Anda di halaman 1dari 27

KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA DALAM

KONSELING

Oleh Kelompok 2 :

1. Putu Nita Mawarni (18089014041)

2. Pipit Riatin (18089014043)

3. Komang Sri Mulyani (18089014051)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas
anugerah-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang merupakan
tugas dari mata kuliah VCT dengan judul “Komunikasi Lintas Budaya Dalam
Konseling”. Dalam makalah ini kami membahas mengenai pemahaman beragam
budaya dan bahasa yang digunakan dalam konseling oleh para konselor dan klien.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Dosen pengampu mata
kuliah VCT yaitu Bapak Ns. G. Nur Widya Putra, S.Kep.,M.Kep karena telah
memberikan tugas ini sehingga kami mampu mengetahui pemahaman beragam
budaya dan bahasa yang digunakan dalam konseling oleh para konselor dan klien..
Makalah yang kami buat tentu saja belum mencapai sempurna, maka dari itu kami
memerlukan kritik dan saran dari pembaca makalah ini untuk menunjang
kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.

Singaraja, 10 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... i
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... i
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4. Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1. Definisi Komunikasi................................................................................. 3
2.2. Definisi Komunikasi Lintas Budaya ........................................................ 4
2.3. Peran Perawat Dalam Komunikasi Lintas Budaya................................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 10
3.1. Simpulan ................................................................................................. 10
3.2. Saran ....................................................................................................... 10
LAMPIRAN ......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Disadari sepenuhnya bahwa komunikasi yang dilakukan oleh manusia
selalu mengandung potensi perbedaan. Sekecil apapun perbedaan itu, sangat
membutuhkan upaya-upaya untuk menghasilkan proses komunikasi secara
efektif, yakni dengan menggunakan informasi budaya mengenai pelaku-
pelaku komunikasi yang bersangkutan. Komunikasi lintas budaya menjadi
kebutuhan bagi semua kalangan untuk dapat menjalin hubungan yang lebih
baik dan memuaskan, terutama bagi mereka yang berbeda budaya.
Perawat merupakan salah satu ujung tombak dalam pemberian pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit. Hal ini menjadi sebuah tuntutan peran dan juga
fungsi perawat untuk memberikan sebuah pelayanan asuhan keperawatan yang
berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pasien. Di dalam memberikan
pelayanan keperawatan, perawat dituntut untuk memiliki pengetahuan dan
kemampuan berkomunikasi yang baik sebagai awal dari terciptanya sebuah
hubungan perawat dengan klien, karena komunikasi merupakan sebuah proses
yang sangat penting dalam hubungan antar manusia.
Program VCT dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan pasien dengan
memberikan layanan dini dan memadai baik kepada mereka dengan HIV
positif dan negatif Layanan ini termasuk pencegahan primer melalui
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) seperti pemahaman HIV,
pencegahan penularan dari ibu ke anak Prevention of Mother To Child
Transmission (PMCT) dan akses terapi infeksi oportunistik seperti
tuberkulosis (TBC) dan infeksi menular seksual.
Melalui VCT, diharapkan pasien mau membuka diri dan melakukan Tes
HIV, sehingga diketahui apakah pasien tersebut positif tertular HIV/AIDS
atau masih negatif. Untuk itulah diperlukan strategi komunikasi yang tepat
dan terencana oleh konselor ketika melakukan konseling kepada pasien.
Karena dengan strategi yang tepat dan terencana, maka konselor bisa
mempengaruhi dan mengubah persepsi pasien tentang HIV/AIDS.

1
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan sebagai berikut :
“Bagaimanakah memahami komunikasi lintas budaya dalam konseling?”.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami komunikasi lintas budaya di dalam
proses konseling.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi komunikasi.
2. Mahasiswa mampu mengetahui definisi komunikasi lintas budaya.
3. Mahasiswa mampu mengetahui peran perawat dalam komunikasi
lintas budaya.
1.4. Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Instansi
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi lembaga
pendidikan untuk sebagai referensi tugas selanjutnya bagi mahasiswa.
1.4.2 Manfaat Bagi Mahasiswa
Dapat dijadikan acuan dengan adanya tugas VCT yang menunjang
pada pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL).
1.4.3 Manfaat Bagi Pembaca
Untuk menambah wawasan bagi pembaca tentang ilmu konseling VCT.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Komunikasi


Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi (pesan,
ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi
dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah
pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gestur tubuh,
menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut dengan komunikasi nonverbal.
Definisi menurut para ahli :
a. Menurut William I. Gordon, [dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar
2005, hal 69] Komunikasi secara ringkas dapat didefinisikan sebagai suatu transaksi
dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan.
b. Menurut M. Djenamar. SH, [Komunikasi dan pidato, 1986, hal 2] Komunikasi
adalah seni untuk menyampaikan informasi, ide-ide, seseorang kepada orang lain.
c. Menurut William Albig, [komunikasi, persuasi, & rektorika, 1983, hal 13,]
komunikasi adalah proses pengoperan lambang yang berarti diantara individu-
individu.
d. Menurut Prof. Dr. Alo Liliweri, [Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan, 2003, hal 4]
Komunikasi adalah pengalihan suatu pesan dari satu sumber kepada penerima agar
dapat dipahami.
e. Menurut Anwar arifin (1988:17), komunikasi merupakan suatu konsep yang multi
makna. Makna komunikasi dapat dibedakan berdasarkan Komunikasi sebagai
proses sosial Komunikasi pada makna ini ada dalam konteks ilmu sosial. Dimana
para ahli ilmu sosial melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan
komunikasi yang secara umum menfokuskan pada kegiatan manusia dan kaitan
pesan dengan perilaku.
2.1.1 Tujuan Komunikasi
Tujuan dari komunikasi adalah sebagai berikut:

