HIPERTENSI
Oleh Kelompok 5 :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan
Keluarga dengan judul “Pemberian Asuhan Keperawatan Keluarga Penderita
Hipertensi,rematik,gizi buruk dan DM”. Dalam makalah ini kami membahas
mengenai teori dan pengaplikasian pemberian asuhan keperawatan pada keluarga
yang menderita penyakit Hipertensi,rematik,gizi buruk dan DM .
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Dosen pengampu mata
kuliah Keperawatan Keluarga yaitu Bapak Ns. Mochamad Heri, S.Kep.,M.Kep
karena telah memberikan tugas ini sehingga kami mampu mengetahui pemberian
asuhan keperawatan pada keluarga yang menderita penyakit Hipertensi. Makalah
yang kami buat tentu saja belum mencapai sempurna, maka dari itu kami
memerlukan kritik dan saran dari pembaca makalah ini untuk menunjang
kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.3. Tujuan................................................................................................................1
1.4. Manfaat..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
DOKUMENTASI KEPERAWATAN................................................................30
3.1. Simpulan..........................................................................................................31
3.2. Saran................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keluarga adalah dua atau lebih dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pemangkatan dan mereka hidup
dalam suatu rumah tangga dan berinteraksi satu sama lain dan di dalam
peranannya masing-masing dan menciptakan serta memperhatikan suatu
kebudayaan (Salvician G.Bailon dan Maglaya, 2008).
Dalam setiap keluarga harus saling memperhatikan kondisi kesehatan fisik
masing-masing anggota keluarga, maka dari itu diperlukan asuhan
keperawatan keluarga guna memberikan pelayanan kesehatan pada suatu
keluarga. Asuhan keperawatan keluarga adalah proses keperawatan atau
metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan
asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap
keluarga sesuai dengan rencana yang telah telah disusun dan mengevaluasi
mutu hasil asuhan yang telah dilaksanakan terhadap keluarga.
Di pembahasan materi pada makalah ini kami akan membahas mengenai
pemberian asuhan keperawatan pada keluarga yang memiliki riwayat penyakit
hipertensi.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka di dapat kan rumusan masalah
sebagai berikut: “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada keluarga
dengan riwayat penyaikit hipertens,rematik gizi buruk dan DM?”
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan melaksankan pemberian
asuhan keperawatan pada keluarga yang memiliki riwayat penyakit
hipertensi.
1
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi hipertensi
2. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi dan faktor resiko
hipertensi
3. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi hipertensi
4. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis dari hipertensi
5. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang dari
hipertensi.
6. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan medis hipertensi.
7. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan keluarga
dengan penyakit hipertensi.
1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat Bagi Instansi
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi lembaga
pendidikan untuk sebagai referensi tugas selanjutnya bagi mahasiswa.
1.4.2. Manfaat Bagi Mahasiswa
Dapat dijadikan acuan dengan adanya asuhan keperawatan
keluarga yang menunjang pada pelaksanaan praktek kerja lapangan
(PKL).
1.4.3. Manfaat Bagi Pembaca
Untuk menambah wawasan bagi pembaca tentang asuhan
keperawatan keluarga khususnya pada penyakit hipertensi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hipertensi
2.1.1 Definisi
Pengertian hipertensi oleh beberap sumber adalah sebagai berikut:
a. Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan
angka mordibitas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140
mmHg menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung
dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke
jantung (Triyanto, 2014).
b. Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang
sering terjadi pada lansia, dengan kenaikan tekanan darah sistolik
lebih dari 150 mmHg dan tekanan 90 mmHg, tekanan sistolik 150-155
mmHg dianggap masih normal pada lansia (Sudarta, 2013).
c. Hipertensi merupakan faktor resiko penyakt kardiovaskuler,
aterosklerosis, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal ditandai dengan
tekanan darah sistolik lebih dar 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pad dua kali pengukuran
atau lebih (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2012).
d. Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah baik sistolik maupun
diastolik yang terbagi menjadi dua tipe yaitu hipertensi esensial yang
paling sering terjadi dan hipertensi sekunder yang disebabkan oleh
penyakit renal atau penyebab lain, sedangkan hipertensi malignan
merupakan hipertensi yang berat, fulminan dan sering dijumpai pada
dua tipe hipertensi tersebut (Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).
e. Hipertensi merupakan peningkatan abnormal tekanan darah di dalam
pembuluh darah arteri dalam satu periode, mengakibatkan arteriola
berkonstriksi sehingga membuat darah sulit mengalir dan
meningkatkan tekanan melawan dinding arteri (Udjianti, 2011).
3
Berdasarkan pengertian oleh beberapa sumber tersebut, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik dan diastolik, dengan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg, hipertensi juga merupakan
faktor resiko utama bagi penyakit gagal ginjal, gagal jantung dan stroke.
2.1.2 Etiologi dan Faktor Resiko Hipertensi
a. Etiologi Hipertensi
1. Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat
diketahui, sementara penyebab sekunder dari hipertensi esensial
juga tidak ditemukan. Pada hipertensi esensial tidak ditemukan
penyakit renivaskuler, gagal ginjal maupun penyakit lainnya,
genetik serta ras menjadi bagian dari penyebab timbulnya
hipertensi esensial termasuk stress, intake alkohol moderat,
merokok, lingkungan dan gaya hidup (Triyanto, 2014).
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui seperti
kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), hiperldosteronisme, penyakit perenkimal (Buss &
Labus, 2013).
b. Faktor Resiko Hipertensi
1) Faktor resiko yang bisa dirubah
a) Usia
Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang
berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya
usia maka semakin tinggi pula resiko mendapatkan hipertensi.
Insiden hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya
usia, hal ini disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh
yang mempengaruhi pembuluh darah, hormon serta jantung
(Triyanto, 2014).
b) Lingkungan (stres)
4
Faktor lingkungan seperti stress juga memiliki pengaruh
terhadap hipertensi. Hubungan antara stress dengan hipertensi
melalui saraf simpatis, dengan adanya peningkatan aktivitas
saraf simpatis akan meningkatkan tekanan darah secara
intermitten (Triyanto, 2014).
c) Obesitas
Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah
kegemukan atau obesitas. Penderita obesitas dengan hipertensi
memiliki daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita yang memiliki
berat badan norml (Triyanto, 2014).
d) Rokok
Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus
pelepasan katekolamin. Katekolamin yang mengalami
peningkatan dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung,
iritabilitas miokardial serta terjadi vasokontriksi yang dapat
meningkatkan tekanan darah (Ardiansyah, 2012).
e) Kopi
Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein.
