Anda di halaman 1dari 126

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PENDERITA

HIPERTENSI, REMATIK, GIZI BURUK Dan DIABETES


MELITUS

Oleh Kelompok 5 :

1. Ni Komang Meny Lastini (18089014038)


2. Komang Sri Mulyani (18089014051)
3. Putu Sri Utami (18089014052)
4. Kadek Suartika Yasa (18089014053)
5. I Putu Widhi Adnyana (18089014062)
6. Putu Wira Premana (18089014065)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan
Keluarga dengan judul “Pemberian Asuhan Keperawatan Keluarga Penderita
Hipertensi, Rematik, Gizi Buruk dan Diabetes Melitus”. Dalam makalah ini kami
membahas mengenai teori dan pengaplikasian pemberian asuhan keperawatan
pada keluarga yang menderita penyakit Hipertensi.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Dosen pengampu mata
kuliah Keperawatan Keluarga yaitu Bapak Ns. Mochamad Heri, S.Kep.,M.Kep
karena telah memberikan tugas ini sehingga kami mampu mengetahui pemberian
asuhan keperawatan pada keluarga yang menderita penyakit Hipertensi, Rematik,
Gizi Buruk, dan Diabetes Melitus. Makalah yang kami buat tentu saja belum
mencapai sempurna, maka dari itu kami memerlukan kritik dan saran dari
pembaca makalah ini untuk menunjang kesempurnaan penyusunan makalah
selanjutnya.

Singaraja, 7 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 1

1.3. Tujuan ...................................................................................................... 1

1.4. Manfaat .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

1. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Penyakit Hipertensi .................... 12

2. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Penderita Rematik ...................... 44

3. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Penyakit Gizi Buruk ................... 68

4. Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Penderita Diabetes Melitus ......... 58

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 79

3.1. Simpulan ................................................................................................ 79

3.2. Saran ....................................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 80

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keluarga adalah dua atau lebih dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pemangkatan dan mereka hidup
dalam suatu rumah tangga dan berinteraksi satu sama lain dan di dalam
peranannya masing-masing dan menciptakan serta memperhatikan suatu
kebudayaan (Salvician G.Bailon dan Maglaya, 2008).
Dalam setiap keluarga harus saling memperhatikan kondisi kesehatan fisik
masing-masing anggota keluarga, maka dari itu diperlukan asuhan
keperawatan keluarga guna memberikan pelayanan kesehatan pada suatu
keluarga. Asuhan keperawatan keluarga adalah proses keperawatan atau
metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan
asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap
keluarga sesuai dengan rencana yang telah telah disusun dan mengevaluasi
mutu hasil asuhan yang telah dilaksanakan terhadap keluarga.
Di pembahasan materi pada makalah ini kami akan membahas mengenai
pemberian asuhan keperawatan pada keluarga yang memiliki riwayat penyakit
hipertensi, rematik, gizi buruk, dan diabetes melitus.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka di dapat kan rumusan masalah
sebagai berikut: “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada keluarga
dengan riwayat penyakit hipertensi, rematik, gizi buruk dan diabetes
melitus?”
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan melaksankan pemberian
asuhan keperawatan pada keluarga yang memiliki riwayat penyakit
hipertensi, rematik, gizi buruk, dan diabetes melitus.

1
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan keluarga pada
penderita hipertensi.
2. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan keluarga pada
penderita rematik.
3. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan keluarga pada
penderita gizi buruk.
4. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan keluarga pada
penderita diabetes melitus.
1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat Bagi Instansi
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi lembaga
pendidikan untuk sebagai referensi tugas selanjutnya bagi mahasiswa.
1.4.2. Manfaat Bagi Mahasiswa
Dapat dijadikan acuan dengan adanya asuhan keperawatan
keluarga yang menunjang pada pelaksanaan praktek kerja lapangan
(PKL).
1.4.3. Manfaat Bagi Pembaca
Untuk menambah wawasan bagi pembaca tentang asuhan
keperawatan keluarga khususnya pada penyakit hipertensi, rematik,
gizi buruk, dan diabetes melitus.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Hipertensi
Pengertian hipertensi oleh beberap sumber adalah sebagai berikut:
a. Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka
mordibitas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg
menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase
diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung
(Triyanto, 2014).
b. Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang
sering terjadi pada lansia, dengan kenaikan tekanan darah sistolik lebih
dari 150 mmHg dan tekanan 90 mmHg, tekanan sistolik 150-155 mmHg
dianggap masih normal pada lansia (Sudarta, 2013).
c. Hipertensi merupakan faktor resiko penyakt kardiovaskuler,
aterosklerosis, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal ditandai dengan
tekanan darah sistolik lebih dar 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pad dua kali pengukuran atau lebih
(Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2012).
d. Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik
yang terbagi menjadi dua tipe yaitu hipertensi esensial yang paling
sering terjadi dan hipertensi sekunder yang disebabkan oleh penyakit
renal atau penyebab lain, sedangkan hipertensi malignan merupakan
hipertensi yang berat, fulminan dan sering dijumpai pada dua tipe
hipertensi tersebut (Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).
e. Hipertensi merupakan peningkatan abnormal tekanan darah di dalam
pembuluh darah arteri dalam satu periode, mengakibatkan arteriola
berkonstriksi sehingga membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan
tekanan melawan dinding arteri (Udjianti, 2011).
Berdasarkan pengertian oleh beberapa sumber tersebut, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

3
sistolik dan diastolik, dengan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg, hipertensi juga merupakan
faktor resiko utama bagi penyakit gagal ginjal, gagal jantung dan stroke.
2.2. Etiologi dan Faktor Resiko Hipertensi
2.2.1. Etiologi Hipertensi
1. Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat
diketahui, sementara penyebab sekunder dari hipertensi esensial
juga tidak ditemukan. Pada hipertensi esensial tidak ditemukan
penyakit renivaskuler, gagal ginjal maupun penyakit lainnya,
genetik serta ras menjadi bagian dari penyebab timbulnya
hipertensi esensial termasuk stress, intake alkohol moderat,
merokok, lingkungan dan gaya hidup (Triyanto, 2014).
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui seperti
kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), hiperldosteronisme, penyakit perenkimal (Buss &
Labus, 2013).
2.2.2. Faktor Resiko Hipertensi
1) Faktor resiko yang bisa dirubah
a) Usia
Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang
berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya
usia maka semakin tinggi pula resiko mendapatkan hipertensi.
Insiden hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya
usia, hal ini disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh
yang mempengaruhi pembuluh darah, hormon serta jantung
(Triyanto, 2014).
b) Lingkungan (stres)
Faktor lingkungan seperti stress juga memiliki pengaruh
terhadap hipertensi. Hubungan antara stress dengan hipertensi
melalui saraf simpatis, dengan adanya peningkatan aktivitas

4
saraf simpatis akan meningkatkan tekanan darah secara
intermitten (Triyanto, 2014).
c) Obesitas
Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah
kegemukan atau obesitas. Penderita obesitas dengan hipertensi
memiliki daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita yang memiliki
berat badan norml (Triyanto, 2014).
d) Rokok
Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus
pelepasan katekolamin. Katekolamin yang mengalami
peningkatan dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung,
iritabilitas miokardial serta terjadi vasokontriksi yang dapat
meningkatkan tekanan darah (Ardiansyah, 2012).
e) Kopi
Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein.
Kafein sebagai anti-adenosine (adenosine berperan untuk
megurangin kontraksi otot jantung dan relaksasi pembuluh
darah sehingga menyebabkan tekanan darah turun dan
memberikan efek rileks) menghambat reseptor untuk berikatan
dengan adenosine sehingga menstimuus sistem saraf simpatis
dan menyebabkan pembuluh darah mengalami konstriksi
disusul dengan terjadinya peningkatan tekanan darah
(Triyanto, 2014).
2) Faktor resiko yang tidak bisa dirubah
a) Genetik
Faktor genetik ternyata juga memiliki peran terhadap angka
kejadian hipertensi. Penderita hipertensi esensial sekitar 70-
80% lebih banyak pada kembar monozigot (satu telur) dari
pada heterozigot (beda telur). Riwayat keluarga yang
menderita hipertensi juga menjadi pemicu seseorang menderita

5
hipertensi, oeh sebab itu hipertensi disebut penyakit turunan
(Triyanto, 2014).
b) Ras
Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar
untuk menderita hipertensi primer ketika predisposisi kadar
remin plasma yang rendah mengurangi kemampuan ginja
untuk mengekskresikan kadar natrium yang berlebih
(Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).
2.3. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor medulla otak. Rangsangan pusat vasomotor yang
dihantarkan dalam bentuk impuls bergerak menuju ganglia simpatis melalui
saraf simpatis. Saraf simpatis bergerak melanjutkan ke neuron preganglion
untuk melepaskan asetilkolin sehingga merangsang saraf pascaganglion
bergerak ke pembuluh darah untuk melepaskan norepineprin yang
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Mekanisme hormonal sama
halnya dengan mekanisme saraf yang juga ikut bekerja mengatur tekanan
pembuluh darah (Smeltzer & Bare, Buku ajar keperawatan medikal bedah
Brunner & Suddarth, 2008). Mekanisme ini antara lain:
a. Mekanisme vasokontriktor norepineprin-epineprin
Perangsangan susunan saraf simpatis selain menyebabkan eksitasi
pembuluh darah juga menyebabkan pelepasan norepineprin dan
epineprin oleh medulla adrenal ke dalam darah. Hormon norepineprin
dan epineprin yang berada di dalam sirkulasi darah akan merangsang
pembuluh darah untuk vasokontriksai. Faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokontriktor (Saferi & Mariza, 2013).
b. Mekanisme vasokontriktor renin-angiotensin
Renin yang dilepaskan oleh ginjal akan memecah plasma menjadi
substrat renin untuk melepaskan angiostensin I, kemudian dirubah
menjadi angiostensin II yang merupakan vasokonstriktor kuat.

6
Peningkatan tekanan darah dapat terjadi selama hormon ini masih
menetap didalam darah (Guyton, 2012).
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer memiliki pengaruh pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
lanjut usia (Smeltzer & Bare, Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner
& Suddarth, 2008). Perubahan struktural dan fungsional meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan kemampuan
relaksasi otot polos pembuluh darah, sehingga menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah, sehingga menurunkan
kemampuan aorta dan arteri besar dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan
curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Saferi & Mariza, 2013).

7
PATHWAYHIPERTENSI

Penyumbatanstruktur Faktoryang Faktoryangdapatdikontrol


tidakdpt
Penyumbatanpemb. diubah
darah Alkohol Rokok GayaHidup Psikologis
th
Umur(>50 )
Vasokontriksi dangenetik Kekauan Komponen Konsumsi Stres/emosi
pemb.darah toksindalam lemakberlebih
Dayaregang rokok
GangguanSirkulasi
pemb.darah Gangguan Hiperlipidia
alirandarahke Masukke
Resistensipemb.Darah Jantung pemb.darah
otaknaik Penumpukan
Kerusakanvaskuler lipidpada
Nyerikepala Penumpukan
pemb.darah pemb.darah
Penekanan flekpada
tekananperifer pemb.darah Merangsang
MK:NyeriAkut sarafsimpatis
Penyempitan untukmelepas
padapemb. hormone
darah adrenalin

HIPERTENSI Vasokontriksi
pemb.darah
Kecenderungankeluarga
ygmengarahkeperilaku TDmeningkat>130/80mmHg,sakitkepala,pusing,rasa
ygburuk beratditengkuk,lemah&lelah

Krgpngthuantntgpraktik Gagalmencapai
8 Kurangnyainformasi(PMO) CVPmeningkat
kesehatandasar(minumobat pengendalianygoptimal
teratur,cektensi,diet)
Mengurangiperubahan Nadiperiferteraba lemah
statuskesehatan
Tidakmenunjukkan
minatpadaperbaikan CRT>3detik
perilakusehat(tidak MK:Perilakukesehatan
mentaatidiet) cenderungberesiko
MK:Penurunancurah
jantung

Polaperilakukurangmencari
bantuankesehatan Tidakmemahamimasalah
kesehatanygdideritaolehanggota
keluarga
Ketidakmampuanbertanggung
jawabuntukmemenuhipraktik
Aktivitaskeluargauntukmengatasi
kesehatan(mentaatidiet,tidak
Mengabaikanhub.dganggotakeluarga masalahkesehatantidaktepat
merokok,makananberlemak)

Gangguanindividualisme MK:Ketidakefektifanmanajemen
MK:Ketidakefektifan kesehatankeluarga
pemeliharaankesehatan Melakukanrutinitastanpamempedulikankebutuhanklien
(interaksi/sosialisai )

Hubungankeluargaterganggu
Kesulitandgprogrampengobatanyg
Mengabaikanprogrampengobatan sudahdijadwalkan

Interaksiberkurang Aktivitassehari-haridapatterganggu

MK:Ketidakmampuankoping MK:Ketidakefektifan
keluarga manajemenkesehatan

9
2.4. Manifestasi Klinis Hipertensi
Manifestasi klinik menurut Ardiansyah (2012) muncul setelah penderita
mengalami hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara lain:
a. Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunan
langkah tidak mantap.
b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karena
peningkatan tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah.
c. Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita.
d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi
darah akibat vasokontriksi pembuluh darah.
e. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari
peningkatan aliran darah ke ginja dan peningkatan filtrasi oleh
glomerulus.
Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik), namun tanda-
tanda klinis seperti tekanan darah yang menunjukkan kenaikan pada dua kali
pengukuran tekanan darah secara berurutan dan bruits (bising pembuluh
darah yang terdengar di daerah aorta abdominalis atau arteri karotis, arteri
renalis dan femoralis disebabkan oleh stenosis atau aneurisma) dapat terjadi.
Jika terjadi hipertensi sekunder, tanda maupun gejalanya dapat berhubungan
dengan keadaan yang menyebabkannya. Salah satu contoh penyebab adalah
sindrom cushing yang menyebabkan obesitas batang tubuh dan striae
berwarna kebiruan, sedangkan pasien feokromositoma mengalami sakit
kepala, mual, muntah, palpitasi, puct dan perspirasi yang sangat banyak
(Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).
2.5. Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti
ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

10
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renall,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin
7. Foto dada dan CT scan (Nurhidayat, 2015).
2.6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Non-farmakologi
Pengobatan non-farmakologis menurut Muttaqin 2014 diantaranya
dengan melakukan hal – hal sebagai berikut :
1) Mengatasi atau menurunkan berat badan berlebih
2) Membatasi atau mengurangi asupan garam
3) Melakukan tehnik – tehnik untuk mengurangi stress
4) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan melakukan
olahraga selama 30 menit sebanyak 3 – 4 kali dalam satu minggu,
mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok dan konsumsi
alkohol.
b. Farmakologi
Upaya menurunkan tekanan darah dilakukan dengan menggunakan
obat anti hipertensi, berikut beberapa terapi farmakologi hipertensi
menurut Aspiani 2014:
1) Diuretik
Diuretik bekerja melalui berbagai mekanisme untuk
mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan
ekskresi garam dan juga air.Hal ini mengurangi volume cairan
dalam sirkulasi dan menurunkan tekanan darah.
2) Penghambat Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor (ACE-
Inhibitor)
Menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim
yang diperlukan. Secara tidak langsung menurunkan sekresi
aldosterone yang akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium
pada urine yang kemudian menurunkan volume plasma,curah
jantung dan menurunkan tekana darah
3) Penghambat Andenoreseptor  ( - Bloker)

11
Menghambat reseptor pada otot yang secara normal
berespons terhadap rangsangan saraf simpatis dengan
vasokonstriksi.
4) Penghambat Adrenoreseptor β (β – Bloker)
Bekerja pada reseptor beta dijantung untuk menurunkan
kecepatan denyut dan curah jantung.Sehingga tekanan yang
disebabkan oleh pompa jantung berkurang dan membuat jantung
bekerja lebih ringan.

2.7. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Penyakit Hipertensi

A. Laporan Kasus
I. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn.W
2. Alamat dan telepon : Desa Pakisan / -
3. Pekerjaan kepala keluarga : Wiraswasta
4. Pendidikan kepala keluarga : SMP
5. Komposisi keluarga dan genogram
Komposisi Keluarga

L
Umur Hub. Kondis
No Nama / Pendidikan Pekerjaan Imunisasi Ket
(th) dg KK i
P

Tidak Tidak
1 Tn. M 85 L Ayah - Sehat
sekolah bekerja

Kepala
Hiperte
2 Tn. W 50 L Keluar SMP Wirswasta -
nsi
ga

3 Ny. N 42 P Istri SMP IRT - Sehat

12
4 Tn. S 23 L Anak S1 Mahasiswa Lengkap Sehat

5 Ny. D 19 P Anak D3 Mahasiswa Lengkap Sehat

6 Tn. S 11 L Anak SD Siswa Lengkap Sehat

Genogram Keluarga

Keterangan :

: Kasus

Meninggal laki-laki :

Laki-laki :

Meninggal perempuan :

Perempuan :

Tinggal dalam satu rumah :

13
6. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. W termasuk dalam keluarga Besar (Extended family)
yang terdiri dari kakek, Bapak, ibu dan tiga anak.
7. Suku Bangsa
Suku Bangsa Keluarga Tn.W adalah Bali
8. Agama
Agama keluarga Tn.W adalah Hindu
9. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Pendapatan Tn.W dalam sebulan adalah 3.500.000/bulan dari hasil
pekerjan nya sebagai wiraswasta dan istrinya tidak bekerja.
Penghasilan Tn.W cukup untuk kebutuhan sandang, pangan dan papan.
10. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga mengatakan tidak mempunyai aktivitas rekreasi yang
khusus. Mengatakan bila ada waktu luang diisi dengan nonton TV dan
berbincang-bincang dengan anggota keluarga, biasanya lebih banyak
menghabiskan waktu dirumah. Dan pada saat pengkajian Tn. W
sedang menonton TV.
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
11. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga Tn.W saat ini berada dalam tahap perkembangan
keluarga dengan anak dewasa awal.
12. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Tn.W mengatakan tugas perkembangan pada tahap ini sudah terpenuhi
dengan baik.
13. Riwayat Keluarga Inti
Saat ini Tn. W sedang mengalami hipertensi. Penyakit yang sering
dideritanya oleh keluarga Tn. W di antaranya panas dingin. Tidak
terdapat penyakit menular dan tidak mempunyai penyakit menular.
14. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Dalam keluarga Tn. W mengatakan dari keluarganya ada yang
menderita hipertensi yaitu ayah kandungnya
III. Pengkajian Lingkungan

14
15. Karakteristik Rumah
Tn. W mengatakan rumah yang ditempatinya sekarang adalah
rumah milik pribadi dengan luas + 9.5 are dengan tipe rumah
permanen. Jumlah kamar yang yaitu 4 kamar tidur, 1 dapur, 2 kamar
mandi ditambah WC1 dan 1 ruang tamu. Ventilasi dan pencahayaan
sinar cukup baik, dalam kamar terdapat jendela yangsering dibuka.
Lantai di luar dan di dalam rumah cukup bersih, barang-barang teratur
dengan rapi. Penerangan rumah menggunakan lampu listrik pada
malam hari, lantai terbuat dari keramik. Pembuangan limbah WC
menggunakan Septik tank, pembuangan limbah dapur biasanya
dikumpulkan dan dibakar, terdapat tempat sampah. Sumber air
memakai PAM, yang digunakan untuk mandi, mencuci dam
memasak. Untuk air minun biasanya keluarga membeli air minum
kemasan.