3
a. Hal yang disampaikan komunikator dapat dimengerti oleh komunikan.
Tugas komunikator adalah harus menjelaskan pesan utama dengan
jelas dan sedetail mungkin.
b. Orang lain bisa memahaminya. Dengan melakukan komunikasi, setiap
individu dapat memahami individu lainnya dengan kemampuan
mendengar tentang suatu hal yang sedang dibicarakan orang lain.
c. Supaya apa yang disampaikan dapat diterima orang lain. Komunikasi
serta pendekatan persuasif adalah cara agar sebuah gagasan mudah
diterima oleh orang lain.
d. Bertujuan menggerakkan orang lain untuk melakukan suatu hal sesuai
dengan keinginan komunikator.
2.1.2 Manfaat Komunikasi
Fungsi dari komunikasi yang dapat diambil dari kehidupan sehari-hari
adalah:
a. Sebagai Informasi: Komunikasi menyajikan suatu informasi yang
diperlukan dari setiap individu maupun kelompok dalam mengambil
suatu keputusan dengan meneruskan data untuk menilai beberapa
pilihan yang akan diputuskan.
b. Sebagai Kendali: Fungsi komunikasi sebagai kendali memiliki arti
bahwa komunikasi berperan untuk mengontrol perilaku orang lain
maupun anggota dalam beberapa cara yang wajib dipatuhi oleh semua
pihak.
c. Sebagai Motivasi: Komunikasi memberikan dalam hal memotivasi
melalui penjelasan yang dilakukan oleh para motivator.

2.2. Definisi Komunikasi Lintas Budaya


Komunikasi lintas budaya atau cross cultural communication merupakan
bidang studi komunikasi yang berakar dari studi antropologi budaya, yang
mengkaji dan memandang bagaimana manusia yang berbeda latar belakang
budaya berkomunikasi.Sehingga, komunikasi lintas budaya dapat diartikan
sebagai proses di mana dialihkan suatu ide atau gagasan dari satu budaya ke
budaya yang lain atau sebaliknya. Di mana peralihan ide atau gagasan
tersebut dapat terjadi antara dua kebudayaan yang terkait atau lebih, yang

4
bertujuan untuk saling mempengaruhi satu sama lain, baik untuk kebaikan
atau sebaliknya, atau bisa juga sebagai tahap awal dari proses akulturasi yaitu
penggabungan dua kebudayaan atau lebih yang menghasilkan kebudayaan
yang baru. Sedangkan komunikasi lintas budaya adalah proses dimana
dialihkan ide atau gagasan suatu budaya yang satu kepada budaya yang
lainnya dan sebaliknya, dan hal ini bisa antar dua kebudayaan yang terkait
ataupun lebih, tujuannya untuk saling memengaruhi satu sama lainnya,baik
itu untuk sebuah kebaikan kebudayaan maupun untuk menghancurkan suatu
kebudayaan, atau bisa jadi tahap awal dari proses akulturasi (penggabungan
dua kebudayaan atau lebih yang menghasilkan kebudayaan baru).
Beberapa Pengertian Komunikasi Lintas Budaya Menurut Para Ahli.
Pengertian komunikasi lintas budaya seringkali merujuk pada pengertian
komunikasi antar budaya. Beberapa pengertian komunikasi lintas budaya
menurut pendapat para ahli diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Maletzke, berpendapat bahwa komunikasi lintas budaya merupakan proses
perubahan mencari dan menemukan makna antar manusia yang berbeda
budaya.
b. Doris E. Cross (2016), berpendapat bahwa komunikasi lintas budaya
merupakan bidang studi yang tidak hanya terbatas pada mempelajari
bahasa asing saja, tetapi juga termasuk mempelajari dan memahami
bagaimana pola-pola budaya dan nilai-nilai inti. Pemahaman tersebut akan
berdampak pada proses komunikasi, bahkan ketika semua orang
berkomunikasi dengan bahasa yang sama.
c. Tatjana Takseva Chorney (2009), berpendapat bahwa komunikasi lintas
budaya merupakan proses komunikasi yang terjadi di antara anggota yang
berbeda budaya di mana setiap nilai, pola berpikir, komunikasi dan
perilakunya seringkali berlawanan dengan nilai-nilai, pola berpikir, dan
perilaku yang lain.
d. Hafied Cangara, berpendapat bahwa Komunikasi lintas budaya adalah
proses dimana suatu ide diberikan dari sumber kepada suatu penerima atau
lebih. Maksud dan tujan dari pemberian tersebut untuk mengubah tingkah
laku mereka.

