Oleh Kelompok 5 :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan
Keluarga dengan judul “Pemberian Asuhan Keperawatan Keluarga Penderita
Hipertensi, Rematik, Gizi Buruk dan Diabetes Melitus”. Dalam makalah ini kami
membahas mengenai teori dan pengaplikasian pemberian asuhan keperawatan
pada keluarga yang menderita penyakit Hipertensi.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Dosen pengampu mata
kuliah Keperawatan Keluarga yaitu Bapak Ns. Mochamad Heri, S.Kep.,M.Kep
karena telah memberikan tugas ini sehingga kami mampu mengetahui pemberian
asuhan keperawatan pada keluarga yang menderita penyakit Hipertensi, Rematik,
Gizi Buruk, dan Diabetes Melitus. Makalah yang kami buat tentu saja belum
mencapai sempurna, maka dari itu kami memerlukan kritik dan saran dari
pembaca makalah ini untuk menunjang kesempurnaan penyusunan makalah
selanjutnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keluarga adalah dua atau lebih dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pemangkatan dan mereka hidup
dalam suatu rumah tangga dan berinteraksi satu sama lain dan di dalam
peranannya masing-masing dan menciptakan serta memperhatikan suatu
kebudayaan (Salvician G.Bailon dan Maglaya, 2008).
Dalam setiap keluarga harus saling memperhatikan kondisi kesehatan fisik
masing-masing anggota keluarga, maka dari itu diperlukan asuhan
keperawatan keluarga guna memberikan pelayanan kesehatan pada suatu
keluarga. Asuhan keperawatan keluarga adalah proses keperawatan atau
metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan
asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap
keluarga sesuai dengan rencana yang telah telah disusun dan mengevaluasi
mutu hasil asuhan yang telah dilaksanakan terhadap keluarga.
Di pembahasan materi pada makalah ini kami akan membahas mengenai
pemberian asuhan keperawatan pada keluarga yang memiliki riwayat penyakit
hipertensi, rematik, gizi buruk, dan diabetes melitus.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka di dapat kan rumusan masalah
sebagai berikut: “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada keluarga
dengan riwayat penyakit hipertensi, rematik, gizi buruk dan diabetes
melitus?”
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan melaksankan pemberian
asuhan keperawatan pada keluarga yang memiliki riwayat penyakit
hipertensi, rematik, gizi buruk, dan diabetes melitus.
1
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan keluarga pada
penderita hipertensi.
2. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan keluarga pada
penderita rematik.
3. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan keluarga pada
penderita gizi buruk.
4. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan keluarga pada
penderita diabetes melitus.
1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat Bagi Instansi
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi lembaga
pendidikan untuk sebagai referensi tugas selanjutnya bagi mahasiswa.
1.4.2. Manfaat Bagi Mahasiswa
Dapat dijadikan acuan dengan adanya asuhan keperawatan
keluarga yang menunjang pada pelaksanaan praktek kerja lapangan
(PKL).
1.4.3. Manfaat Bagi Pembaca
Untuk menambah wawasan bagi pembaca tentang asuhan
keperawatan keluarga khususnya pada penyakit hipertensi, rematik,
gizi buruk, dan diabetes melitus.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Hipertensi
Pengertian hipertensi oleh beberap sumber adalah sebagai berikut:
a. Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka
mordibitas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg
menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase
diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung
(Triyanto, 2014).
b. Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang
sering terjadi pada lansia, dengan kenaikan tekanan darah sistolik lebih
dari 150 mmHg dan tekanan 90 mmHg, tekanan sistolik 150-155 mmHg
dianggap masih normal pada lansia (Sudarta, 2013).
c. Hipertensi merupakan faktor resiko penyakt kardiovaskuler,
aterosklerosis, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal ditandai dengan
tekanan darah sistolik lebih dar 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pad dua kali pengukuran atau lebih
(Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2012).
d. Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik
yang terbagi menjadi dua tipe yaitu hipertensi esensial yang paling
sering terjadi dan hipertensi sekunder yang disebabkan oleh penyakit
renal atau penyebab lain, sedangkan hipertensi malignan merupakan
hipertensi yang berat, fulminan dan sering dijumpai pada dua tipe
hipertensi tersebut (Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).
e. Hipertensi merupakan peningkatan abnormal tekanan darah di dalam
pembuluh darah arteri dalam satu periode, mengakibatkan arteriola
berkonstriksi sehingga membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan
tekanan melawan dinding arteri (Udjianti, 2011).
Berdasarkan pengertian oleh beberapa sumber tersebut, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
3
sistolik dan diastolik, dengan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg, hipertensi juga merupakan
faktor resiko utama bagi penyakit gagal ginjal, gagal jantung dan stroke.
2.2. Etiologi dan Faktor Resiko Hipertensi
2.2.1. Etiologi Hipertensi
1. Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat
diketahui, sementara penyebab sekunder dari hipertensi esensial
juga tidak ditemukan. Pada hipertensi esensial tidak ditemukan
penyakit renivaskuler, gagal ginjal maupun penyakit lainnya,
genetik serta ras menjadi bagian dari penyebab timbulnya
hipertensi esensial termasuk stress, intake alkohol moderat,
merokok, lingkungan dan gaya hidup (Triyanto, 2014).
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui seperti
kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), hiperldosteronisme, penyakit perenkimal (Buss &
Labus, 2013).
2.2.2. Faktor Resiko Hipertensi
1) Faktor resiko yang bisa dirubah
a) Usia
Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang
berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya
usia maka semakin tinggi pula resiko mendapatkan hipertensi.
Insiden hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya
usia, hal ini disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh
yang mempengaruhi pembuluh darah, hormon serta jantung
(Triyanto, 2014).
b) Lingkungan (stres)
Faktor lingkungan seperti stress juga memiliki pengaruh
terhadap hipertensi. Hubungan antara stress dengan hipertensi
melalui saraf simpatis, dengan adanya peningkatan aktivitas
4
saraf simpatis akan meningkatkan tekanan darah secara
intermitten (Triyanto, 2014).
c) Obesitas
Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah
kegemukan atau obesitas. Penderita obesitas dengan hipertensi
memiliki daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita yang memiliki
berat badan norml (Triyanto, 2014).
d) Rokok
Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus
pelepasan katekolamin. Katekolamin yang mengalami
peningkatan dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung,
iritabilitas miokardial serta terjadi vasokontriksi yang dapat
meningkatkan tekanan darah (Ardiansyah, 2012).
e) Kopi
Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein.
Kafein sebagai anti-adenosine (adenosine berperan untuk
megurangin kontraksi otot jantung dan relaksasi pembuluh
darah sehingga menyebabkan tekanan darah turun dan
memberikan efek rileks) menghambat reseptor untuk berikatan
dengan adenosine sehingga menstimuus sistem saraf simpatis
dan menyebabkan pembuluh darah mengalami konstriksi
disusul dengan terjadinya peningkatan tekanan darah
(Triyanto, 2014).
2) Faktor resiko yang tidak bisa dirubah
a) Genetik
Faktor genetik ternyata juga memiliki peran terhadap angka
kejadian hipertensi. Penderita hipertensi esensial sekitar 70-
80% lebih banyak pada kembar monozigot (satu telur) dari
pada heterozigot (beda telur). Riwayat keluarga yang
menderita hipertensi juga menjadi pemicu seseorang menderita
5
hipertensi, oeh sebab itu hipertensi disebut penyakit turunan
(Triyanto, 2014).
b) Ras
Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar
untuk menderita hipertensi primer ketika predisposisi kadar
remin plasma yang rendah mengurangi kemampuan ginja
untuk mengekskresikan kadar natrium yang berlebih
(Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).
2.3. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor medulla otak. Rangsangan pusat vasomotor yang
dihantarkan dalam bentuk impuls bergerak menuju ganglia simpatis melalui
saraf simpatis. Saraf simpatis bergerak melanjutkan ke neuron preganglion
untuk melepaskan asetilkolin sehingga merangsang saraf pascaganglion
bergerak ke pembuluh darah untuk melepaskan norepineprin yang
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Mekanisme hormonal sama
halnya dengan mekanisme saraf yang juga ikut bekerja mengatur tekanan
pembuluh darah (Smeltzer & Bare, Buku ajar keperawatan medikal bedah
Brunner & Suddarth, 2008). Mekanisme ini antara lain:
a. Mekanisme vasokontriktor norepineprin-epineprin
Perangsangan susunan saraf simpatis selain menyebabkan eksitasi
pembuluh darah juga menyebabkan pelepasan norepineprin dan
epineprin oleh medulla adrenal ke dalam darah. Hormon norepineprin
dan epineprin yang berada di dalam sirkulasi darah akan merangsang
pembuluh darah untuk vasokontriksai. Faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokontriktor (Saferi & Mariza, 2013).
b. Mekanisme vasokontriktor renin-angiotensin
Renin yang dilepaskan oleh ginjal akan memecah plasma menjadi
substrat renin untuk melepaskan angiostensin I, kemudian dirubah
menjadi angiostensin II yang merupakan vasokonstriktor kuat.