Denah Rumah

U KT P
KT KT
B S

S
RT

KT

Keterangan :
a) P : Padmasana
b) KS : Kamar Suci
c) KT : Kamar Tidur
d) RT : Ruang Tamu
15
e) D : Dapur
f) T : Toilet
16. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Tetangga klien yang di sekitar rumah ramah – ramah.
Keluarga Tn.W berada di Iingkungan perkampungan yang situasinya
cukup tenang. Untuk mecapai jenis pelayanan kesehatan seperti
puskesmas jaraknya ± 12 Km. Lingkungan bersih, terdapat tempat
pembuangan sampah, jalan raya cukup ramai, transportasi di
lingkungan rumah Tn. W lancar.
17. Mobilitas Geografis Keluarga
Tn.W mengatakan tinggal di rumah yang di tempati
sekarang sejak lahir yaitu tahun 1968.Tn. W mengatakan tinggal di
rumahnya sekarang sudah ± 52 tahun.
18. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat
Tn.W mengatakan keluarganya ikut dalam kegiatan PKK di
lingkungan. Keluarga mengatakan hubungan dengan tetangga dan
lingkungan baik.

IV. Struktur Keluarga


19. Sistem Pendukung Keluarga
Tn. W mengatakan saat mendapat masalah dan kesulitan
banyak mendapat dukungan dari kerabat dekat. Keluarga Tn. W
mengatakan apabila ada yang sakit akan diantar berobat ke pelayanan
kesehatan.
20. Pola Komunikasi Keluarga
Komunikasi intern dan antar keluarga baik begitu juga
komunikasi antara tetangga sekitar lingkungan cukup baik.
21. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam mengambil keputusan dilakukan oleh Tn. W selaku kepala
keluarga tetapi juga dengan pertimbangan pendapat anggota keluarga
keluarga yang lain.
22. Struktur Peran
Masing-masing anggota keluarga dapat melakukan peranya, Tn. W
dijadikan sebagai panutan dalam keluarga, tidak ada pengaruh kelas
sosial, budaya, perkembangan keluarga serta masalah kesehatan
terhadap peran keluarga, tidak ada penyimpangan peran dan konflik
daalam keluarga dan menghargai satu sama lain, dimana Tn.W
mengatakan yang menafkahi keluarga adalah Tn. W dan Istrinya.
23. Nilai dan Norma Keluarga
Etika dalam keluarga ditanamkan sejak dini pada anak-anaknya,
keluarga menerapkan sistem demokrasi dengan memberikan kebebasan

16
kepada anggota keluarga terutama dalam mengungkapkan masalahnya
dengan selalu melihat aturan yang ada.
V. Fungsi Keluarga
24. Fungsi Afektif
Keluarga Tn.W saling menyayangi dan peduli.
25. Fungsi Sosialisasi
Interaksi Tn. W dan keluarga terjalin dengan sangat baik, saling
mendukung, bahu membahu, dan saling ketergantungan Masing
masing anggota keluarga masih memperhatikan dan menerapkan sopan
santun dalam berperilaku.
26. Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Kemampuan Keluarga Mengenal Masalah
Pada saat pengkajian Tn.W dan keluarga belum mampu
mengenal masalah kesehatan Tn.W, yang mereka tahu Tn.W
merasakan sakit kepala pada saat penyakitnya kambuh.
b. Kemampuan Keluarga mengambil keputusan
Jika Tn.W sakit, Ny.N mengajak nya berobat ke puskesmas.

c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit


Keluarga memberikan obat penurun nyeri yang di beli di
warung dekat rumah nya kepada Tn.W kalau Tn.W merasakan
sakit pada kepalanya.
d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat
Lingkungan rumah cukup bersih, mendapat pencahayaan
yang cukup, kamar mandi dan dapur juga terjaga kebersihannya.
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
Keluarga sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan
baik terbukti kalau saat Tn.W sakit, keluarganya membawa ia
berobat ke Puskesmas.
27. Fungsi Reproduksi
Jumlah anak yang dimiliki Tn. w ada 2 orang, 1 anak perempuan
dan 1 anak laki-laki.
28. Fungsi Ekonomi
Tn. W dan keluarga mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari hari
dari pendapatan yang diterima.
VI. Stress dan Koping Keluarga
29. Stressor jangka pendek dan panjang

17
Sampai sekarang hanya memikirkan bagaimana cara agar penyakit
hipertensinya bisa sembuh.
30. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Keluarga mampu menghadapi masalah yang ada dan
memfasilitasi Tn.W untuk pengobatan hipertensi.
31. Strategi koping yang digunakan
Jika ada masalah keluarga Tn.W melakukan musyawarah bersama,
serta berdoa kepada Tuhan agar masalahnya cepat selesai.
32. Strategi adaptasi disfungsional
Dalam keluarga Tn. W tidak ada yang bersifat otoriter dan
melakukan tindakan kekerasan.

18
VII. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan keseluruhan anggota keluarga
Tabel Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaaan Ayah Kepala Keluarga Ibu Anak Anak Anak
Fisik

Tekanan darah 140/90 mmHg 150/90 mmHg 110/80 mmHg 120/80 mmHg 110/90 mmHg 110/80 mmHg

Pemeriksaan
Fisik

Nadi 90 x/menit 92 x/menit 80 x/menit 75 x/menit 80 x/menit 70 x/menit

Respirasi 22 x/menit 20x/mnt 20 x/menit 21 x/menit 19 x/menit 19 x/menit

Rambut Tidak terdapat Kulit kepala bersih, Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala
benjilan pada tidak ada luka, tidak bersih, tidak bersih, tidak ada bersih, tidak ada bersih, tidak
kepala dan terdapat nyeri tekan dan nyeri tekan dan ada nyeri
ada benjolan, rambut
rambut benjolan dan lesi, rambut lesi, rambut tekan dan lesi,
terlihat ada terlihat ada uban. nyeri tekan, berwarna hitam berwarna hitam rambut
uban rambut sedikit berwarna
terlihat uban hitam

Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva merah Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva

19
merah merah merah merah merah

Sklera Sklera putih Sklera putih Sklera putih Sklera putih Sklera putih Sklera putih

Hidung Lubang Lubang hidung Lubang hidung Lubang hidung Lubang hidung Lubang
hidung simetris, tidak ada simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak ada hidung
simetris, tidak ada secret, ada secret, tidak secret, tidak ada simetris, tidak
secret, tidak ada lesi
ada secret, tidak ada lesi ada lesi lesi ada secret,
tidak ada lesi tidak ada lesi

Telinga Bersih, tidak Bersih, tidak ada Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak ada Bersih, tidak
ada serumen, serumen, fungsi ada serumen, ada serumen, serumen, fungsi ada serumen,
fungsi pendengaran masih fungsi fungsi pendengaran fungsi
pendengaran baik pendengaran pendengaran masih baik pendengaran
kurang baik masih baik masih baik masih baik

Mulut Mukosa bibir Mulut lembab, tidak Mulut lembab, Mulut lembab, Mulut lembab, Mulut
kering, terdapat karies gigi tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat lembab, tidak
terdapat karies gigi karies gigi karies gigi terdapat
karies gigi karies gigi

Leher Tidak ada Tidak terdapat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
benjolan , pembesaran vena benjolan , tidak benjolan , tidak benjolan , tidak benjolan ,
tidak ada ada nyeri ada nyeri tekan, ada nyeri tekan, tidak ada
jugularis
nyeri tekan, tekan, leher leher bersih , leher bersih , dan nyeri tekan,
leher bersih , bersih , dan dan tidak ada tidak ada leher bersih ,

20
dan tidak ada tidak ada pembesaran pembesaran vena dan tidak ada
pembesaran pembesaran vena jugularis. jugularis. pembesaran
vena vena jugularis. vena
jugularis. jugularis.

Dada Bentuk dada Bentuk dada simetris, Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada
sedikit ekspansi dada simetris, simetris, simetris, simetris, ekspansi simetris,
membungkuk, ekspansi dada ekspansi dada dada simetris, ekspansi dada
Tidak terdapat retraksi
ekspansi dada simetris, Tidak simetris, Tidak Tidak terdapat simetris,
simetris, otot dada terdapat terdapat retraksi retraksi otot dada Tidak terdapat
Tidak terdapat retraksi otot otot dada retraksi otot
retraksi otot dada dada
dada

Jantung Tidak tampak Tidak tampak ictus Tidak tampak Tidak tampak Tidak tampak Tidak tampak
ictus cordis, cordis, bunyi jantung ictus cordis, ictus cordis, ictus cordis, ictus cordis,
bunyi jantung normal bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung
normal normal normal normal normal

Abdomen Sedikit Tidak ada acites, Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak
cekung, tidak dinding perut lebih ada nyeri tekan ada nyeri tekan ada nyeri tekan ada nyeri
ada nyeri tekan
rendah dari dinding
tekan
dada, Tidak ada lesi
Ekstremitas Anggota Anggota gerak lengkap, Anggota gerak Anggota gerak Anggota gerak Anggota

21
gerak Tidak ada luka/bekas lengkap, Tidak lengkap, Tidak lengkap, Tidak gerak
lengkap, luka, tidak ada edema ada luka/bekas ada luka/bekas ada luka/bekas lengkap,
Tidak ada luka, tidak ada luka, tidak ada luka, tidak ada Tidak ada
pada ekstremitas atas
luka/bekas edema pada edema pada edema pada luka/bekas
luka, tidak dan bawah, kekuatan ekstremitas ekstremitas atas ekstremitas atas luka, tidak
ada edema otot masih normal atas dan dan bawah, dan bawah, ada edema
pada bawah, kekuatan otot kekuatan otot pada
ekstremitas kekuatan otot masih normal masih normal ekstremitas
atas dan masih normal atas dan
bawah, bawah,
kekuatan otot kekuatan otot
sudah masih normal
melemah

Kulit Warna kulit Warna Kulit coklat, Warna kulit Warna kulit Warna kulit sawo Warna kulit
coklat, sedikit sedikit kering sawo matang, sawo matang, matang, kulit sawo matang,
kering kulit bersih kulit bersih bersih kulit bersih

Turgor kulit Baik Baik Baik Baik Baik Baik

Keluhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

22
VIII. Harapan Keluarga
Tn. w berharap ia dan keluarganya sehat. Dan Keluarga juga
berharap petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan yang baik,
tepat, dan cepat kepada siapa saja yang membutuhkan.Tidak membeda
bedakan seseorang dalam memberikan pelayanan kesehatan, miskin
maupun kaya.

23
IX. Analisa Data
No Data Subjektif Etiologi Masalah Kesehatan
DS : Ketidakmampuan Defisien pengetahuan
- Tn. W dan Keluarga keluarga mengenal
mengatakan belum mengerti masalah
tentang penyebab tanda atau
gejala
- Tn. W mengatakan di dalam
keluarga tidak ada makanan
pantangan yang di berikan
dan keluarga dalam merawat
Tn. W masih memberikan
makanan yang sama dengan
anggota keluarga yang lain.
- Tn.WS mengatakan ia minum
obat hanya pada saat tekanan
darahnya naik saja.
DO : Keluarga tampak bertanya
mengenai penyebab, tanda dan
gejala serta cara merawat
hipertensi yang benar.
TTV :
TD : 150/90 mmHg
N : 92x/m
RR : 20x/m
S : 360C

X. Diagnosa Keperawatan
Defisien pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
Tn.W dalam mengenal masalah Hipertensi pada Tn.W.

24
XI. Prioritas Masalah

No Kriteria Skor Pembenaran


1 2 3 4
1 Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Defisien pengetahuan pada Tn.W dibuktikan
Skala: Actual dengan Tn.W mengatakan belum mengerti
tentang penyebab, tanda atau gejala dari
hipertensi.

2 Kemungkinan 2/2 x 2 = 2 Keluarga Tn.W memiliki sumber daya yang


masalah diubah cukup untuk mengatasi masalah yaitu:
: Tinggi penghasilan keluarga cukup, sistem dukungan
keluarga kuat.

3 Potensi masalah 2/3 x 1 = 2/3 Masalah sudah berlangsung cukup lama.


untuk dicegah : Jarak rumah ke faskes dekat.
Cukup

4 Menonjolkan ½x1=½ Tn.W merasakan ada masalah, misalnya


masalah : pada saat kepalanya pusing ia minum
Masalah ada , obat hanya pada saat tekanan darahnya
namun tidak naik saja.
perlu segera
diatas
Total skor 4 1/6

25
XII. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosis Tujuan Evaluasi Rencana
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar Intervensi
Defisien Setelah Setelah 1. Keluarga Hipertensi 1. Gali
pengetahuan diberikan diberikan mampu atau tekanan darah tinggi pengetahuan
berhubungan asuhan asuhan menjelaskan adalah kondisi ketika keluarga
dengan keperawatan keperawatan pengertian tekanan darah di 130/80 mengenai
ketidakmampuan selama 2 x 45 selama 2 x 45 hipertensi mmHg atau lebih. Jika pengertian
keluarga Tn.W menit, selama menit, tidak segera ditangani, hipertensi.
dalam mengenal 2 hari Tn.W keluarga hipertensi bisa 2. Jelaskan
masalah dan keluarga mampu : menyebabkan kepada
Hipertensi pada paham Mengenal munculnya penyakit- keluarga
Tn.W mengenai masalah penyakit serius yang mengenai
penyakit hipertensi pada mengancam nyawa, pengertian
hipertensi. Tn.W, seperti gagal jantung, hipertensi.
mengetahui penyakit ginjal, dan 3. Gunakan
penyebab dari stroke. media menarik
hipertensi, seperti leaflet
tanda gejala untuk
serta 2. Keluarga Merokok, Kelebihan memperjelas
pengobatan mampu berat badan atau pemahaman
hipertensi menjelaskan obesitas, Kurang keluarga
penyebab dari bergerak, Konsumsi mengenai
hipertensi garam berlebihan, hipertensi.
Konsumsi alkohol 4. Gali
berlebihan, Stres, pengetahuan

26
Pertambahan usia, keluarga
Punya keluarga dengan mengenai
riwayat hipertensi, penyebab
Penyakit ginjal kronis, hipertensi.
Gangguan kelenjar 5. Jelaskan pada
tiroid, Sleep apnea keluarga
penyebab dari
hipertensi.
6. Gunakan
3. Keluarga Orang yang menderita bahasa yang
mampu hipertensi mengalami persuasif agar
menyebutkan tanda dan gejala seperti keluarga
tanda dan sakit kepala, mual termotivasi
gelaja muntah, nyeri pada untuk
hipertensi dada, gangguan mencegah
penglihatan. penyebab
hipertensi.
7. Gali
pengetahuan
keluarga
mengenai
4. Keluarga Terapi aroma lemon, tanda dan
mampu terapi aroma bunga gejala
mengetahui mawar, menerapkan hipertensi.
pengobatan teknik relaksasi nafas 8. Jelaskan
non dalam, mengatur pola kepada
farmakologi gaya hidup. keluarga
untuk penderita mengenai

27
hipertensi yang tanda dan
bisa dilakukan gejala
di rumah. hipertensi.
9. Berikan
kesempatan
keluarga untuk
bertanya.
10. Jelaskan
mengenai
pengobatan
non
farmakologi
yang bisa
dilakukan
dirumah untuk
mengurangi
rasa nyeri.
11. Berikan pujian
terhadap
keluarga.

28
XIII. Implementasi Keperawatan
NO Tanggal Diagnosa Keperawatan Tindakan Evaluasi Pelaksana

1 19 Oktober Defisien pengetahuan 1. Menggali S : Tn.W dan keluarga


2020, pukul berhubungan dengan pengetahuan mengatakan sudah sedikit
09.00 WITA. ketidakmampuan keluarga keluarga mengenai paham mengenai
pengertian
Tn.W dalam mengenal pengertian hipertensi dan
hipertensi.
masalah Hipertensi pada 2. Menjelaskan penyebab hipertensi.
Tn.W kepada keluarga
O : Keluarga dan Tn.W
mengenai
pengertian tampak lebih nyaman.
hipertensi. Keluarga dan Tn.W
3. Menggunakan tampak membaca leaflet
media menarik yang diberikan.
seperti leaflet untuk
memperjelas
pemahaman
keluarga mengenai
hipertensi.
4. Menggali
pengetahuan
keluarga mengenai
penyebab
hipertensi.
5. Menjelaskan pada
keluarga penyebab
dari hipertensi.

29
6. Menggunakan
bahasa yang
persuasif agar
keluarga termotivasi
untuk mencegah
penyebab hipertensi
19 Oktober 1. Menggali S : Keluarga dan Tn.W
2020, pukul pengetahuan mengatakan mereka sudah
09.30 WITA. keluarga mengenai sedikit paham mengenai
tanda dan gejala
tanda dan gejala
hipertensi.
2. Menjelaskan hipertensi, dan masih
kepada keluarga bingung mengenai
mengenai tanda pengobatan non
dan gejala farmakologi
hipertensi.
3. Memberikan O : Keluarga dan Tn.W
kesempatan tampak antusias bertanya
keluarga untuk mengenai hipertensi.
bertanya.
4. Menjelaskan
mengenai
pengobatan non
farmakologi yang
bisa dilakukan
dirumah untuk
mengurangi rasa
nyeri.

30
5. Memberikan pujian
terhadap keluarga.
2 20 Oktober Defisien pengetahuan 1. Menggali S : Keluarga dan Tn.W
2020, pukul berhubungan dengan pengetahuan sudah memahami
09.00 WITA. ketidakmampuan keluarga keluarga mengenai pengertian penyakit
pengertian
Tn.W dalam mengenal hipertensi, mereka
hipertensi.
masalah Hipertensi pada 2. Menjelaskan mengatakan mau untuk
Tn.W kepada keluarga mencegah faktor yang
mengenai menjadi penyebab dari
pengertian hipertensi.
hipertensi.
3. Menggunakan O : Keluarga dan Tn.W
media menarik tampak lebih nyaman dan
seperti leaflet untuk berantusias membaca
memperjelas leaflet.
pemahaman
keluarga mengenai
hipertensi.
4. Menggali
pengetahuan
keluarga mengenai
penyebab
hipertensi.
5. Menjelaskan pada
keluarga penyebab
dari hipertensi.
6. Menggunakan

31
bahasa yang
persuasif agar
keluarga termotivasi
untuk mencegah
penyebab hipertensi
20 Oktober 1. Menggali S : Keluarga dan Tn.W
2020, pukul pengetahuan mengatakan mereka sudah
09.30 WITA keluarga mengenai paham mengenai tanda
tanda dan gejala
dan gejala hipertensi, dan
hipertensi.
2. Menjelaskan sudah paham mengenai
kepada keluarga pengobatan non
mengenai tanda farmakologi, mereka
dan gejala mengatakan akan
hipertensi. mencoba pengobatan non
3. Memberikan farmakologi ketika Tn.W
kesempatan
mengalami sakit pada
keluarga untuk
bertanya. kepalanya.
4. Menjelaskan
O : Keluarga dan Tn.W
mengenai
pengobatan non tampak antusias bertanya
farmakologi yang mengenai hipertensi.
bisa dilakukan
dirumah untuk
mengurangi rasa
nyeri.
5. Memberikan pujian

32
terhadap keluarga.