5
e. P. Clint Rogers (2009), berpendapat bahwa Komunikasi lintas budaya
adalah suatu bidang studi yang meneliti beberapa cara yang dilakukan oleh
manusia. Cara – cara tersebut datang dari beberapa manusia yang memiliki
latar belakang budaya berbeda untuk berkomunikasi dengan manusia yang
lainnya (Cross-Cultural Issues in Online Learning dalam IGI Global
Disseminator of Knowledge)
Komunikasi lintas budaya sangat penting terutama untuk mencapai satu
pemahaman tentang pengertian dan kerja sama yang saling menguntungkan.
Oleh karena itu, komunikasi lintas budaya perlu untuk dipelajari.
Menurut Livin (1977), terdapat beberapa alasan kenapa harus mempelajari
komunikasi lintas budaya. Alasan-alasan tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota budaya
tersebut meskipun nilainya berbeda-beda.
b. nilai-nilai setiap masyarakat sebaik nilai-nilai masyarakat lainnya.
c. dunia sedang menyusut dan kapasitas untuk memahami keaneka-ragaman
budaya sangat diperlukan.
d. pemahaman atas nilai-nilai budaya sendiri merupakan prasyarat untuk
mengidentifikasi dan memahami nilai-nilai budaya lain.
e. budaya lain.
f. perbedaan-perbedaan individu penting, namun ada asumsi-asumsi dan
pola-pola budaya dasar yang berlaku.
g. dengan mengatasi hambatan-hambatan untuk berhubungan dengan orang
lain, kita memperoleh pemahaman dan penghargaan bagi kebutuhan,
aspirasi, perasaan, dan masalah manusia.
h. semakin mengancam pandangan dunia orang itu bagi pandangan dunia kita
semakin banyak yang harus kita pelajari dari mereka, tetapi akan semakin
berbahaya untuk memahaminya.
i. perpindahan dari pandangan monokultural ke pandangan multikultural
terhadap interaksi manusia.

6
2.2.1 Tujuan Komunikasi Lintas Budaya
Sebagaimana bentuk komunikasi lainnya, mempelajari komunikasi lintas
budaya memiliki berberapa tujuan yaitu :
a. Membantu pemahaman proses komunikasi lintas budaya.
b. Membantu pemahaman komunikasi antar budaya.
c. Membantu manajemen konflik.
d. Menyadari bahwa budaya yang kita miliki juga memiliki bias.
e. Membantu mengasah kepekaan kita.
f. Membantu pemahaman budaya lain.
g. Merangsang pemahaman yang lebih besar atas budaya sendiri.
h. Memperluas dan memperdalam pengalaman sseorang.
i. Mempelajari dan meningkatkan keterampilan komunikasi lintas budaya.
j. Membantu memperkaya kemampuan berbahasa.
k. Membantu menghindari kesalahpahaman dengan orang lain.
2.2.2 Karateristik Lintas Budaya
a. Komunikasi dan bahasa
Sistem komunikasi verbal dan non-verbal satu unsur yang membedakan
satu kelompok dengan kelompok lainnya.
b. Pakaian dan penampilan
Meliputi pakaian, perhiasan, dan dandanan. Pakian ini akan menjadi cirri
yang menandakan seseorang berasal dari daerah mana ia berasal.
c. Makanan dan kebiasaan makan
Ciri ini menyangkut hal dalam pemilihan, penyajian, dan cara makan.
Dilarangnya seorang muslim untuk mengnsumsi daging babi, tidak
berlaku bagi mereka orang Cina. Orang Sunda terkesan senang makan
tanpa alat sendok (tangan saja) akan terlihat kurang sopan bagi mereka
orang-orang barat.
d. Waktu dan kesadaran akan waktu
Halini menyangkut pandangan orang akan waktu. Sebagian orang tepat
waktu dan sebagian lain berpandangan merelatifkan waktu. Ada orang
yang tidak mempedulikan jam atau menit tapi hanya menandai waktunya
dengan saat matahari terbit atau saat metahari terbenam saja.

7
e. Penghargaan dan Pengakuan
Suatu cara untuk mengamati suatu budaya adalah dengan memerhatikn
cara dan metode memberikan pujian bagi perbuatan-perbuatan baik dan
berani, lama pengabdian atau bentuk-bentuk lain penyelesaian tugas.
f. Hubungan-hubungan
Budaya juga mengatur hubungan-hubungan manusia dan hubungan-
hubungan organisasi berdasarkan usia, jenis kelamin, status,
kekeluargaan, kekayaan, kekuasaan dan kebijaksanaan.
g. Nilai dan norma
Bersadarkan system nilai yang dianutnya, suatu budaya menentukan
norma-norma perilaku bagi masyarakat yang bersangkutan. Aturan ini
bisa berkenaan dengan berbagai hal mulai dari etika kerja atau
kesenangan hingga kepatuhan mutlak atau kebolehan bagi anak-anak;
dari penyerahan istri secara kaku kepada suaminya hingga kebebasan
wanita secara total.
h. Rasa Diri dan Ruangan
Kenyamanan yang dimiliki seseorang atas dirinya bisa diekspresikan
secara berbeda oleh masing-masing budaya. Beberapa budaya sangat
terstruktu dan formal, sementara budaya lainnya lebih lentur dan
informal. Beberapa budaya sangat tertutup dan menentukan tempat
seseorang secara persis, sementara budaya-budaya lain lebih terbuka dan
berubah.
i. Proses mental dan belajar
Beberapa budaya menekankan aspek perkembangan otak ketimbang
aspek lainnya sehingga orang dapat mengamati perbedaan-perbedaan
yang mencolok dalam cara orang-orang berpikir dan belajar
j. Kepercayaan dan sikap
Semua budaya tampaknya mempunyai perhatian terhadap hal-hal
supernatural yang jelas dalam agama-agama dan praktik keagamaan atau
kepercayaan mereka.

