalah
berat harus
ditangani
- masalah
tidak perlu
segera
ditangani
- masalah
tidak
dirasakan
Total skor 4 2/3

Diagnosa Keperawatan
Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat dalam mengenal masalah anggota
keluarga dengan diabetes.

X. RENCANAKEPERAWTAN

Diagnosa Tujuan
No Intervensi
Keperawatan Umum Khusus
1 Manajemen Keluarga mampu
kesehatan keluarga Setelah diberikan menjelaskan : - Kaji pengetahuan
tidak efektif askep selama 2 x - Pengertian keluarga tentang
berhubungan dengan interaksi keluarga - diabetes diabetes
ketidakmampuan diharapkan - Jelaskan kepada
keluarga merawat pengetahuan keluarga Tn. R dan
dalam tentang diabetes keluarga tentang
mengenal masalah bertambah. pengertian
anggota keluarga diabetes,
dengan 1. Setelah dirawat penyebab, tanda ,
diabetes. selama 1 kali - Penyebab diabetes dan gejala serta
kunjungan selama 30 - Tanda dan gejala cara perawatan
menit diharapkan diabetes diabetes
keluarga mampu - Cara perawatan
mengenal diabetes. diabetes

2. Setelah dirawat - Akibat bila - Jelaskan pada


selama 1 kali perawatan diabetes klien dan
kunjungan selama tidak dilaksanakan keluarga akibat
20 menit - Motivasi klien apabila perawatan
diharapkan untuk melakukan diabetes tidak
keluarga keluarga diet diabetes. dilaksanakan.
mampu mengenal - Beri pujian
dampak jika tidak kepada klien
melakukan diet untuk memotivasi
diabetes diri dalam
melaksanakan
diet diabetes
3. Setelah dirawat - Menghindari hal- - Motivasi klien
selama 1 kali hal yang dapat agar menghindari
kunjungan selama mengakibatkan hal-hal yang
30 menit risiko terjadinya dapat
diharapkan diabetes meningkatkan
keluarga mampu - Minum obat secara risiko terjadinya
merawat anggota teratur diabetes
keluarga yang sakit - Anjurkan klien
untuk tetap
minum obat
secara teratur
4. Setelah dirawat - Keluarga mengajak - Anjurkan keluarga
selama 1 kali klien untuk control untuk mengajak
kunjungan selama ke Puskesmas klien tetap kontrol
10 menit ke puskesmas
diharapkan untuk
keluarga mampu mendapatkan
memanfaatkan pengobatan
fasilitas kesehatan
yang ada
5. Setelah dirawat - Keluarga mampu - Jelaskan tujuan
selama 1 kali menerapkan hidup dari sering
kunjungan selama sehat dengan cara olahraga
45 menit rutin olahraga. - Jelaskan dan
diharapakan demonstrasikan
keluarga mampu cara olahraga
menerapkan hidup ringan.
sehat dengan cara
rutin olahraga.
6. Upaya promosi - Keluarga mengerti
kesehatan (Covid- tentang : - Jelaskan tindakan
19) d. Tindakan yang yang harus
harus dilakukan dilakukan saat
saat adanya adanya pandemi
pandemi covid-19
e. Waktu dan cara - Jelaskan dan
menggunakan demonstrasikan
masker waktu dan cara
f. Waktu dan menggunakan
bagaimana cara masker
mencuci tangan - Jelaskan dan
demonstrasikan
waktu dan
bagaimana cara
mencuci tangan

XI. IMPLEMENTASI

No Hari/Tgl/Jam No. Dx Implementasi


1 2 3 4
1 Senin, 19 Manajemen kesehatan keluarga
Oktober tidak efektif berhubungan dengan - Kaji pengetahuan keluarga
2020 ketidakmampuan tentang diabetes
08.00 Wita keluarga merawat dalam - Jelaskan kepada keluarga tentang
mengenal masalah pengertian diabetes, penyebab,
anggota keluarga dengan tanda , dan gejala serta cara
diabetes. perawawtan diabetes