Kafein sebagai anti-adenosine (adenosine berperan untuk
megurangin kontraksi otot jantung dan relaksasi pembuluh
darah sehingga menyebabkan tekanan darah turun dan
memberikan efek rileks) menghambat reseptor untuk berikatan
dengan adenosine sehingga menstimuus sistem saraf simpatis
dan menyebabkan pembuluh darah mengalami konstriksi
disusul dengan terjadinya peningkatan tekanan darah
(Triyanto, 2014).
2) Faktor resiko yang tidak bisa dirubah
a) Genetik
Faktor genetik ternyata juga memiliki peran terhadap angka
kejadian hipertensi. Penderita hipertensi esensial sekitar 70-
80% lebih banyak pada kembar monozigot (satu telur) dari
5
pada heterozigot (beda telur). Riwayat keluarga yang
menderita hipertensi juga menjadi pemicu seseorang menderita
hipertensi, oeh sebab itu hipertensi disebut penyakit turunan
(Triyanto, 2014).
b) Ras
Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar
untuk menderita hipertensi primer ketika predisposisi kadar
remin plasma yang rendah mengurangi kemampuan ginja
untuk mengekskresikan kadar natrium yang berlebih
(Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).
2.1.3 Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor medulla otak. Rangsangan pusat vasomotor yang
dihantarkan dalam bentuk impuls bergerak menuju ganglia simpatis melalui
saraf simpatis. Saraf simpatis bergerak melanjutkan ke neuron preganglion
untuk melepaskan asetilkolin sehingga merangsang saraf pascaganglion
bergerak ke pembuluh darah untuk melepaskan norepineprin yang
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Mekanisme hormonal sama
halnya dengan mekanisme saraf yang juga ikut bekerja mengatur tekanan
pembuluh darah (Smeltzer & Bare, Buku ajar keperawatan medikal bedah
Brunner & Suddarth, 2008). Mekanisme ini antara lain:
a. Mekanisme vasokontriktor norepineprin-epineprin
Perangsangan susunan saraf simpatis selain menyebabkan eksitasi
pembuluh darah juga menyebabkan pelepasan norepineprin dan
epineprin oleh medulla adrenal ke dalam darah. Hormon norepineprin
dan epineprin yang berada di dalam sirkulasi darah akan merangsang
pembuluh darah untuk vasokontriksai. Faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokontriktor (Saferi & Mariza, 2013).
b. Mekanisme vasokontriktor renin-angiotensin
Renin yang dilepaskan oleh ginjal akan memecah plasma menjadi
substrat renin untuk melepaskan angiostensin I, kemudian dirubah
6
menjadi angiostensin II yang merupakan vasokonstriktor kuat.
Peningkatan tekanan darah dapat terjadi selama hormon ini masih
menetap didalam darah (Guyton, 2012).
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer memiliki pengaruh pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
lanjut usia (Smeltzer & Bare, Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner
& Suddarth, 2008). Perubahan struktural dan fungsional meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan kemampuan
relaksasi otot polos pembuluh darah, sehingga menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah, sehingga menurunkan
kemampuan aorta dan arteri besar dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan
curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Saferi & Mariza, 2013).
7
PATHWAYHIPERTENSI
HIPERTENSI Vasokontriksi
pemb.darah
Kecenderungankeluarga
ygmengarahkeperilaku TDmeningkat>130/80mmHg,sakitkepala,pusing,rasa
ygburuk beratditengkuk,lemah&lelah
Polaperilakukurangmencari
bantuankesehatan Tidakmemahamimasalah
kesehatanygdideritaolehanggota
keluarga
Ketidakmampuanbertanggung
jawabuntukmemenuhipraktik
Aktivitaskeluargauntukmengatasi
kesehatan(mentaatidiet,tidak
Mengabaikanhub.dganggotakeluarga masalahkesehatantidaktepat
merokok,makananberlemak)
Gangguanindividualisme MK:Ketidakefektifanmanajemen
MK:Ketidakefektifan kesehatankeluarga
pemeliharaankesehatan Melakukanrutinitastanpamempedulikankebutuhanklien
(interaksi/sosialisai )
Hubungankeluargaterganggu
Kesulitandgprogrampengobatanyg
Mengabaikanprogrampengobatan sudahdijadwalkan
Interaksiberkurang Aktivitassehari-haridapatterganggu
MK:Ketidakmampuankoping MK:Ketidakefektifan
keluarga manajemenkesehatan
9
2.1.4 Manifestasi Klinis Hipertensi
Manifestasi klinik menurut Ardiansyah (2012) muncul setelah penderita
mengalami hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara lain:
a. Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunan
langkah tidak mantap.
b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karena
peningkatan tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah.
c. Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita.
d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi
darah akibat vasokontriksi pembuluh darah.
e. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari
peningkatan aliran darah ke ginja dan peningkatan filtrasi oleh
glomerulus.
Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik), namun tanda-
tanda klinis seperti tekanan darah yang menunjukkan kenaikan pada dua kali
pengukuran tekanan darah secara berurutan dan bruits (bising pembuluh
darah yang terdengar di daerah aorta abdominalis atau arteri karotis, arteri
renalis dan femoralis disebabkan oleh stenosis atau aneurisma) dapat terjadi.
Jika terjadi hipertensi sekunder, tanda maupun gejalanya dapat berhubungan
dengan keadaan yang menyebabkannya. Salah satu contoh penyebab adalah
sindrom cushing yang menyebabkan obesitas batang tubuh dan striae
berwarna kebiruan, sedangkan pasien feokromositoma mengalami sakit
kepala, mual, muntah, palpitasi, puct dan perspirasi yang sangat banyak
(Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ
seperti ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
10
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renall,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin
7. Foto dada dan CT scan (Nurhidayat, 2015).
2.1.6 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Non-farmakologi
Pengobatan non-farmakologis menurut Muttaqin 2014
diantaranya dengan melakukan hal – hal sebagai berikut :
1) Mengatasi atau menurunkan berat badan berlebih
2) Membatasi atau mengurangi asupan garam
3) Melakukan tehnik – tehnik untuk mengurangi stress
4) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan melakukan
olahraga selama 30 menit sebanyak 3 – 4 kali dalam satu minggu,
mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok dan konsumsi
alkohol.
b. Farmakologi
Upaya menurunkan tekanan darah dilakukan dengan menggunakan
obat anti hipertensi, berikut beberapa terapi farmakologi hipertensi
menurut Aspiani 2014:
1) Diuretik
Diuretik bekerja melalui berbagai mekanisme untuk
mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan
ekskresi garam dan juga air.Hal ini mengurangi volume cairan
dalam sirkulasi dan menurunkan tekanan darah.