2.3. Peran Perawat Dalam Komunikasi Lintas Budaya


a. Mempelajari berbagai karakteristik budaya pasien/klien

8
b. Asuhan keperawatan berdasarkan perspektif pasien/klien
c. Dorong pasien untuk mempersepsikan berdasarkan budaya terkait dengan
kesehatan, kesakitan dan perawatan kesehatan
d. Sensitive terhadap pasien yang unik
e. Komunikasikan asuhan keperawatan sesuai dengan level pendidikan
pasien
f. Evaluasi efektivitas asuhan keperawatan serta memodifikasi rencana
keperawatan ika memungkinkan
g. Modifikasi komunikasi berdasarkan budaya yang dimiliki pasien untuk
mengenali rasa ketakutan, kecemasan, dan kebingungan pasien
h. Kembangkan rasa saling percaya dengan pasien berdasarkan budaya yang
dimiliki
i. Komunikasi yang tepat dan sederhana

9
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Komunikasi lintas budaya atau cross cultural communication merupakan
bidang studi komunikasi yang berakar dari studi antropologi budaya, yang
mengkaji dan memandang bagaimana manusia yang berbeda latar belakang
budaya berkomunikasi.Sehingga, komunikasi lintas budaya dapat diartikan
sebagai proses di mana dialihkan suatu ide atau gagasan dari satu budaya ke
budaya yang lain atau sebaliknya.
Sebagaimana bentuk komunikasi lainnya, mempelajari komunikasi lintas budaya
memiliki berberapa tujuan yaitu : Membantu pemahaman proses komunikasi lintas
budaya. Membantu pemahaman komunikasi antar budaya. Membantu
manajemen konflik. Menyadari bahwa budaya yang kita miliki juga memiliki
bias. Membantu mengasah kepekaan kita. Membantu pemahaman budaya lain.
Merangsang pemahaman yang lebih besar atas budaya sendiri. Memperluas
dan memperdalam pengalaman sseorang. Mempelajari dan meningkatkan
keterampilan komunikasi lintas budaya. Membantu memperkaya kemampuan
berbahasa. Membantu menghindari kesalahpahaman dengan orang lain.
Peran perawat dalam komunikasi lintas budaya yaitu, Mempelajari
berbagai karakteristik budaya pasien/klien. Asuhan keperawatan berdasarkan
perspektif pasien/klien. Dorong pasien untuk mempersepsikan berdasarkan
budaya terkait dengan kesehatan, kesakitan dan perawatan kesehatan.
Sensitive terhadap pasien yang unik. Komunikasikan asuhan keperawatan
sesuai dengan level pendidikan pasien. Evaluasi efektivitas asuhan
keperawatan serta memodifikasi rencana keperawatan ika memungkinkan
3.2. Saran
Sebaiknya lebih banyak menggunakan pedoman buku VCT untuk
menyusun makalah mengenai konseling VCT. Dan instansi juga sebaiknya
menyediakan buku – buku mengenai konseling VCT.

10
LAMPIRAN

Kritisi Jurnal 1

Penulis Judul Tujuan Karakteristik Metode Hasil


Sampel

Hassanudin HUBUNGAN Tujuan Populasi Desain Hasil penelitian


Assalis SOSIAL penelitian penelitian penelitian yang sebagian besar
BUDAYA diketahui adalah seluruh digunakan responden
DENGAN hubungan akseptor KB dalam penelitian memiliki sosial
PEMILIHAN sosial budaya berdasarkan ini adalah budaya yang tidak
METODE dengan buku Rekam analitik dengan mendukung yaitu
KONTRASEPSI pemilihan Medik pendekatan sebanyak 60
metode Puskesmas Cross-Sectional, responden (51,7%),
kontrasepsi di Branti Natar Analisa data sebagian besar
Wilayah Lampung digunakan untuk responden
Kerja Selatan pada menguji menggunakan
Puskesmas bulan Januari- hubungan dua metode kontrasepsi
Branti Natar April 2015 variabel kategori yaitu sebanyak 67
Lampung yang berjumlah digunakan uji responden (57,8%).
Selatan tahun 163 orang. statistik Chi-
2015 square.