6
Peningkatan tekanan darah dapat terjadi selama hormon ini masih
menetap didalam darah (Guyton, 2012).
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer memiliki pengaruh pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
lanjut usia (Smeltzer & Bare, Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner
& Suddarth, 2008). Perubahan struktural dan fungsional meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan kemampuan
relaksasi otot polos pembuluh darah, sehingga menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah, sehingga menurunkan
kemampuan aorta dan arteri besar dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan
curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Saferi & Mariza, 2013).
7
PATHWAYHIPERTENSI
HIPERTENSI Vasokontriksi
pemb.darah
Kecenderungankeluarga
ygmengarahkeperilaku TDmeningkat>130/80mmHg,sakitkepala,pusing,rasa
ygburuk beratditengkuk,lemah&lelah
Krgpngthuantntgpraktik Gagalmencapai
8 Kurangnyainformasi(PMO) CVPmeningkat
kesehatandasar(minumobat pengendalianygoptimal
teratur,cektensi,diet)
Mengurangiperubahan Nadiperiferteraba lemah
statuskesehatan
Tidakmenunjukkan
minatpadaperbaikan CRT>3detik
perilakusehat(tidak MK:Perilakukesehatan
mentaatidiet) cenderungberesiko
MK:Penurunancurah
jantung
Polaperilakukurangmencari
bantuankesehatan Tidakmemahamimasalah
kesehatanygdideritaolehanggota
keluarga
Ketidakmampuanbertanggung
jawabuntukmemenuhipraktik
Aktivitaskeluargauntukmengatasi
kesehatan(mentaatidiet,tidak
Mengabaikanhub.dganggotakeluarga masalahkesehatantidaktepat
merokok,makananberlemak)
Gangguanindividualisme MK:Ketidakefektifanmanajemen
MK:Ketidakefektifan kesehatankeluarga
pemeliharaankesehatan Melakukanrutinitastanpamempedulikankebutuhanklien
(interaksi/sosialisai )
Hubungankeluargaterganggu
Kesulitandgprogrampengobatanyg
Mengabaikanprogrampengobatan sudahdijadwalkan
Interaksiberkurang Aktivitassehari-haridapatterganggu
MK:Ketidakmampuankoping MK:Ketidakefektifan
keluarga manajemenkesehatan
9
2.4. Manifestasi Klinis Hipertensi
Manifestasi klinik menurut Ardiansyah (2012) muncul setelah penderita
mengalami hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara lain:
a. Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunan
langkah tidak mantap.
b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karena
peningkatan tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah.
c. Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita.
d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi
darah akibat vasokontriksi pembuluh darah.
e. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari
peningkatan aliran darah ke ginja dan peningkatan filtrasi oleh
glomerulus.
Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik), namun tanda-
tanda klinis seperti tekanan darah yang menunjukkan kenaikan pada dua kali
pengukuran tekanan darah secara berurutan dan bruits (bising pembuluh
darah yang terdengar di daerah aorta abdominalis atau arteri karotis, arteri
renalis dan femoralis disebabkan oleh stenosis atau aneurisma) dapat terjadi.
Jika terjadi hipertensi sekunder, tanda maupun gejalanya dapat berhubungan
dengan keadaan yang menyebabkannya. Salah satu contoh penyebab adalah
sindrom cushing yang menyebabkan obesitas batang tubuh dan striae
berwarna kebiruan, sedangkan pasien feokromositoma mengalami sakit
kepala, mual, muntah, palpitasi, puct dan perspirasi yang sangat banyak
(Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).
2.5. Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti
ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
10
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renall,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin
7. Foto dada dan CT scan (Nurhidayat, 2015).
2.6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Non-farmakologi
Pengobatan non-farmakologis menurut Muttaqin 2014 diantaranya
dengan melakukan hal – hal sebagai berikut :
1) Mengatasi atau menurunkan berat badan berlebih
2) Membatasi atau mengurangi asupan garam
3) Melakukan tehnik – tehnik untuk mengurangi stress
4) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan melakukan
olahraga selama 30 menit sebanyak 3 – 4 kali dalam satu minggu,
mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok dan konsumsi
alkohol.
b. Farmakologi
Upaya menurunkan tekanan darah dilakukan dengan menggunakan
obat anti hipertensi, berikut beberapa terapi farmakologi hipertensi
menurut Aspiani 2014:
1) Diuretik
Diuretik bekerja melalui berbagai mekanisme untuk
mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan
ekskresi garam dan juga air.Hal ini mengurangi volume cairan
dalam sirkulasi dan menurunkan tekanan darah.
2) Penghambat Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor (ACE-
Inhibitor)
Menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim
yang diperlukan. Secara tidak langsung menurunkan sekresi
aldosterone yang akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium
pada urine yang kemudian menurunkan volume plasma,curah
jantung dan menurunkan tekana darah
3) Penghambat Andenoreseptor ( - Bloker)
11
Menghambat reseptor pada otot yang secara normal
berespons terhadap rangsangan saraf simpatis dengan
vasokonstriksi.
4) Penghambat Adrenoreseptor β (β – Bloker)
Bekerja pada reseptor beta dijantung untuk menurunkan
kecepatan denyut dan curah jantung.Sehingga tekanan yang
disebabkan oleh pompa jantung berkurang dan membuat jantung
bekerja lebih ringan.
A. Laporan Kasus
I. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn.W
2. Alamat dan telepon : Desa Pakisan / -
3. Pekerjaan kepala keluarga : Wiraswasta
4. Pendidikan kepala keluarga : SMP
5. Komposisi keluarga dan genogram
Komposisi Keluarga
L
Umur Hub. Kondis
No Nama / Pendidikan Pekerjaan Imunisasi Ket
(th) dg KK i
P
Tidak Tidak
1 Tn. M 85 L Ayah - Sehat
sekolah bekerja
Kepala
Hiperte
2 Tn. W 50 L Keluar SMP Wirswasta -
nsi
ga
12
4 Tn. S 23 L Anak S1 Mahasiswa Lengkap Sehat
Genogram Keluarga
Keterangan :
: Kasus
Meninggal laki-laki :
Laki-laki :
Meninggal perempuan :
Perempuan :
13
6. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. W termasuk dalam keluarga Besar (Extended family)
yang terdiri dari kakek, Bapak, ibu dan tiga anak.
7. Suku Bangsa
Suku Bangsa Keluarga Tn.W adalah Bali
8. Agama
Agama keluarga Tn.W adalah Hindu
9. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Pendapatan Tn.W dalam sebulan adalah 3.500.000/bulan dari hasil
pekerjan nya sebagai wiraswasta dan istrinya tidak bekerja.
Penghasilan Tn.W cukup untuk kebutuhan sandang, pangan dan papan.
10. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga mengatakan tidak mempunyai aktivitas rekreasi yang
khusus. Mengatakan bila ada waktu luang diisi dengan nonton TV dan
berbincang-bincang dengan anggota keluarga, biasanya lebih banyak
menghabiskan waktu dirumah. Dan pada saat pengkajian Tn. W
sedang menonton TV.
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
11. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga Tn.W saat ini berada dalam tahap perkembangan
keluarga dengan anak dewasa awal.
12. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Tn.W mengatakan tugas perkembangan pada tahap ini sudah terpenuhi
dengan baik.
13. Riwayat Keluarga Inti
Saat ini Tn. W sedang mengalami hipertensi. Penyakit yang sering
dideritanya oleh keluarga Tn. W di antaranya panas dingin. Tidak
terdapat penyakit menular dan tidak mempunyai penyakit menular.
14. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Dalam keluarga Tn. W mengatakan dari keluarganya ada yang
menderita hipertensi yaitu ayah kandungnya
III. Pengkajian Lingkungan
14
15. Karakteristik Rumah
Tn. W mengatakan rumah yang ditempatinya sekarang adalah
rumah milik pribadi dengan luas + 9.5 are dengan tipe rumah
permanen. Jumlah kamar yang yaitu 4 kamar tidur, 1 dapur, 2 kamar
mandi ditambah WC1 dan 1 ruang tamu. Ventilasi dan pencahayaan
sinar cukup baik, dalam kamar terdapat jendela yangsering dibuka.
Lantai di luar dan di dalam rumah cukup bersih, barang-barang teratur
dengan rapi. Penerangan rumah menggunakan lampu listrik pada
malam hari, lantai terbuat dari keramik. Pembuangan limbah WC
menggunakan Septik tank, pembuangan limbah dapur biasanya
dikumpulkan dan dibakar, terdapat tempat sampah. Sumber air
memakai PAM, yang digunakan untuk mandi, mencuci dam
memasak. Untuk air minun biasanya keluarga membeli air minum
kemasan.