XIV. Catatan Perkembangan


NO Diagnosa Keperawatan Tanggal Catatan Perkembangan Pelaksana

1 Defisien pengetahuan 21 Oktober 2020, S : Tn.W dan keluarganya


berhubungan dengan pukul 10.00 WITA. mengatakan sudah memahami
ketidakmampuan keluarga permasalahan mengenai penyakit
Tn.W dalam mengenal hipertensi.
masalah Hipertensi pada
Tn.W O : Keluarga tampak antusias,
keluarga tampak membaca leaflet
yang diberikan.

A : Tujuan tercapai

P : Lanjutkan intervensi selanjutnya

33
2.8 Definisi Rematik

Rematik atau Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit autoimun sistemik


(Symmons, 2006).RA merupakan salah satu kelainan multisistem yang etiologinya
belum diketahui secara pasti dan dikarateristikkan dengan destruksi sinovitis
(Helmick, 2008).Penyakit ini merupakan peradangan sistemik yang paling umum
ditandai dengan keterlibatan sendi yang simetris (Dipiro, 2008). Penyakit RA ini
merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan inflamasi sendi yang berlangsung
kronik dan mengenai lebih dari lima sendi (poliartritis) (Pradana, 2012).

Penyakit rematik meliputi cakupan luas dari penyakit yang dikarakteristikkan


oleh kecenderungan untuk mengefek tulang, sendi, dan jaringan lunak (Soumya,
2011). Penyakit rematik dapat digolongkan kepada 2 bagian, yang pertama diuraikan
sebagai penyakit jaringan ikat karena ia mengefek rangka pendukung (supporting
framework) tubuh dan organ-organ internalnya. Antara penyakit yang dapat
digolongkan dalam golongan ini adalah osteoartritis, gout, dan fibromialgia.
Golongan yang kedua pula dikenali sebagai penyakit autoimun karena ia terjadi
apabila sistem imun yang biasanya memproteksi tubuh dari infeksi dan penyakit,
mulai merusakkan jaringan-jaringan tubuh yang sehat. Antara penyakit yang dapat
digolongkan dalam golongan ini adalah rheumatoid artritis, spondiloartritis, lupus
eritematosus sistemik dan skleroderma. (NIAMS, 2008)

2.9 Epidemiologi Rematik

Rematik masih menjadi masalah kesehatan dunia, diperkirakan 0,5-1 % dari


populasi global menderita AR. Peluang terjadinya penyakit hati pada penderita AR
dua kali lebih besar dari yang tidak menderita. America Arthritis Fondation
melaporkan, penderita AR berisiko dua kali lebih besar terkena penyakit jantung
sehingga meningkatkan angka kematian penderita Cardiovascular dan infeksi. Lima
puluh persen pasien AR mengalami kecacatan fungsional sementara setelah 20 tahun,
80 % cacat dan dapat mengurangi usia harapan hidup 3-18 tahun.
Studi epidemiologi melaporkan berbagai faktor risiko yang dihubungkan
dengan terjadinya penyakit AR, seperti faktor kerentanan terhadap penyakit dan
faktor inisiasi yaitu faktor yang diduga meningkatkan risiko berkembangnya
penyakit.Faktor kerentanan seperti :
1). Jenis kelamin
2). Usia,dapat terjadi pada usia muda 30-50 tahun, usia lanjut terutama pada
wanita kasus AR meningkat.
3) Obesitas : memacu meningkatnya oksidan melalui berbagai mekanisme
4) Genetik, keluarga yang memiliki anggota keluarga terkena AR memiliki risiko
lebih tinggi, dan dihubungkan dengan gen HLA-DR4. Faktor inisiasi adalah
perokok , infeksi bakteri atau virus menjadi inisiasi dari AR, pil kontrasepsi,
gaya hidup : stres dan diet mengawali inflamasi sendi.
2.10 Etiologi Rematik

Etiologi Rematik belum diketahui dengan pasti. Namun, kejadiannya


dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan
(Suarjana, 2009). Penyebab dari Reumatik hingga saat ini masih belum terungkap,
namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya Reumatik antara lain adalah:

1. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini memiliki
angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60% (Suarjana, 2009).
Insidensinya meningkat seiring usia, 25 hingga 30 orang dewasa per 100.000
pria dewasa dan 50 hingga 60 per 100.000 wanita dewasa. Universitas
Sumatera Utara 14

2. Jenis Kelamin Wanita lebih sering terkena Rematik pada lutut dan sendi, dan
lelaki lebih sering terkena Rematik pada paha, pergelangan tangan dan leher.
Secara keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi Artritis Reumatoid kurang
lebih sama pada lelaki dan wanita tetapi usia diatas 50 tahun frekuensi
Artritis Reumatoid lebih banyak pada wanita dari pada pria, hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis Artritis Reumatoid.
Insidensinya meningkat seiring usia, 25 hingga 30 orang dewasa per 100.000
pria dewasa dan 50 hingga 60 per 100.000 wanita dewasa.

3. Usia Dari semua faktor resiko untuk timbulnya Rematik, faktor usia adalah
yang kuat. Prevalensi dan beratnya Artritis Reumatoid semakin meningkat
dengan bertambahnya usia. Artritis Reumatoid hampir tak pernah terjadi pada
anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan lebih banyak pada umur
diatas 60 tahun.

4. Suku Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada Artritis Reumatoid


nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa,
misalnya Artritis Reumatoid pada paha lebih jarang diantara orang-orang
kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Artritis Reumatoid lebih sering
dijumpai pada orang- orang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini
mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan Universitas Sumatera Utara 15
pertumbuhan. Insidensi dan prevalensi AR bervariasi berdasarkan lokasi
geografis dan diantara berbagai grup etnik dalam suatu negara.

5. Riwayat Atropi Artritis reumatoid dapat ditemukan pada semua sendi dan
sarung tendon, paling sering di tangan.Artritis Reumatoid juga dapat
menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut.Sinovial sendi, sarung
tendon, dan bursa menebal akibat radang yang diikuti oleh erosi tulang dan
destruksi tulang disekitar sendi.Hal ini dapat rerjadi secara simetris berupa
inflamasi sendi, bursa dan sarung tendon yang dapat menyebabkan nyeri,
bengkak dan kekakuan sendi serta hidrops ringan.

6. Faktor Infeksi Beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel induk
semang (host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga muncul
timbulnya penyakit Artritis Reumatoid.7. Masa Kerja Sendi-sendi besar,
seperti bahu dan lutut, sering menjadi manifestasi klinis tetap, meskipun
sendi-sendi ini mungkin berupa gejala asimptomatik setelah bertahuntahun
dari onset terjadinya. 8. Faktor Lingkungan, salah satu contohnya adalah
merokok.

2.11 Patofisiologi Rematik

Patofisiologi Rematik ditandai dengan adanya peradangan dan hiperplasia


sinovial, produksi autoantibodi (faktor rheumatoid dan antibodi protein anti-
citrullinated [ACPA]), serta kerusakan tulang dan/atau tulang rawan serta tampilan
sistemik yang dapat menimbulkan gangguan kardiovaskular, paru, psikologis, dan
skeletal.Penyebab pasti dari keadaan ini masih belum diketahui namun RA
melibatkan interaksi yang kompleks antara faktor genetik, faktor lingkungan, dan
beberapa faktor predisposisi.
Pada patofisiologi rheumatoid arthritis, terjadi migrasi sel inflamasi yang
dipicu oleh aktivasi endotel pada pembuluh darah mikro sinovial yang meningkatkan
ekspresi molekul adhesi (termasuk integrin, selektif, dan anggota superfamili
imunoglobulin) dan kemokin serta menimbulkan proliferasi leukosit pada
kompartemen sinovial.[3] Keadaan ini sebagian besar melibatkan sistem imun adaptif
dan dimediasi oleh sel T-helper tipe 1 (Th-1). Terjadi aktivasi makrofag oleh sitokin
Th-1, seperti interferon-g (IFN-g), interleukin 12 (IL-12), dan IL-18, yang
menyebabkan aktivasi sel T oleh antigen presenting cells. Makrofag juga dapat
diaktivasi melalui kontak langsung dengan sel T, kompleks imun, atau produk
bakterial di cairan sinovial.Aktivasi makrofag ini melepaskan beberapa sitokin dan
mediator inflamasi seperti interleukin, faktor nekrosis tumor (TNF), transforming
growth factor-β (TGF-β), fibroblast growth factor (FGF), platelet-derived growth
factor (PDGF), dan interferon (IFN-α dan IFN-β).

2.12. Tanda dan Gejala Rheumatiod Arthritis

Ada beberapa keluhan pada sendi yang dirasakan oleh penderita, antara lain:

 Nyeri sendi
 Sendi bengkak
 Sendi kemerahan, terasa hangat atau kaku (terutama pada pagi hari atau
setelah lama tidak digerakkan)

Keluhan pada sendi ini biasanya berawal dari sendi di kaki, sehingga dapat
menimbulkan keluhan:

 Nyeri pada pergelangan kaki saat berjalan di tanjakan.


 Nyeri pada tumit dan tulang kering saat berjalan di atas tanah yang tidak rata.
 Perubahan bentuk telapak kaki sehingga sulit memakai sepatu, serta bentuk
jari kuku dan kuku kaki.

Rheumatoid arthritis merupakan peradangan yang bersifat kronis atau jangka


panjang, dan dapat kambuh kembali setelah menghilang selama beberapa saat. Selain
gejala pada sendi, penderita rheumatoid arthritis juga dapat merasakan gejala di
bagian tubuh yang lain, yaitu pada mata berupa mata kering, serta pada jantung dan
paru-paru berupa nyeri dada.

2.13 Manifestasi Klinis Rematik


Manifestasi Klinis Keluhan biasanya mulai secara perlahan dalam beberapa
minggu atau bulan.Sering pada keadan awal tidak menunjukkan tanda yang jelas.
Keluhan tersebut dapat berupa keluhan umum, keluhan pada sendi dan keluhan diluar
sendi (Putra dkk,2013).

1. Keluhan umum Keluhan umum dapat berupa perasaan badan lemah, nafsu
makan menurun, peningkatan panas badan yang ringan atau penurunan berat
badan.

2. Kelainan sendi Terutama mengenai sendi kecil dan simetris yaitu sendi
pergelangan tangan, lutut dan kaki (sendi diartrosis). Sendi lainnya juga dapat
terkena seperti sendi siku, bahu sterno-klavikula, panggul, pergelangan
kaki.Kelainan tulang belakang terbatas pada leher.Keluhan sering berupa kaku
sendi di pagi hari, pembengkakan dan nyeri sendi.

3. Kelainan diluar sendi a. Kulit : nodul subukutan (nodul rematoid) b. Jantung :


kelainan jantung yang simtomatis jarang didapatkan, namun 40% pada autopsi
RA didapatkan kelainan perikard c. Paru : kelainan yang sering ditemukan
berupa paru obstruktif dan kelainan pleura (efusi pleura, nodul subpleura) d.
Saraf : berupa sindrom multiple neuritis akibat vaskulitis yang sering terjadi
berupa keluhan kehilangan rasa sensoris di ekstremitas dengan gejala foot or
wrist drop e. Mata : terjadi sindrom sjogren (keratokonjungtivitis sika) berupa
kekeringan mata, skleritis atau eriskleritis dan skleromalase perforans 11 f.
Kelenjar limfe: sindrom Felty adalah RA dengan spleenomegali,
limpadenopati, anemia, trombositopeni, dan neutropenia

2.14 Komplikasi Rematik


Jika tidak ditangani dengan baik, rematik dapat menyebabkan beberapa komplikasi,
di antaranya:

 Cervical myelopath

Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi tulang leher
dan mengganggu saraf tulang belakang.

 Carpal tunnel syndrome

Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi pergelangan


tangan, sehingga menekan saraf di sekitarnya.

 Sindrom sjogren

Kondisi ini terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar air mata
dan ludah, sehingga menimbulkan keluhan mata kering dan mulut kering.

 Limfoma

Limfoma merupakan sejenis kanker darah yang tumbuh pada sistem getah
bening.

 Penyakit jantung

Kondisi ini dapat terjadi bila sistem kekebalan tubuh menimbulkan


peradangan di pembuluh darah jantung.
Selain komplikasi akibat penyakitnya sendiri, pengobatan rheumatoid arthritis juga
dapat menimbulkan efek samping berupa osteoporosis, yang membuat tulang menjadi
rapuh dan rentan patah.

2.15 Pemeriksaan penunjang Rematik


Berikut adalah beberapa pemeriksaan penunjang rheumatoid arthritis, di
antaranya:

1. Pemeriksaan antibodi citrulline

Pada umumnya tes darah dijalankan untuk membantu membuat


diagnosis rheumatoid arthritis. Tes ini adalah memeriksa antibodi tertentu
termasuk anti-cyclic antibodi citrullinated peptida (ACPA), faktor rheumatoid
(RF), dan antibodi antinuclear (ANA), yang hadir dalam sebagian besar
pasien RA.

Faktor rheumatoid (RF) muncul sekitar 75-80 persen dari pasien RA,
dan RF yang tinggi dapat menunjukkan bentuk yang lebih agresif dari
penyakit. Antibodi antinuklear (ANA) tidak spesifik untuk diagnosis untuk
RA, namun kehadiran mereka dapat menunjukkan kepada dokter bahwa
gangguan autoimun dapat ada.

2. Pemeriksaan darah

Tes darah lainnya yang dapat dilakukan dapat membantu dokter


menentukan sejauh mana peradangan pada sendi dan di tempat lain dalam
tubuh. Tingkat sedimentasi eritrosit (ESR) mengukur seberapa cepat sel-sel
darah merah jatuh ke dasar tabung reaksi. Biasanya, semakin tinggi tingkat
sedimentasi, semakin banyak peradangan yang terjadi di dalam tubuh. Tes
darah lain yang mengukur peradangan adalah tes C-reaktif protein (CRP). Jika
CRP yang tinggi, tingkat peradangan biasanya tinggi juga, seperti selama
ruam rheumatoid arthritis.

Pemeriksaan rheumatoid arthritis berikutnya adalah laju endap darah


(LED). Tes ini dilakukan untuk mendeteksi adanya peradangan dalam tubuh.
Sampel darah akan diletakkan di dalam sebuah tabung. Saat tubuh mengalami
peradangan, maka sel darah merah dalam sampel darah yang diambil akan
jatuh ke dasar tabung lebih cepat dari biasanya. Pemeriksaan laboratorium
rheumatoid arthritis lainnya adalah dengan tes darah menyeluruh. Tes ini
dilakukan untuk mengukur jumlah sel darah merah yang terkait dengan
anemia. Hal ini dilakukan karena pada umumnya penderita rheumatoid
arthritis mengalami anemia. Namun tidak semua penderita anemia
mengalami rheumatoid arthritis.

3. Pencitraan

Tes lain yang digunakan untuk mendiagnosis rheumatoid arthritis


adalah pemeriksaan rontgen dengan sinar-X. Pada awal penyaki,t sinar-X
dapat membantu sebagai tes awal dan dapat berguna dalam tahap selanjutnya
untuk memantau bagaimana penyakit berkembang dari waktu ke waktu. Tes
pencitraan lain yang digunakan termasuk USG dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI).

Selain itu, beberapa pemeriksaan rheumatoid arthritis tersebut juga


dapat digunakan untuk mengawasi perkembangan kondisi dan membantu
dokter untuk menentukan tipe arthritis.

4. Arthrocentesis

Sebuah prosedur aspirasi sendi (arthrocentesis) dapat dilakukan untuk


mendapatkan cairan sendi untuk diuji di laboratorium. Sebuah jarum suntik
yang digunakan untuk mengalirkan cairan dari sendi kemudian dianalisis
untuk mendeteksi penyebab pembengkakan sendi.

Dari pemeriksaan laboratorium rheumatoid arthritis ini, dokter dapat


mengetahui tanda infeksi dari jumlah sel darah putih pada cairan sendi yang
tinggi, serta dapat menentukan jenis mikroorganisme penyebab infeksi.

Mengambil cairan sendi ini juga dapat membantu meringankan nyeri


sendi. Kadang-kadang, kortison dapat disuntikkan ke dalam sendi selama
prosedur aspirasi untuk bantuan yang lebih cepat dari peradangan dan nyeri

2.16 Penatalaksanaan Rematik


Tujuan utama penatalaksanaan rheumatoid arthritis adalah remisi dengan
menekan aktivitas penyakit sepenuhnya melalui penatalaksanaan sinovitis,
menghilangkan nyeri, menjaga kemampuan fungsional, meningkatkan kualitas hidup,
meminimalisir kejadian tidak diinginkan, serta memberikan tata laksana yang
efektif.Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.

 Edukasi Pasien

Berikan edukasi meliputi etiologi hingga penatalaksanaan rheumatoid arthritis


pada pasien dan keluarga terdekat.Lakukan manajemen berat badan, terutama
ketika terdapat keterlibatan sendi penyangga tubuh.