PEMBAHASAN

Untuk membentuk suatu rumah tangga yang harmonis serta sejahtera


pemerintah menetapkan adanya program Keluarga Berencana (KB) yang
diperuntukkan kepada masyarakat yang sudah berumah tangga. Keluarga
Berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk suatu keluarga yang sehat dan
sejahtera dengan membatasi kelahiran. Dengan adanya peningkatan dan perluasan
pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan

11
angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang
dialami oleh wanita(Assalis, 2015)

Pada jurnal ini disebutkan bahwa banyak wanita mengalami kesulitan


untuk memilih alat kontrasepsi yang sesuai, Dari Hasil wawancara dengan 10
orang Ibu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Branti didapatkan 7 orang
(70%) mengatakan mereka memiliki kepercayaan bahwa memiliki banyak anak
maka akan semakin meningkatkan rezeki, selain itu faktor budaya di lingkungan
mereka tidak menganjurkan untuk mengikuti program KB, sedangkan 3 orang
(30%) mengatakan bahwa mereka belum bisa untuk memahami program
Keluarga Berencana seperti cara pemilihan alat kontrasepsi yang efektif dan
sesuai dengan kebutuhannya. Pada jurnal ini menggunakan metodologi penelitian
yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan Cross-Sectional, yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan antara faktor resiko dengan
efek pengamatan atau observasi antar variabel dilakukan secara bersamaan. Untuk
populasi yang digunakan pada penilitian ini adalah akseptor KB yang berjumlah
163 orang . pada penelitian ini menggunakan Analisa data untuk menguji
hubungan dua variabel kategori digunakan uji statistik Chi-square. Dalam jurnal
penelitian ini, Hasil penelitian yang didapat sebagian besar responden memiliki
sosial budaya yang tidak mendukung yaitu sebanyak 60 responden (51,7%),
sebagian besar responden menggunakan metode kontrasepsi yaitu sebanyak 67
responden (57,8%).

Pada jurnal ini juga membahas mengenai pemilihan metode kontrasepsi


dan dari hasil penelitian didapatkan data bahwa jumlah terbanyak dari responden
di Wilayah Kerja Puskesmas Branti Natar Lampung Selatan dengan jumlah
responden 116 orang, 67 responden (57,8%) menggunakan metode kontrasepsi.
Selanjutnya mengenai Sosial Budaya yang berdasarkan hasil penelitian
didapatkan data bahwa jumlah terbanyak dari responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Branti Natar Lampung Selatan dengan jumlah responden 116 orang,
60 responden (51,7%) memiliki sosial budaya yang tidak mendukung. Selanjutnya
membahasa mengenai Hubungan Sosial Budaya dengan Pemilihan Metode
Kotrasepsi pada jurnal penelitian ini menjelaskan penggunaan alat kontrasepsi

12
sangat terkait dengan budaya, sebab alat kontrasepsi terkait dengan cara
pemasangan dan kebiasaan menggunaka seperti halnya alat kontrasepsi IUD yang
masih sampai sekarang terjadinya pro kontra di masyarakat yang kental akan
budayanya dimasing-masing daerah.

Kelebihan Dan Kekurangan Jurnal

1. Judul Jurnal
Pada Judul “HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA DENGAN
PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI” judul jurnal ini sudah
mewakilkan atau sudah sesuai dengan isi yang akan dibahas, judul
jurnal sudah menggunakan huruf capital semua, dan dicetak tebal.
Kekurangan pada jurnal ini yaitu tidak sesuai dengan memenuhi
kreteria dimana jumlah kata dalam judul jurnal terdiri dari 7 kata,
sedangkan judul jurnal yang baik terdiri dari 12 – 15 kata
2. Nama Penulis
Nama Penulis pada jurnal ini sudah sesuai dengan kreteria, dimana
nama penulis pada jurnal ini tidak mencantumkan gelar dan tidak
disingkat serta penulisan nama diawali dengan huruf capital. Dibawah
nama penulis jurnal ini sudah dicantumkan alamat email penulis
3. Abstrak
Pada abstrak jurnal ini sudah menggunakan dua bahasa yaitu bahasa
Indonesia dan bahasa inggris serta pada kata asing sudah dicetak
miring. Kekurangan pada abstrak yaitu kata kunci/key words hanya
ada 2 kata seharusnya kata kunci/key wirds yang benar menggunakan
3-5 kata
4. Pendahuluan
Pada pendahuluan jurnal ini sudah dicantumkan latar belakang serta
uraian permasalahan yang akan dibahas pada jurnal penelitian ini,
kekurangan pada pendahuluan yaitu tidak menggunakan Sub
Pendahuluan yang dicetak tebal
5. Metode Penelitian

13
Pada jurnal penelitian ini sudah dicantumkan Metodologi penelitian
seperti digunakannya pendekatan Cross-Sectional Analisa data yang
digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat serta uji Chi-
Square. Serta pada metodologi penelitian sudah dicantumkan waktu
dilakukannya penelitian ini
6. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Untuk hasil penelitian sudah dipaparkan menggunakan table dan
pembahasannya, lengkap dengan hasil dari analisa univariat dan hasil
analisa bivariat.
7. Simpulan dan Saran
Pada simpulan sudah berisi simpulan dari pembahasan jurnal
penelitian dan tidak menggunakan kata Kesimpulan. Kekurangannya
pada simpulan hanya merujuk pada hasil penelitiannya saja. Pada saran
sudah lengkap berisi saran temapat penelitian, institusi pendidikan dan
peneliti selanjutnya
8. Daftar Pustaka
Pada daftar pustaka jurnal penelitian ini sudah lengkap dimana sesuai
dengan kaidah pembuatan daftar pustaka