Denah Rumah
U KT P
KT KT
B S
S
RT
KT
Keterangan :
a) P : Padmasana
b) KS : Kamar Suci
c) KT : Kamar Tidur
d) RT : Ruang Tamu
15
e) D : Dapur
f) T : Toilet
16. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Tetangga klien yang di sekitar rumah ramah – ramah.
Keluarga Tn.W berada di Iingkungan perkampungan yang situasinya
cukup tenang. Untuk mecapai jenis pelayanan kesehatan seperti
puskesmas jaraknya ± 12 Km. Lingkungan bersih, terdapat tempat
pembuangan sampah, jalan raya cukup ramai, transportasi di
lingkungan rumah Tn. W lancar.
17. Mobilitas Geografis Keluarga
Tn.W mengatakan tinggal di rumah yang di tempati
sekarang sejak lahir yaitu tahun 1968.Tn. W mengatakan tinggal di
rumahnya sekarang sudah ± 52 tahun.
18. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat
Tn.W mengatakan keluarganya ikut dalam kegiatan PKK di
lingkungan. Keluarga mengatakan hubungan dengan tetangga dan
lingkungan baik.
16
kepada anggota keluarga terutama dalam mengungkapkan masalahnya
dengan selalu melihat aturan yang ada.
V. Fungsi Keluarga
24. Fungsi Afektif
Keluarga Tn.W saling menyayangi dan peduli.
25. Fungsi Sosialisasi
Interaksi Tn. W dan keluarga terjalin dengan sangat baik, saling
mendukung, bahu membahu, dan saling ketergantungan Masing
masing anggota keluarga masih memperhatikan dan menerapkan sopan
santun dalam berperilaku.
26. Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Kemampuan Keluarga Mengenal Masalah
Pada saat pengkajian Tn.W dan keluarga belum mampu
mengenal masalah kesehatan Tn.W, yang mereka tahu Tn.W
merasakan sakit kepala pada saat penyakitnya kambuh.
b. Kemampuan Keluarga mengambil keputusan
Jika Tn.W sakit, Ny.N mengajak nya berobat ke puskesmas.
17
Sampai sekarang hanya memikirkan bagaimana cara agar penyakit
hipertensinya bisa sembuh.
30. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Keluarga mampu menghadapi masalah yang ada dan
memfasilitasi Tn.W untuk pengobatan hipertensi.
31. Strategi koping yang digunakan
Jika ada masalah keluarga Tn.W melakukan musyawarah bersama,
serta berdoa kepada Tuhan agar masalahnya cepat selesai.
32. Strategi adaptasi disfungsional
Dalam keluarga Tn. W tidak ada yang bersifat otoriter dan
melakukan tindakan kekerasan.
18
VII. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan keseluruhan anggota keluarga
Tabel Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaaan Ayah Kepala Keluarga Ibu Anak Anak Anak
Fisik
Tekanan darah 140/90 mmHg 150/90 mmHg 110/80 mmHg 120/80 mmHg 110/90 mmHg 110/80 mmHg
Pemeriksaan
Fisik
Rambut Tidak terdapat Kulit kepala bersih, Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala
benjilan pada tidak ada luka, tidak bersih, tidak bersih, tidak ada bersih, tidak ada bersih, tidak
kepala dan terdapat nyeri tekan dan nyeri tekan dan ada nyeri
ada benjolan, rambut
rambut benjolan dan lesi, rambut lesi, rambut tekan dan lesi,
terlihat ada terlihat ada uban. nyeri tekan, berwarna hitam berwarna hitam rambut
uban rambut sedikit berwarna
terlihat uban hitam
19
merah merah merah merah merah
Sklera Sklera putih Sklera putih Sklera putih Sklera putih Sklera putih Sklera putih
Hidung Lubang Lubang hidung Lubang hidung Lubang hidung Lubang hidung Lubang
hidung simetris, tidak ada simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak ada hidung
simetris, tidak ada secret, ada secret, tidak secret, tidak ada simetris, tidak
secret, tidak ada lesi
ada secret, tidak ada lesi ada lesi lesi ada secret,
tidak ada lesi tidak ada lesi
Telinga Bersih, tidak Bersih, tidak ada Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak ada Bersih, tidak
ada serumen, serumen, fungsi ada serumen, ada serumen, serumen, fungsi ada serumen,
fungsi pendengaran masih fungsi fungsi pendengaran fungsi
pendengaran baik pendengaran pendengaran masih baik pendengaran
kurang baik masih baik masih baik masih baik
Mulut Mukosa bibir Mulut lembab, tidak Mulut lembab, Mulut lembab, Mulut lembab, Mulut
kering, terdapat karies gigi tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat lembab, tidak
terdapat karies gigi karies gigi karies gigi terdapat
karies gigi karies gigi
Leher Tidak ada Tidak terdapat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
benjolan , pembesaran vena benjolan , tidak benjolan , tidak benjolan , tidak benjolan ,
tidak ada ada nyeri ada nyeri tekan, ada nyeri tekan, tidak ada
jugularis
nyeri tekan, tekan, leher leher bersih , leher bersih , dan nyeri tekan,
leher bersih , bersih , dan dan tidak ada tidak ada leher bersih ,
20
dan tidak ada tidak ada pembesaran pembesaran vena dan tidak ada
pembesaran pembesaran vena jugularis. jugularis. pembesaran
vena vena jugularis. vena
jugularis. jugularis.
Dada Bentuk dada Bentuk dada simetris, Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada
sedikit ekspansi dada simetris, simetris, simetris, simetris, ekspansi simetris,
membungkuk, ekspansi dada ekspansi dada dada simetris, ekspansi dada
Tidak terdapat retraksi
ekspansi dada simetris, Tidak simetris, Tidak Tidak terdapat simetris,
simetris, otot dada terdapat terdapat retraksi retraksi otot dada Tidak terdapat
Tidak terdapat retraksi otot otot dada retraksi otot
retraksi otot dada dada
dada
Jantung Tidak tampak Tidak tampak ictus Tidak tampak Tidak tampak Tidak tampak Tidak tampak
ictus cordis, cordis, bunyi jantung ictus cordis, ictus cordis, ictus cordis, ictus cordis,
bunyi jantung normal bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung
normal normal normal normal normal
Abdomen Sedikit Tidak ada acites, Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak
cekung, tidak dinding perut lebih ada nyeri tekan ada nyeri tekan ada nyeri tekan ada nyeri
ada nyeri tekan
rendah dari dinding
tekan
dada, Tidak ada lesi
Ekstremitas Anggota Anggota gerak lengkap, Anggota gerak Anggota gerak Anggota gerak Anggota
21
gerak Tidak ada luka/bekas lengkap, Tidak lengkap, Tidak lengkap, Tidak gerak
lengkap, luka, tidak ada edema ada luka/bekas ada luka/bekas ada luka/bekas lengkap,
Tidak ada luka, tidak ada luka, tidak ada luka, tidak ada Tidak ada
pada ekstremitas atas
luka/bekas edema pada edema pada edema pada luka/bekas
luka, tidak dan bawah, kekuatan ekstremitas ekstremitas atas ekstremitas atas luka, tidak
ada edema otot masih normal atas dan dan bawah, dan bawah, ada edema
pada bawah, kekuatan otot kekuatan otot pada
ekstremitas kekuatan otot masih normal masih normal ekstremitas
atas dan masih normal atas dan
bawah, bawah,
kekuatan otot kekuatan otot
sudah masih normal
melemah
Kulit Warna kulit Warna Kulit coklat, Warna kulit Warna kulit Warna kulit sawo Warna kulit
coklat, sedikit sedikit kering sawo matang, sawo matang, matang, kulit sawo matang,
kering kulit bersih kulit bersih bersih kulit bersih
Keluhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
22
VIII. Harapan Keluarga
Tn. w berharap ia dan keluarganya sehat. Dan Keluarga juga
berharap petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan yang baik,
tepat, dan cepat kepada siapa saja yang membutuhkan.Tidak membeda
bedakan seseorang dalam memberikan pelayanan kesehatan, miskin
maupun kaya.
23
IX. Analisa Data
No Data Subjektif Etiologi Masalah Kesehatan
DS : Ketidakmampuan Defisien pengetahuan
- Tn. W dan Keluarga keluarga mengenal
mengatakan belum mengerti masalah
tentang penyebab tanda atau
gejala
- Tn. W mengatakan di dalam
keluarga tidak ada makanan
pantangan yang di berikan
dan keluarga dalam merawat
Tn. W masih memberikan
makanan yang sama dengan
anggota keluarga yang lain.