2 Senin, 19 Manajemen kesehatan keluarga


Oktober tidak efektif berhubungan dengan - Jelaskan pada klien dan keluarga
2020 ketidakmampuan akibat apabila perawatan diabetes
08.30 wita keluarga merawat dalam tidak dilaksanakan.
mengenal masalah - Beri pujian kepada klien untuk
anggota keluarga dengan memotivasi diri dalam
diabetes melaksanakan diet diabetes
3 Senin, 19 Manajemen kesehatan keluarga
Oktober tidak efektif berhubungan dengan - Motivasi klien agar menghindari
April 2020 ketidakmampuan hal-hal yang dapat meningkatkan
08.50 wita keluarga merawat dalam risiko terjadinya diabetes
mengenal masalah - Anjurkan klien untuk tetap
anggota keluarga dengan minum obat secara teratur
diabetes
4 Selasa, 20 Manajemen kesehatan keluarga
Oktober tidak efektif berhubungan dengan - Anjurkan keluarga untuk
2020 ketidakmampuan mengajak klien tetap kontrol
09. 10 Wita keluarga merawat dalam secara rutin ke puskesmas untuk
mengenal masalah mendapatkan pengobatan
anggota keluarga dengan
diabetes
5 Selasa, 20 Manajemen kesehatan keluarga
Oktober tidak efektif berhubungan dengan - Jelaskan tujuan dan manfaat rutin
2020 ketidakmampuan olahraga untuk kesehatan.
09.30 wita keluarga merawat dalam - Jelaskan dan demonstrasikan cara
mengenal masalah olahraga yang baik.
anggota keluarga dengan
diabetes
6 Selasa, 20 Manajemen kesehatan keluarga
Oktober tidak efektif berhubungan dengan - Jelaskan tindakan yang harus
2020 ketidakmampuan dilakukan saat adanya pandemic
-
10.30 wita covid-19
keluarga merawat dalam
- Jelaskan dan demonstrasikan
mengenal masalah
waktu dan cara menggunakan
anggota keluarga dengan
masker
diabetes
- Jelaskan dan demonstrasikan
waktu dan bagaimana cara
mencuci tangan
XII. EVALUASI

Hari / Tgl / Jam Dx Keperawatan Evaluasi Paraf


1 2 3 4
Rabu, 21 Manajemen kesehatan S:
Oktober 2020, keluarga tidak efektif - Tn. R dan keluarga mengatakan
Pukul 09.00 berhubungan dengan mengerti penjelasan tentang diabetes
Wita ketidakmampuan yang sudah dijelaskan.
keluarga merawat dalam - Tn.R dan keluarga mengatakan sudah
mengenal masalah mengerti tentang cara olahraga yang
anggota keluarga diajarkan.
dengan - Tn. R dan keluarga mengatakan
diabetes. mengerti tentang bagaimana cara
mengahadapi pandemi virus corona
yang telah diajarkan seperti
penggunaan masker dan cuci tangan.
O:
- Tn. R dan keluarga sangat kooperatif
menerima penjelasan tentang
diabetes, penjelasan menghadapi
pandemi virus covid-19
- - Tn. R mampu menerapkan cara
olahraga yang baik, mampu
mempraktekan bagaimana
penggunaan masker dan cuci tangan
yang benar dalam menghadapi
pandemi.
A:
Tujuan tercapai
P:
Pertahankan dan tetap beri dukungan
pada keluarga dan Tn. R dalam
menjalani pengobatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan, tetap
melakukan control ke fasilitas pelayanan
kesehatan.
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
BAB III
3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. (2012). Medikal bedah untuk mahasiswa. Yogyakarta: Diva Press.

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler


Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC.

Buss, J. S., & Labus, D. (2013). Buku saku patofisiologi menjadi sangat mudah
edisi 2 Diterjemahkan oleh Huriawati Hartanto. Jakarta: EGC.

Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan


Praktek.Edisi ke-5. Jakarta: EGC.

Guyton, A. C. (2012). Guyton fisiologi manusia dan mekanisme penyakit edisi


revisi. Jakarta: EGC.

Kowalak, J. P., Weish, W., & Mayer, B. (2011). Buku ajar patofisiologi
Diterjemahkan oleh Andry Hartono. Jakarta: EGC.

Muttaqin, A. (2014). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan


kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Nurhidayat, S. (2015). Asuhan Keperawatan pada Pasien Hipertensi Dengan


Pendekatan Riset. Ponorogo: UNMUH Press.

RI, D. (2014). Profil Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta: Kemenkes RI.


Saferi, A., & Mariza, Y. (2013). KMB I keperawatan medikal bedah
(keperawatan dewasa). Yogyakarta: Nu Med.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2008). Buku ajar keperawatan medikal bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J., & Cheever, K. (2012). Brunner &
Suddarth S textbook of medical-surgical nursing twelfth edition. Wolters
Kluwer Health.

Sudarta, I. W. (2013). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem


cardiovaskuler. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Suprajitno. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Triyanto, E. (2014). Pelayanan keperawatan bagi penderita Hipertensi secara


terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Udjianti, W. (2011). Keperawatan kardiovaskuler. Yogyakarta: Salemba Medika.

WHO, W. H. (2014). Dipetik April 14, 2020, dari http://www.apps.whoso.intgho

Anda mungkin juga menyukai