14
Kritisi Jurnal 2

Penulis Judul Tujuan Karakteristik Metode Hasil


Sampel

Mandria HUBUNGAN Tujuan Jumlah sampel Jenis penelitian Hasil penelitian


Yundelfa, KOMUNIKASI, penelitian ini adalah 57 yang menunjukkan
Jeki BUDAYA adalah untuk orang perawat digunakan bahwa
Refialdinata, ORGANISASI, mengetahui RSU adalah dibandingkan
Budi DAN hubungan ‘Aisyiyah kuantitatif dengan kategori
Haryono KEPEMIMPINAN komunikasi, Padang. menggunakan kurang baik,
DENGAN budaya desain analitik komunikasi yang
KINERJA organisai, dan dengan baik, budaya
PERAWATDI kepemimpinan pendekatan organisasi yang
RUMAH SAKIT dengan kinerja cross sectional. baik, dan
UMUM perawat di kepemimpinan
‘AISYIYAH Rumah Sakit yang baik
PADANG Umum memiliki
‘Aisyiyah keterkaitan yang
Padang. erat dengan
kinerja yang baik
di RSU
‘Aisyiyah
Padang.

PEMBAHASAN

Didalam suatu rumah sakit sangat diperlukan suatu tenaga kesehatan untuk
melakukan pelayanan maupun asuhan keperwatan kepada pasien untuk memenuhi
kebutuhan status kesehatan masyarakat. Pada jurnal ini dijelaskan bahwa kinerja
keperawatan dalam rumah sakit dilaksanakan oleh segenap perawat yang ada, baik
pimpinan maupun perawat pelaksana. Perawat dalam melaksanakan kinerjanya
disamping dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam berupa kepribadian,

15
kompetensi, dan motivasi, juga dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari luar
meliputi komunikasi, budaya organisasi, dan kepemimpinan Komunikasi
diperlukan dalam upaya mewujudkan hubungan dan keinginan yang sinergi antara
atasan dan bawahan dalam upaya mencapai tujuan. budaya organisasi
menyediakan panduan bagi perawat tentang batasan kinerja keperawatan dengan
profesi lainnya. Budaya membawa suatu identitas bagi anggota organisasi dan
berfungsi sebagai mekanisme pembuatan makna dan kendali yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku anggotanya.

Dalam Jurnal penelitian ini dijelaskan juga mengenai hasil yang diperoleh
bahwa sebagian besar perawat yang komunikasinya kurang baik memiliki kinerja
yang kurang baik (87,5%), sedangkan perawat yang komunikasinya baik,
sebagian besar memiliki kinerja baik (66,7%). Selanjutrnya, sebagian besar
perawat dengan budaya organisasi kurang baik memiliki kinerja yang kurang baik
(78,6%), namun perawat yang budaya organisasinya baik, sebagian besar
memiliki kinerja yang baik pula (61,4%). Pada hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa sebagian besar perawat dengan kepemimpinan kurang baik memiliki
kinerja yang kurang baik (76,5%), sedangkan perawat dengan kepemimpinan
yang baik, sebagian besar memiliki kinerja yang baik (63,4%). Budaya organisasi
memiliki pengaruh terhadap diri dan kinerja perawat. Budaya organisasi dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku perawat karena budaya organisasi
mencerminkan nilai-nilai, keyakinan dan norma perilaku yang harus diterapkan
perawat ketika memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan aturan yang
ada di instansi, jurnal ini mengemukakan ide atau usulan demi peningkatan
kualitas layanan keperawatan. Budaya organisasi diperlukan dalam suatu RS
sebagai system nilai yang membentuk aturan atau pedoman dalam berfikir dan
bertindak untuk mencapai tujuan.

Kelebihan Dan Kekurangan Jurnal

1. Judul Jurnal
Pada Judul “HUBUNGAN KOMUNIKASI, BUDAYA
ORGANISASI, DAN KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA
PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM ‘AISYIYAH PADANG “

16
judul jurnal ini sudah mewakilkan atau sudah sesuai dengan isi yang
akan dibahas, judul jurnal sudah menggunakan huruf capital semua,
dan dicetak tebal serta pada judul jurnal terdapat 15 kata yang sudah
termasuk kreteria penulisan jurnal
2. Nama Penulis
Nama Penulis pada jurnal ini sudah sesuai dengan kreteria, dimana
nama penulis pada jurnal ini tidak mencantumkan gelar dan tidak
disingkat dan dipisahkan oleh tanda baca koma pada nama penulis
yang lebih dari satu serta penulisan nama diawali dengan huruf capital.
Dibawah nama penulis jurnal ini sudah dicantumkan alamat email
penulis
3. Abstrak
Pada abstrak jurnal ini sudah menggunakan dua bahasa yaitu bahasa
Indonesia dan bahasa inggris serta pada abstrak terdapat 4 kata
kunci/key words yang sudah memenuhi kreteria. Kekurangan pada
abstrak yaitu pada kata kunci/key words terdapat tanda baca (;)
seharusnya cukup menggunakan tanda baca (,) .
4. Pendahuluan
Pada pendahuluan jurnal ini sudah dicantumkan latar belakang serta
uraian permasalahan yang akan dibahas pada jurnal penelitian ini serta
pada pendahuluan sudah sangat lengkap.
5. Metode Penelitian
Pada jurnal penelitian ini sudah dicantumkan Metodologi penelitian
seperti digunakannya pendekatan Cross-Sectional Analisa data yang
digunakan adalah analisa bivariat serta uji Chi-Square. Serta pada
metodologi penelitian sudah dicantumkan waktu dilakukannya
penelitian ini
6. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Untuk hasil penelitian sudah dipaparkan menggunakan table dan
pembahasannya, lengkap hasil analisa bivariat. Kekurangannya pada
jurnal ini tidak dicantumkan table hasil analisa data univariat.
7. Simpulan dan Saran