- Tn.WS mengatakan ia minum
obat hanya pada saat tekanan
darahnya naik saja.
DO : Keluarga tampak bertanya
mengenai penyebab, tanda dan
gejala serta cara merawat
hipertensi yang benar.
TTV :
TD : 150/90 mmHg
N : 92x/m
RR : 20x/m
S : 360C
X. Diagnosa Keperawatan
Defisien pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
Tn.W dalam mengenal masalah Hipertensi pada Tn.W.
24
XI. Prioritas Masalah
25
XII. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosis Tujuan Evaluasi Rencana
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar Intervensi
Defisien Setelah Setelah 1. Keluarga Hipertensi 1. Gali
pengetahuan diberikan diberikan mampu atau tekanan darah tinggi pengetahuan
berhubungan asuhan asuhan menjelaskan adalah kondisi ketika keluarga
dengan keperawatan keperawatan pengertian tekanan darah di 130/80 mengenai
ketidakmampuan selama 2 x 45 selama 2 x 45 hipertensi mmHg atau lebih. Jika pengertian
keluarga Tn.W menit, selama menit, tidak segera ditangani, hipertensi.
dalam mengenal 2 hari Tn.W keluarga hipertensi bisa 2. Jelaskan
masalah dan keluarga mampu : menyebabkan kepada
Hipertensi pada paham Mengenal munculnya penyakit- keluarga
Tn.W mengenai masalah penyakit serius yang mengenai
penyakit hipertensi pada mengancam nyawa, pengertian
hipertensi. Tn.W, seperti gagal jantung, hipertensi.
mengetahui penyakit ginjal, dan 3. Gunakan
penyebab dari stroke. media menarik
hipertensi, seperti leaflet
tanda gejala untuk
serta 2. Keluarga Merokok, Kelebihan memperjelas
pengobatan mampu berat badan atau pemahaman
hipertensi menjelaskan obesitas, Kurang keluarga
penyebab dari bergerak, Konsumsi mengenai
hipertensi garam berlebihan, hipertensi.
Konsumsi alkohol 4. Gali
berlebihan, Stres, pengetahuan
26
Pertambahan usia, keluarga
Punya keluarga dengan mengenai
riwayat hipertensi, penyebab
Penyakit ginjal kronis, hipertensi.
Gangguan kelenjar 5. Jelaskan pada
tiroid, Sleep apnea keluarga
penyebab dari
hipertensi.
6. Gunakan
3. Keluarga Orang yang menderita bahasa yang
mampu hipertensi mengalami persuasif agar
menyebutkan tanda dan gejala seperti keluarga
tanda dan sakit kepala, mual termotivasi
gelaja muntah, nyeri pada untuk
hipertensi dada, gangguan mencegah
penglihatan. penyebab
hipertensi.
7. Gali
pengetahuan
keluarga
mengenai
4. Keluarga Terapi aroma lemon, tanda dan
mampu terapi aroma bunga gejala
mengetahui mawar, menerapkan hipertensi.
pengobatan teknik relaksasi nafas 8. Jelaskan
non dalam, mengatur pola kepada
farmakologi gaya hidup. keluarga
untuk penderita mengenai
27
hipertensi yang tanda dan
bisa dilakukan gejala
di rumah. hipertensi.
9. Berikan
kesempatan
keluarga untuk
bertanya.
10. Jelaskan
mengenai
pengobatan
non
farmakologi
yang bisa
dilakukan
dirumah untuk
mengurangi
rasa nyeri.
11. Berikan pujian
terhadap
keluarga.
28
XIII. Implementasi Keperawatan
NO Tanggal Diagnosa Keperawatan Tindakan Evaluasi Pelaksana
29
6. Menggunakan
bahasa yang
persuasif agar
keluarga termotivasi
untuk mencegah
penyebab hipertensi
19 Oktober 1. Menggali S : Keluarga dan Tn.W
2020, pukul pengetahuan mengatakan mereka sudah
09.30 WITA. keluarga mengenai sedikit paham mengenai
tanda dan gejala
tanda dan gejala
hipertensi.
2. Menjelaskan hipertensi, dan masih
kepada keluarga bingung mengenai
mengenai tanda pengobatan non
dan gejala farmakologi
hipertensi.
3. Memberikan O : Keluarga dan Tn.W
kesempatan tampak antusias bertanya
keluarga untuk mengenai hipertensi.
bertanya.
4. Menjelaskan
mengenai
pengobatan non
farmakologi yang
bisa dilakukan
dirumah untuk
mengurangi rasa
nyeri.
30
5. Memberikan pujian
terhadap keluarga.
2 20 Oktober Defisien pengetahuan 1. Menggali S : Keluarga dan Tn.W
2020, pukul berhubungan dengan pengetahuan sudah memahami
09.00 WITA. ketidakmampuan keluarga keluarga mengenai pengertian penyakit
pengertian
Tn.W dalam mengenal hipertensi, mereka
hipertensi.
masalah Hipertensi pada 2. Menjelaskan mengatakan mau untuk
Tn.W kepada keluarga mencegah faktor yang
mengenai menjadi penyebab dari
pengertian hipertensi.
hipertensi.
3. Menggunakan O : Keluarga dan Tn.W
media menarik tampak lebih nyaman dan
seperti leaflet untuk berantusias membaca
memperjelas leaflet.
pemahaman
keluarga mengenai
hipertensi.
4. Menggali
pengetahuan
keluarga mengenai
penyebab
hipertensi.
5. Menjelaskan pada
keluarga penyebab
dari hipertensi.
6. Menggunakan
31
bahasa yang
persuasif agar
keluarga termotivasi
untuk mencegah
penyebab hipertensi
20 Oktober 1. Menggali S : Keluarga dan Tn.W
2020, pukul pengetahuan mengatakan mereka sudah
09.30 WITA keluarga mengenai paham mengenai tanda
tanda dan gejala
dan gejala hipertensi, dan
hipertensi.
2. Menjelaskan sudah paham mengenai
kepada keluarga pengobatan non
mengenai tanda farmakologi, mereka
dan gejala mengatakan akan
hipertensi. mencoba pengobatan non
3. Memberikan farmakologi ketika Tn.W
kesempatan
mengalami sakit pada
keluarga untuk
bertanya. kepalanya.
4. Menjelaskan
O : Keluarga dan Tn.W
mengenai
pengobatan non tampak antusias bertanya
farmakologi yang mengenai hipertensi.
bisa dilakukan
dirumah untuk
mengurangi rasa
nyeri.
5. Memberikan pujian
32
terhadap keluarga.
A : Tujuan tercapai
33
2.8 Definisi Rematik
1. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini memiliki
angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60% (Suarjana, 2009).
Insidensinya meningkat seiring usia, 25 hingga 30 orang dewasa per 100.000
pria dewasa dan 50 hingga 60 per 100.000 wanita dewasa. Universitas
Sumatera Utara 14
2. Jenis Kelamin Wanita lebih sering terkena Rematik pada lutut dan sendi, dan
lelaki lebih sering terkena Rematik pada paha, pergelangan tangan dan leher.
Secara keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi Artritis Reumatoid kurang
lebih sama pada lelaki dan wanita tetapi usia diatas 50 tahun frekuensi
Artritis Reumatoid lebih banyak pada wanita dari pada pria, hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis Artritis Reumatoid.
Insidensinya meningkat seiring usia, 25 hingga 30 orang dewasa per 100.000
pria dewasa dan 50 hingga 60 per 100.000 wanita dewasa.
3. Usia Dari semua faktor resiko untuk timbulnya Rematik, faktor usia adalah
yang kuat. Prevalensi dan beratnya Artritis Reumatoid semakin meningkat
dengan bertambahnya usia. Artritis Reumatoid hampir tak pernah terjadi pada
anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan lebih banyak pada umur
diatas 60 tahun.
5. Riwayat Atropi Artritis reumatoid dapat ditemukan pada semua sendi dan
sarung tendon, paling sering di tangan.Artritis Reumatoid juga dapat
menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut.Sinovial sendi, sarung
tendon, dan bursa menebal akibat radang yang diikuti oleh erosi tulang dan
destruksi tulang disekitar sendi.Hal ini dapat rerjadi secara simetris berupa
inflamasi sendi, bursa dan sarung tendon yang dapat menyebabkan nyeri,
bengkak dan kekakuan sendi serta hidrops ringan.
6. Faktor Infeksi Beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel induk
semang (host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga muncul
timbulnya penyakit Artritis Reumatoid.7. Masa Kerja Sendi-sendi besar,
seperti bahu dan lutut, sering menjadi manifestasi klinis tetap, meskipun
sendi-sendi ini mungkin berupa gejala asimptomatik setelah bertahuntahun
dari onset terjadinya. 8. Faktor Lingkungan, salah satu contohnya adalah
merokok.