 Terapi Okupasional

 Penilaian tempat kerja, kemampuan fungsional karyawan, serta teknik


manajemen stress dan nyeri
 Penilaian dan modifikasi kebutuhan lingkungan kerja dan rumah
 Fisioterapi

Tujuan dari fisioterapi adalah mengurangi nyeri dan kekakuan, mencegah deformitas,
memaksimalkan fungsi serta meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan tonus
otot.Aktivitas yang dilakukan dapat berupa aktivitas aktif seperti latihan dan edukasi,
maupun secara pasif melalui latihan rentang gerak dan isometrik, termoterapi,
elektroterapi, serta terapi ultrasonografi.
 Terapi Farmakologi

Terapi farmakologi yang dapat digunakan di antaranya adalah :


1. Analgesik
Analgetik dapat berupa paracetamol dan obat anti inflamasi non steroid seperti
ibuprofen.Dapat juga diberikan agen cyclo-oxygenase-2 (COX2) inhibitor seperti
celecoxib.
 Paracetamol dosis : 3 x 500 mg digunakan bila perlu
 Celecoxib dosis : 2 x 100 – 200 mg digunakan bila perlu
 Ibuprofen dosis : 3- 4 x 400 – 800 mg, maksimal 3.2 gram per hari, digunakan
bila perlu
Disease Modifying Anti-rheumatic Drugs (DMARDs)
Disease Modifying Anti-rheumatic Drugs (DMARDs), merupakan agen yang
menghambat umpan balik positif pemberian sinyal inflamasi pada keadaan
rheumatoid arthritis. Preparat yang sering digunakan adalah:
 Azathioprine : 1 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 1-2 dosis selama 6 – 8 minggu,
dapat dinaikkan 0.5 mg/kgBB/hari setiap 4 minggu, maksimal 2.5
mg/kgBB/hari
 Siklosporin (cyclosporine A) : 2.5 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 2 dosis
selama 6-8 minggu, dapat ditingkatkan hingga 4 mg/kgBB/hari secara
bertahap
 D-penicillamine : digunakan pada kasus aktif yang berat dengan dosis 125-
250 mg per hari selama 1 bulan. Dapat ditingkatkan dengan jumlah dosis yang
sama setiap 4 – 12 minggu hingga remisi. Hentikan penggunakan obat ini
apabila tidak ada respon dengan pengobatan adekuat selama 12 bulan.
 Hydroxychloroquine : dosis inisial 400 mg per hari dibagi menjadi 1-2 dosis.
Dosis rumatan 200-400 mg per hari sesuai respon terhadap pengobatan.
 Leflunomide : dosis inisial 100 mg satu kali per hari selama 3 hari.
Dilanjutkan dosis rumatan 10 – 20 mg satu kali per hari.
 Methotrexate (MTX) : diberikan 7.5 mg per minggu. Dosis dapat dinaikkan
sesuai respon terhadap pengobatan, hingga maksimal 20 mg/ minggu.
 Sulfasalazine (SSZ) : dosis awal 500 mg per hari selama 1 minggu pertama,
dilanjutkan sesuai respon pengobatan. Dapat ditingkatkan 500 mg setiap
minggu, hingga maksimal 3 gram per hari dibagi dalam 3-4 dosis.
Agen Biologik
Agen Biologik, merupakan golongan obat yang menghambat reaksi inflamasi pada
beberapa tahapan imunologi seperti antagonis faktor nekrosis tumor (TNFAs) dan
inhibitor sitokin. Dapat digunakan sebagai monoterapi atau kombinasi dengan
DMARDs, seperti methotrexate. Preparat yang paling umum digunakan adalah:
 Tumour necrosis factor alpha (TNFα) blockers:
Adalimumab : dosis 40 mg sebagai dosis tunggal setiap minggu berselang
Etanercept : dosis 25 mg dua kali per minggu dengan jarak antar dosis 3-4
hari atau 50 mg satu kali per minggu. Pengobatan dihentikan apabila tidak ada
respon terapi dalam 6 bulan
 Monoclonal antibodies against B cells:
Rituximab : diberikan sebagai dua kali dosis 1 gram infus intravena dengan
jarak anatar dosis 2 minggu. Digunakan sebagai terapi kombinasi dengan
MTX.
 Interleukin 1 (IL-1) blockers:
Anakinra : dosis 100 mg per hari, sebaiknya diberikan di waktu yang sama
setiap hari. Dapat digunakan sebagai terapi kombinasi dengan MTX.
 Steroid
Karena adanya dugaan keterlibatan sistem imun, steroid juga diduga
bermanfaat dalam penatalaksanaan rheumatoid arthritis.Dapat
diberikan prednisone 5-10 mg per hari sebagai terapi kombinasi dengan
regimen terapi lainnya.
 Terapi Pembedahan

 Pertimbangkan terapi pembedahan jika:


 Nyeri menetap akibat kerusakan sendi atau penyakit jaringan lunak lainnya
 Perburukan fungsi sendi
 Deformitas progresif, terutama jika ditemukan ruptur tendon, kompresi saraf,
dan stress fracture
 Sinovitis lokal yang menetap

2.17. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Penderita Rematik


I. DATA UMUM
1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn. S
2. Alamat dan telepon : Desa Patas
3. Pekerjaan kepala keluarga : Guru
4. Pendidikan kepala keluarga : S1
5. Komposisi keluarga dan genogram
Komposisi Keluarga

Umur L/ Ket
Hub. dg
No Nama Pendidikan Pekerjaan Imunisasi kondisi
(th) P KK

Kepala
1 Tn. S 59 th L S1 Guru - Rematik
Keluarga

Kepala
2 Ny. S 56 th P SD IRT - Sehat
Keluarga

Tidak Tidak
3 Ny. R 34 th P Anak Lengkap Sehat
sekolah bekerja

4 Ny. M 20 th P Anak S1 Mahasiswa Lengkap Sehat

Genogram
Keterangan :

: Kasus

: Meninggal laki-laki

: Laki-laki

: Meninggal perempuan

: Perempuan

: Tinggal dalam satu rumah

6. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. S Termasuk dalam keluarga inti (Nucear family) yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak
7. Suku Bangsa
Suku bangsa kelurga Tn. S adalah Bali
8. Agama
Agama Tn. S adalah Hindu
9. Status Social Ekonomi Keluarga
Pendapatan Tn. S dalam sebulan 4.900.000/bulan dari hasil
pekerjaannya sebagai guru dan istrinya tidak bekerja. Penghasilan Tn.S cukup
untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
10. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga mengatakan tidak punya aktivitas rekreasi yang khusus.
Keluarga mengatakan bila ada waktu luang diisi dengan berbincang-bincang
dengan anggota keluarga, biasanya lebih banyak menghabiskan waktu
dirumah.
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
11. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn.S saat ini berada dalam tahap perkembangan keluarga
dengan anak dewasa awal
12. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Tn.S mengatakan tugas perkembangan pada tahap ini sudah terpenuhi
dengan baik.
13. Riwayat keluarga inti
Saat ini Tn. S sedang mengalami reatik. Penyakit yang sering
dideritanya oleh keluarga Tn. S di antaranya sakit tulang punggung dan bahu.
Tidak terdapat penyakit menular dan tidak mempunyai penyakit menular.
14. Riwayat keluarga sebelumnya
Dalam keluarga Tn. S mengatakan dari keluarganya ada yang
menderita rematik yaitu ibu kandungnya
III. Pengkajian Lingkungan
15. Karakteristik Rumah dan denah rumah
Tn. S mengatakan rumah yang ditempatinya sekarang adalah rumah
milik anak pertamnya dengan luas + 9.5 are dengan tipe rumah permanen.
Jumlah kamar yang yaitu 3 kamar tidur, 2 dapur, 2 kamar mandi dan 1 ruang
tamu. Ventilasi dan pencahayaan sinar cukup baik, dalam kamar tidur tidak
terdpat jendela. Lantai di luar dan di dalam rumah cukup bersih, barang-
barang teratur dengan rapi. Penerangan rumah menggunakan lampu listrik
pada malam hari, lantai terbuat dari keramik. Pembuangan limbah WC
menggunakan Septik tank, pembuangan limbah dapur biasanya
dikumpulkan dan dibakar, terdapat tempat sampah. Sumber air sumur, yang
digunakan untuk mandi, mencuci dam memasak. Untuk air minun biasanya
keluarga membeli air minum kemasan.

Denah Rumah

U D T D T

KT
B T

KT RT

KT

P
Keterangan :

g) P : Padmasana
h) KS : Kamar Suci
i) KT : Kamar Tidur
j) RT : Ruang Tamu
k) D : Dapur
l) T : Toilet

16. Karakteristik tetangga dan Komunitas RW


Tetangga klien yang di sekitar rumah ramah – ramah. Keluarga Tn.S
berada di Iingkungan perkampungan yang situasinya cukup tenang. Untuk
mecapai jenis pelayanan kesehatan seperti puskesmas jaraknya ± 8 Km.
Lingkungan bersih, terdapat tempat pembuangan sampah, jalan raya cukup
ramai, transportasi di lingkungan rumah Tn. S lancar.
17. Mobilitas Geografis Keluarga
Tn.S mengatakan tinggal di rumah yang di tempati sekarang sejak
tahun 2015. Tn. S mengatakan tinggal di rumahnya sekarang sudah ± 6 tahun.
18. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat
Tn. S mengatakan keluarganya ikut dalam kegiatan PKK di
lingkungan.Keluarga mengatakan hubungan dengan tetangga dan lingkungan
baik.

IV. Struktur Keluarga


19. Sistem Pendukung
Tn. S mengatakan saat mendapat masalah dan kesulitan banyak
mendapat dukungan dari kerabat dekat. Keluarga Tn. S mengatakan apabila
ada yang sakit akan diantar berobat ke pelayanan kesehatan
20. Pola Komunikasi Keluarga
Komunikasi intern dan antar keluarga baik begitu juga komunikasi
antara tetangga sekitar lingkungan cukup baik
21. Struktur Kekuatan keluarga
Dalam mengambil keputusan dilakukan oleh Tn. S selaku kepala
keluarga tetapi juga dengan pertimbangan pendapat anggota keluarga -
keluarga yang lain.
22. Struktur Peran
Masing-masing anggota keluarga dapat melakukan peranya, Tn. S
dijadikan sebagai panutan dalam keluarga, tidak ada pengaruh kelas sosial,
budaya, perkembangan keluarga serta masalah kesehatan terhadap peran
keluarga, tidak ada penyimpangan peran dan konflik dalam keluarga dan
menghargai satu sama lain, dimana Tn.S mengatakan yang menafkahi
keluarga adalah Tn. S.
23. Nilai dan Norma Keluarga
Etika dalam keluarga ditanamkan sejak dini pada anak-anaknya,
keluarga menerapkan sistem demokrasi dengan memberikan kebebasan
kepada anggota keluarga terutama dalam mengungkapkan masalahnya dengan
selalu melihat aturan yang ada.
V. Fungsi Keluarga
24. Fungsi Afektif
Keluarga Tn. S saling menyayangi dan peduli
25. Fungsi Sosialisasi
Interaksi Tn. S dan keluarga terjalin dengan sangat baik, saling
mendukung, bahu membahu, dan saling ketergantungan Masing masing
anggota keluarga masih memperhatikan dan menerapkan sopan santun dalam
berperilaku.
26. Fungsi Perawatan Keshatan
a. Kemampuan Keluarga Mengenal Masalah
Pada saat pengkajian keluarga Tn. S belum mampu mengenal
masalah kesehatan Tn. S, yang mereka tahu Tn. S merasakan sakit
tulang punggung dan bahu pada saat sakitnya kambuh.
b. Kemampuan Keluarga Mnegambil Keputusan
Jika Tn. S sakit maka Ny. S akan mengajaknya berobat ke puskesmas.
c. Kemampuan Keluarga Merawat Anggota Keluarga Yang Sakit
Keluarga memberikan obat penurun nyeri yang dibeli di
warung dekat rumahnya kepada Tn. S kalau Tn. S merasakan sakit
tulang punggung dan bahu.
d. Kemampuan Keluarga Memelihara Lingkungan Rumah Yang Sehat
Lingkungan rumah cukup bersih, mendapat pencahayaan yang
cukup, kamar mandi dan dapur juga terjaga kebersihannya.
e. Kemampuan Keluarga Menggunakan Fasilitas Kesehatan
Keluarga sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik
terbukti kalau Tn. S sakit, keluarganya membawa ia berobat ke
puskesmas.
27. Fungsi Reproduksi
Jumlah anak yang dimiliki Tn. S ada 3 orang 2 perempuan dan 1 laki-laki.
28. Fungsi Ekonomi

Tn. S dan keluarga mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari hari dari
pendapatan yang diterima.

VI. Stres dan Koping Keluarga


29. Stresor jangka pendek dan panjang

Sampai sekarang hanya memikirkan bagaimana cara agar penyakit


rematiknya bisa sembuh.

30. Kemampuan keluarga untuk berespon terhadap situasi / stressor

Keluarga mampu menghadapi masalah yang ada dan memfasilitasi


Tn.S untuk pengobatan rematik.

31. Strategi adaptasi disfungsional

Dalam keluarga Tn. S tidak ada yang bersifat otoriter dan melakukan
tindakan kekerasan.

VII. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik dilakukan keseluruhan anggota keluarga

Tabel Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Tn. S Ny. S An. R An. M


Fisik
Tekanan darah 120/70 mmHg 157/87mmHg 120/20mmHg 110/30mmHg
Pemeriksaan
fisik
Nadi 100x/menit 118x/menit 92x/menit 92x/menit

Respirasi 20x/mint 18x/menit 18x/menit 18x/menit

Rambut Rambut tipis Rambut bersih Rambut bersih Rambut bersih


dan sedikit ada dan terdapat dan berwarna dan berwarna
uban uban hitam hitam
Konjungtiva Tidak anemis Tidak anemis Tidak anemis Tidak anemis
Sklera Tidak iterik Tidak iterik Tidak iterik Tidak iterik
Hidung Bersih tidak Bersih tidak Bersih tidak Bersih tidak
ada secret ada secret ada secret ada secret
penciuman penciuman penciuman penciuman
masih bagus masih bagus masih bagus masih bagus
Telinga Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak
ada surumen, ada surumen, ada surumen, ada surumen,
fungsi fungsi fungsi fungsi
pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran
masih baik masih baik masih baik masih baik
Mulut Bersih, Bersih, Bersih, Bersih,
mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir
kering lembab lembab lembab
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid
Dada Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
auskultasi auskultasi paru auskultasi paru auskultasi paru
paru veskuler veskuler veskuler veskuler
Jantung Tidak tampak Tidak tampak Tidak tampak Tidak tampak
ictus cordis, ictus cordis, ictus cordis, ictus cordis,
bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung
normal normal normal normal
Abdomen Datar, simetris Datar, simetris Datar, simetris Datar, simetris
tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri
tekan tekan tekan tekan
Ekstermitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
edema atau edema atau edema atau edema atau
varises varises varises varises
Kulit Bersih, sedikit Bersih, sedikit Bersih, warna Bersih, warna
keriput, warna keriput, warna kulit sawo kulit sawo
kulit sawo kulit sawo matang, tugor matang, tugor
matang, tugor matang, tugor kulit baik kulit baik
kulit baik kulit baik
Tugor kulit Baik Baik Baik Baik
Keluhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

VIII. Harapan Keluarga


Tn. S berharap ia dan keluarganya sehat. Dan keluarga juga berharap
petugas kesehatan memberikan pelayanan yang baik, tepat dan cepat kepada
siapa saja yang mebutuhkan. Tidak membeda-bedakan seseorang dalam
memberikan pelayanan.

IX. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 DS : Ketidakmampuan keluarga Kenyamanan fisik


˗ Tn. S dan keluarga mengenal masalah

mengatakan kurang
mengetahui penyebab tanda
atau gejala
˗ Tn. S mengatakan ia akan
meminum obat nyeri
apabila mengalami sakit
pada tulang punggung dan
bahunya
DO :
˗ Terdapat nyeri tekan pada
tulang punggung dan bahu
pada saat palpasi
˗ TTV :

TD : 120/70 mmHg

N : 100 x/menit

RR : 20x/mnt

S : 37°C

Diagnosa Keperawatan

1. Kenyamanan fisik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn.


S dalam mengenal masalah rematik pada Tn. S
X. Prioritas Masalah

No Kriteria Skor pembenaran


1 2 3 4
1 Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Defisien
Skala: Actual pengetahuan pada
Tn. S dibuktikan
dengan Tn. S
mengatakan belum
mengerti tentang
penyebab, tanda
dan gejala dari
rematik.

2 Kemungkinan 2/2 x 2 = 2 Keluarga Tn. S


masalah diubah : memiliki sumber
Hanya sebagian daya yang cukup
untuk mengatasi
masalah yaitu :
penghasilan
keluarga cukup,
system dukungan
keluarga kuat.

3 Potensi masalah 2/3 x 1 = 2/3 Masalah sudah


untuk dicegah : berlangsung sejak
Cukup lama, jarak rumah
fasilitas kesehatan
cukup dekat.

4 Menonjolkan ½x1=½ Tn. S merasakan


masalah : Masalah ada masalah,
ada, namun tidak misalnya pada saat
perlu segera diatasi tulang punggung
dan bahunya terasa
sakit ia akan
langsung meminum
obat pereda sakit

Total skor 4 1/6


XI. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Evaluasi Rencana


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar Intervensi
1 Kenyamanan Setelah Setelah 1. Keluarga Rematik 1. Gali
fisik dilakukan dilakukan mampu adalah pengetahuan
berhubungan tindakan tindakan menyebutkan penyakit yang keluarga
dengan keperawatan kperawatan definisi menimbulkan mengenai
ketidakmampuan selama 2x1 selama 2x1 rematik rasa sakit pengertian
keluarga Tn. S jam cukup jam akibat otot rematik
dalam mengenal untuk keluarga atau 2. Jelaskan
masalah rematik meningkatkan mampu persendian kepada
pada Tn. S kenyamanan mengenal yang keluarga
fisik masalah mengalami definisi
rematik peradangan rematik
pada Tn. S dan dengan
pembengkakan bahasa yang
mudah
dipahami
3. Gunakan
media agar
lebih menarik
seperti leaflet
untuk
memepermud
ah keluarga
memahami
definisi
rematik

2. Keluarga Rematik 1. Gali


mampu disebabkan pengetahuan
menyebutkan oleh adanya keluarga
penyebab kesalahan mengenai
rematik pada sistem penyebab
imun rematik
seseorang 2. Jelaskan
yang kepada
menyerang keluarga
sinovium atau penyebab
sebuah rematik
membran yang dengan bahsa
melapisi yang mudah
sendi-sendi dipahami
dalam tubuh. 3. Gunakan
bahsa yang
persuasif agar
keluarga
termotivasi
untuk
menghindari
penyebab
rematik
4. Arahkan
keluarga
untuk
membaca
leaflet
5. Berikan
kesempatan
kepada
keluarga
untuk
bertanya

3. Keluarga Tanda dan 1. Gali


mampu gejala pengetahuan
menyebutkan penyakit keluarga
tanda dan rematik adalah mengenai
gejala nyeri sendi, tanda dan
rematik pembengkakan gejala rematik
sendi, nyeri 2. Jelaskan
sendi bila kepada
disentuh atau keluarga
ditekan, tanda dan
kekakuan pada gejala rematik
pagi hari yang 3. Berikan
bertahan kesempatan
sekitar 30 pada keluarga
menit untuk
bertanya
4. Berikan
pujian kepada
keluarga
4. Keluarga Untuk 1. Gali
tahu meredakan pengetahuan
bagaimana penyakit keluarga
cara rematik, dalam
meredakan seperti meredakan
penyakit mengurangi nyeri untuk
rematik stres, penderita
berolahraga rematik
secara rutin, 2. Jelaskan pada
istirahat yang keluarga
cukup, dan mengenai
menjalani pola cara
diet yang meredakan
seimbang penyakit
rematik
3. Berikan
kesempatan
pada keluarga
untuk
bertanya
4. Berikan
reinforcement
positif
XII. Implementasi Keperawatan

No Tanggal Diagnosa Keperawatan Tindakan Evaluasi


1 Jumat, 5 Maret Kenyamanan fisik 1. Gali pengetahuan S : Tn. S dan keluarga
berhubungan dengan keluarga mengenai mengatakan sudah sedikit
2021
ketidakmampuan pengertian rematik paham mengenai
09.00 Wita keluarga Tn. S dalam 2. Jelaskan kepada pengertian rematik dan
mengenal masalah keluarga definisi penyebab rematik
rematik pada Tn. S rematik dengan bahasa
yang mudah dipahami O : Tn. S dan keluarga
3. Gunakan media agar tampak membaca leaflet
lebih menarik seperti yang diberikan
leaflet untuk
memepermudah
keluarga memahami
definisi rematik
4. Gali pengetahuan
keluarga mengenai
penyebab rematik
5. Jelaskan kepada
keluarga penyebab
rematik dengan bahsa
yang mudah dipahami
6. Gunakan bahsa yang
persuasif agar keluarga
termotivasi untuk
menghindari penyebab
rematik
7. Arahkan keluarga untuk
membaca leaflet

8. Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya

Jumat, 5 Maret 1. Gali pengetahuan S : Tn. S dan Keluarga


2021 09.30 keluarga mengenai mengatakan mereka sudah
wita tanda dan gejala rematik sedikit paham mengenai
2. Jelaskan kepada tanda dan gejala rematik,
keluarga tanda dan dan masih bingung cara
gejala rematik meredakan nyeri dengan
3. Berikan kesempatan non farmakologi
pada keluarga untuk O : Keluarga dan Tn. S
bertanya tampak antusias bertanya
4. Berikan pujian kepada mengenai rematik
keluarga
5. Gali pengetahuan
keluarga dalam
meredakan nyeri untuk
penderita rematik
6. Jelaskan pada keluarga
mengenai cara
meredakan penyakit
rematik
7. Berikan kesempatan
pada keluarga untuk
bertanya
8. Berikan reinforcement
positif
2 Sabtu, 6 Maret Kenyamanan fisik 1. Gali pengetahuan S : Keluarga dan Tn. S
2021 09. 30 berhubungan dengan keluarga mengenai sudah memahami
Wita ketidakmampuan pengertian rematik pengertian penyakit
keluarga Tn. S dalam 2. Jelaskan kepada rematik, mereka juga
mengenal masalah keluarga definisi mengatakan mulai dari
rematik pada Tn. S rematik dengan bahasa sekarang akan mencegah
yang mudah dipahami factor yang menjadi
3. Gunakan media agar penyebab rematik
lebih menarik seperti O : Keluarga dan Tn. S
leaflet untuk Tampak nyaman dan
memepermudah antusias saat membaca
keluarga memahami leaflet
definisi rematik
4. Gali pengetahuan
keluarga mengenai
penyebab rematik
5. Jelaskan kepada
keluarga penyebab
rematik dengan bahsa
yang mudah dipahami
6. Gunakan bahsa yang
persuasif agar keluarga
termotivasi untuk
menghindari penyebab
rematik
7. Arahkan keluarga untuk
membaca leaflet

8. Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya

Sabtu, 6 Maret 1. Gali pengetahuan S : Keluarga dan Tn. S


2021 09.30 keluarga mengenai mengatakan mereka sudah
wita tanda dan gejala rematik paham mengenai tanda dan
2. Jelaskan kepada gejala rematik dan sudah
keluarga tanda dan paham mengenai
gejala rematik pengobatan non
3. Berikan kesempatan farmakologi ketika Tn. S
pada keluarga untuk mengalami pegal dan sakit
bertanya punggung
4. Berikan pujian kepada O : Keluarga dan Tn. S
keluarga tampak antusias saat
5. Gali pengetahuan diberikan pujian atas usaha
keluarga dalam dan kerjasama saat
meredakan nyeri untuk menjawab setiap
penderita rematik pertanyaan yang diberikan
6. Jelaskan pada keluarga mengenai rematik
mengenai cara
meredakan penyakit
rematik
7. Berikan kesempatan
pada keluarga untuk
bertanya
8. Berikan reinforcement
positif
XIII. Catatan Perkembangan

NO Diagnosa Tanggal Catatan Pelaksana


Keperawatan Perkembangan
1 Kenyamanan fisik berhubungan Minggu, 7 S : Tn. S dan
dengan ketidakmampuan Maret 2021 keluarganya
keluarga Tn. S dalam mengenal Pukul 09.00 mengatakan sudah
masalah rematik pada Tn. S Wita memahami
permasalahan
mengenai penyakit
rematik
O : Keluarga tampak
antusias dan tampak
membaca leaflet yang
diberikan
A : Tujuan Tercapai
P : Lanjutkan
intervensi selanjutnya
2.18. Definisi Gizi Buruk
Gizi buruk atau yang dikenal sebagai kwashiorkor dalam dunia medis,
merupakan salah satu bentuk malnutrisi. Malnutrisi itu sendiri dapat
dipahami sebagai kesalahan dalam pemberian nutrisi. Kesalahan bisa berupa
kekurangan maupun kelebihan nutrisi.
Pada dasarnya kwashiorkor bisa diartikan sebagai kondisi dimana
seseorang kekurangan asupan yang mengandung energi dan protein. Padahal
protein dibutuhkan tubuh dalam proses pembentukan sel-sel baru. Selain itu,
asupan ini juga turut membantu proses perbaikan sel-sel yang rusak.
Kwashiorkor kebanyakan menyerang anak-anak di negara-negara
berkembang termasuk Indonesia. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan sebanyak 54% kematian bayi dan balita disebabkan
kondisi gizi buruk. Bahkan risiko kematian anak dengan gizi buruk 13 kali
lebih besar dibandingkan dengan anak normal.
2.19. Epidemiologi
Sekitar 462 juta dewasa tergolong berat badan kurang (underweight).
Selain itu, diperkirakan lebih dari 150 juta balita mengalami stunting dan 50
juta anak mengalami gizi buruk. [1] Data UNICEF menyatakan bahwa secara
global, 1 dari 4 balita menderita stunting. India merupakan negara dengan
jumlah balita pendek tertinggi, sementara Indonesia menempati peringkat
kelima.
2.20. Etiologi Gizi Buruk
Penyebab gizi buruk atau kwashiorkor adalah karena anak tidak
memeroleh makanan dengan kandungan energi dan protein yang cukup.
Umumnya hal ini sering dikaitkan dengan tingkat perekonomian yang rendah.
Itulah sebabnya kasus gizi buruk atau kwashiorkor banyak terjadi di
negara berkembang. Selain dikarenakan rendahnya tingkat perekonomian,
kurangnya pengetahuan orangtua akan nutrisi yang diperlukan tubuh anak juga
turut memengaruhi.
Pada dasarnya gizi buruk atau kwashiorkor bukanlah gangguan yang
terjadi secara mendadak. Kondisi ini berlangsung secara perlahan. Karena itu
penting untuk mencegah agar anak tidak mengalami kondisi ini dengan cara
memberikan asupan makanan cukup gizi.
2.21. Patofisiologi
Gizi kurang pada terjadi sebagai dampak kumulatif dari berbagai faktor
baik yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Faktor yang
berpengaruh langsung terhadap status gizi balita diantaranya asupan nutrisi
yang tidak tercukupi dan adanya infeksi. Asupan nutrisi sangat memengaruhi
status gizi, apabila tubuh memperoleh asupan nutrisi yang dibutuhkan secara
optimal maka pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan
kesehatan akan berlangsung maksimal sehingga status gizi pun akan optimal.
Infeksi penyakit berkaitan erat dengan perawatan dan pelayanan
kesehatan. Infeksi penyakit seperti diare dan infeksi saluran pernafasan atas
(ISPA) akan mengakibatkan proses penyerapan nutrisi terganggu dan tidak
optimal sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi Faktor yang
berpengaruh secara tidak langsung terhadap status gizi balita diantaranya
faktor tingkat pengetahuan orang tua mengenai pemenuhan kebutuhan 13
nutrisi, faktor ekonomi dan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Tingkat
pengetahuan yang kurang serta tingkat ekonomi yang rendah akan
mengakibatkan keluarga tidak menyediakan makanan yang beragam setiap
harinya sehingga terjadilah ketidakseimbangan antara asupan nutrisi dengan
kebutuhan metabolik tubuh. Sanitasi lingkungan yang kurang baik menjadi
faktor pencetus terjadinya berbagai masalah kesehatan misalnya diare,
kecacingan dan infeksi saluran cerna.
Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan tidak mampu memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh serta adanya penyakit infeksi akan mengakibatkan absorpsi
nutrien tidak berlangsung seperti seharusnya sehingga akan berdampak
terhadap keberlangsungan sistem tubuh. Apabila hal ini dibiarkan berlangsung
dalam jangka waktu tertentu maka terjadilah penurunan berat badan, pucat
pada kulit, membran mukosa dan konjungtiva, kehilangan rambut berlebihan,
hingga kelemahan otot yang merupakan tanda dan gejala defisit nutrisi.
Pathway Gizi Buruk

Sosial Ekonomi Rendah Mallasorbsi infeksi anoreksia Sintesis kalori


gagal

Intake kurang dari kebutuhan

Hilangnya lemak di bantalan kulit Daya tahan tubuh menurun Asam amino esensial
menurun

Turgor kulit menurun Resiko infeksi Atrofit/Pengecilan


otot

Kerusakan Keterlambatan
integritas kulit Resiko infeksi saluran
pertumbuhan dan
pekkembangan

Anoreksia Diare

Nutrisi Kekurangan
kurang dari volume
kebutuhan cairan
2.22. Klasifikasi Gizi Buruk
Gizi buruk berdasarkan gejala klinisnya dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Marasmus
Marasmus terjadi disebabkan asupan kalori yang tidak cukup.
Marasmus sering sekali terjadi pada bayi di bawah 12 bulan. Pada kasus
marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajah seperti orangtua,
kulit keriput, cengeng dan rewel meskipun setelah makan, perut cekung,
rambut tipis, jarang dan kusam, tulang iga tampak jelas dan pantat
kendur dan keriput (baggy pant).
b. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein yang berat
disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi namun
asupan protein yang inadekuat (Liansyah TM, 2015). Beberapa tanda
khusus dari kwashiorkor adalah: rambut berubah menjadi warna
kemerahan atau abu-abu, menipis dan mudah rontok, apabila rambut
keriting menjadi lurus, kulit tampak pucat dan biasanya disertai anemia,
terjadi dispigmentasi dikarenakan habisnya cadangan energi atau protein.
Pada kulit yang terdapat dispigmentasi akan tampak pucat, Sering terjadi
dermatitis (radang pada kulit), terjadi pembengkakan, terutama pada kaki
dan tungkai bawah sehingga balita terlihat gemuk. Pembengkakan yang
terjadi disebabkan oleh akumulasi cairan yang berlebihan. Balita
memiliki selera yang berubah-ubah dan mudah terkena gangguan
pencernaan
c. Marasmus
Kwashiorkor Memperlihatkan gejala campuran antara marasmus
dan kwashiorkor. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein
dan energi untuk pertumbuhan normal. Pada penderita berat badan
dibawah 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor
seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit serta kelainan biokimia
2.23. Gejala Klinis
Gejala gizi buruk atau kwashiorkor yang akan tampak adalah:
 Pucat, kurus, perut cembung, dan kehilangan massa otot pada keempat
anggota geraknya
 Anak terlihat sering gelisah
 Terjadi gangguan pertumbuhan meliputi berat badan dan tinggi badan
 Rambutnya menjadi mudah tercabut, tampak kusam, kering, dan sering
terjadi perubahan warna
 Dapat pula terjadi perubahan pada kulit, kulit menjadi bersisik, terdapat
bercak-bercak putih dan merah muda dengan tepi kehitaman
2.24. Pemeriksaan Fisik Penderita Gizi Buruk
Berikut pemeriksaan fisik gizi buruk
a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U) BB/U adalah berat badan anak yang
dicapai pada umur tertentu. Berat badan adalah salah satu parameter
yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif
terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena
terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya
jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan merupakan parameter
antopometri yang sangat labil.
b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Tinggi badan menurut umur adalah
tinggi badan anak yang dicapai pada umur tertentu.Tinggi badan
merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Seiring dengan pertambahan umut tinggi badan akan tumbuh.
Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang
sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek.
Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam
waktu yang relatif lama. Bedasarkan karakteristik tersebut di atas, maka
indeks ini menggambarkan konsumsi protein masa lalu.
c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Ukuran antropometri yang
terbaik adalah menggunakan BB/TB atau BB/PB karena dapat
menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik.
BB/TB adalah berat badan anak dibandingkan dengan tinggi badan yang
dicapai.Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan.
Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan
pertumbuhan tinggi badan dan kecepatan tertentu.
2.25. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang relevan adalah


pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk
mempelajari status nutrisi, termasuk ukuran protein plasma, seperti albumin,
transferrin, retinol yang mengikat protein, total kapasitas ikatan zat besi, dan
hemoglobin.
a. Faktor yang mempengaruhi tes laboratorium :
b. Keseimbangan cairan
c. Fungsi hati
d. Fungsi Ginjal
e. Adanya penyakit penyerta atau causal disease.
2.26. Tindakan Penanganan Penderita Gizi Buruk
Untuk mengatasi gizi buruk atau kwashiorkor dibutuhkan asupan nutrisi
berupa kalori dan protein yang mencukupi. Namun, pemberian nutrisi tersebut
harus dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal harus diberikan asupan
kalori untuk memenuhi kebutuhan energinya tanpa melibatkan asupan protein
terlebih dahulu. Jika kebutuhan kalori sudah tercukupi, barulah asupan protein
nisa mulai diberikan.

Pemberian protein dapat dilakukan dari kadar yang rendah yang secara
bertahap terus ditambah. Hal ini dilakukan supaya saluran cerna penderita
tidak kaget bila langsung diberi asupan tinggi kalori tinggi protein.
Penanganan dirumah bisa dilakukan dengan mencukupkan kebutuhan gizi
seimbang bagi anak. Makanan yang dikonsumsi harus lengkap mengandung
karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral.

Namun ingatlah untuk memberikannya secara perlahan dan terkontrol.


Untuk tahap awal, pastikan Anda melibatkan bantuan dokter dalam
mengontrol kondisi anak dengan gizi buruk atau kwashiorkor yang Anda
rawat. Untuk mencegah terjadinya gizi buruk atau kwashiorkor pada anak
Anda, berikanlah makanan dengan gizi yang seimbang. Cukupi kebutuhan
karbohidrat, lemak dan proteinnya. Sumber protein yang bernilai tinggi bisa
didapatkan dari produk hewani seperti susu, keju, daging, telur, dan ikan.
Anda juga bisa juga memanfaatkan protein nabati yang didapat dari kacang
hijau dan kacang kedelai.
2.27.Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat malnutrisi energi
protein (kwashiorkor dan marasmus), yaitu:

a. Hipotermia (penurunan suhu tubuh)


b. Anemia dan hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
c. Ensefalopati (kerusakan jaringan otak)
d. Gangguan fungsi organ, seperti gagal ginjal dan penyakit jantung
e. Gagal tumbuh atau stunting pada anak
f. Gangguan belajar
g. Koma
2.28. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Penyakit Gizi Buruk

A. Laporan Kasus
I. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1. Nama kepala keluarga (KK) : Tn.P
2. Alamat dan telepon : Desa Sawan / -
3. Pekerjaan kepala keluarga : Wiraswasta
4. Pendidikan kepala keluarga : SD
5. Komposisi keluarga dan genogram
Komposisi Keluarga

Hub.dgn Pekerjaan Agama Kondisi


No Nama JK kepala Umur Pendidikan Kesehatan
kluarga
1 Ny. R P Istri 38 Thn SD Dagang Hindu Baik
2 Tn.T L Anak 20 Thn SMK Wiraswasta Hindu Baik
3 An. B L Anak 13 Thn SD Pelajar Hindu Baik
4 An. A L Anak 7 Thn Belum Tamat Pelajar Hindu Baik
SD
5 By. M P Anak 9 Bulan Belum - Hindu Gizi Kurang
Sekolah

Genogram Keluarga
Keterangan :
= laki-laki = laki-laki meninggal = anggota keluarga yang
sakit
= perempuan = perepuan meninggal = anggota yang tinggal

6.Tipe Keluarga

Keluarga Tn. P termasuk keluarga inti (nuclear family). Keluarga


yang berada pada satu rumah terdiri dari Ayah,Ibu dan Anak-anaknya.
7. Suku Bangsa
Suku Bangsa Keluarga Tn.P adalah Bali
8. Agama
Agama keluarga Tn.P adalah Hindu
9. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Tn. P yang mempunyai penghasilan sendiri dan menjadi sumber
penghasilan keluarga utama. Penghasilan tersebut digunakan untuk
kepentingan keluarga dan belum mencukupi untuk biaya hidup sehari
hari. Sehingga Ny.R mempunyai pekerjaan sampingan yaitu sebagai
pedagang di rumahnya
10. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Setiap hari Tn. P dalam memenuhi kebutuhan akan rekreasi dan
hiburan biasanya menonton TV. Dan sesekali pergi jalan-jalan ke luar
rumah.
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
11. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga Tn. P mempunyai 4 Anak, anak pertama berusia 20 tahun
yang saat sudah lulus dan bekerja, anak kedua berusia 13 tahun yang
saat ini masih menempuh pedidikan di SMP anak ketiga berusia 7
tahun yang saat ini menempuh pendidikan SD, dan anak terakhir
berusia 9 bulan, anak terakhir lahir dengan berat badan kurang yaitu 2
kg dan kini beratnya 6 kg, dimana seharusnya berat bada bayi usia 9
bulan 8-10 kg.
12. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Saat ini Tn.P masih dalam tahap memberikan anak-anaknya
pendidikan formal, belum ada seorang anak yang menikah sehingga
Tn.P masih dalam tipe keluarga inti.
13. Riwayat Keluarga Inti
Saat ini By.M sedang dalam masalah pada gizinya, dimana berat
badannya dibawah normal bayi seusianya. Penyakit yang sering
diderita oleh keluarga Tn. P diantaranya masuk demam,pusing dan
masuk angin. Tidak terdapat penyakit menular dan tidak mempunyai
penyakit menurun. Tidak ada anggota keluarga yang cacat. Ketika
sakit, Tn. P berusaha untuk merawat sendiri, akan tetapi jika sudah
tidak dapat diatasi, Tn. P langsung memeriksakan diri ke puskesmas.
Riwayat kesehatan Tn. P adalah sebagai berikut : Kepala keluarga
: Tn. P adalah perokok aktif. Tetapi karena Tn.P sedang memiliki
bayi usia 9 bulan Tn.P sedang dalam proses berhenti merokok. Anak
petama Tn.P merupakan perokok aktif hingga saat ini. Anak kedua dan
ketiga tidak memiliki masalah kesehatan. Anak terakhir memiliki
penyakit gizi kurang.
14. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Tn. P tidak pernah menderita penyakit parah sebelumnya. Biasanya
hanya mengalami pusig-pusing dan masuk angin.
III. Pengkajian Lingkungan
15. Karakteristik Rumah
Luas tanah : 100 m2Luas Rumah : 80 m2 Tipe Rumah Tn. P adalah
permanent, dengan status rumah milik pribadi. Rumah Tn. P
menggunakan atap seng, dan menggunkan lantai keramik. Memiliki
beberapa ruang yaitu 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 ruang
makan, 1 kamar mandi dan 1 warung untuk tempat Ny. R berjualan,
kondisinya cukup terurus. Jumlah jendela ± 3 buah, memiliki ventilasi
yang baik, cahaya yang cukup, dan penerangan dengan lampu listrik.
Peletakan perabot rumah cukup rapi. Keluarga mempunyai tempat
pembuangan sampah terbuka, dan saluran kotoran septictank, akan
tetapi tidak terlihat. Sumber air keluarga dari PDAM. Jarak antara
septictank dan sumber air lebih dari 10 m. Sumber air minum yang
digunakan adalah dari PDAM yang dimasak. Factor risiko bahaya fisik
yaitu adanya pembangunan rumah di sekitan rumah Tn.P, sehingga
dapat membahayakan Tn. P, Ny.R ataupun anak-anaknya terjatuh
maupun adanya gangguan pernapasan dari debu dari pasir yang ada di
daerah pembangunan.