17
Pada simpulan sudah berisi simpulan dari pembahasan jurnal
penelitian. Kekurangannya pada simpulan menggunakan kata
Kesimpulan, pada simpulan juga tidak dijelaskan secara detail
simpulan pada jurnal penelitian ini. Pada saran hanya disebutkan
untuk peneliti selanjutnya. Kekurangan pada saran yaitu tidak berisi
saran tempat penelitian, serta institusi pendidikan.
8. Daftar Pustaka
Pada daftar pustaka jurnal penelitian ini sudah lengkap dimana sesuai
dengan kaidah pembuatan daftar pustaka.

18
Kritisi Jurnal 3

Penulis Judul Tujuan Karateristik Metode Hasil


Sampel
Dinda HAMBATAN Penelitian ini Penelitian Data diambil Hasil penelitian
Piranti KOMUNIKASI bertujuan deskriptif dengan menujukkan
Arumsari, EFEKTIF untuk exploratif ini melakukan bahwa terdapat
Etika PERAWAT melihat melibatkan wawancara lima tema yang
Emaliyawati, DENGAN hambatan 10 orang dan observasi, menjadi
Aat Sriati KELUARGA komunikasi perawat yang kemudian hambatan
PASIEN efektif diambil dianalisis komunikasi
DALAM perawat menggunakan menggunakan efektif perawat
PERSPEKTIF dengan accidental content dengan keluarga
PERAWAT keluarga sampling analysis. Dan pasien dalam
pasien dalam metode perspektif
perspektif kualitatif perawat di
perawat di Intensive Care
Intensive Unit Rumah
Care Unit Sakit Umum Al
Rumah Sakit Islam Bandung
Umum Al yaitu konflik
Islam peran, faktor
Bandung demografi
keluarga,
kesalahpahaman,
lingkungan dan
situasi di ICU,
dan kondisi
psikologis
keluarga

19
PEMBAHASAN

Perawat memiliki peran utama dalam pemberian pelayanan kesehatan di


Rumah Sakit, dalam memberikan pelayananan keperawatan, perawat harus
memiliki pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi yang baik sebagai awal
dari terciptanya sebuah hubungan yang baik antara perawat dengan klien, karena
komunikasi merupakan sebuah proses yang sangat penting dalam hubungan antar
manusia (Arumsari, Emaliyawati, and Sriati 2017).
Kondisi pasien yang tidak stabil dan umumnya mengalami penurunan
kesadaran, menjadikan keluarga sebagai pihak penting dalam pembuat keputusan
yang berkaitan dengan tindakan keperawatan. Dalam kondisi seperti itu, tentunya
dibutuhkan komunikasi yang efektif antara perawat dan keluarga. Setengah dari
informan berjenis kelamin laki-laki dan setengahnya lagi adalah berjenis kelamin
perempuan. Dengan rentang usia minimal adalah 26 tahun dan maksimal usia
informan adalah 40 tahun. Seluruh informan memilikilatar belakang pendidikan
yang sama yaitu D3 keperawatan dengan minimal lama bekerja di ICU adalah
tahun dan maksimal lama bekerja di ICU adalah 8 tahun.
Peneliti menggunakan metode kualitatif karena masih sedikit sekali
informasi mengenai komunikasi efektif yang dilakukan oleh perawat. Metode ini
merupakan metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan awal dari
suatu fenomena. Pendekatan deskriptif kualitatif dengan studi eksplorasi adalah
melakukan penyelidikan tentang makna dari suatu peristiwa hidup untuk
sekelompok orang. Pendekatan deskriptif eksploratif pada penelitian ini adalah
untuk mengungkap hambatan komunikasi efektif perawat dengan keluarga pasien
dalam perspektif perawat di Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Al
Islam Bandung. Instrumen penelitian ini terbagi menjadi empat komponen yaitu
peneliti sebagai instrumen utama, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan
alat perekam suara (voice recorder). Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan wawancara semi terstruktur (semi structured interview) selama 30-
60 menit untuk masing-masing informan.
Kelebihan dan Kekurangan Jurnal
1. Judul Jurnal