2) Penghambat Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor (ACE-
Inhibitor)
Menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim
yang diperlukan. Secara tidak langsung menurunkan sekresi
aldosterone yang akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium
pada urine yang kemudian menurunkan volume plasma,curah
jantung dan menurunkan tekana darah
3) Penghambat Andenoreseptor ( - Bloker)
11
Menghambat reseptor pada otot yang secara normal
berespons terhadap rangsangan saraf simpatis dengan
vasokonstriksi.
4) Penghambat Adrenoreseptor β (β – Bloker)
Bekerja pada reseptor beta dijantung untuk menurunkan
kecepatan denyut dan curah jantung.Sehingga tekanan yang
disebabkan oleh pompa jantung berkurang dan membuat jantung
bekerja lebih ringan.
I. DATA UMUM
1. Nama kepala keluarga : Tn. W
2. Umur : 50 Tahun
3. Pendidikan : SMP
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Agama : Hindu
6. Suku / Bangsa : Bali/ Indonesia
7. Alamat : Desa Pakisan
8. Susunan Keluarga
L
Umur Hub. Kondis
No Nama / Pendidikan Pekerjaan Imunisasi Ket
(th) dg KK i
P
Tidak Tidak
1 Tn. M 85 L Ayah - Sehat
sekolah bekerja
Kepala
Hiperte
2 Tn. W 50 L Keluar SMP Wirswasta -
nsi
ga
12
4 Tn. S 23 L Anak S1 Mahasiswa Lengkap Sehat
9. Genogram
Keterangan :
: Kasus
Meninggal laki-laki :
Laki-laki :
Meninggal perempuan :
Perempuan :
13
11. Spiritual Keluarga
12. Pendidikan
(Rp) (Rp)
listrik, air,
kebutuhan
makanan, biaya
anak
kuliah/sekolah
dan kebutuhan
sehari-hari
14
biasanya lebih banyak menghabiskan waktu dirumah. Dan pada
saat pengkajian Tn. W sedang menonton TV.
III. LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah dan denah rumah
Tn. W mengatakan rumah yang ditempatinya sekarang adalah
rumah milik pribadi dengan luas + 9.5 are dengan tiperumah permanen.
Jumlah kamar yang yaitu 4 kamar tidur, 1 dapur, 2 kamar mandi
ditambah WC1 dan 1 ruang tamu. Ventilasi dan pencahayaan sinar cukup
baik, dalam kamar terdapat jendela yangsering dibuka. Lantai di luar dan
di dalam rumah cukup bersih, barang-barang teratur dengan rapi.
Penerangan rumah menggunakan lampu listrik pada malam hari, lantai
terbuat dari keramik. Pembuangan limbah WC menggunakan Septik
tank, pembuangan limbah dapur biasanya dikumpulkan dan dibakar,
15
terdapat tempat sampah. Sumber air memakai PAM, yang
digunakan untuk mandi, mencuci dam memasak. Untuk air minun
biasanya keluarga membeli air minum kemasan.
Denah Rumah
KT P
U KT
KT
B T
KS
S RT
KT
Keterangan :
a) P : Padmasana
b) KS : Kamar Suci
c) KT : Kamar Tidur
d) RT : Ruang Tamu
e) D : Dapur
f) T : Toilet
2. Karakteristik tetangga dan Komunitas RW
16
Tn.W mengatakan tinggal di rumah yang di tempati sekarang
sejak lahir yaitu tahun 1968.Tn. W mengatakan tinggal di rumahnya
sekarang sudah ± 52 tahun.
3. Struktur Peran
Masing-masing anggota keluarga dapat melakukan peranya, Tn. W
dijadikan sebagai panutan dalam keluarga, tidak ada pengaruh kelas
sosial, budaya, perkembangan keluarga serta masalah kesehatan
terhadap peran keluarga, tidak ada penyimpangan peran dan konflik
daalam keluarga dan menghargai satu sama lain, dimana Tn.W
mengatakan yang menafkahi keluarga adalah Tn. W dan Istrinya.
4. Nilai dan Norma Keluarga
17
Etika dalam keluarga ditanamkan sejak dini pada anak-anaknya,
keluarga menerapkan sistem demokrasi dengan memberikan kebebasan
kepada anggota keluarga terutama dalam mengungkapkan masalahnya
dengan selalu melihat aturan yang ada.
V. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis
Jumlah anak yang dimiliki Tn. w ada 2 orang, 1 anak
perempuan dan 1 anak laki-laki.
2. Fungsi Psikologis
Tn. W merasa bahagia karna ia tinggal bersama istri dan
anak-anaknya dirumah.
3. Fungsi Sosialisasi
Interaksi Tn. W dan keluarga terjalin dengan sangat baik,
saling mendukung, bahu membahu, dan saling ketergantungan
Masing masing anggota keluarga masih memperhatikan dan
menerapkan sopan santun dalam berperilaku.
4. Fungsi Ekonomi
Tn. W dan keluarga mampu memenuhi kebutuhan hidup
sehari hari dari pendapatan yang diterima.
5. Fungsi Pendidikan
Klien hanya mampu menyekolahkan anaknya sampai tingkat SMA.
18
3. Strategi adaptasi disfungsional
Dalam keluarga Tn. W tidak ada yang bersifat otoriter
dan melakukan tindakan kekerasan.
4. Harapan Keluarga
Tn. w berharap ia dan keluarganya sehat. Dan Keluarga
juga berharap petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan yang
baik, tepat, dan cepat kepada siapa saja yang membutuhkan.Tidak
membeda bedakan seseorang dalam memberikan pelayanan
kesehatan, miskin maupun kaya.
VII. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
e. Leher
Bentuk dada simetris, ekspansi dada
simetris, Tidak terdapat retraksi otot dada
19
Thorax
a. Paru Warna kulit coklat, tidak ada acites, dinding
perut lebih rendah dari dinding dada, Tidak
ada lesi
5 5
Ekstremitas 5 5
Integumen
20
VII. ANALISA DATA
IX. SKORING
21
1 2 3 4
1 Sifat masalah Skor x bobot = 3x1 1
Skala: Angka tertinggi 3
- Actual
- Resiko
- potensial
Diagnosa Keperawatan
22
Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat dalam mengenal masalah anggota
keluarga dengan hipertensi.
X. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan
No Intervensi
Keperawatan Umum Khusus
23
2. Setelah dirawat - Akibat bila - Jelaskan pada
selama 1 kali perawatan klien dan
kunjungan selama hipertensi tidak keluarga akibat
20 menit dilaksanakan apabila perawatan
diharapkan - Motivasi klien hipertensi tidak
keluarga keluarga untuk melakukan dilaksanakan.
mampu mengenal diet hipertensi. - Beri pujian
dampak jika tidak kepada klien
melakukan diet untuk memotivasi
hipertensi diri dalam
melaksanakan
diet hipertensi
3. Setelah dirawat - Menghindari hal- - Motivasi klien
selama 1 kali hal yang dapat agar menghindari
kunjungan selama mengakibatkan hal-hal yang
30 menit risiko terjadinya dapat
diharapkan hipertensi meningkatkan
keluarga mampu - Minum obat secara risiko terjadinya
merawat anggota teratur Hipertensi
keluarga yang sakit - Anjurkan klien
untuk tetap
minum obat
secara teratur
4. Setelah dirawat - Keluarga mengajak - Anjurkan keluarga
selama 1 kali klien untuk control untuk mengajak
kunjungan selama ke Puskesmas klien tetap kontrol
10 menit ke puskesmas
diharapkan untuk
keluarga mampu mendapatkan
memanfaatkan pengobatan
fasilitas kesehatan
yang ada
24
5. Setelah dirawat - Keluarga mampu - Jelaskan tujuan
selama 1 kali menerapkan dan manfaat
kunjungan selama pemberian terapi penggunaan
45 menit menggunakan aroma terapi
diharapakan aroma terapi lemon. lemon untuk
keluarga mampu mengurangi
menerapkan tekanan darah
pemberian terapi tinggi
aroma terapi lemon - Jelaskan dan
untuk mengurangi demonstrasikan
tekanan darah cara
tinggi menggunakan
aroma terapi
lemon
6. Upaya promosi - Keluarga mengerti - Jelaskan tindakan
kesehatan (Covid- tentang : yang harus
19) a. Tindakan yang dilakukan saat
harus dilakukan adanya pandemi
saat adanya covid-19
pandemi - Jelaskan dan
b. Waktu dan cara demonstrasikan
menggunakan waktu dan cara
masker menggunakan
c. Waktu dan masker
bagaimana cara - Jelaskan dan
mencuci tangan demonstrasikan
waktu dan
bagaimana cara
mencuci tangan
XI. IMPLEMENTASI
25
1 2 3 4 6
hipertensi
hipertensi
hipertensi
26
4 Selasa, 20 Manajemen kesehatan keluarga
Oktober tidak efektif berhubungan dengan
- Anjurkan keluarga untuk
2020 ketidakmampuan
mengajak klien tetap kontrol
09. 30 Wita keluarga merawat dalam secara rutin ke puskesmas untuk
mendapatkan pengobatan
mengenal masalah
hipertensi
27
mencuci tangan
XII. EVALUASI
1 2 3 4
Tujuan tercapai
P:
28
Pertahankan dan tetap beri dukungan pada
keluarga dan Tn. W dalam menjalani
pengobatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan, tetap melakukan control ke
fasilitas pelayanan kesehatan.
29
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
2.2 Rematik
2.2.1 Definisi Rematik
Rematik atau Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit
autoimun sistemik (Symmons, 2006).RA merupakan salah satu
kelainan multisistem yang etiologinya belum diketahui secara pasti
dan dikarateristikkan dengan destruksi sinovitis (Helmick,
2008).Penyakit ini merupakan peradangan sistemik yang paling umum
ditandai dengan keterlibatan sendi yang simetris (Dipiro, 2008).
Penyakit RA ini merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan
inflamasi sendi yang berlangsung kronik dan mengenai lebih dari lima
sendi (poliartritis) (Pradana, 2012).
Penyakit rematik meliputi cakupan luas dari penyakit yang
dikarakteristikkan oleh kecenderungan untuk mengefek tulang, sendi,
dan jaringan lunak (Soumya, 2011). Penyakit rematik dapat
digolongkan kepada 2 bagian, yang pertama diuraikan sebagai
penyakit jaringan ikat karena ia mengefek rangka pendukung
(supporting framework) tubuh dan organ-organ internalnya. Antara
penyakit yang dapat digolongkan dalam golongan ini adalah
osteoartritis, gout, dan fibromialgia. Golongan yang kedua pula
dikenali sebagai penyakit autoimun karena ia terjadi apabila sistem
imun yang biasanya memproteksi tubuh dari infeksi dan penyakit,
mulai merusakkan jaringan-jaringan tubuh yang sehat. Antara penyakit
yang dapat digolongkan dalam golongan ini adalah rheumatoid artritis,
spondiloartritis, lupus eritematosus sistemik dan skleroderma.
(NIAMS, 2008)
1) Jenis kelamin
2) Usia,dapat terjadi pada usia muda 30-50 tahun, usia lanjut terutama
pada wanita kasus AR meningkat.
3) Obesitas : memacu meningkatnya oksidan melalui berbagai
mekanisme
4) Genetik, keluarga yang memiliki anggota keluarga terkena AR
memiliki risiko lebih tinggi, dan dihubungkan dengan gen HLA-DR4.
Faktor inisiasi adalah perokok , infeksi bakteri atau virus menjadi
inisiasi dari AR, pil kontrasepsi, gaya hidup : stres dan diet mengawali
inflamasi sendi.
2. Jenis Kelamin Wanita lebih sering terkena Rematik pada lutut dan
sendi, dan lelaki lebih sering terkena Rematik pada paha, pergelangan
tangan dan leher. Secara keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi
Artritis Reumatoid kurang lebih sama pada lelaki dan wanita tetapi
usia diatas 50 tahun frekuensi Artritis Reumatoid lebih banyak pada
wanita dari pada pria, hal ini menunjukkan adanya peran hormonal
pada patogenesis Artritis Reumatoid. Insidensinya meningkat seiring
usia, 25 hingga 30 orang dewasa per 100.000 pria dewasa dan 50
hingga 60 per 100.000 wanita dewasa.
3. Usia Dari semua faktor resiko untuk timbulnya Rematik, faktor usia
adalah yang kuat. Prevalensi dan beratnya Artritis Reumatoid semakin
meningkat dengan bertambahnya usia. Artritis Reumatoid hampir tak
pernah terjadi pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun
dan lebih banyak pada umur diatas 60 tahun.
Ada beberapa keluhan pada sendi yang dirasakan oleh penderita, antara
lain:
Nyeri sendi
Sendi bengkak
Keluhan pada sendi ini biasanya berawal dari sendi di kaki, sehingga
dapat menimbulkan keluhan:
Cervical myelopath
Sindrom sjogren
Kondisi ini terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar air
mata dan ludah, sehingga menimbulkan keluhan mata kering dan
mulut kering.
Limfoma
Penyakit jantung
2. Pemeriksaan darah
3. Pencitraan
4. Arthrocentesis
Edukasi Pasien
o Terapi Okupasional
I. DATA UMUM
1. Nama kepala keluarga(KK) : Tn. S
2. Alamat dan telepon : Desa Patas
3. Pekerjaan kepala keluarga : Guru
4. Pendidikan kepala keluarga : S1
5. Komposisi keluarga dan genogram
Komposisi Keluarga
Ket
Umur L/ Hub. dg
No Nama Pendidikan Pekerjaan Imunisasi kondisi
(th) P KK
Kepala
1 Tn. S 59 th L S1 Guru - Rematik
Keluarga
Kepala
2 Ny. S 56 th P SD IRT - Sehat
Keluarga
Tidak Tidak
3 Ny. R 34 th P Anak Lengkap Sehat
sekolah bekerja
Genogram
Keterangan :
: Kasus
: Meninggal laki-laki
: Laki-laki
: Meninggal perempuan
: Perempuan
6. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. S Termasuk dalam keluarga inti (Nucear family) yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak
7. Suku Bangsa
Suku bangsa kelurga Tn. S adalah Bali
8. Agama
Agama Tn. S adalah Hindu
9. Status Social Ekonomi Keluarga
Pendapatan Tn. S dalam sebulan 4.900.000/bulan dari hasil
pekerjaannya sebagai guru dan istrinya tidak bekerja. Penghasilan Tn.S cukup
untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
10. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga mengatakan tidak punya aktivitas rekreasi yang khusus.
Keluarga mengatakan bila ada waktu luang diisi dengan berbincang-bincang
dengan anggota keluarga, biasanya lebih banyak menghabiskan waktu
dirumah.
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
11. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn.S saat ini berada dalam tahap perkembangan keluarga
dengan anak dewasa awal
12. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Tn.S mengatakan tugas perkembangan pada tahap ini sudah terpenuhi
dengan baik.
13. Riwayat keluarga inti
Saat ini Tn. S sedang mengalami reatik. Penyakit yang sering
dideritanya oleh keluarga Tn. S di antaranya sakit tulang punggung dan bahu.
Tidak terdapat penyakit menular dan tidak mempunyai penyakit menular.
14. Riwayat keluarga sebelumnya
Dalam keluarga Tn. S mengatakan dari keluarganya ada yang
menderita rematik yaitu ibu kandungnya
III. Pengkajian Lingkungan
15. Karakteristik Rumah dan denah rumah
Tn. S mengatakan rumah yang ditempatinya sekarang adalah rumah
milik anak pertamnya dengan luas + 9.5 are dengan tipe rumah permanen.
Jumlah kamar yang yaitu 3 kamar tidur, 2 dapur, 2 kamar mandi dan 1 ruang
tamu. Ventilasi dan pencahayaan sinar cukup baik, dalam kamar tidur tidak
terdpat jendela. Lantai di luar dan di dalam rumah cukup bersih, barang-
barang teratur dengan rapi. Penerangan rumah menggunakan lampu listrik
pada malam hari, lantai terbuat dari keramik. Pembuangan limbah WC
menggunakan Septik tank, pembuangan limbah dapur biasanya
dikumpulkan dan dibakar, terdapat tempat sampah. Sumber air sumur, yang
digunakan untuk mandi, mencuci dam memasak. Untuk air minun biasanya
keluarga membeli air minum kemasan.
Denah Rumah
U D T T
D
KT
B T
KT RT
S
KT
P
Keterangan :
g) P : Padmasana
h) KS : Kamar Suci
i) KT : Kamar Tidur
j) RT : Ruang Tamu
k) D : Dapur
l) T : Toilet
Tn. S dan keluarga mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari hari dari
pendapatan yang diterima.
Dalam keluarga Tn. S tidak ada yang bersifat otoriter dan melakukan
tindakan kekerasan.
VII. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan keseluruhan anggota keluarga
mengatakan kurang
mengetahui penyebab tanda
atau gejala
˗ Tn. S mengatakan ia akan
meminum obat nyeri
apabila mengalami sakit
pada tulang punggung dan
bahunya
DO :
˗ Terdapat nyeri tekan pada
tulang punggung dan bahu
pada saat palpasi
˗ TTV :
TD : 120/70 mmHg
N : 100 x/menit
RR : 20x/mnt
S : 37°C
Diagnosa Keperawatan
8. Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya
8. Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya
Hilangnya lemak di bantalan kulit Daya tahan tubuh menurun Asam amino esensial
menurun
Kerusakan Keterlambatan
integritas kulit Resiko infeksi saluran
pertumbuhan dan
pekkembangan
Anoreksia Diare
Nutrisi Kekurangan
kurang dari volume
kebutuhan cairan
2.3.5 Klasifikasi Gizi Buruk
Gizi buruk berdasarkan gejala klinisnya dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Marasmus
Marasmus terjadi disebabkan asupan kalori yang tidak cukup.
Marasmus sering sekali terjadi pada bayi di bawah 12 bulan. Pada kasus
marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajah seperti orangtua,
kulit keriput, cengeng dan rewel meskipun setelah makan, perut cekung,
rambut tipis, jarang dan kusam, tulang iga tampak jelas dan pantat
kendur dan keriput (baggy pant).
b. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein yang berat
disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi namun
asupan protein yang inadekuat (Liansyah TM, 2015). Beberapa tanda
khusus dari kwashiorkor adalah: rambut berubah menjadi warna
kemerahan atau abu-abu, menipis dan mudah rontok, apabila rambut
keriting menjadi lurus, kulit tampak pucat dan biasanya disertai anemia,
terjadi dispigmentasi dikarenakan habisnya cadangan energi atau protein.