Ada beberapa keluhan pada sendi yang dirasakan oleh penderita, antara lain:
Nyeri sendi
Sendi bengkak
Sendi kemerahan, terasa hangat atau kaku (terutama pada pagi hari atau
setelah lama tidak digerakkan)
Keluhan pada sendi ini biasanya berawal dari sendi di kaki, sehingga dapat
menimbulkan keluhan:
1. Keluhan umum Keluhan umum dapat berupa perasaan badan lemah, nafsu
makan menurun, peningkatan panas badan yang ringan atau penurunan berat
badan.
2. Kelainan sendi Terutama mengenai sendi kecil dan simetris yaitu sendi
pergelangan tangan, lutut dan kaki (sendi diartrosis). Sendi lainnya juga dapat
terkena seperti sendi siku, bahu sterno-klavikula, panggul, pergelangan
kaki.Kelainan tulang belakang terbatas pada leher.Keluhan sering berupa kaku
sendi di pagi hari, pembengkakan dan nyeri sendi.
Cervical myelopath
Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi tulang leher
dan mengganggu saraf tulang belakang.
Sindrom sjogren
Kondisi ini terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar air mata
dan ludah, sehingga menimbulkan keluhan mata kering dan mulut kering.
Limfoma
Limfoma merupakan sejenis kanker darah yang tumbuh pada sistem getah
bening.
Penyakit jantung
Faktor rheumatoid (RF) muncul sekitar 75-80 persen dari pasien RA,
dan RF yang tinggi dapat menunjukkan bentuk yang lebih agresif dari
penyakit. Antibodi antinuklear (ANA) tidak spesifik untuk diagnosis untuk
RA, namun kehadiran mereka dapat menunjukkan kepada dokter bahwa
gangguan autoimun dapat ada.
2. Pemeriksaan darah
3. Pencitraan
4. Arthrocentesis
Edukasi Pasien
Terapi Okupasional
Tujuan dari fisioterapi adalah mengurangi nyeri dan kekakuan, mencegah deformitas,
memaksimalkan fungsi serta meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan tonus
otot.Aktivitas yang dilakukan dapat berupa aktivitas aktif seperti latihan dan edukasi,
maupun secara pasif melalui latihan rentang gerak dan isometrik, termoterapi,
elektroterapi, serta terapi ultrasonografi.
Terapi Farmakologi
Umur L/ Ket
Hub. dg
No Nama Pendidikan Pekerjaan Imunisasi kondisi
(th) P KK
Kepala
1 Tn. S 59 th L S1 Guru - Rematik
Keluarga
Kepala
2 Ny. S 56 th P SD IRT - Sehat
Keluarga
Tidak Tidak
3 Ny. R 34 th P Anak Lengkap Sehat
sekolah bekerja
Genogram
Keterangan :
: Kasus
: Meninggal laki-laki
: Laki-laki
: Meninggal perempuan
: Perempuan
6. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. S Termasuk dalam keluarga inti (Nucear family) yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak
7. Suku Bangsa
Suku bangsa kelurga Tn. S adalah Bali
8. Agama
Agama Tn. S adalah Hindu
9. Status Social Ekonomi Keluarga
Pendapatan Tn. S dalam sebulan 4.900.000/bulan dari hasil
pekerjaannya sebagai guru dan istrinya tidak bekerja. Penghasilan Tn.S cukup
untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
10. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga mengatakan tidak punya aktivitas rekreasi yang khusus.
Keluarga mengatakan bila ada waktu luang diisi dengan berbincang-bincang
dengan anggota keluarga, biasanya lebih banyak menghabiskan waktu
dirumah.
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
11. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn.S saat ini berada dalam tahap perkembangan keluarga
dengan anak dewasa awal
12. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Tn.S mengatakan tugas perkembangan pada tahap ini sudah terpenuhi
dengan baik.
13. Riwayat keluarga inti
Saat ini Tn. S sedang mengalami reatik. Penyakit yang sering
dideritanya oleh keluarga Tn. S di antaranya sakit tulang punggung dan bahu.
Tidak terdapat penyakit menular dan tidak mempunyai penyakit menular.
14. Riwayat keluarga sebelumnya
Dalam keluarga Tn. S mengatakan dari keluarganya ada yang
menderita rematik yaitu ibu kandungnya
III. Pengkajian Lingkungan
15. Karakteristik Rumah dan denah rumah
Tn. S mengatakan rumah yang ditempatinya sekarang adalah rumah
milik anak pertamnya dengan luas + 9.5 are dengan tipe rumah permanen.
Jumlah kamar yang yaitu 3 kamar tidur, 2 dapur, 2 kamar mandi dan 1 ruang
tamu. Ventilasi dan pencahayaan sinar cukup baik, dalam kamar tidur tidak
terdpat jendela. Lantai di luar dan di dalam rumah cukup bersih, barang-
barang teratur dengan rapi. Penerangan rumah menggunakan lampu listrik
pada malam hari, lantai terbuat dari keramik. Pembuangan limbah WC
menggunakan Septik tank, pembuangan limbah dapur biasanya
dikumpulkan dan dibakar, terdapat tempat sampah. Sumber air sumur, yang
digunakan untuk mandi, mencuci dam memasak. Untuk air minun biasanya
keluarga membeli air minum kemasan.
Denah Rumah
U D T D T
KT
B T
KT RT
KT
P
Keterangan :
g) P : Padmasana
h) KS : Kamar Suci
i) KT : Kamar Tidur
j) RT : Ruang Tamu
k) D : Dapur
l) T : Toilet
Tn. S dan keluarga mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari hari dari
pendapatan yang diterima.
Dalam keluarga Tn. S tidak ada yang bersifat otoriter dan melakukan
tindakan kekerasan.
mengatakan kurang
mengetahui penyebab tanda
atau gejala
˗ Tn. S mengatakan ia akan
meminum obat nyeri
apabila mengalami sakit
pada tulang punggung dan
bahunya
DO :
˗ Terdapat nyeri tekan pada
tulang punggung dan bahu
pada saat palpasi
˗ TTV :
TD : 120/70 mmHg
N : 100 x/menit
RR : 20x/mnt
S : 37°C
Diagnosa Keperawatan
8. Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya
8. Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya
Hilangnya lemak di bantalan kulit Daya tahan tubuh menurun Asam amino esensial
menurun
Kerusakan Keterlambatan
integritas kulit Resiko infeksi saluran
pertumbuhan dan
pekkembangan
Anoreksia Diare
Nutrisi Kekurangan
kurang dari volume
kebutuhan cairan
2.22. Klasifikasi Gizi Buruk
Gizi buruk berdasarkan gejala klinisnya dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Marasmus
Marasmus terjadi disebabkan asupan kalori yang tidak cukup.
Marasmus sering sekali terjadi pada bayi di bawah 12 bulan. Pada kasus
marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajah seperti orangtua,
kulit keriput, cengeng dan rewel meskipun setelah makan, perut cekung,
rambut tipis, jarang dan kusam, tulang iga tampak jelas dan pantat
kendur dan keriput (baggy pant).
b. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein yang berat
disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi namun
asupan protein yang inadekuat (Liansyah TM, 2015). Beberapa tanda
khusus dari kwashiorkor adalah: rambut berubah menjadi warna
kemerahan atau abu-abu, menipis dan mudah rontok, apabila rambut
keriting menjadi lurus, kulit tampak pucat dan biasanya disertai anemia,
terjadi dispigmentasi dikarenakan habisnya cadangan energi atau protein.
Pada kulit yang terdapat dispigmentasi akan tampak pucat, Sering terjadi
dermatitis (radang pada kulit), terjadi pembengkakan, terutama pada kaki
dan tungkai bawah sehingga balita terlihat gemuk. Pembengkakan yang
terjadi disebabkan oleh akumulasi cairan yang berlebihan. Balita
memiliki selera yang berubah-ubah dan mudah terkena gangguan
pencernaan
c. Marasmus
Kwashiorkor Memperlihatkan gejala campuran antara marasmus
dan kwashiorkor. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein
dan energi untuk pertumbuhan normal. Pada penderita berat badan
dibawah 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor
seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit serta kelainan biokimia
2.23. Gejala Klinis
Gejala gizi buruk atau kwashiorkor yang akan tampak adalah:
Pucat, kurus, perut cembung, dan kehilangan massa otot pada keempat
anggota geraknya
Anak terlihat sering gelisah
Terjadi gangguan pertumbuhan meliputi berat badan dan tinggi badan
Rambutnya menjadi mudah tercabut, tampak kusam, kering, dan sering
terjadi perubahan warna
Dapat pula terjadi perubahan pada kulit, kulit menjadi bersisik, terdapat
bercak-bercak putih dan merah muda dengan tepi kehitaman
2.24. Pemeriksaan Fisik Penderita Gizi Buruk
Berikut pemeriksaan fisik gizi buruk
a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U) BB/U adalah berat badan anak yang
dicapai pada umur tertentu. Berat badan adalah salah satu parameter
yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif
terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena
terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya
jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan merupakan parameter
antopometri yang sangat labil.
b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Tinggi badan menurut umur adalah
tinggi badan anak yang dicapai pada umur tertentu.Tinggi badan
merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Seiring dengan pertambahan umut tinggi badan akan tumbuh.
Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang
sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek.
Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam
waktu yang relatif lama. Bedasarkan karakteristik tersebut di atas, maka
indeks ini menggambarkan konsumsi protein masa lalu.
c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Ukuran antropometri yang
terbaik adalah menggunakan BB/TB atau BB/PB karena dapat
menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik.
BB/TB adalah berat badan anak dibandingkan dengan tinggi badan yang
dicapai.Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan.
Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan
pertumbuhan tinggi badan dan kecepatan tertentu.
2.25. Pemeriksaan Penunjang
Pemberian protein dapat dilakukan dari kadar yang rendah yang secara
bertahap terus ditambah. Hal ini dilakukan supaya saluran cerna penderita
tidak kaget bila langsung diberi asupan tinggi kalori tinggi protein.
Penanganan dirumah bisa dilakukan dengan mencukupkan kebutuhan gizi
seimbang bagi anak. Makanan yang dikonsumsi harus lengkap mengandung
karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral.
A. Laporan Kasus
I. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn.P
2. Alamat dan telepon : Desa Sawan / -
3. Pekerjaan kepala keluarga : Wiraswasta
4. Pendidikan kepala keluarga : SD
5. Komposisi keluarga dan genogram
Komposisi Keluarga
Genogram Keluarga
Keterangan :
= laki-laki = laki-laki meninggal = anggota keluarga yang
sakit
= perempuan = perepuan meninggal = anggota yang tinggal
6.Tipe Keluarga
Denah Rumah
Nilai nilai yang dianut oleh keluarga tidak ada yang bertentangan
dengan kesehatan. Keluarga meyakini bahwa kesehatan merupakan hal
yang penting. Tn. P mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebelum
makan dan menggosok gigi sebelum tidur.
V. Fungsi Keluarga
24. Fungsi Afektif
Keluarga Tn.P saling menyayangi dan peduli.
25. Fungsi Sosialisasi
Interaksi Tn.P dan anaknya terjalin dengan sangat baik, saling
mendukung, bahu membahu, dan saling ketergantungan Masing
masing anggota keluarga masih memperhatikan dan menerapkan sopan
santun dalam berperilaku. By.M juga dekat dengan keluarganya
26. Fungsi Perawatan Kesehatan
b. Kemampuan Keluarga Mengenal Masalah
Pada saat pengkajian Tn.P dan keluarga belum sudah
mengetahui bahwa By.M terkena gizi buruk.
c. Kemampuan Keluarga mengambil keputusan
Jika By.M sakit, Tn.P dan Ny.R mengajak nya berobat ke
puskesmas.
d. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Karena faktor ekonomi yang rendah maka Tn.P dan Ny.R
tidak bisa membawa By.M ke puskesmas terus menerus, mereka
bingung bagaimana berat badan anaknya bisa kembali normal.
e. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat
Lingkungan rumah cukup bersih, mendapat pencahayaan
yang cukup, kamar mandi dan dapur juga terjaga kebersihannya.
f. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
Keluarga sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan
baik terbukti kalau saat By.M sakit, keluarganya membawa ia
berobat ke Puskesmas walaupun tidak terlalu sering.
27. Fungsi Reproduksi
Jumlah anak yang dimiliki Tn. P ada 3 orang anak laki-laki dan 1
anak perempuan.
28. Fungsi Ekonomi
Tn. P mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari hari dari
pendapatan yang diterima. Tn. P menyediakan dana khusus untuk
kesehatan dan mampu menyisihkan pendapatan untuk keperluan yang
tidak terduga.
VI. Stress dan Koping Keluarga
29. Stressor jangka pendek dan panjang
Stresor jangka pendek : Krisis ekonomi di saat anak baru masuk
sekolah.
Stresor jangka panjang : Tn. P mengatakan tidak pernah mengalami
stressor jangka panjang.
30. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Untuk stress jangka pendek, keluarga mengaku cemas. Selain itu
kadang Tn. P merasa bingung ketika penghasilan tidak mencukupi
kebutuhan.Meskipun demikian Tn. P berusaha untuk tetap tenang.
Strategi koping yang digunakan. Bila ada permasalahan, Tn. P
berusaha untuk selalu menyelesaikan dengan istrinya.
31. Strategi koping yang digunakan
Jika ada masalah keluarga Tn.P melakukan musyawarah bersama,
serta berdoa kepada Tuhan agar masalahnya cepat selesai.
32. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak pernah menggunakan kekerasan, perlakuan kejam
kepada anaknya dan tidak memberikan ancaman ancaman dalam
menyelesaikan masalah.
VII. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan keseluruhan anggota keluarga
Tabel Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaaan Tn.P Ny.R Tn.T An.B An.A By.M
Fisik
Tekanan darah 120/90 mmHg 110/80 mmHg 110/80 mmHg 110/80 mmHg 100/80 mmHg -
Pemeriksaan
Fisik
Rambut Tidak terdapat Kulit kepala bersih, Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala
benjolan pada tidak ada luka, tidak bersih, tidak bersih, tidak ada bersih, tidak ada bersih, tidak
kepala dan terdapat nyeri tekan dan nyeri tekan dan ada nyeri
ada benjolan, rambut
rambut benjolan dan lesi, rambut lesi, rambut tekan dan lesi,
terlihat ada tidak terlihat uban nyeri tekan, berwarna hitam berwarna hitam rambut
uban sedikit rambut berwarna
berwarna hitam
hitam
Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva merah Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva
merah merah merah merah anemis
Sklera Sklera putih Sklera putih Sklera putih Sklera putih Sklera putih sclera
anikterik
Hidung Lubang Lubang hidung Lubang hidung Lubang hidung Lubang hidung Lubang
hidung simetris, tidak ada simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak ada hidung
simetris, tidak ada secret, ada secret, tidak secret, tidak ada
secret, tidak ada lesi simetris, tidak
ada secret, tidak ada lesi ada lesi lesi
tidak ada lesi ada secret,
tidak ada lesi
Telinga Bersih, tidak Bersih, tidak ada Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak ada Bersih, tidak
ada serumen, serumen, fungsi ada serumen, ada serumen, serumen, fungsi ada serumen,
fungsi pendengaran masih fungsi fungsi pendengaran fungsi
pendengaran baik pendengaran pendengaran masih baik pendengaran
baik masih baik masih baik masih baik
Mulut Mukosa bibir Mulut lembab, tidak Mulut lembab, Mulut lembab, Mulut lembab, Bibir lembab,
kering, terdapat karies gigi tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat belum tumbuh
terdapat karies gigi karies gigi karies gigi
gigi
karies gigi
Leher Tidak ada Tidak terdapat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Warna coklat,
benjolan , pembesaran vena benjolan , tidak benjolan , tidak benjolan , tidak tidak ada
tidak ada jugularis ada nyeri ada nyeri tekan, ada nyeri tekan, pembesaran
nyeri tekan, tekan, leher leher bersih , leher bersih , dan kelenjar
leher bersih , bersih , dan dan tidak ada tidak ada
tyroid, tidak
dan tidak ada tidak ada pembesaran pembesaran vena
pembesaran pembesaran vena jugularis. jugularis. ada distensi
vena vena jugularis. vena jugularis
jugularis.
Dada Bentuk dada Bentuk dada simetris, Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada
simetris, ekspansi dada simetris, simetris, simetris, simetris, ekspansi simetris,
ekspansi dada ekspansi dada ekspansi dada dada simetris, ekspansi dada
Tidak terdapat retraksi
simetris, simetris, Tidak simetris, Tidak Tidak terdapat simetris
Tidak terdapat otot dada terdapat terdapat retraksi retraksi otot dada
retraksi otot retraksi otot otot dada
dada dada
Jantung Tidak tampak Tidak tampak ictus Tidak tampak Tidak tampak Tidak tampak Tidak tampak
ictus cordis, cordis, bunyi jantung ictus cordis, ictus cordis, ictus cordis, ictus cordis,
bunyi jantung normal bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung
normal normal normal normal normal
Abdomen Tidak ada Tidak ada acites, Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak tidak ada
acites, dinding dinding perut lebih ada nyeri tekan ada nyeri tekan ada nyeri tekan acites, dinding
perut lebih perut lebih
rendah dari dinding
rendah dari rendah dari
dinding dada, dada, Tidak ada lesi dinding dada
Tidak ada lesi
Ekstremitas Anggota Anggota gerak lengkap, Anggota gerak Anggota gerak Anggota gerak Anggota
gerak Tidak ada luka/bekas lengkap, Tidak lengkap, Tidak lengkap, Tidak gerak
lengkap, ada luka/bekas ada luka/bekas ada luka/bekas lengkap,
luka, tidak ada edema
Tidak ada luka, tidak ada luka, tidak ada luka, tidak ada Tidak ada
luka/bekas pada ekstremitas atas edema pada edema pada edema pada luka/bekas
luka, tidak dan bawah, kekuatan ekstremitas ekstremitas atas ekstremitas atas luka, tidak
ada edema atas dan dan bawah, dan bawah, ada edema
otot masih normal
pada bawah, kekuatan otot kekuatan otot pada
ekstremitas kekuatan otot masih normal masih normal ekstremitas
atas dan masih normal atas dan
bawah, bawah,
kekuatan otot kekuatan otot
masih normal. maih normal.