20
Pada Judul “HAMBATAN KOMUNIKASI EFEKTIF PERAWAT
DENGAN KELUARGA PASIEN DALAM PERSPEKTIF PERAWAT”
judul jurnal ini sudah mewakilkan atau sudah sesuai dengan isi yang akan di
bahas, judul jurnal sudah menggunakan huruf capital semua, dan di cetak tebal.
Kekurangan pada jurnal ini yaitu tidak memenuhi kriteria dimana jumlah kata
dalam judul jurnal hanya terdiri dari 10 kata, sedangkan judul jurnal yang baik
terdiri dari 12-15 kata.
2. Nama Penulis
Nama Penulis pada jurnal ini sudah sesuai dengan kreteria, dimana nama
penulis pada jurnal ini tidak mencantumkan gelar dan tidak disingkat serta
penulisan nama diawali dengan huruf capital. Dibawah nama penulis jurnal ini
sudah dicantumkan alamat email penulis.
3. Abstrak
Pada abstrak jurnal ini sudah menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia
dan bahasa inggris serta pada kata asing sudah dicetak miring. Sudah
menggunakan kata kunci/key wirds yang benar yaitu menggunakan 3-5 kata.
Kekurangannya di dalam abstrak Tujuan, Hasil, dan Metode tidak di cetak
tebal.
4. Pendahuluan
Pada pendahuluan jurnal ini sudah dicantumkan latar belakang serta uraian
permasalahan yang akan dibahas pada jurnal penelitian.
5. Metode Penelitian
Pada jurnal penelitian ini sudah dicantumkan Metodologi penelitian seperti
digunakannya pendekatan deskriptif eksploratif. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan wawancara semi terstruktur (semi structured interview)
selama 30-60 menit untuk masing-masing informan . Kekurangan metode ini
adalah peneliti masih melakukan penelitian kembali dengan metode kualitatif
karena masih sedikit sekali informasi mengenai komunikasi efektif yang
dilakukan oleh perawat.

21
6. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Untuk hasil penelitian sudah dipaparkan menggunakan table dan
pembahasannya.
7. Simpulan dan Saran
Pada simpulan sudah berisi simpulan dari pembahasan jurnal penelitian dan
tidak menggunakan kata Kesimpulan, kekurangannya adalah pada saran tidak
di cetak tebal.
8. Daftar Pustaka
Pada daftar pustaka jurnal penelitian ini sudah lengkap dimana sesuai dengan
kaidah pembuatan daftar pustaka

22
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia.2019. Komunikasi Lintas Budaya.
https://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi#Definisi. Di Akses Pada
Tanggal 03 Maret 2021, Pada Pukul 15.00 WITA.

Rahman, Fahjri Taufiqur.2012. Definisi Komunikasi Menurut Para Ahli.


https://catatankuliahkoe.wordpress.com/2012/09/21/definisi-
komunikasi-menurut-para-ahli/. Di Akses Pada Tanggal 03 Maret
2021, Pada Pukul 15.15 WITA.

Ahmad.2020. Pengertian Komunikasi. https://www.yuksinau.id/pengertian-


komunikasi/. Di Akses Pada Tanggal 03 Maret 2021,Pada Pukul 15.30
WITA.

Ningrum, Anak Agung Ayu Intan Murti.2015. Komunikasi Lintas Budaya.


https://www.academia.edu/12170947/KOMUNIKASI_LINTAS_BUDA
YA. Di Akses Pada Tanggal 03 Maret 2021, Pada Pukul 16.00 WITA.

Juslinda.2016. Komunikasi Lintas Budaya, Definisi dan Alasan


Mempelajarinya. https://www.kompasiana.com/amp/jusly/komunikasi-
lintas-budaya-definisi-dan-alasan-
mempelajarinya_56f5e0cdb993731a048b456e#aoh=16147746315973&r
eferrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%
24s. Di Akses Pada Tanggal 03 Maret.2021,Pada Pukul 16.15 WITA.

Ambar.2017. Komunikasi Lintas Budaya yang Efektif Hambatan dan Cara


Mengatasinya. https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-lintas-budaya.
Di Akses Pada Tanggal 03 Maret 2020,Pada Pukul 17.00 WITA.

Antonius Sukoco.Tt. Alasan Mempelajari Komunikasi Lintas Budaya.


https://etno06.wordpress.com/2010/01/10/alasan-mempelajari-
komunikasi-lintas-budaya/. Di Akses Pada Tanggal 03 Maret 2021,Pada
Pukul 17.15 WITA.

Assalis, H. (2015). Hubungan sosial budaya dengan pemilihan metode


kontrasepsi. Jurnal Kesehatan, VI(2), 142–147.

Arumsari, Dinda Piranti, Etika Emaliyawati, and Aat Sriati. 2017. “Hambatan

23
Komunikasi Efektif Perawat Dengan Keluarga Pasien Dalam Perspektif
Perawat.” Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia 2(2):104. doi:
10.17509/jpki.v2i2.4745.

Swedarma, Kadek Eka. 2015. Komunikasi Lintas Budaya Dalam Keperawata.


https://id.scribd.com/doc/262087795/Komunikasi-LINTAS-BUDAYA-
dalam-keperawatan-pdf. Di Akses Pada Tanggal 03 Maret, Pada Pukul
17.30 WITA.

24

Anda mungkin juga menyukai