Denah Rumah

16. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW


Klien tinggal diwilayah yang jarang ada interaksi dengan tetangga.
Klien tinggal di wilayah perumahan, jarak rumah satu dengan yang
lain dekat. Warga memiliki kebiasaan dan tradisi mengadakan gotong
royong sebulan sekali di daerah tempat tinggal
17. Mobilitas Geografis Keluarga
Sejak Tn. P menikah dengan istrinya keluarga Tn. P tinggal di
Sawan dan tidak pernah pindah.
18. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat
Orang tua Tn.P terkadang mengunjungi keluarga Tn.P dan
menginap, hubungan Tn.P dimasyarakat baik.

IV. Struktur Keluarga


19. Sistem Pendukung Keluarga

Keluarga klien memiliki fasilitas kesehatan meliputi tempat tidur


yang nyaman, sumber air bersih, motor sebagai alat transportasi.
Fasilitas layanan kesehatan di wilayah Tn.P berupa Puskesmas dan
klinik. Jarak fasilitas kesehatan terdekat kurang lebih 1,5 km dan dapat
dijangkau dengan menggunakan motor. Keluarga Tn.P menggunakan
fasilitas kesehatan tersebut dan yang sering digunakan ialah
puskesmas. Sedangkan fasilitas sosialnya berupa mengikuti
penyuluhan kesehatan misalnya penyuluhan tentang DBD dan
Hipertensi.
20. Pola Komunikasi Keluarga
Bahasa komunikasi yang digunakan dalam keluarga dan dengan
masyarakat adalah bahasa bali, dan Indonesia.
21. Struktur Kekuatan Keluarga
Tn.P selalu memberikan nasehat kepada anak-anaknya dan
mengajarkan anaknya ketika ada PR sekolah.
22. Struktur Peran
Masing-masing anggota keluarga dapat melakukan peranya, Tn.P
dijadikan sebagai panutan dalam keluarga, tidak ada pengaruh kelas
sosial, budaya, perkembangan keluarga serta masalah kesehatan
terhadap peran keluarga, tidak ada penyimpangan peran dan konflik
daalam keluarga dan menghargai satu sama lain, dimana Tn.P
mengatakan yang menafkahi keluarga adalah Tn.P dan Istrinya.
23. Nilai dan Norma Keluarga

Nilai nilai yang dianut oleh keluarga tidak ada yang bertentangan
dengan kesehatan. Keluarga meyakini bahwa kesehatan merupakan hal
yang penting. Tn. P mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebelum
makan dan menggosok gigi sebelum tidur.
V. Fungsi Keluarga
24. Fungsi Afektif
Keluarga Tn.P saling menyayangi dan peduli.
25. Fungsi Sosialisasi
Interaksi Tn.P dan anaknya terjalin dengan sangat baik, saling
mendukung, bahu membahu, dan saling ketergantungan Masing
masing anggota keluarga masih memperhatikan dan menerapkan sopan
santun dalam berperilaku. By.M juga dekat dengan keluarganya
26. Fungsi Perawatan Kesehatan
b. Kemampuan Keluarga Mengenal Masalah
Pada saat pengkajian Tn.P dan keluarga belum sudah
mengetahui bahwa By.M terkena gizi buruk.
c. Kemampuan Keluarga mengambil keputusan
Jika By.M sakit, Tn.P dan Ny.R mengajak nya berobat ke
puskesmas.
d. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Karena faktor ekonomi yang rendah maka Tn.P dan Ny.R
tidak bisa membawa By.M ke puskesmas terus menerus, mereka
bingung bagaimana berat badan anaknya bisa kembali normal.
e. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat
Lingkungan rumah cukup bersih, mendapat pencahayaan
yang cukup, kamar mandi dan dapur juga terjaga kebersihannya.
f. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
Keluarga sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan
baik terbukti kalau saat By.M sakit, keluarganya membawa ia
berobat ke Puskesmas walaupun tidak terlalu sering.
27. Fungsi Reproduksi
Jumlah anak yang dimiliki Tn. P ada 3 orang anak laki-laki dan 1
anak perempuan.
28. Fungsi Ekonomi
Tn. P mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari hari dari
pendapatan yang diterima. Tn. P menyediakan dana khusus untuk
kesehatan dan mampu menyisihkan pendapatan untuk keperluan yang
tidak terduga.
VI. Stress dan Koping Keluarga
29. Stressor jangka pendek dan panjang
Stresor jangka pendek : Krisis ekonomi di saat anak baru masuk
sekolah.
Stresor jangka panjang : Tn. P mengatakan tidak pernah mengalami
stressor jangka panjang.
30. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Untuk stress jangka pendek, keluarga mengaku cemas. Selain itu
kadang Tn. P merasa bingung ketika penghasilan tidak mencukupi
kebutuhan.Meskipun demikian Tn. P berusaha untuk tetap tenang.
Strategi koping yang digunakan. Bila ada permasalahan, Tn. P
berusaha untuk selalu menyelesaikan dengan istrinya.
31. Strategi koping yang digunakan
Jika ada masalah keluarga Tn.P melakukan musyawarah bersama,
serta berdoa kepada Tuhan agar masalahnya cepat selesai.
32. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak pernah menggunakan kekerasan, perlakuan kejam
kepada anaknya dan tidak memberikan ancaman ancaman dalam
menyelesaikan masalah.
VII. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan keseluruhan anggota keluarga
Tabel Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaaan Tn.P Ny.R Tn.T An.B An.A By.M
Fisik

Tekanan darah 120/90 mmHg 110/80 mmHg 110/80 mmHg 110/80 mmHg 100/80 mmHg -

Pemeriksaan
Fisik

Nadi 90 x/menit 92 x/menit 80 x/menit 75 x/menit 80 x/menit 70 x/menit

Respirasi 22 x/menit 20x/mnt 20 x/menit 21 x/menit 19 x/menit 34 x/menit

Rambut Tidak terdapat Kulit kepala bersih, Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala
benjolan pada tidak ada luka, tidak bersih, tidak bersih, tidak ada bersih, tidak ada bersih, tidak
kepala dan terdapat nyeri tekan dan nyeri tekan dan ada nyeri
ada benjolan, rambut
rambut benjolan dan lesi, rambut lesi, rambut tekan dan lesi,
terlihat ada tidak terlihat uban nyeri tekan, berwarna hitam berwarna hitam rambut
uban sedikit rambut berwarna
berwarna hitam
hitam
Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva merah Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva
merah merah merah merah anemis

Sklera Sklera putih Sklera putih Sklera putih Sklera putih Sklera putih sclera
anikterik

Hidung Lubang Lubang hidung Lubang hidung Lubang hidung Lubang hidung Lubang
hidung simetris, tidak ada simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak ada hidung
simetris, tidak ada secret, ada secret, tidak secret, tidak ada
secret, tidak ada lesi simetris, tidak
ada secret, tidak ada lesi ada lesi lesi
tidak ada lesi ada secret,
tidak ada lesi
Telinga Bersih, tidak Bersih, tidak ada Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak ada Bersih, tidak
ada serumen, serumen, fungsi ada serumen, ada serumen, serumen, fungsi ada serumen,
fungsi pendengaran masih fungsi fungsi pendengaran fungsi
pendengaran baik pendengaran pendengaran masih baik pendengaran
baik masih baik masih baik masih baik

Mulut Mukosa bibir Mulut lembab, tidak Mulut lembab, Mulut lembab, Mulut lembab, Bibir lembab,
kering, terdapat karies gigi tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat belum tumbuh
terdapat karies gigi karies gigi karies gigi
gigi
karies gigi

Leher Tidak ada Tidak terdapat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Warna coklat,
benjolan , pembesaran vena benjolan , tidak benjolan , tidak benjolan , tidak tidak ada
tidak ada jugularis ada nyeri ada nyeri tekan, ada nyeri tekan, pembesaran
nyeri tekan, tekan, leher leher bersih , leher bersih , dan kelenjar
leher bersih , bersih , dan dan tidak ada tidak ada
tyroid, tidak
dan tidak ada tidak ada pembesaran pembesaran vena
pembesaran pembesaran vena jugularis. jugularis. ada distensi
vena vena jugularis. vena jugularis
jugularis.

Dada Bentuk dada Bentuk dada simetris, Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada
simetris, ekspansi dada simetris, simetris, simetris, simetris, ekspansi simetris,
ekspansi dada ekspansi dada ekspansi dada dada simetris, ekspansi dada
Tidak terdapat retraksi
simetris, simetris, Tidak simetris, Tidak Tidak terdapat simetris
Tidak terdapat otot dada terdapat terdapat retraksi retraksi otot dada
retraksi otot retraksi otot otot dada
dada dada

Jantung Tidak tampak Tidak tampak ictus Tidak tampak Tidak tampak Tidak tampak Tidak tampak
ictus cordis, cordis, bunyi jantung ictus cordis, ictus cordis, ictus cordis, ictus cordis,
bunyi jantung normal bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung
normal normal normal normal normal

Abdomen Tidak ada Tidak ada acites, Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak tidak ada
acites, dinding dinding perut lebih ada nyeri tekan ada nyeri tekan ada nyeri tekan acites, dinding
perut lebih perut lebih
rendah dari dinding
rendah dari rendah dari
dinding dada, dada, Tidak ada lesi dinding dada
Tidak ada lesi

Ekstremitas Anggota Anggota gerak lengkap, Anggota gerak Anggota gerak Anggota gerak Anggota
gerak Tidak ada luka/bekas lengkap, Tidak lengkap, Tidak lengkap, Tidak gerak
lengkap, ada luka/bekas ada luka/bekas ada luka/bekas lengkap,
luka, tidak ada edema
Tidak ada luka, tidak ada luka, tidak ada luka, tidak ada Tidak ada
luka/bekas pada ekstremitas atas edema pada edema pada edema pada luka/bekas
luka, tidak dan bawah, kekuatan ekstremitas ekstremitas atas ekstremitas atas luka, tidak
ada edema atas dan dan bawah, dan bawah, ada edema
otot masih normal
pada bawah, kekuatan otot kekuatan otot pada
ekstremitas kekuatan otot masih normal masih normal ekstremitas
atas dan masih normal atas dan
bawah, bawah,
kekuatan otot kekuatan otot
masih normal. maih normal.

Kulit Warna kulit Warna Kulit coklat, Warna kulit Warna kulit Warna kulit sawo Warna kulit
coklat, kulit kulit bersih sawo matang, sawo matang, matang, kulit berwarna
bersih kulit bersih kulit bersih bersih coklat, kulit
bersih

Turgor kulit Baik Baik Baik Baik Baik Sedikit kering

Keluhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Gizi buruk
VIII. Harapan Keluarga
Tn. P berharap ia dan anaknya, serta keluarganya sehat. Dan anak nya By. M gizinya dapat diperbaiki dan memiliki berat
badan normal.
IX. Analisa Data
No Data Subjektif Etiologi Masalah Kesehatan
1 DS : Ketidakmampuan Ketidakseimbangan
- ibu pasien (Ny.R ) mengatakan keluarga dalam merawat nutrisi kurang dari
anaknya makan kadang mau anggota keluarga yang kebutuhan tubuh
kadang tidak. sakit
- Ny.R belum memahami
bagaimana caranya merawat
anaknya.

DO : By.M tampak lemas,


badan nya tampak kurus, kulit
nya tampak kering, mukosa
bibir kering
TTV :
TB : 60 cm
BB : 6kg
Suhu : 36oC

X. Diagnosa Keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga Tn.P dalam merawat anggota
keluarga yang menderita gizi buruk.
XI. Prioritas Masalah

No Kriteria Skor Pembenaran


1 2 3 4
1 Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
Skala: Actual kebutuhan tubuh pada By.M dibuktikan
dengan data objektif yang dilihat dari
pemeriksaan fisik By.M mengarah ke tanda-
tanda gizi buruk.

2 Kemungkinan 2/2 x 2 = 2 Keluarga Tn.W memiliki sumber daya yang


masalah diubah cukup untuk mengatasi masalah yaitu:
: Tinggi penghasilan keluarga cukup, sistem dukungan
keluarga kuat.

3 Potensi masalah 2/3 x 1 = 2/3 Masalah sudah berlangsung cukup lama.


untuk dicegah : Jarak rumah ke faskes dekat.
Cukup

4 Menonjolkan ½x1=½ Tn.W merasakan ada masalah, misalnya


masalah : pada saat kepalanya pusing ia minum
Masalah ada , obat hanya pada saat tekanan darahnya
namun tidak naik saja.
perlu segera
diatas
Total skor 4 1/6
XII. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosis Tujuan Evaluasi Rencana
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar Intervensi
1 Ketidakseimbangan Setelah Setelah 1. Keluarga Karbohidrat bisa a. Timbang BB
diberikan diberikan mampu dan LILA
nutrisi kurang dari didapatkan dari ASI atau
asuhan asuhan mengetahui bayi.
kebutuhan tubuh keperawatan keperawatan gizi yang susu formula. Memasuki b. Gali
selama 2 x 45 selama 2 x 45 seimbang pengetahuan
berhubungan masa MPASI, si Kecil
menit, selama menit, untuk keluarga
dengan 2 hari Tn.P keluarga kebutuhan bisa mendapatkan mengenai
dan keluarga mampu : By.M tambahan karbohidrat dari nutrisi yang
ketidakmampuan
mampu merawat 2. Keluarga seimbang bagi
keluarga Tn.P merawat anggota mampu sereal, biji-bijian, sumber balita.
By.M dengan keluarga yang memberika protein, atau buah. 12. Jelaskan pada
dalam merawat
baik. mengalami n nutrisi keluarga
anggota keluarga gizi buruk yang terutama Ibu
Protein. Pada bayi yang
yaitu By.M , seimbang. penting nya
yang menderita gizi diberikan ASI eksklusif,
dan mampu 3. Keluarga memberikan
buruk. memberikan mampu seluruh asupan protein ASI eksklusif
nutrisi serta menjaga 13. Jelaskan
perawatan kebersihan didapatkan dari ASI. keluarga
yang baik lingkungan Setelah itu, sumber protein mengenai
pada By.M dan fisik nutrisi yang
tambahan bisa didapatkan
By.M seimbang bagi
dari daging, ayam, ikan, tumbuh
kuning telur, sereal, keju, kembang
dan lainnya. Jumlah balita
14. Berikan
protein yang diberikan kesempatan
pada si Kecil harus ibu untuk
bertanya
memenuhi kebutuhannya
15. Ajarkan ibu
untuk pertumbuhan dan membuat
perkembangannya. MPASI
16. Catat
Kebutuhan protein bayi 0- perkembangan
6 bulan adalah sekitar 12 bayi.
gram dan usia 7-11 bulan
sekitar 18 gram.

Lemak. ASI dan susu


formula si Kecil
merupakan sumber utama
lemak, termasuk asam
lemak esensial untuk si
Kecil. Sumber lemak
lainnya untuk bayi diatas 6
bulan adalah daging,
kuning telur, produk susu
lainnya, dan lemak atau
minyak yang ditambahkan
saat memasak.

Vitamin dan mineral. Bila


konsumsi makan si Kecil
baik dan bervariasi, Ibu tak
perlu menambahkan
suplemen vitamin atau
mineral pada si Kecil.
Kecuali memang
disarankan oleh dokter.
Bayi sangat rentan
berisiko mengalami
anemia defisiensi zat besi.
Hal ini terjadi karena
peningkatan kebutuhan zat
besi untuk pertumbuhan
mereka biasanya tidak
disertai dengan asupan zat
besi yang cukup. Saat
memulai MPASI, Ibu bisa
memenuhi kebutuhan zat
besi si Kecil dengan
memberikan 2 porsi
makanan sumber zat besi
setiap hari.
XIII. Implementasi Keperawatan
NO Tanggal Diagnosa Keperawatan Tindakan Evaluasi Pelaksana

1 19 Oktober Ketidakseimbangan nutrisi 1. Menimbang BB dan S : Ny.R mengatakan ia


2020, pukul kurang dari kebutuhan LILA bayi. sudah memberikan ASI
09.00 WITA. 2. Menggali namun pada saat ia
tubuh berhubungan dengan pengetahuan
bekerja anaknya hanya
keluarga mengenai
ketidakmampuan keluarga diberikan air gula
nutrisi yang
Tn.P dalam merawat seimbang bagi
O : Ny.R masih tampak
balita.
anggota keluarga yang bingung setelah di
3. Menjelaskan pada
menderita gizi buruk. keluarga terutama jelaskan mengenai ASI
Ibu penting nya eksklusif dan nutrisi yang
memberikan ASI seimbang, By.M tampak
eksklusif. sering menyusu

19 Oktober 6. Menggali S : Ny.R dan Tn.P


2020, pukul pengetahuan mengatakan ia sudah
09.30 WITA. keluarga mengenai paham mengenai
nutrisi yang
pemberian nutrisi untuk
seimbang bagi
balita. anaknya, Ny.R
7. Menjelaskan pada mengatakan ia sudah rutin
keluarga terutama memberikan ASI dan
Ibu penting nya sudah mencoba membuat
memberikan ASI MPASI
eksklusif.
8. Jelaskan keluarga O : Keluarga tampak
mengenai nutrisi paham, dan sedikit lega.
yang seimbang bagi By.M tampak menyusu,
tumbuh kembang
namun belum mau
balita
9. Berikan mencoba MPASI buatan
kesempatan ibu Ny.R.
untuk bertanya
10. Ajarkan ibu
membuat MPASI
11. Catat
perkembangan
bayi.
2 20 Oktober Ketidakseimbangan nutrisi 7. Menimbang BB dan S : Ny.R dan Tn.P
2020, pukul kurang dari kebutuhan LILA bayi. mengatakan ia sudah
09.00 WITA. 8. Menggali paham mengenai
tubuh berhubungan dengan pengetahuan
pemberian nutrisi untuk
keluarga mengenai
ketidakmampuan keluarga anaknya, Ny.R
nutrisi yang
Tn.P dalam merawat seimbang bagi mengatakan ia sudah rutin
balita. memberikan ASI dan
anggota keluarga yang
9. Menjelaskan pada sudah mencoba membuat
menderita gizi buruk. keluarga terutama MPASI, Ny.R juga
Ibu penting nya mengatakan anaknya
memberikan ASI
sudah mau mengkonsumsi
eksklusif.keluarga
mengenai penyebab MPASI
hipertensi.
10. Menggali O : Keluarga tampak
pengetahuan paham, dan lega. By.M
keluarga mengenai tampak menyusu, dan
nutrisi yang
sudah mau mencoba
seimbang bagi
balita. MPASI buatan Ny.R.
11. Menjelaskan pada
keluarga terutama
Ibu penting nya
memberikan ASI
eksklusif.
12. Jelaskan keluarga
mengenai nutrisi
yang seimbang bagi
tumbuh kembang
balita
13. Berikan
kesempatan ibu
untuk bertanya
14. Ajarkan ibu
membuat MPASI
15. Catat
perkembangan bayi.
20 Oktober 1. Berikan S : Ny.R mengatakan
2020, pukul kesempatan ibu anaknya sudah mau
09.30 WITA untuk bertanya mengkonsumsi MPASI ,
2. Ajarkan ibu
dan ASI masih terus
membuat MPASI
3. Catat diberikan dengan rutin
perkembangan
bayi. O : By.M tampak nyaman
menyusu, Ny.R tampak
antusias bertanya
mengenai MPASI

XIV. Catatan Perkembangan


NO Diagnosa Keperawatan Tanggal Catatan Perkembangan Pelaksana

1 Ketidakseimbangan nutrisi 21 Oktober 2020, S : Ny.R dan Tn.P mengatakan sudah


kurang dari kebutuhan tubuh pukul 10.00 WITA. memahami nutrisi yang baik untuk
berhubungan dengan anak-anaknya.
ketidakmampuan keluarga
Tn.P dalam merawat anggota O : Keluarga tampak antusias, By.M
keluarga yang menderita gizi sudah mulai mau mengkonsumsi
buruk. MPASI, dan By.M tampak menyusu

A : Tujuan tercapai

P : Lanjutkan intervensi selanjutnya


2.29. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia.
Berasal dari istilah kata Yunani, Diabetes yang berarti pancuran dan Melitus
yang berarti madu atau gula. Kurang lebih istilah Diabetes Melitus
menggambarkan gejala diabetes yang tidak terkontrol, yakni banyak keluar air
seni yang manis karena mengandung gula. Oleh karena demikian, dalam
istilah lain penyakit ini disebut juga “Kencing Manis”.
Secara definisi medis, definisi diabetes meluas kepada suatu kumpulan
aspek gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya
peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik yang sifatnya
absolut maupun relatif.
Diabetes Melitus adalah penyakit kelainan metabolik yang
dikarakteristikkan dengan hiperglikemia kronis serta kelainan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja
insulin maupun keduanya. Hiperglikemia kronis pada diabetes melitus akan
disertai dengan kerusakan, gangguan fungsi beberapa organ tubuh khususnya
mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Walaupun pada diabetes
melitus ditemukan gangguan metabolisme semua sumber makanan tubuh kita,
kelainan metabolisme yang paling utama ialah kelainan metabolisme
karbohidarat. Oleh karena itu diagnosis diabetes melitus selalu berdasarkan
tingginya kadar glukosa dalam plasma darah.
2.30. Etiologi Diabetes Melitus
1. DM tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel
beta pancreas yang disebabkan oleh :
a. Factor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I
b. Factor imunologi (autoimun)
c. Factor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta.
2. DM tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Factor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II :
usia,obesitas, riwayat dan keluarga.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi
3 yaitu :
1. <140mg/DL =normal
2. 140-<200 mg/dL = toleransi glukosa terganggu
3. ≥200 mg/dL = diabetes
2.31. Patofisiologi
Pancreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar penghasil
insulin yang terletak di belakang lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel
yang berbentuk seperti pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau
Langerhans yang berisi sel beta yang mengeluarkan hormone insulin yang
sangt berperan dalam mengatur kadar glukosa darah.
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak
kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk
kemudian di dalam sel glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga.
Bila isulin tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam
sel dengan akibat kadar glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalams el
dengan akibat kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang
terjadi pada diabetes mellitus tipe 1.
Pada keadaan diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin bisa normal, bahkan
lebih banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel
kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu
masuk ke dalam sel. Pada keadaan DM tipe 2, jumlah lubang kuncinya
kurang, sehingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena
lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk ke dalam sel
sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar (glukosa) dan kadar glukosa
dalam darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan keadaan
DM tipe 1, bdanya adalah pada DM tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi,
kadar insulin juga tinggi atau normal. Pada DM tipe 2 juga bisa ditemukan
jumlah insulin cukup atau lebih tetapi kualitasnya kurang baik, sehingga gagal
membawa glukosa masuk ke dalam sel. Di samping penyebab di atas, DM
juga bisa terjadi akibat gangguan transport glukosa di dalam sel sehingga
gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolism energy.
PATHWAY DM

 faktor genetik
Kerusakan sel beta Ketidakseimbangan Gula dalam darah tidak
 infeksi virus dapat dibawa dalam sel
produksi insulin
 pengrusakan imunologis

Batas melebihi hiperglikemia Anabolisme protein menurun


glukosuria ambang ginjal

Viskositas darah meningkat Syok hiperglikemik Kerusakan pada antibodi


Dieresis
osmotik

Kekebalan tubuh menurun


Poliuri retensi urine Aliran darah lambat Koma diabetik

Kehilangan elektrolit dalam sel Iskemik jaringan Resiko infeksi Neuropati sensori perifer

dehidrasi
Ketidakefektifan perfusi jaringan Nekrosis luka Klien tidak merasa sakit

Resiko syok
Kehilangan kalori gangrene Kerusakan integritas jaringan
Merangsang hipotalamus
Sel kekurangan bahan untuk Protein dan lemak BB menurun
metabolisme dibakar

pusat lapar dan haus


Katabolisme lemak
Pemecahan protein keletihan

Polidipia
Asam lemak
polipagia keton ureum

Katasidosis
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
2.32. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria,polidipsia, polifagia pada DM umumnya
tidak ada. Sebaliknya yang sering menggangu pasien adalah keluhan akibat komplikasi
degenerative kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan
patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus
tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul
adalah adanya gangguan penglihatan Karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer ) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan
pengobatan lazim.
Menurut supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah katarak,glaucoma, retinopati, gatal seluruh badan, pruritus vulvae, infeksi bakteri
kulit, infeksi jamur dikulit, dermatopati, neuropati perifer, neuropati visceral, amiotropi,
ulkus neurotropik, penyakit ginjal, penyakt pembuluh darah perifer, penyakit koroner,
penyakit pembuluh darah otak, hipertensi.
Osmotic dieresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi,
dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia
urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak
bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi
pada stadium lanjut. Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa
terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami
infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relative menjadi absolute dan timbul
keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran
menurun dengan hiperglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak
umumnya tidak ada pada DM usia lanjut.biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit
kepala dan kebingungan mendadak.
2.33. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus
Manifestasi klinis pada tipe I yaitu IDDM antara lain :
a. Polipagia, poliura, berat badan menurun, polidipsia, lemah, dan somnolen yang
berlangsung agak lama, beberapa hari atau seminggu.

b. Timbulnya ketoadosis dibetikum dan dapat berakibat meninggal jika tidak segera
mendapat penanganan atau tidak diobati segera.

c. Pada diabetes mellitus tipe ini memerlukan adnaya terapi insulin untuk mengontrol
karbohidrat di dalam sel.
Sedangkan manifestasi klinis untuk NIDDM atau diabetes tipe II antara lain :Jarang
adanya gejala klinis yamg muncul, diagnosa untuk NIDDM ini dibuat setelah adanya
pemeriksaan darah serta tes toleransi glukosa di didalam laboratorium, keadaan
hiperglikemi berat, kemudian timbulnya gejala polidipsia, poliuria, lemah dan somnolen,
ketoadosis jarang menyerang pada penderita diabetes mellitus tipe II ini.
2.34. Komplikasi
Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi akut yang terjadi pada penderita
Diabetes Mellitus tapi selain ulkus diabetik antara lain :
a. Komplikasi Akut. Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan
jangka pendek dari glukosa darah. Hipoglikemik dan ketoadosis diabetik masuk ke
dalam komplikasi akut.

b. Komplikasi kronik. Yang termasuk dalam komplikasi kronik ini adalah


makrovaskuler dimana komplikasi ini menyerang pembuluh darah besar, kemudian
mikrovaskuler yang menyerang ke pembuuluh darah kecil bisa menyerang mata
(retinopati), dan ginjal. Komplikasi kronik yang ketiga yaitu neuropati yang
mengenai saraf. Dan yang terakhir menimbulkan gangren.

c. Komplikasi jangka panjang dapat juga terjadi antara lain, menyebabkan penyakit
jantung dan gagal ginjal, impotensi dan infeksi, gangguan penglihatan (mata kabur
bahkan kebutaan), luka infesi dalam , penyembuhan luka yang jelek.

d. Komplikasi pembedahan, dalam perawatan pasien post debridement komplikasi


dapat terjadi seperti infeksi jika perawatan luka tidak ditangani dengan prinsip
steril.

2.35. Pemeriksaan Penunjang


Menurut Smelzer dan Bare (2008), adapun pemeriksaan penunjang untuk penderita
diabetes melitus antara lain :

a. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi : melihat pada daerah kaki bagaimana produksi keringatnya (menurun atau
tidak), kemudian bulu pada jempol kaki berkurang (-).

2) Palpasi : akral teraba dingin, kulit pecah - -pecah , pucat, kering yang tidak normal,
pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau bisa jugaterapa lembek.

3) Pemeriksaan pada neuropatik sangat penting untuk mencegah terjadinya ulkus


b. Pemeriksaan Vaskuler

1) Pemeriksaan Radiologi yang meliputi : gas subkutan, adanya benda asing,


osteomelietus.

2) Pemeriksaan Laboratorium

a) Pemeriksaan darah yang meliputi : GDS (Gula Darah Sewaktu), GDP Gula Darah
Puasa),

b) Pemeriksaan urine , dimana urine diperiksa ada atau tidaknya kandungan glukosa
pada urine tersebut. Biasanya pemeriksaan dilakukan menggunakan cara Benedict
(reduksi). Setelah pemeriksaan selesai hasil dapat dilihat dari perubahan warna yang
ada : hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan merah bata (++++).

c) Pemeriksaan kultur pus


Bertujuan untuk mengetahui jenis kuman yang terdapat pada luka dan untuk
observasi dilakukan rencana tindakan selanjutnya.
d) Pemeriksaan Jantung meliputi EKG sebelum dilakukan tindakan pembedahan.

2.36. Pencegahan Diabetes Melitus

a) Pencegahan Primer

Pencegahan penyakit diabetes melitus secara primer ini dilakukan dengan tujuan
untuk tahap awal pencegahan terjadinya diabetes. Salah satunya selalu
memperhatikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan penyakit diabetes baik secara
genetik ataupun karena faktor lingkungan. Adapun cara pencegahan primer
diantaranya selalu menjaga pola makan sehari-hari, selalu melakukan olahraga
secara teratur, tidur yang cukup,dan menghindari obat-obatan yang dapat
menimbulkan penyakit diabetes.

b) pencegahan sekunder

Cara pencegahan sekunder ini bertujuan untuk menghambat persebaran penyakit


diabetes militus yang sudah ada dalam tubuh mengkoplikasi penyakit yang lain.
Dengan pencegahan sekunder ini banyak sekali hal yang harus dilakukan salah
satunya melakukan pendeteksi dini pada penderita diabetes melitus. Setelah
didapatkan hasil untuk memperkuat diagnosa dari perkembangan penyakit diabetes
melitus maka yang harus Anda lakukan untuk tahap pencegahan sekunder ini adalah
sebagai berikut :

1. Sering melakukan pengetesan kadar gula darah dalam tubuh

2. Selalu menjaga berat badan supaya stabil, jika sudah memiliki berat badan yang
lebih maka usahakan untuk menurunkannya. Baca juga artikel ini Makanan Yang
Harus Dihindari Saat Diet

3. Selalu melakukan olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan fisik Anda

c) Cara pencegahan tersier

Jika sudah dalam tahap ini maka bisa dibilang penyakit diabetes tersebut telah parah
dan telanjur mengoplikasi penyakit yang lainnya, maka dari itu Anda harus
melakukan pencegahan tersier diantaranya sebagai berikut. Mencegah dari resiko
terkana gagal ginjal kronik yang menyerang pembulu darah

1. Mencegah terjadinya luka apapun yang dapat memperparah keadaan fisik, karena
jika sesorang yang memiliki penyakit diabetes jika memiliki

2. luka cenderung sangat sulit untuk disembuhkan

3. Mencegah resiko terkena peyakit stroke.

4.
2.37. Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Penderita Diabetes Melitus
A. Laporan Kasus

I. Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

1. Nama kepala keluarga (KK) :Tn. A

2. Alamat dan telepon :Singaraja

3. Pekerjaan kepala keluarga :Waitress

4. Pendidikan kepala keluarga :SMA

5. Komposisi keluarga dan genogram

Komposisi Keluarga

No Nama Jenis kelamin Hub dengan Umur Pendidikan


KK
1. Tn. A Laki-laki Kepala 42 tahun D1
Keluarga
2. Ny.S Perempuan Istri 39 tahun SMP
3. An. S Laki-laki Anak 15 tahun SMP
4 An. J Laki-laki Anak 8 tahun SMP

Gambar 3.1. Genogram Keluarga

Keterangan :

: Laki-laki : Kasus utama


: Perempuan : keluargatinggal serumah

: Riwayat keluarga yang menderita


6. Tipe keluarga

Tipe keluarga Tn. A adalah keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan 2 anak

laki-laki

7. Suku bangsa

Suku bangsa keluarga Tn.A adalah Bali.

8. Agama

Agama keluarga Tn. A adalah Hindhu

9. Status sosial ekonomi keluarga.

Pendapatan keluarga Tn.A dalam sebulan adalah Rp. 3.000.000/bulan dari hasil

pekerjaannya sebagai waitress restoran dan istrinya Ny.S bekerja menjadi pegawai

laundry pakaian dengan pendapatan Rp 900.000/bulan. Penghasilan ini digunakan

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.

10. Aktifitas rekreasi keluarga

Tn. A jarang berekreasi dengan keluarganya, namun mereka sering menonton

televisi bersama, kadang setiap sabtu dan minggu mereka berolahraga paginya.

Namun anak pertamanya jarang berkumpul karena memilih kumpul dengan teman

se-gengnya.

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

11. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap keluarga Tn. A adalah keluarga dengan anak remaja karena anak pertama

sudah remaja yaitu usia 15 tahun dan sudah duduk di bangku SMP.

12. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah orang tua belum

mampu memberikan tanggung jawab yang baik untuk anak-anaknya.


13. Riwayat keluarga inti

Ny. S dan Tn.A mereka satu sekolah sewaktu SMP, Ny.S waktu itu masih kelas 2

SMP sementara Tn.A kelas 3 SMP, mereka juga mengikuti ekstrakurikuler yang

sama yaitu Pramuka dan mereka sering bertemu, disitulah awal Ny.S dan Tn.A

berpacaran hingga menikah dan mempunyai 2 anak laki-laki.

Awal mula Ny.S menderita Diabetes Mellitus adalah kebiasaan Ny.S yang sering

mengonsumsi makanan manis, bahkan saat minum teh ia bisa menuangkan 4

sendok makan gula pasir. Mendiang ibu Ny.S juga meninggal karena Diabetes

Mellitus. Sementara Tn.A dan An.S tidak suka makanan manis, namun An.J

menyukai makanan manis persis dengan ibunya. Ketika sakit, Ny.S diantar oleh

suaminya dengan mobil pribadi.

14. Riwayat keluarga sebelumnya

Ny.S memiliki 3 adik perempuan dan satu laki-laki. Ny.S mempunyai penyakit

Diabetes Mellitus diturunkan oleh mendiang ibunya. Selain Ny.S, adik laki-

lakinya juga menderita Diabetes Mellitus hingga kakinya dipotong karena ulkus

diabetic. Selain faktor keturunan, kebiasaan Ny.S yang sangat menyukai makanan

manis menjadi pemicu Diabetes Mellitus. Ny.S dinyatakan menderita Diabetes

Mellitus di usianya yang ke-35.

III. Pengkajian Lingkungan

15. Karakteristik rumah

Rumah Tn. A adalah rumah permanen, lantai keramik dengan luas 20x15 m
dengan atap menggunakan genteng. Ada 3 kamar dalam rumah Tn. A, 1 kamar
utama dan 2 lagi kamar anak-anak. Ada 1 dapur dan 1 kamar mandi. Ada jamban
di dalam kamar mandi, dapur, gudang, dan ruang tamu. Saluran pembuangan
dialirkan ke tempat pembuangan septi tank.
Rumah Tn. A mendapat cukup cahaya matahari dan ventilasi karena jendela
rumah sering terbuka. Penerangan di rumah menggunakan listrik. Keluarga
mempunyai pembuangan sampah terbuka, biasanya sampah-sampah rumah tangga
akan dibuang ke plastik hitam dan akan dibuang ke tempat pembuangan sampah
jika sudah penuh. Air yang digunakan untuk makan, minum dan mandi sehari-hari
adalah air pam. Terdapat fasilitas kesehatan di lingkungan rumah yaitu posyandu,
rumah bidan, praktek dokter, dan puskesmas. Fasilitas kesehatan tersebut dapat
dijangkau dengan menggunakan motor dan berjalan kaki. Rumah depan: tampak
bersih. Ruang tamu: tampak bersih. Ruang tidur: tempat tidur spring bed,Kamar
mandi: kamar mandi terdiri dari 1 bak mandi dan 1 WC.,Jendela: jendela ada di
setiap kamar.
Gambar 3.2 Denah Rumah Keluarga Tn.A
Kamar tidur Kamar mandi

Kamar tidur Ruang tamu Gudang

Kamar tidur Dapur

16. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Ny.S memiliki hubungan baik dengan tetangganya, Ny.S juga mengunjungi

tetangganya apabila mendapat musibah begitu juga dengan tetangganya yang

mengunjungi Ny.S apabila keluarga Ny.S sedang ada musibah.


17. Mobilitas geografis keluarga

Ny. S lahir di Tabanan. Namun karena menikah dengan Tn.A, dia ikut dengan

suami dan tinggal bersama di Singaraja.

18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Anggota keluarga biasanya berkumpul saat malam hari sambil menonton tv.

Apabila ada kegiatan di masyarakat keluarga Tn.A selalu mengikuti sampai

kegiatan tersebut selesai.

IV. Struktur Keluarga

19. Sistem pendukung keluarga

Keluarga Tn.A kalau sakit biasanya membeli obat ke apotek, mereka biasanya

berobat ke praktek bidan. Kalau penyakit Ny.S kambuh biasanya mereka pergi ke

dokter speasialis.

20. Pola komunikasi keluarga

Keluarga Tn.A sehari-hari menggunakan Bahasa Bali. Mereka berkomunikasi

secara langsung kecuali jika jarak mereka tidak berdekatan, mereka biasanya

berkomunikasi dengan handphone. Namun Ny.S dan Tn.A kurang terbuka pada

anak-anak mereka, setiap masalah yang ada mereka hanya ingin mereka yang

merasakannya, mereka tidak mau anak-anaknya bersedih dan memikirkan masalah

mereka.

21. Struktur kekuatan keluarga

Antar keluarga saling menghargai dan pengambilan keputusan berdasarkan

keputusan bersama. Tn. A juga kadang menasehati An.S untuk sering kumpul

dengan keluarga.
22. Struktur peran

Tn.A berperan sebagai kepala keluarga dan mencari nafkah sementara Ny.S

sebagai ibu rumah tangga, An.S dan An.J berperan sebagai anak.

23. Nilai dan norma keluarga

Ny.S dan Tn. A selalu menanamkan nilai dan norma yang baik kepada anaknya

begitu juga Ny.S dan Tn.A selalu berbuat baik kepada sesama agar menjadi

contoh untuk anak-anaknya.

V. Fungsi Keluarga

24. Fungsi afektif

Keluarga Tn.A saling menyayangi dan peduli.

25. Fungsi sosialisasi

Keluarga Tn.A mengatakan tidak ada masalah antar keluarga maupun tetangga.

26. Fungsi perawatan kesehatan

a. Kemampuan keluarga mengenal masalah

Pada saat pengkajian Tn.A belum mampu mengenal masalah kesehatan Ny.S,

keluarga hanya tahu kalau Diabetes Mellitus adalah penyakit dengan kelebihan

mengonsumsi gula tapi keluarga tidak tahu secara rinci sebab, komplikasi serta

cara diet yang tepat.

b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan

Jika Ny.S sakit, keluarga mengajaknya ke dokter spesialis untuk mendapat

penanganan yang tepat.

c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Keluarga tidak mampu merawat Ny.S terbukti dengan penglihatan Ny.S

sebelah kanan terkadang kabur, tubuh Ny.S lemas, serta jarang keluarga yang
mengingatkan Ny.S untuk minum obat DM, Ny.S juga sering lupa untuk

injeksi insulin.

d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat

Lingkungan rumah cukup bersih, mendapat pencahayaan yang cukup, kamar

mandi dan dapur juga terjaga kebersihannya

e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

Keluarga sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik terbukti kalau

saat Ny.S sakit mereka pergi ke dokter spesialis.

27. Fungsi reproduksi

Keluarga Tn.A mempunyai 2 anak laki-laki.

28. Fungsi ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, Tn.A menggunakan penghasilannya

sendiri untuk membeli kebutuhan rumah tangga.

VI. Stress dan Koping Keluarga

29. Stressor jangka pendek dan panjang

a. Stressor jangka pendek: Ny.S khawatir dengan penyakitnya karena sering

lupa untuk melakukan injeksi insulin.

b. Stressor jangka panjang: Ny. S takut dengan komplikasi DM, ia juga

takut penyakitnya ini akan menurun ke anak-anaknya serta berdampak ke

ekonomi ‘keluarga.

30. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor

Untuk mengatasi masalah ekonomi, Ny.S bekerja sebagai pegawai laundry. Dan

apabila sakitnya kambuh dia pergi ke dokter spesialis penyakit dalam untuk tahu

kondisi kesehatannya.
31. Strategi koping yang digunakan

Jika ada masalah keluarga Tn.A melakukan musyawarah bersama, serta berdoa

kepada Tuhan agar masalahnya cepat selesai.

32. Strategi adaptasi disfungsional

Apabila banyak masalah yang dihadapi, Tn.A akan meminta bantuan kepada

keluarga terdekat.

VII. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan keseluruhan anggota keluarga

Tabel Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaaan Tn.A Ny.S An.S An.J


Fisik
Tekanan darah 120/80 90/60 mmHg 110/60 120/80
mmHg mmHg mmHg
Pemeriksaan
Fisik
Nadi 100x/menit 118x/menit 86x/menit 92x/menit
Respirasi 20x/menit 18x/menit 18x/menit 16x/menit
Rambut Rambut Rambut Rambut Rambut
bersih dan bersih dan bersih dan bersih, warna
sedikit terdapat uban diwarnai hitam
beruban juga
Konjungtiva Tidak anemis Tidak anemis Tidak anemis Tidak anemis
Sklera Tidak ikterik Tidak ikterik Tidak ikterik Tidak ikterik
Hidung Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak
ada sekret, terdapat terdapat terdapat
penciuman sekret, sekret, sekret,
masih bagus penciuman penciuman penciuman
masih bagus masih bagus masih bagus
Telinga Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak
ada serumen, ada serumen, ada serumen, ada serumen,
fungsi fungsi fungsi fungsi
pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran
masih baik masih baik masih baik masih baik
Mulut Bersih, Bersih, Bersih, Bersih,
mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir
lembab kering lembab lembab
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar
tiroid tiroid tiroid tiroid
Dada Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
auskultasi auskultasi auskultasi auskultasi
paru paru paru paru
vesikuler vesikuler vesikuler vesikuler
Jantung Tidak tampak Tidak tampak Tidak tampak Tidak tampak
ictus cordis, ictus cordis, ictus cordis, ictus cordis,
bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung
normal normal normal normal
Abdomen Datar, Datar, Datar, Datar,
simetris, simetris, simetris, simetris,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
Ekstremitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
edema atau edema atau edema atau edema atau
varises varises varises varises
Kulit Bersih, Bersih, Bersih, warna Bersih, warna
sedikit sedikit kulit sawo kulit sawo
keriput, keriput, matang, matang,
warna kulit warna kulit turgor kulit turgor kulit
sawo matang, sawo matang, baik baik
turgor kulit turgor kulit
baik baik
Turgor kulit baik baik baik baik
Keluhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

VIII. Harapan Keluarga

Keluarga Tn.A berharap dengan adanya petugas kesehatan yang mengunjunginya

diharapkan ada perubahan tingkah laku pada Ny.S untuk meningkatkan derajat

kesehatannya
IX. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


Ds : Ketidakmampuan Intoleran aktivitas
1. Ny.S mengatakan keluarga
penglihatannya mengenal masalah
yang sebelah
kanan sering kabur
dan tubuhnya
terasa lemas
2. Keluarga Ny.S
mengatakan kalau
Ny.S gemar
mengonsumsi
makanan manis.
3. Tidak ada yang
mengingatkan
Ny.S untuk
mengonsumsi obat
DM secara
terartur, Ny.S
sering lupa untuk
injeksi insulin.

Do :
1. GDS pada tanggal
1 Maret 2021
pukul 10.00 250
mg/dL
2. TTV pada 1
Maret 2021
TD : 90/60
mmHg
Nadi : 118x/menit
RR: 18x/menit
S: 36,50C

X. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn.A
dalam mengenal masalah Diabetes Mellitus pada Ny.S
XI. PRIORITAS MASALAH

No Kriteria Skor Pembenaran


Intoleransi aktivitas nyata terjadi pada Ny.S
SifatMasalah: karena tubuh Ny.S lemas, penglihatan kabur
1 3/3 x 1 = 1
Aktual akibat gula darah yang tinggi yaitu 250
mg/dL
Keluarga memiliki sumber daya yang cukup
kuat untuk mengatasi masalah yaitu:
Kemungkinanuntuk
penghasilan keluarga cukup, sistem dukungan
2 diubah: 2/2 x 2 = 2
keluarga kuat, keluarga besar ada dan bantuan
Tinggi
selalu tersedia utk dimanfaatkan oleh
keluarga.
PotensialDicegah: Masalah sudah berlangsung cukup lama.
3 2/3 x 1 = 2/3
Cukup Jarak rumah ke faskes dekat
MenonjolnyaMasalah: Keluarga merasakan ada masalah, misalnya
Masalah ada tapi Ny.S merasa pusing, itu mungkin karena dia
4 ½x1=½
tidak perlu segera kurang tidur jadi hanya ditangani dengan obat
diatasi yang biasa dibeli di warung.
Total 4 1/6
XII. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan Evaluasi Rencana Intervensi


o Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
1 Intoleran aktivitas Setelah Setelah 1. Keluarga 1. diabetes mellitus merupakan 1.
berhubungan dilakukan dilakukan mampu kondisi dimana kadar gula darah ali pengetahuan keluarga mengenai
dengan tindakan tindakan menyebutka sewaktu diatas 180mg/dL dan pengertian Diabetes Melllitus
ketidakmampuan keperawatan keperawatan n definisi gula darah puasa diatas 125 2.
keluarga Tn.A selama 2x45 selama 2x45 diabetes mg/dL. elaskan kepada keluarga definisi diabetes
dalam mengenal menit, selama menit mellitus dengan bahasa yang mudah
masalah diabetes 2 hari cukup keluarga dipahami.
mellitus Ny.S energi untuk mampu: 3.
melakukan Mengenal unakan media menarik seperti leaflet untuk
aktivitas. masalah 2. keluarga Penyebab diabetes mellitus mempermudah keluarga memahami definisi
diabetes mampu adalah kelebihan berat badan, Diabetes Mellitus
mellitus pada menyebutka mengonsumsi gula berlebih,
Ny.S n penyebab jarang beraktivitas, menderita 1.
diabetes tekanan darah tinggi, ali pengetahuan keluarga mengenai penyebab
mellitus mengonsumsi makanan diabetes mellitus
berkolestrol. 2.
elaskan kepada keluarga penyebab diabetes
mellitus dengan bahasa yang mudah dipahami.
3.
unakan bahasa yang persuasif agar keluarga
termotivasi untuk menghindari penyebab
diabetes.
3. keluarga Tanda dan gejala diabetes yaitu: 4.
mampu sering merasa haus, sering rahkan keluarga untuk membaca leaflet.
menyebutka buang air kecil, sering merasa 5.
n tanda dan lapar, lemas, pandangan kabur, erikan kesempatan kepada keluarga untuk
gejala berkurangnya berat badan dan bertanya.
diabetes massa otot.
Diet diabetes mellitus dilakukan 1.
4. keluarga dengan aturan makan 3J ali pengetahuan keluarga mengenai tanda
tahu cara a. gejala diabetes mellitus
diet yang Jumlah 2.
tepat untuk  elaskan pada keluarga tanda dan gejala
diabetes umlah makanan yang diabetes.
mellitus dikonsumsi disesuaikan 3.
dengan BB yang erikan kesempatan pada keluarga untuk
memadai yaitu BB yang bertanya.
dirasa nyaman untuk 4.
seorang diabetes. erikan pujian pada keluarga
 1.
Jumlah makanan yang ali pengetahuan pasien mengenai diet untuk
dikonsumsi disesuaikan penderita Diabetes Mellitus
dengan konseling gizi. 2.
b. elaskan pada keluarga mengenai makanan
Jenis yang boleh dikonsumsi dan tidak boleh
 dikonsumsi.
Jenis makanan utama 3.
yang dikonsumsi dapat njurkan pada keluarga untuk diet gula terkait
disesuaikan dengan dengan diabetes yang dapat menurun ke
konsep piring makan anggota keluarga.
model T 4.
c. elaskan kepada keluarga aturan makan 3J
Jadwal 5.
 erikan kesempatan pada keluarga untuk
Jadwal makanan terdiri bertanya.
dari 3x makan utama dan 6.
2-3x makanan selingan erikan reinforcement positif.
mengikuti prinsip porsi
kecil

XIII. Implementasi Keperawatan

N Tangg Diagnosa Tindakan Evaluasi Pelaksa


o al Keperawatan na
1 18 Intoleran 1. S : keluarga
Maret aktivitas Menggali pengetahuan keluarga mengenai pengertian Diabetes Melllitus Tn.A
2021 berhubungan 2. mengatakan
pukul dengan Menjelaskan kepada keluarga definisi diabetes mellitus dengan bahasa yang paham
09.00 ketidakmamp mudah dipahami. dengan
uan keluarga 3. pengertian
Tn.A dalam Menggunakan media menarik seperti leaflet untuk mempermudah keluarga diabetes
mengenal memahami definisi Diabetes Mellitus mellitus
masalah
diabetes TUK II O:
mellitus Ny.S keluarga
1. Tn.A
Menggali pengetahuan keluarga mengenai penyebab diabetes mellitus tampak
2. mengerti
Menjelaskan kepada keluarga penyebab diabetes mellitus dengan bahasa yang dengan
mudah dipahami. definisi
3. diabetes
Menggunakan bahasa yang persuasif agar keluarga termotivasi untuk mellitus.
menghindari penyebab diabetes.
4.
Mengarahhkan keluarga untuk membaca leaflet.
5.
Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya.

S : keluarga
TUK III mengatakan
mengerti
dengan
1. dengan
Menggali pengetahuan keluarga mengenai tanda gejala diabetes mellitus penyebab
2. dari
Menjelaskan pada keluarga tanda dan gejala diabetes. diabetes
3. mellitus.
Memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya.
4. O:
Memberikan pujian pada keluarga keluarga
tampak
sudah
TUK 4 mengerti
1. dengan
Menggali pengetahuan pasien mengenai diet untuk penderita Diabetes Mellitus penyebab
2. diabetes,
Menjelaskan pada keluarga mengenai makanan yang boleh dikonsumsi dan tidak keluarga
boleh dikonsumsi. bisa
3. menjawab
Menganjurkan pada keluarga untuk diet gula terkait dengan diabetes yang dapat saat
menurun ke anggota keluarga. diberikan
4. pertanyaan
Menjelaskan kepada keluarga aturan makan 3J tentang
penyebab
5. diabetes.
Memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya.
6.
Memberikan reinforcement positif.

S : keluarga
mengatakan
sudah
mengerti
mengerti
tentang
tanda dan
gejala
diabetes
mellitus

O:
keluarga
menganggu
k saat
ditanya
paham atau
tidak
dengan
penjelasan
yang
diberikan,
keluarga
mampu
mennyebut
kan tanda
dan gejala
diabetes
mellitus
tanpa
melihat
leaflet

S : keluarga
mengatakan
mengerti
tentang diet
pada
diabetes
mellitus

O:
keluarga
nampak
paham
dengan diet
diabetes
mellitus,
keluarga
mampu
menunjukk
an makanan
yang tepat
serta porsi
makanan
yang baik
untuk
penderita
diabetes
mellitus

XIV. Catatan Perkembangan

N Diagnosa Tangg Catatan perkembangan Pelaksa


o keperawatan al na
1 Intoleran 19 S:
aktivitas Maret
1.
berhubungan 2021,
Keluarga Tn.A mengatakan paham dengan pengertian diabetes mellitus
dengan pukul
2.
ketidakmampu 09.00
Keluarga mengatakan mengerti dengan dengan penyebab dari diabetes mellitus.
an keluarga
3.
Tn.A dalam
Keluarga mengatakan sudah mengerti mengerti tentang tanda dan gejala diabetes
mengenal
mellitus
masalah
4.
diabetes
Keluarga mengatakan mengerti tentang diet pada diabetes mellitus
mellitus Ny.S
O:
1.
Keluarga Tn.A tampak mengerti dengan definisi diabetes mellitus.
2.
Keluarga tampak sudah mengerti dengan penyebab diabetes, keluarga bisa
menjawab saat diberikan pertanyaan tentang penyebab diabetes.
3.
Keluarga mengangguk saat ditanya paham atau tidak dengan penjelasan yang
diberikan, keluarga mampu mennyebutkan tanda dan gejala diabetes mellitus
tanpa melihat leaflet
4.
Keluarga nampak paham dengan diet diabetes mellitus, keluarga mampu
menunjukkan makanan yang tepat serta porsi makanan yang baik untuk penderita
diabetes mellitus

A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Dalam setiap keluarga harus saling memperhatikan kondisi kesehatan fisik
masing-masing anggota keluarga, maka dari itu diperlukan asuhan
keperawatan keluarga guna memberikan pelayanan kesehatan pada suatu
keluarga. Asuhan keperawatan keluarga adalah proses keperawatan atau
metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan
asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap
keluarga sesuai dengan rencana yang telah telah disusun dan mengevaluasi
mutu hasil asuhan yang telah dilaksanakan terhadap keluarga.
Asuhan keperawatan pada keluarga mengacu ke proses bagaimana seorang
tenaga medis memberikan pengobatan secara komplementer kepada keluarga
yang sedang sakit khususnya menderita hipertensi, rematik, gizi buruk dan
diabetes mellitus. Sangat dipentingkan dukungan para anggota kelurga untuk
saling memotivasi agar anggota keluarga yang sakit mampu dengan semangat
mencapai kesembuhan tanpa adanya gangguan psikis atau mental seorang
tersebut.
3.2. Saran
Sebaiknya lebih banyak menggunakan pedoman buku keperawatan
keluarga untuk menyusun makalah mengenai asuhan keperawatan keluarga,
dan instansi juga sebaiknya menyediakan buku-buku acuan asuhan
keperawatan keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. (2012). Medikal bedah untuk mahasiswa. Yogyakarta: Diva Press.

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler


Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC.

Buss, J. S., & Labus, D. (2013). Buku saku patofisiologi menjadi sangat mudah
edisi 2 Diterjemahkan oleh Huriawati Hartanto. Jakarta: EGC.

Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan


Praktek.Edisi ke-5. Jakarta: EGC.

Guyton, A. C. (2012). Guyton fisiologi manusia dan mekanisme penyakit edisi


revisi. Jakarta: EGC.

Kowalak, J. P., Weish, W., & Mayer, B. (2011). Buku ajar patofisiologi
Diterjemahkan oleh Andry Hartono. Jakarta: EGC.

Muttaqin, A. (2014). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan


kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Nurhidayat, S. (2015). Asuhan Keperawatan pada Pasien Hipertensi Dengan


Pendekatan Riset. Ponorogo: UNMUH Press.

RI, D. (2014). Profil Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta: Kemenkes RI.

Saferi, A., & Mariza, Y. (2013). KMB I keperawatan medikal bedah (keperawatan
dewasa). Yogyakarta: Nu Med.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2008). Buku ajar keperawatan medikal bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J., & Cheever, K. (2012). Brunner &
Suddarth S textbook of medical-surgical nursing twelfth edition. Wolters
Kluwer Health.

Sudarta, I. W. (2013). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem


cardiovaskuler. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Suprajitno. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Triyanto, E. (2014). Pelayanan keperawatan bagi penderita Hipertensi secara


terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Udjianti, W. (2011). Keperawatan kardiovaskuler. Yogyakarta: Salemba Medika.

WHO, W. H. (2014). Dipetik April 14, 2020, dari http://www.apps.whoso.intgho

Carpenito,2000.Lynda Juall,Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8 alih


bahasa Yasminasih,Jakarta:EGC

Nurarif,Amin Huda.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1.Jogjakarta:Media ction

Padila,2012.Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta: Nuha Medika

Tanto,chris.2014.Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-4.Jakarta:Media


Aesculapius

Moorhead, Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi ke – 5.


Singapore: Elsevier

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 1.
Jogjakarta: MediAction Publishing.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI

Wijaya.A.S dan Putri.Y.M. 2013. KMB 2 Keperawatan Medical Bedah


(Keperawatan Dewasa). Bengkuli : Numed

https://www.alomedika.com (Diakses 05 Maret 2021)

Anda mungkin juga menyukai