Kulit Warna kulit Warna Kulit coklat, Warna kulit Warna kulit Warna kulit sawo Warna kulit
coklat, kulit kulit bersih sawo matang, sawo matang, matang, kulit berwarna
bersih kulit bersih kulit bersih bersih coklat, kulit
bersih
Keluhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Gizi buruk
VIII. Harapan Keluarga
Tn. P berharap ia dan anaknya, serta keluarganya sehat. Dan anak nya By. M gizinya dapat diperbaiki dan memiliki berat
badan normal.
IX. Analisa Data
No Data Subjektif Etiologi Masalah Kesehatan
1 DS : Ketidakmampuan Ketidakseimbangan
- ibu pasien (Ny.R ) mengatakan keluarga dalam merawat nutrisi kurang dari
anaknya makan kadang mau anggota keluarga yang kebutuhan tubuh
kadang tidak. sakit
- Ny.R belum memahami
bagaimana caranya merawat
anaknya.
X. Diagnosa Keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga Tn.P dalam merawat anggota
keluarga yang menderita gizi buruk.
XI. Prioritas Masalah
A : Tujuan tercapai
faktor genetik
Kerusakan sel beta Ketidakseimbangan Gula dalam darah tidak
infeksi virus dapat dibawa dalam sel
produksi insulin
pengrusakan imunologis
Kehilangan elektrolit dalam sel Iskemik jaringan Resiko infeksi Neuropati sensori perifer
dehidrasi
Ketidakefektifan perfusi jaringan Nekrosis luka Klien tidak merasa sakit
Resiko syok
Kehilangan kalori gangrene Kerusakan integritas jaringan
Merangsang hipotalamus
Sel kekurangan bahan untuk Protein dan lemak BB menurun
metabolisme dibakar
Polidipia
Asam lemak
polipagia keton ureum
Katasidosis
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
2.32. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria,polidipsia, polifagia pada DM umumnya
tidak ada. Sebaliknya yang sering menggangu pasien adalah keluhan akibat komplikasi
degenerative kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan
patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus
tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul
adalah adanya gangguan penglihatan Karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer ) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan
pengobatan lazim.
Menurut supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah katarak,glaucoma, retinopati, gatal seluruh badan, pruritus vulvae, infeksi bakteri
kulit, infeksi jamur dikulit, dermatopati, neuropati perifer, neuropati visceral, amiotropi,
ulkus neurotropik, penyakit ginjal, penyakt pembuluh darah perifer, penyakit koroner,
penyakit pembuluh darah otak, hipertensi.
Osmotic dieresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi,
dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia
urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak
bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi
pada stadium lanjut. Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa
terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami
infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relative menjadi absolute dan timbul
keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran
menurun dengan hiperglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak
umumnya tidak ada pada DM usia lanjut.biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit
kepala dan kebingungan mendadak.
2.33. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus
Manifestasi klinis pada tipe I yaitu IDDM antara lain :
a. Polipagia, poliura, berat badan menurun, polidipsia, lemah, dan somnolen yang
berlangsung agak lama, beberapa hari atau seminggu.
b. Timbulnya ketoadosis dibetikum dan dapat berakibat meninggal jika tidak segera
mendapat penanganan atau tidak diobati segera.
c. Pada diabetes mellitus tipe ini memerlukan adnaya terapi insulin untuk mengontrol
karbohidrat di dalam sel.
Sedangkan manifestasi klinis untuk NIDDM atau diabetes tipe II antara lain :Jarang
adanya gejala klinis yamg muncul, diagnosa untuk NIDDM ini dibuat setelah adanya
pemeriksaan darah serta tes toleransi glukosa di didalam laboratorium, keadaan
hiperglikemi berat, kemudian timbulnya gejala polidipsia, poliuria, lemah dan somnolen,
ketoadosis jarang menyerang pada penderita diabetes mellitus tipe II ini.
2.34. Komplikasi
Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi akut yang terjadi pada penderita
Diabetes Mellitus tapi selain ulkus diabetik antara lain :
a. Komplikasi Akut. Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan
jangka pendek dari glukosa darah. Hipoglikemik dan ketoadosis diabetik masuk ke
dalam komplikasi akut.
c. Komplikasi jangka panjang dapat juga terjadi antara lain, menyebabkan penyakit
jantung dan gagal ginjal, impotensi dan infeksi, gangguan penglihatan (mata kabur
bahkan kebutaan), luka infesi dalam , penyembuhan luka yang jelek.
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi : melihat pada daerah kaki bagaimana produksi keringatnya (menurun atau
tidak), kemudian bulu pada jempol kaki berkurang (-).
2) Palpasi : akral teraba dingin, kulit pecah - -pecah , pucat, kering yang tidak normal,
pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau bisa jugaterapa lembek.
2) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan darah yang meliputi : GDS (Gula Darah Sewaktu), GDP Gula Darah
Puasa),
b) Pemeriksaan urine , dimana urine diperiksa ada atau tidaknya kandungan glukosa
pada urine tersebut. Biasanya pemeriksaan dilakukan menggunakan cara Benedict
(reduksi). Setelah pemeriksaan selesai hasil dapat dilihat dari perubahan warna yang
ada : hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan merah bata (++++).
a) Pencegahan Primer
Pencegahan penyakit diabetes melitus secara primer ini dilakukan dengan tujuan
untuk tahap awal pencegahan terjadinya diabetes. Salah satunya selalu
memperhatikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan penyakit diabetes baik secara
genetik ataupun karena faktor lingkungan. Adapun cara pencegahan primer
diantaranya selalu menjaga pola makan sehari-hari, selalu melakukan olahraga
secara teratur, tidur yang cukup,dan menghindari obat-obatan yang dapat
menimbulkan penyakit diabetes.
b) pencegahan sekunder
2. Selalu menjaga berat badan supaya stabil, jika sudah memiliki berat badan yang
lebih maka usahakan untuk menurunkannya. Baca juga artikel ini Makanan Yang
Harus Dihindari Saat Diet
3. Selalu melakukan olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan fisik Anda
Jika sudah dalam tahap ini maka bisa dibilang penyakit diabetes tersebut telah parah
dan telanjur mengoplikasi penyakit yang lainnya, maka dari itu Anda harus
melakukan pencegahan tersier diantaranya sebagai berikut. Mencegah dari resiko
terkana gagal ginjal kronik yang menyerang pembulu darah
1. Mencegah terjadinya luka apapun yang dapat memperparah keadaan fisik, karena
jika sesorang yang memiliki penyakit diabetes jika memiliki
4.
2.37. Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Penderita Diabetes Melitus
A. Laporan Kasus
I. Data Umum
Komposisi Keluarga
Keterangan :
Tipe keluarga Tn. A adalah keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan 2 anak
laki-laki
7. Suku bangsa
8. Agama
Pendapatan keluarga Tn.A dalam sebulan adalah Rp. 3.000.000/bulan dari hasil
pekerjaannya sebagai waitress restoran dan istrinya Ny.S bekerja menjadi pegawai
televisi bersama, kadang setiap sabtu dan minggu mereka berolahraga paginya.
Namun anak pertamanya jarang berkumpul karena memilih kumpul dengan teman
se-gengnya.
Tahap keluarga Tn. A adalah keluarga dengan anak remaja karena anak pertama
sudah remaja yaitu usia 15 tahun dan sudah duduk di bangku SMP.