Pada kulit yang terdapat dispigmentasi akan tampak pucat, Sering terjadi
dermatitis (radang pada kulit), terjadi pembengkakan, terutama pada kaki
dan tungkai bawah sehingga balita terlihat gemuk. Pembengkakan yang
terjadi disebabkan oleh akumulasi cairan yang berlebihan. Balita
memiliki selera yang berubah-ubah dan mudah terkena gangguan
pencernaan
c. Marasmus
Kwashiorkor Memperlihatkan gejala campuran antara marasmus
dan kwashiorkor. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein
dan energi untuk pertumbuhan normal. Pada penderita berat badan
dibawah 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor
seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit serta kelainan biokimia
2.3.6 Gejala Klinis
Gejala gizi buruk atau kwashiorkor yang akan tampak adalah:
Pucat, kurus, perut cembung, dan kehilangan massa otot pada keempat
anggota geraknya
Anak terlihat sering gelisah
Terjadi gangguan pertumbuhan meliputi berat badan dan tinggi badan
Rambutnya menjadi mudah tercabut, tampak kusam, kering, dan sering
terjadi perubahan warna
Dapat pula terjadi perubahan pada kulit, kulit menjadi bersisik, terdapat
bercak-bercak putih dan merah muda dengan tepi kehitaman
2.3.7 Pemeriksaan Fisik Penderita Gizi Buruk
Berikut pemeriksaan fisik gizi buruk
a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U) BB/U adalah berat badan anak yang
dicapai pada umur tertentu. Berat badan adalah salah satu parameter
yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif
terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena
terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya
jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan merupakan parameter
antopometri yang sangat labil.
b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Tinggi badan menurut umur adalah
tinggi badan anak yang dicapai pada umur tertentu.Tinggi badan
merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Seiring dengan pertambahan umut tinggi badan akan tumbuh.
Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang
sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek.
Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam
waktu yang relatif lama. Bedasarkan karakteristik tersebut di atas, maka
indeks ini menggambarkan konsumsi protein masa lalu.
c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Ukuran antropometri yang
terbaik adalah menggunakan BB/TB atau BB/PB karena dapat
menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik.
BB/TB adalah berat badan anak dibandingkan dengan tinggi badan yang
dicapai.Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan.
Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan
pertumbuhan tinggi badan dan kecepatan tertentu.
2.3.8 Pemeriksaan Penunjang
A. Laporan Kasus
I. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn.P
2. Alamat dan telepon : Desa Sawan / -
3. Pekerjaan kepala keluarga : Wiraswasta
4. Pendidikan kepala keluarga : SD
5. Komposisi keluarga dan genogram
Komposisi Keluarga
Genogram Keluarga
Keterangan :
= laki-laki = laki-laki meninggal = anggota keluarga yang
sakit
= perempuan = perepuan = anggota yang tinggal
meninggal ........ serumah
6. Tipe Keluarga
Denah Rumah
U
16. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Klien tinggal diwilayah yang jarang ada interaksi dengan tetangga.
Klien tinggal di wilayah perumahan, jarak rumah satu dengan yang
lain dekat. Warga memiliki kebiasaan dan tradisi mengadakan gotong
royong sebulan sekali di daerah tempat tinggal
17. Mobilitas Geografis Keluarga
Sejak Tn. P menikah dengan istrinya keluarga Tn. P tinggal di
Sawan dan tidak pernah pindah.
Nilai nilai yang dianut oleh keluarga tidak ada yang bertentangan
dengan kesehatan. Keluarga meyakini bahwa kesehatan merupakan hal
yang penting. Tn. P mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebelum
makan dan menggosok gigi sebelum tidur.
V. Fungsi Keluarga
24. Fungsi Afektif
Keluarga Tn.P saling menyayangi dan peduli.
Tekanan darah 120/90 mmHg 110/80 mmHg 110/80 mmHg 110/80 mmHg 100/80 mmHg -
Pemeriksaan
Fisik
Rambut Tidak terdapat Kulit kepala bersih, Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala
benjolan pada tidak ada luka, tidak bersih, tidak bersih, tidak ada bersih, tidak ada bersih, tidak
kepala dan terdapat nyeri tekan dan nyeri tekan dan ada nyeri
ada benjolan, rambut
rambut benjolan dan lesi, rambut lesi, rambut tekan dan lesi,
terlihat ada tidak terlihat uban nyeri tekan, berwarna hitam berwarna hitam rambut
uban sedikit rambut berwarna
berwarna hitam
hitam
Sklera Sklera putih Sklera putih Sklera putih Sklera putih Sklera putih sclera
anikterik
Hidung Lubang Lubang hidung Lubang hidung Lubang hidung Lubang hidung Lubang
hidung simetris, tidak ada simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak ada hidung
simetris, tidak ada secret, ada secret, tidak secret, tidak ada
secret, tidak ada lesi simetris, tidak
ada secret, tidak ada lesi ada lesi lesi
tidak ada lesi ada secret,
tidak ada lesi
Telinga Bersih, tidak Bersih, tidak ada Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak ada Bersih, tidak
ada serumen, serumen, fungsi ada serumen, ada serumen, serumen, fungsi ada serumen,
fungsi pendengaran masih fungsi fungsi pendengaran fungsi
pendengaran baik pendengaran pendengaran masih baik pendengaran
baik masih baik masih baik masih baik
Mulut Mukosa bibir Mulut lembab, tidak Mulut lembab, Mulut lembab, Mulut lembab, Bibir lembab,
kering, terdapat karies gigi tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat belum tumbuh
terdapat karies gigi karies gigi karies gigi
gigi
karies gigi
Leher Tidak ada Tidak terdapat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Warna coklat,
benjolan , pembesaran vena benjolan , tidak benjolan , tidak benjolan , tidak tidak ada
tidak ada ada nyeri ada nyeri tekan, ada nyeri tekan,
jugularis pembesaran
nyeri tekan, tekan, leher leher bersih , leher bersih , dan
leher bersih , bersih , dan dan tidak ada tidak ada kelenjar
dan tidak ada tidak ada pembesaran pembesaran vena tyroid, tidak
pembesaran pembesaran vena jugularis. jugularis.
ada distensi
vena vena jugularis.
jugularis. vena jugularis
Dada Bentuk dada Bentuk dada simetris, Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada
simetris, ekspansi dada simetris, simetris, simetris, simetris, ekspansi simetris,
ekspansi dada ekspansi dada ekspansi dada dada simetris, ekspansi dada
Tidak terdapat retraksi
simetris, simetris, Tidak simetris, Tidak Tidak terdapat simetris
Tidak terdapat otot dada terdapat terdapat retraksi retraksi otot dada
retraksi otot retraksi otot otot dada
dada dada
Jantung Tidak tampak Tidak tampak ictus Tidak tampak Tidak tampak Tidak tampak Tidak tampak
ictus cordis, cordis, bunyi jantung ictus cordis, ictus cordis, ictus cordis, ictus cordis,
bunyi jantung normal bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung
normal normal normal normal normal
Abdomen Tidak ada Tidak ada acites, Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak tidak ada
acites, dinding dinding perut lebih ada nyeri tekan ada nyeri tekan ada nyeri tekan acites, dinding
perut lebih perut lebih
rendah dari dinding
rendah dari rendah dari
dinding dada, dada, Tidak ada lesi dinding dada
Tidak ada lesi
Ekstremitas Anggota Anggota gerak lengkap, Anggota gerak Anggota gerak Anggota gerak Anggota
gerak Tidak ada luka/bekas lengkap, Tidak lengkap, Tidak lengkap, Tidak gerak lengkap,
lengkap, ada luka/bekas ada luka/bekas ada luka/bekas Tidak ada
luka, tidak ada edema
Tidak ada luka, tidak ada luka, tidak ada luka, tidak ada luka/bekas
luka/bekas pada ekstremitas atas edema pada edema pada edema pada luka, tidak ada
luka, tidak dan bawah, kekuatan ekstremitas ekstremitas atas ekstremitas atas edema pada
ada edema atas dan dan bawah, dan bawah, ekstremitas
otot masih normal
pada bawah, kekuatan otot kekuatan otot atas dan
ekstremitas kekuatan otot masih normal masih normal bawah,
atas dan masih normal kekuatan otot
bawah, maih normal.
kekuatan otot
masih normal.
Kulit Warna kulit Warna Kulit coklat, Warna kulit Warna kulit Warna kulit sawo Warna kulit
coklat, kulit kulit bersih sawo matang, sawo matang, matang, kulit berwarna
bersih kulit bersih kulit bersih bersih coklat, kulit
bersih
Keluhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Gizi buruk
X. Diagnosa Keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga Tn.P dalam merawat anggota
keluarga yang menderita gizi buruk.
Lemak.
ASI dan
susu
formula si
Kecil
merupaka
n sumber
utama
lemak,
termasuk
asam
lemak
esensial
untuk si
Kecil.
Sumber
lemak
lainnya
untuk bayi
diatas 6
bulan
adalah
daging,
kuning
telur,
produk
susu
lainnya,
dan lemak
atau
minyak
yang
ditambahk
an saat
memasak.
Vitamin
dan
mineral.
Bila
konsumsi
makan si
Kecil baik
dan
bervariasi,
Ibu tak
perlu
menamba
hkan
suplemen
vitamin
atau
mineral
pada si
Kecil.
Kecuali
memang
disarankan
oleh
dokter.
Bayi
sangat
rentan
berisiko
mengalam
i anemia
defisiensi
zat besi.
Hal ini
terjadi
karena
peningkata
n
kebutuhan
zat besi
untuk
pertumbuh
an mereka
biasanya
tidak
disertai
dengan
asupan zat
besi yang
cukup.
Saat
memulai
MPASI,
Ibu bisa
memenuhi
kebutuhan
zat besi si
Kecil
dengan
memberik
an 2 porsi
makanan
sumber zat
besi setiap
hari.
19 1. Menggali S : Ny.R
Oktob pengetahu dan Tn.P
er an mengataka
keluarga
2020, n ia sudah
mengenai
pukul nutrisi paham
09.30 yang mengenai
WITA seimbang pemberian
. bagi nutrisi
balita. untuk
2. Menjelas anaknya,
kan pada
Ny.R
keluarga
terutama mengataka
Ibu n ia sudah
penting rutin
nya memberika
memberi n ASI dan
kan ASI sudah
eksklusif.
mencoba
3. Jelaskan
keluarga membuat
mengenai MPASI
nutrisi O :
yang Keluarga
seimbang tampak
bagi paham, dan
tumbuh
kembang sedikit
balita lega. By.M
4. Berikan tampak
kesempat
menyusu,
an ibu
untuk namun
bertanya belum mau
5. Ajarkan mencoba
ibu MPASI
membuat buatan
MPASI Ny.R.
6. Catat
perkemba
ngan
bayi.
2 20 Ketidakseimba 1. Menimba S : Ny.R
Oktob ng BB dan dan Tn.P
ngan nutrisi
er LILA mengataka
kurang dari bayi.
2020, n ia sudah
2. Menggali
pukul kebutuhan paham
pengetahu
09.00 tubuh an mengenai
WITA keluarga pemberian
berhubungan
. mengenai nutrisi
dengan nutrisi untuk
yang anaknya,
ketidakmampu
seimbang
Ny.R
an keluarga bagi
balita. mengataka
Tn.P dalam n ia sudah
3. Menjelask
merawat an pada rutin
keluarga memberika
anggota
terutama n ASI dan
keluarga yang Ibu sudah
penting
menderita gizi mencoba
nya
buruk. memberik membuat
an ASI MPASI,
eksklusif. Ny.R juga
keluarga mengataka
mengenai n anaknya
penyebab sudah mau
hipertensi.
mengkonsu
4. Menggali
pengetahu msi MPASI
an O :
keluarga Keluarga
mengenai tampak
nutrisi paham, dan
yang lega. By.M
seimbang tampak
bagi
menyusu,
balita.
5. Menjelas dan sudah
kan pada mau
keluarga mencoba
terutama MPASI
Ibu buatan
penting Ny.R.
nya
memberi
kan ASI
eksklusif.
6. Jelaskan
keluarga
mengenai
nutrisi
yang
seimbang
bagi
tumbuh
kembang
balita
7. Berikan
kesempat
an ibu
untuk
bertanya
8. Ajarkan
ibu
membuat
MPASI
9. Catat
perkemba
ngan bayi.
20 1. Berikan S : Ny.R
Oktob kesempat mengataka
er an ibu n anaknya
untuk
2020, sudah mau
bertanya
pukul 2. Ajarkan mengkonsu
09.30 ibu msi MPASI
WITA membuat , dan ASI
MPASI masih terus
3. Catat diberikan
perkemba dengan
ngan rutin
bayi. O : By.M
tampak
nyaman
menyusu,
Ny.R
tampak
antusias
bertanya
mengenai
MPASI
faktor genetik
Kerusakan sel beta Ketidakseimbangan Gula dalam darah tidak
infeksi virus dapat dibawa dalam sel
produksi insulin
pengrusakan imunologis
Kehilangan elektrolit dalam sel Iskemik jaringan Resiko infeksi Neuropati sensori perifer
dehidrasi
Ketidakefektifan perfusi jaringan Nekrosis luka Klien tidak merasa sakit
Polidipia
Asam lemak keton ureum
polipagia
Katasidosis
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
2.4.4 Tanda dan Gejala Diabetes Melitus
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria,polidipsia, polifagia pada
DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering menggangu pasien
adalah keluhan akibat komplikasi degenerative kronik pada pembuluh
darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat
proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa
gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering
muncul adalah adanya gangguan penglihatan Karena katarak, rasa
kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer ) dan luka
pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah katarak,glaucoma, retinopati, gatal seluruh badan,
pruritus vulvae, infeksi bakteri kulit, infeksi jamur dikulit, dermatopati,
neuropati perifer, neuropati visceral, amiotropi, ulkus neurotropik,
penyakit ginjal, penyakt pembuluh darah perifer, penyakit koroner,
penyakit pembuluh darah otak, hipertensi.
Osmotic dieresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal
yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur,
atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia
kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap
dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium
lanjut. Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa
terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien
mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relative
menjadi absolute dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas
hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia
seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada
pada DM usia lanjut.biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala
dan kebingungan mendadak.
2.4.5 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus
Manifestasi klinis pada tipe I yaitu IDDM antara lain :
a. Polipagia, poliura, berat badan menurun, polidipsia, lemah, dan
somnolen yang berlangsung agak lama, beberapa hari atau seminggu.
c. Pada diabetes mellitus tipe ini memerlukan adnaya terapi insulin untuk
mengontrol karbohidrat di dalam sel.
Sedangkan manifestasi klinis untuk NIDDM atau diabetes tipe II antara
lain :Jarang adanya gejala klinis yamg muncul, diagnosa untuk NIDDM
ini dibuat setelah adanya pemeriksaan darah serta tes toleransi glukosa di
didalam laboratorium, keadaan hiperglikemi berat, kemudian timbulnya
gejala polidipsia, poliuria, lemah dan somnolen, ketoadosis jarang
menyerang pada penderita diabetes mellitus tipe II ini.
2.4.6 Komplikasi
Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi akut yang terjadi pada
penderita Diabetes Mellitus tapi selain ulkus diabetik antara lain :
a. Komplikasi Akut. Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari
ketidakseimbangan jangka pendek dari glukosa darah. Hipoglikemik
dan ketoadosis diabetik masuk ke dalam komplikasi akut.
a. Pemeriksaan fisik
2) Palpasi : akral teraba dingin, kulit pecah - -pecah , pucat, kering yang
tidak normal, pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau bisa jugaterapa
lembek.
2) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pencegahan Primer
b) pencegahan sekunder
2. Selalu menjaga berat badan supaya stabil, jika sudah memiliki berat
badan yang lebih maka usahakan untuk menurunkannya. Baca juga
artikel ini Makanan Yang Harus Dihindari Saat Diet
I. DATA UMUM
1. Nama kepala keluarga : Tn. R
2. Umur : 44 Tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Agama : Hindu
6. Suku / Bangsa : Bali/ Indonesia
7. Alamat : Desa Bungkulan
8. Susunan Keluarga
Um
N L/ Hub. dg Imunisas
Nama ur Pendidikan Pekerjaan Kondisi Ket
o P KK i
(th)
Kepala
1 Tn. R 44 L SMA Wirawasta - DM
Keluarga
3 Ny. K 41 P Istri SMP IRT - Sehat
4 Ny. P 19 P Anak SMA siswa Lengkap Sehat
5 Tn. B 14 L Anak SMP siswa Lengkap Sehat
9. Genogram
Keterangan :
: Kasus
: Meninggal laki-laki
: Laki-laki
: Meninggal perempuan
: Perempuan
: Tinggal dalam satu rumah
Denah Rumah
U
KT P
KT KT
B T
RT
S
D
T
Keterangan :
m) P : Padmasana
n) KS : Kamar Suci
o) KT : Kamar Tidur
p) RT : Ruang Tamu
q) D : Dapur
r) T : Toilet
5 5
5 5
Integumen
IX. SKORING
Skoring Masalah Manajemen kesehatan tidak efektif
Diagnosa Keperawatan
Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat dalam mengenal masalah anggota
keluarga dengan diabetes.
X. RENCANAKEPERAWTAN
Diagnosa Tujuan
No Intervensi
Keperawatan Umum Khusus
1 Manajemen Keluarga mampu
kesehatan keluarga Setelah diberikan menjelaskan : - Kaji pengetahuan
tidak efektif askep selama 2 x - Pengertian keluarga tentang
berhubungan dengan interaksi keluarga - diabetes diabetes
ketidakmampuan diharapkan - Jelaskan kepada
keluarga merawat pengetahuan keluarga Tn. R dan
dalam tentang diabetes keluarga tentang
mengenal masalah bertambah. pengertian
anggota keluarga diabetes,
dengan 1. Setelah dirawat penyebab, tanda ,
diabetes. selama 1 kali - Penyebab diabetes dan gejala serta
kunjungan selama 30 - Tanda dan gejala cara perawatan
menit diharapkan diabetes diabetes
keluarga mampu - Cara perawatan
mengenal diabetes. diabetes
XI. IMPLEMENTASI
DAFTAR PUSTAKA
Buss, J. S., & Labus, D. (2013). Buku saku patofisiologi menjadi sangat mudah
edisi 2 Diterjemahkan oleh Huriawati Hartanto. Jakarta: EGC.
Kowalak, J. P., Weish, W., & Mayer, B. (2011). Buku ajar patofisiologi
Diterjemahkan oleh Andry Hartono. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2008). Buku ajar keperawatan medikal bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J., & Cheever, K. (2012). Brunner &
Suddarth S textbook of medical-surgical nursing twelfth edition. Wolters
Kluwer Health.