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah orang tua belum
Ny. S dan Tn.A mereka satu sekolah sewaktu SMP, Ny.S waktu itu masih kelas 2
SMP sementara Tn.A kelas 3 SMP, mereka juga mengikuti ekstrakurikuler yang
sama yaitu Pramuka dan mereka sering bertemu, disitulah awal Ny.S dan Tn.A
Awal mula Ny.S menderita Diabetes Mellitus adalah kebiasaan Ny.S yang sering
sendok makan gula pasir. Mendiang ibu Ny.S juga meninggal karena Diabetes
Mellitus. Sementara Tn.A dan An.S tidak suka makanan manis, namun An.J
menyukai makanan manis persis dengan ibunya. Ketika sakit, Ny.S diantar oleh
Ny.S memiliki 3 adik perempuan dan satu laki-laki. Ny.S mempunyai penyakit
Diabetes Mellitus diturunkan oleh mendiang ibunya. Selain Ny.S, adik laki-
lakinya juga menderita Diabetes Mellitus hingga kakinya dipotong karena ulkus
diabetic. Selain faktor keturunan, kebiasaan Ny.S yang sangat menyukai makanan
Rumah Tn. A adalah rumah permanen, lantai keramik dengan luas 20x15 m
dengan atap menggunakan genteng. Ada 3 kamar dalam rumah Tn. A, 1 kamar
utama dan 2 lagi kamar anak-anak. Ada 1 dapur dan 1 kamar mandi. Ada jamban
di dalam kamar mandi, dapur, gudang, dan ruang tamu. Saluran pembuangan
dialirkan ke tempat pembuangan septi tank.
Rumah Tn. A mendapat cukup cahaya matahari dan ventilasi karena jendela
rumah sering terbuka. Penerangan di rumah menggunakan listrik. Keluarga
mempunyai pembuangan sampah terbuka, biasanya sampah-sampah rumah tangga
akan dibuang ke plastik hitam dan akan dibuang ke tempat pembuangan sampah
jika sudah penuh. Air yang digunakan untuk makan, minum dan mandi sehari-hari
adalah air pam. Terdapat fasilitas kesehatan di lingkungan rumah yaitu posyandu,
rumah bidan, praktek dokter, dan puskesmas. Fasilitas kesehatan tersebut dapat
dijangkau dengan menggunakan motor dan berjalan kaki. Rumah depan: tampak
bersih. Ruang tamu: tampak bersih. Ruang tidur: tempat tidur spring bed,Kamar
mandi: kamar mandi terdiri dari 1 bak mandi dan 1 WC.,Jendela: jendela ada di
setiap kamar.
Gambar 3.2 Denah Rumah Keluarga Tn.A
Kamar tidur Kamar mandi
Ny. S lahir di Tabanan. Namun karena menikah dengan Tn.A, dia ikut dengan
Anggota keluarga biasanya berkumpul saat malam hari sambil menonton tv.
Keluarga Tn.A kalau sakit biasanya membeli obat ke apotek, mereka biasanya
berobat ke praktek bidan. Kalau penyakit Ny.S kambuh biasanya mereka pergi ke
dokter speasialis.
secara langsung kecuali jika jarak mereka tidak berdekatan, mereka biasanya
berkomunikasi dengan handphone. Namun Ny.S dan Tn.A kurang terbuka pada
anak-anak mereka, setiap masalah yang ada mereka hanya ingin mereka yang
mereka.
keputusan bersama. Tn. A juga kadang menasehati An.S untuk sering kumpul
dengan keluarga.
22. Struktur peran
Tn.A berperan sebagai kepala keluarga dan mencari nafkah sementara Ny.S
sebagai ibu rumah tangga, An.S dan An.J berperan sebagai anak.
Ny.S dan Tn. A selalu menanamkan nilai dan norma yang baik kepada anaknya
begitu juga Ny.S dan Tn.A selalu berbuat baik kepada sesama agar menjadi
V. Fungsi Keluarga
Keluarga Tn.A mengatakan tidak ada masalah antar keluarga maupun tetangga.
Pada saat pengkajian Tn.A belum mampu mengenal masalah kesehatan Ny.S,
keluarga hanya tahu kalau Diabetes Mellitus adalah penyakit dengan kelebihan
mengonsumsi gula tapi keluarga tidak tahu secara rinci sebab, komplikasi serta
sebelah kanan terkadang kabur, tubuh Ny.S lemas, serta jarang keluarga yang
mengingatkan Ny.S untuk minum obat DM, Ny.S juga sering lupa untuk
injeksi insulin.
ekonomi ‘keluarga.
Untuk mengatasi masalah ekonomi, Ny.S bekerja sebagai pegawai laundry. Dan
apabila sakitnya kambuh dia pergi ke dokter spesialis penyakit dalam untuk tahu
kondisi kesehatannya.
31. Strategi koping yang digunakan
Jika ada masalah keluarga Tn.A melakukan musyawarah bersama, serta berdoa
Apabila banyak masalah yang dihadapi, Tn.A akan meminta bantuan kepada
keluarga terdekat.
diharapkan ada perubahan tingkah laku pada Ny.S untuk meningkatkan derajat
kesehatannya
IX. Analisa Data
Do :
1. GDS pada tanggal
1 Maret 2021
pukul 10.00 250
mg/dL
2. TTV pada 1
Maret 2021
TD : 90/60
mmHg
Nadi : 118x/menit
RR: 18x/menit
S: 36,50C
X. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn.A
dalam mengenal masalah Diabetes Mellitus pada Ny.S
XI. PRIORITAS MASALAH
S : keluarga
TUK III mengatakan
mengerti
dengan
1. dengan
Menggali pengetahuan keluarga mengenai tanda gejala diabetes mellitus penyebab
2. dari
Menjelaskan pada keluarga tanda dan gejala diabetes. diabetes
3. mellitus.
Memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya.
4. O:
Memberikan pujian pada keluarga keluarga
tampak
sudah
TUK 4 mengerti
1. dengan
Menggali pengetahuan pasien mengenai diet untuk penderita Diabetes Mellitus penyebab
2. diabetes,
Menjelaskan pada keluarga mengenai makanan yang boleh dikonsumsi dan tidak keluarga
boleh dikonsumsi. bisa
3. menjawab
Menganjurkan pada keluarga untuk diet gula terkait dengan diabetes yang dapat saat
menurun ke anggota keluarga. diberikan
4. pertanyaan
Menjelaskan kepada keluarga aturan makan 3J tentang
penyebab
5. diabetes.
Memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya.
6.
Memberikan reinforcement positif.
S : keluarga
mengatakan
sudah
mengerti
mengerti
tentang
tanda dan
gejala
diabetes
mellitus
O:
keluarga
menganggu
k saat
ditanya
paham atau
tidak
dengan
penjelasan
yang
diberikan,
keluarga
mampu
mennyebut
kan tanda
dan gejala
diabetes
mellitus
tanpa
melihat
leaflet
S : keluarga
mengatakan
mengerti
tentang diet
pada
diabetes
mellitus
O:
keluarga
nampak
paham
dengan diet
diabetes
mellitus,
keluarga
mampu
menunjukk
an makanan
yang tepat
serta porsi
makanan
yang baik
untuk
penderita
diabetes
mellitus
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Dalam setiap keluarga harus saling memperhatikan kondisi kesehatan fisik
masing-masing anggota keluarga, maka dari itu diperlukan asuhan
keperawatan keluarga guna memberikan pelayanan kesehatan pada suatu
keluarga. Asuhan keperawatan keluarga adalah proses keperawatan atau
metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan
asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap
keluarga sesuai dengan rencana yang telah telah disusun dan mengevaluasi
mutu hasil asuhan yang telah dilaksanakan terhadap keluarga.
Asuhan keperawatan pada keluarga mengacu ke proses bagaimana seorang
tenaga medis memberikan pengobatan secara komplementer kepada keluarga
yang sedang sakit khususnya menderita hipertensi, rematik, gizi buruk dan
diabetes mellitus. Sangat dipentingkan dukungan para anggota kelurga untuk
saling memotivasi agar anggota keluarga yang sakit mampu dengan semangat
mencapai kesembuhan tanpa adanya gangguan psikis atau mental seorang
tersebut.
3.2. Saran
Sebaiknya lebih banyak menggunakan pedoman buku keperawatan
keluarga untuk menyusun makalah mengenai asuhan keperawatan keluarga,
dan instansi juga sebaiknya menyediakan buku-buku acuan asuhan
keperawatan keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Buss, J. S., & Labus, D. (2013). Buku saku patofisiologi menjadi sangat mudah
edisi 2 Diterjemahkan oleh Huriawati Hartanto. Jakarta: EGC.
Kowalak, J. P., Weish, W., & Mayer, B. (2011). Buku ajar patofisiologi
Diterjemahkan oleh Andry Hartono. Jakarta: EGC.
Saferi, A., & Mariza, Y. (2013). KMB I keperawatan medikal bedah (keperawatan
dewasa). Yogyakarta: Nu Med.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2008). Buku ajar keperawatan medikal bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J., & Cheever, K. (2012). Brunner &
Suddarth S textbook of medical-surgical nursing twelfth edition. Wolters
Kluwer Health.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI