Anda di halaman 1dari 26

PELAKSANAAN POSBINDU PTM di RW 07

KELURAHAN JATIJAJAR PUSKESMAS JATIJAJAR

Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kenaikan pangkat dari golongan IV A ke
golongan IV B Tahun 2018

Disusun oleh

Dr. Faridah Hanim Siregar

NIP . 196812102002092001

DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK

UPF PUSKESMAS JATIJAJAR

DEPOK 2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirobbil’aalamiiin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karuniaNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“PELAKSANAAN POSBINDU PTM di RW 07 KELURAHAN JATIJAJAR”. Adapun
tujuan penulisan ini untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam kenaikan pangkat dari
golongan IV A ke golongan IV B.

Dalam proses penyusunan laporan makalah ini penulis mendapat beberapa hambatan dan
kesulitan, namun berkat bimbingan, pengarahan, bantuan dan kerjasama yang baik dari
berbagai pihak, akhirnya penulisan ini dapat terlaksanan dengan baik. Untuk itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan
dan bantuan dalam penyelesaian makalah ini, yaitu :

1. Dr.Hj.N.Lies Karmawati.M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok


2. Dr.Imron Fanani selaku kepala UPF. Puskesmas Jatijajar Kota Depok.
3. Teman sejawat dan seluruh staf di Puskesmas Jatijajar.
4. Suami dan anak-anak tercinta, orang tua dan saudara, yang telah memberi doa,
dorongan, dan semangat selama pembuatan makalah ini.
5. Teman-teman puskesmas, yang selalu memberi motivasi dukungan dalam makalah
ini.
6. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namun telah banyak
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya saran dan kritik
yang membangun sangat bermanfaat bagi penulis untuk menyempurnakan makalah ini.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi setiap langkah kita, Amin.

Depok, Mei 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.
1.1. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
1.2. Tujuan Makalah....................................................................................... 3
1.3. Ruang Lingkup......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian................................................................................................. 4
2.2. Sasaran Kegiatan...................................................................................... 4
2.3. Wadah Kegiatan....................................................................................... 4
2.4. Pelaku Kegiatan........................................................................................ 4
2.5. Klasifikasi Posbindu Ptm.......................................................................... 6
2.6. Kemitraan.................................................................................................. 6
2.7. Pembiayaan............................................................................................... 7
2.8. Identifikasi Kelompok Potensial yang ada di masyarakat......................... 7
2.9. Sosialisasi dan advokasi............................................................................ 8
2.10. Pelatihan Petugas Pelaksana Posbindu Ptm.............................................. 9
2.11. Pelaksanaan Kegiatan............................................................................... 11
2.12. Pencatatan dan Pelaporan......................................................................... 15
2.13. Buku Pencatatan Posbindu Ptm................................................................ 17
BAB III PELAKSANAAN POSBINDU PTM KASIH IBU 07.....................................18
BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN............................................................................ 21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan............................................................................................... 22
5.2. Saran......................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama
sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh dunia,
dimana sekitar 29 juta (80%) justru terjadi di negara yang sedang berkembang
(WHO,2010). Peningkatan kematian akibat PTM di masa mendatang diproyeksikan
akan terus terjadi sebesar 15% ( 44 juta kematian ) dengan rentang waktu antara tahun
2010 dan 2020. Kondisi ini timbul akibat perubahan perilaku manusia dan lingkungan
yang cenderung tidak sehat terutama pada negara-negara berkembang.
Pada awal perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak menunjukkan
tanda klinis secara khusus sehingga datang sudah terlambat atau pada stadium lanjut
akibat tidak mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang terjadi pada dirinya.
Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menunjukan bahwa 69,6% dari kasus diabetes
melitus dan 63,2% dari kasus hipertensi masih belum terdiagnosis. Keadaan ini
mengakibatkan penanganan menjadi sulit, terjadi komplikasi bahkan berakibat
kematian lebih dini.
Dalam kurun waktu tahun 1995-2007, kematian akibat PTM mengalami
peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
menunjukkan prevalensi penyakit Stroke 12,1 per 1000, Penyakit Jantung Koroner
1,5%, Gagal Jantung 0,3%, Diabetes Melitus 6,9%, Gagal Ginjal 0,2%, Kanker 1,4
per 1000, Penyakit Paru Kronik Obstruktif 3,7% dan cidera 8,2%.
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi merokok 36,3%,
dimana prevalensi perokok laki-laki 68,8% dan perempuan 6,9%, kurang aktifitas
fisik 26,1%, kurang konsumsi sayur dan buah 93,6%, asupan makanan yang berisiko
PTM seperti makanan manis 53,1%, makanan asin 26,2%, makanan tinggi lemak
40,7%, makanan berpenyedap 77,3% serta gangguan mental emosional 6,0%.
Obesitas umum 15,4%, dan obesitas sentral 26,6%.
Peningkatan prevalensi PTM berdampak terhadap peningkatan beban
pembiayaan kesehatan yang harus ditanggung negara dan masyarakat. Penyandang
PTM memerlukan biaya relatif mahal, terlebih bila kondisinya berkembang semakin
lama (menahun) dan terjadi komplikasi.
Data Pusat Pembiayaan Jaminan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI pada
tahun 2012 memperlihatkan bahwa PTM menghabiskan biaya pengobatan cukup
besar bila dibandingkan dengan biaya pengobatan tertinggi dari seluruh penyakit
menular. Pembiayaan Hemodialisis pada kasus Gagal Ginjal Kronik sebesar
Rp. 227.493.526.119,- dan penyakit kanker sebesar Rp. 144.689.231.240,- sementara
pembiayaan untuk TBC sebesar RP. 106.502.636.171,-.
PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya, yaitu merokok,
diet yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman beralkohol.
Mencegah dan mengendalikan faktor risiko relatif lebih murah bila dibandingkan
dengan biaya pengobatan PTM.
Pengendalian faktor risiko PTM merupakan upaya untuk mencegah PTM, bagi
masyarakat sehat, yang mempunyai faktor risiko dan bagi penyandang PTM, dengan
tujuan bagi yang belum memiliki faktor risiko agar tidak timbul faktor risiko PTM,
kemudian bagi yang mempunyai faktor risiko diupayakan agar kondisi faktor risiko
PTM menjadi normal kembali dan atau mencegah terjadinya PTm, dan bagi yang
sudah menyandang PTM, untuk mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini
serta meningkatkan kualitas hidup.
Salah satu strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah
pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat. Masyarakat diberikan
fasilitas dan bimbingan untuk ikut berpastipasi dalam pengendalian faktor risiko PTm
dengan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan deteksi dini,
pemantauan faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya. Kegiatan ini disebut dengan Pos
pembinaan terpadu (Posbindu) PTM.
Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam melakukan
kegiatan deteksi dini, pemantauan faktor risiko PTM serta tindak lanjut dini yang
dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Kegiatan Posbindu PTM diharapkan
dapat meningkatkan sikap mawas diri masyarakat terhadap faktor risiko PTM
sehingga peningkatan kasus PTM dapat dicegah. Sikap mawas diri ini ditunjukan
dengan adanya perubahan perilaku masyarakat yang lebih sehat dan pemanfaatan
fasilitas pelayanan kesehatan tidak hanya pada saat sakit, melainkan juga pada
keadaan sehat. Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka dalam penyelenggarakan
Posbindu PTM diperlukan suatu pedoman yang dapat menjadi panduan bagi
penyelanggaraan.

1.2 TUJUAN MAKALAH


1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang pentingnya pencegahan
dan mengendalikan faktor risiko agar terhindar dari penyakit tidak menular
yang dapat berisiko menyebabkan kematian.

1.2.2 Tujuan Khusus


Adapun tujuannya adalah
1. Agar masyarakat mengetahui tentang pelaksanaan Posbindu PTM di
Posbindu PTM Kasih Ibu 8 RW 08 Kelurahan Jatijajar.
2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya Kelurahan Jatijajar
tentang Posbindu PTM.
3. Sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan dan wawasan secara nyata
bagi penulis.

1.3 RUANG LINGKUP


Makalah ini dibuat dengan pengambilan tempat di wilayah Puskesmas
Jatijajar, Kelurahan Jatijajar, Kecamatan Tapos Kota Depok.
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian
Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini,
monitoring dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM secara mandiri dan berkesinambungan.
Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk kewaspadaan dini terhadap PTM mengingat
hampir semua faktor risiko PTM tidak memberikan gejala pada yang mengalaminya.
Posbindu PTM menjadi salah satu bentuk upaya kesehatan masyarakat atau UKM
yang selanjutnya berkembang menjadi upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM)
dalam pengendalian faktor risiko PTM di bawah pembinaan Puskesmas.
Kegiatan deteksi dini dan monitoring faktor risiko PTM meliputi merokok, kurang
konsumsi sayur dan buah, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol, pengukuran berkalam
Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut, tekanan darah, Arus Puncak Ekspirasi (APE) dan
pemeriksaan gula darah sewaktu, kolesterol total, trigliserida, pemeriksaan klinis payudara
(Clinical Breast Examination/CBE), pemeriksaan lesi pra kanker dengan Inspeksi Visual
Asam Asetat (IVA), kadar alkohol dalam darah, tes amfetamin urin, serta potensi terjadinya
cidera.
Posbindu PTM dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan, namun dalam situasi kondisi
tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama. Kegiatan tersebut
berupa pelayanan deteksi dini, monitoring terhadap faktor risiko penyakit tidak menular dan
tindak lanjut dini seperti konseling serta rujukan ke Puskesmas.
Jika pada wawancara, pengukuran, pemeriksaan hasilnya tidak sesuai dengan kriteria
baik, maka dilakukan tindak lanjut berupa pembinaan secara terpadu melalui penyuluhan
kelompok atau konseling secara perorangan dan kelompok, sesuai dengan kebutuhan.
Selanjutnya yang memerlukan penanganan lebih lanjut dirujuk ke Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL).
Sasaran Kegiatan
Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM
berusia 15 tahun ke atas.

Wadah kegiatan
Penyelenggaraan Kegiatan Posbindu PTM dapat dilakukan di lingkungan tempat
tinggal dalam wadah desa / kelurahan ataupun fasilitas publik lainnya seperti sekolah dan
perguruan tinggi, tempat kerja, tempat ibadah, pasar, terminal, dan sebagainya.
Kegiatan ini dapat berlangsung secara terintegrasi dengan kegiatan masyarakat yang
sudah aktif seperti majelis taklim, karang taruna, Persatuan Diaberesi Indonesia
(PERSADIA), Klub Jantung Sehat, Kelompok kebaktian, dan lain-lain. Kegiatan ini juga
dapat dikembangkan pada kelompok khusus seperti kelompok Jemaah Haji, anak sekolah,
pekerja/karyawan, pengemudi di perusahaan angkutan/Perusahaan Otobus (PO) atau di
terminal, kelompok masyarakat adat, kelompok masyarakat keagamaan, petani/nelayan,
masyarakat binaan negara di lembaga pemasyarakatan dan lain-lain.
Posbindu PTM dalam pelaksanaannya di lapangan dapat bersama-sama dengan
program atau pelayanan lainnya yang diberikan, dalam rangka menarik minat dan
meningkatkan kepatuhan masyarakat seperti Posyandu Balita, Posyandu lansia maupun
Puskesmas Keliling dan lain-lain.

Pelaku Kegiatan
Penyelenggara Posbindu PTM dilakukan oleh petugas pelaksana posbindu PTM yang
berasal dari kader kesehatan yang telah ada atau beberapa orang dari masing-masing
kelompok/organisasi/lembaga/tempat kerja yang bersedia menyelenggarakan posbindu PTM,
yang dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor risiko
PTM.
Klasifikasi Posbindu PTM
Berdasarkan jenis kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini yang dapat
dilakukan oleh Posbindu PTM, maka dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok Posbindu
PTM, yaitu :
a. Posbindu PTM dasar meliputi pemeriksaan deteksi dini faktor risiko yang dilakukan dengan
wawancara terarah melalui penggunaan instrumen atau formulir untuk mengidentifikasi
riwayat penyakit tidak menular dalam keluarga dan yang telah diderita sebelumnya,
pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, IMT, pemeriksaan tekanan darah, serta
konseling.
b. Posbindu PTM utama meliputi kegiatan Posbindu PTM Dasar ditambah dengan pemeriksaan
gula darah, kolesterol total, trigliserida, pengukuran APE, konseling dan pemeriksaan IVA
serta CBE, pemeriksaan kadar alkohol dalam darah dan tes amfetamin urin bagi pengemudi,
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih (Dokter, Bidan, perawat kesehatan / tenaga ahli
teknologi laboratorium medik / lainnya)
Posbindu PTM utama dilaksanakan bila memiliki sumber daya berupa peralatan,
tenaga kesehatan dan tempat pemeriksaan yang memadai. Bila kelompok / organisasi /
institusi di masyarakat ini belum memiliki sumber daya yang mencukupi, maka
pengembangan dilakukan pada tahap awal dengan Posbindu PTM Dasar. Seiring dengan
perkembangan sumber daya yang dimiliki, maka Posbindu PTM Dasar dapat ditingkatkan
menjadi Posbindu PTM Utama.

Kemitraan
Dalam penyelenggaraan Posbindu PTM pada tatanan desa/kelurahan perlu dilakukan
kemitraan dengan forum desa/kelurahan siaga untuk mendapatkan dukungan dari pemerintah
daerah. Selain itu kemitraan dengan pos kesehatan desa/kelurahan, industri, dan klinik swasta
perlu dilakukan untuk mendukung implementasi dan pengembangan kegiatan. Kemitraan
dengan pihak swasta sebaiknya menggunakan pola kesetaraan, keterbukaan, dan saling
menguntungkan melalui fasilitasi Puskesmas.
Dukungan dapat berupa sarana/prasarana lingkungan yang kondusif untuk
menjalankan pola hidup sehat misalnya fasilitas olah raga atau sarana pejalan kaki yang aman
dan sehat. Melalui klinik desa siaga (jika sudah ada) atau Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)
dapat dikembangkan sistim rujukan dan dapat diperoleh bantuan teknis medis untuk
pelayanan kesehatan. Sebaliknya bagi forum desa siaga penyelenggaraan Posbindu PTM
merupakan akselerasi pencapaian Desa/Kelurahan Siaga Aktif. Kemitraan dengan industri
misalnya industri farmasi bermanfaat dalam pendanaan dan fasilitas alat, seperti alat
glukometer, tensimeter untuk pelaksanaan Posbindu PTM.
Kemitraan dengan klinik swasta bermanfaat untuk memperoleh bantuan tenaga dalam
pelayanan medis atau alat kesehatan lainnya. Bagi klinik swasta, kontribusinya dalam
penyelenggaraan Posbindu PTM dapat meningkatkan citra dan fungsi sosialnya.

Pembiayaan
Pembiayaan penyelenggaraan Posbindu PTM dapat berasal dari :
- Pemerintah misalnya dalam bentuk APBN, APBD, BOK, Dana Desa, Pajak rokok daerah.
- Swasta seperti CSR, dana kesehatan perusahaan, donor dan lain-lain
- Iuran warga, serta
- Bantuan tidak mengikat lainnya.

Identifikasi Kelompok Potensial yang ada di Masyarakat


Pengembangan Posbindu PTM di masyarakat harus benar-benar dirasakan sebagai
kebutuhan oleh masyarakat, sehingga penyelenggaraannya nanti dapat berlangsung secara
berkelanjutan dengan fasilitasi dan pemanfaatan sumber daya masyarakat yang tersedia.
Langkah persiapan untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat diawali dengan
pengumpulan data dan informasi besaran masalah ptm yang ada, sarana-prasarana pendukung
dan sumber daya manusia yang tersedia dalam kelompok tersebut.
Identifikasi merupakan kegiatan mencari, menemukan, mencatat data yang belum
diketahui mengenai kelompok-kelompok masyarakat potensial yang ada yang merupakan
sasaran yang akan menjadi subyek atau obyek dalam pengembangan Posbindu PTM ini.
Tujuan dilakukannya kegiatan ini agar pengembangan Posbindu PTM dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya di masyarakat sehingga dapat berjalan
secara mandiri dan berkesinambungan.
Identifikasi kelompok potensial yang ada di masyarakat merupakan salah satu
kegiatan identifikasi kebutuhan dan sumber daya masyarakat. Kelompok potensial yang ada
di masyarakat adalah kelompok potensial yang sudah secara rutin berkumpul untuk
melakukan suatu kegiatan bersama. Identifikasi kelompok potensial yang ada di masyarakat
dilakukan di tingkat kabupaten/kota maupun di lingkup Puskesmas. Kelompok masyarakat
potensial, antara lain kelompok masyarakat di tatanan desa seperti karang taruna, PKK/dasa
wisma, pengajian, majelis taklim, kelompok kebaktian, LSM, organisasi profesi,
swasta/dunia usaha, klub olah raga, koperasi dan kelompok masyarakat di tempat kerja,
sekolah, perguruan tinggi dan lain lain.
Informasi ini didapat secara langsung dari masyarakat melalui berbagai metode
sebagai berikut :
a. Wawancara
b. Pengamatan
c. Angke
d. Fokus Diskusi Kelompok Terarah
Selain itu, informasi juga didapatkan dari data RS Kabupaten / Kota, Puskesmas,
Profil Kesehatan Daerah, Riskesdas, atau hasil survei lainnya. Informasi ini dapat berupa
besaran masalah penyakit tidak menular dan dampaknya terhadap pembiayaan kesehatan.
Segala informasi yang didapatkan, dipergunakan sebagai bahan advokasi untuk
mendapatkan dukungan kebijakan maupun dukungan pendanaan sebagai dasar perencanaan
pengembangan kegiatan Posbindu PTM.

Sosialisasi dan Advokasi


Sosialisasi dan advokasi dilakukan kepada kelompok masyarakat potensial terpilih
tentang besarnya permasalahan PTM yang ada, dampaknya bagi masyarakat dan dunia usaha,
strategi pencegahan dan pengendalian serta tujuan dan manfaat kegiatan deteksi dini dan
pemantauan faktor risiko PTM melalui Posbindu PTM. Kegiatan ini lakukan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat agar diperoleh dukungan dan komitmen dalam
menyelenggarakan Posbindu PTM.
Pertemuan sosialisasi dan advokasi dapat dilakukan beberapa kali. Pada pertemuan
sosialisasi dan advokasi tersebut akan teridentifikasi kelompok/lembaga/organisasi/ yang
bersedia menyelenggarakan Posbindu PTM.

Tindak lanjut dari advokasi adalah kesepakatan bersama berupa penyelenggaraan


kegiatan Posbindu PTM, yaitu :
a. Menetapkan klasifikasi Posbindu PTM sesuai kemampuan dan kebutuhan.
b. Menetapkan dan membagi peran dan fungsi petugas pelaksana dalam penyelenggaraan
Posbindu PTM.
c. Menetapkan jadwal pelaksanaan Posbindu PTM.
d. Merencanakan besaran dan sumber pembiayaan.
e. Melengkapi sarana dan prasarana.
f. Menetapkan mekanisme kerja dengan petugas kesehatan pembinanya.

Pelatihan Petugas Pelaksana Posbindu PTM


a. Tujuan :
Memberikan pengetahuan tentang PTM faktor risiko, dampak, dan upaya yang diperlukan
dalam pencegahan dan pengendalian PTM, memberikan pengetahuan tentang Posbindu PTM,
memberikan kemampuan dan keterampilan dalam memantau faktor risiko PTM dan
memberikan ketrampilan dalam melakukan konseling serta tindak lanjut lainnya.
b. Materi Pelatihan Pelaksana Posbindu PTM

Tabel 1. Materi Pelatihan


NO MATERI PELATIHAN
.
1. Situasi dan kebijakan pencegahan dan
pengendalian PTM
2. Penyakit Tidak Menular :
a. Jenis ptm
b. Faktor risiko PTM
3. Penyelenggaraan Posbindu PTM
(Tahapan Layanan Posbindu PTM)
4. Pengukuran faktor risiko PTM
5. Konseling faktor risiko PTM
6. Pencatatan dan Pelaporan
7. Surveilans Faktor Risiko PTM berbasis Posbindu
PTM

c. Peserta pelatihan: Jumlah peserta maksimal 30 orang agar pelatihan berlangsung efektif.
d. Waktu pelaksanaan pelatihan selama 3 hari atau disesuaikan dengan kondisi setempat dengan
modul yang telah dipersiapkan.
e. Sarana Peralatan Posbindu PTM
Sarana dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan Posbindu PTM adalah
sebagai berikut :
a) Posbindu PTM Dasar memerlukan lima set meja-kursi jika tersedia, pengukur tinggi badan,
timbangan berat badan / alat ukur analisa lemak tubuh, pita pengukur lingkar perut, dan
tensimeter digital serta buku pintar Posbindu PTM seri 1-6 dan media edukasi lainnya.
b) Posbindu PTM Utama memerlukan sarana dan peralatan seperti pada Posbindu PTM Dasar
ditambah dengan alat pemeriksaan kadar gula darah, kadar kolesterol total dan trigleserida,
kadar alkohol dalam darah, Arus Puncak Ekspirasi (peakflow meter) dan amfetamin urin
serta peralatan pemeriksaan IVA.
c) Untuk pelaksanaan surveilans PTM diperlukan buku pemantauan faktor risiko PTM, buku
dan alat pencatatan dan pelaporan posbindu PTM berbasin sistem informasi.
d) Untuk mendukung kegiatan edukasi dan konseling diperlukan media KIE (Komunikasi,
Informasi dan Edukasi) yaitu serial buku pintar Posbindu PTM, lembar balik, leaflet, brosur,
poster, model makanan (food model), dan lainnya.
Dibawah ini diuraikan perlengkapan deteksi dini dan tindak lanjut dini seusai dengan
jenis layanan Posbindu PTM.

Tabel 2. Standar Sarana Posbindu PTM


Tipe-Tipe Peralatan Deteksi Dini dan Media KIE dan
Posbindu Monitoring Penunjang
Posbindu Alat Ukur Lingkar 1 Buah Lembar 1 buah
PTM Dasar Perut balik
Alat Ukur Tinggi 1 Buah Leaflet/ 1 buah
Badan brosur
Timbangan Berat 1 Buah Buku 1 buah
Badan panduan
Tensimeter Digital 1 Buah Buku 1 buah
pencatatan
Posbindu Peralatan 1 Paket Formulir 1 buah
PTM Utama Posbindu PTM Rujukan
Dasar
Alat Ukur Gula 1 Buah Buku Sesuai
darah, Kolesterol Monitoring kebutuhan
Total dan FR-PTM
Trigliserida
Peakflowmeter 1 Paket Kursi dan Sesuai
Tes Amfetamin 1 Paket Meja kebutuhan
Urin
Alat Ukur Kadar 1 Paket
alkohol
Meja Gynekologi 1 Paket
IVA kit 1 Paket

Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM yang ruti dilaksanakan sebulan sekali di suatu
tempat yang sudah disepakati dapat ditambahkan dengan melakukan kegiatan Posbindu PTM
secara bergerak dengan mendatangi tiap-tiap rumah dalam lingkup desa untuk meningkatkan
cakupan peserta posbindu PTM di wilayah tersebut.
Posbindu PTM dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan, namun dalam situasi kondisi
tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama. Kegiatan tersebut
berupa pelayanan deteksi dini, pemantauan terhadap faktor risiko penyakit tidak menular dan
tindak lanjut sederhana seperti konseling serta rujukan ke Puskesmas.
Dalam pelaksanaannya pada setiap langkah, secara sederhana dapat diuraikan sebagai
berikut :
Gambar 1. Proses Kegiatan Posbindu PTM
Sebelum dan setelah pemeriksaan dilakukan kegiatan bersama seperti senam bersama,
bersepeda, ceramah agama, demo makanan sehat, dll. Sebelum, sambil menunggu giliran
pemeriksaan atau setelah pemeriksaan selesai Petugas Pelaksana Posbindu PTM melakukan
penyuluhan kelompok termasuk rokok, IVA dan CBE serta memberikan lembar wawancara
untuk diisi peserta.

Tahapan Tahapan Tahapan Tahapan Tahapan


Layanan Layanan Layanan Layanan Layanan
1 2 3 4 5

Regristrasi, Wawancara oleh Pengukuran Pemeriksaan Identifikasi


Pemberian petugas TB, BB, Imt Tekanan Darah, faktor risiko
nomor urut / pelaksana Lingkar Perut, Gula darah, PTM,
kode yang Posbindu PTM Analisa lemak Kolesterol total Konseling/
sama serta tubuh dan trigliserida, Edukasi, serta
pencatatan APE, dan lain- tindak lanjut
ulang hasil lain lainnya
pengisian buku
pemantauan
FR-PTM

Kelompok-kelompok masyarakat yang menyelenggarakan Posbindu Ptm dengan


disertai pengobatan tradisional sebagai bentuk kegiatan tambahan lainnya, maka perlu
melakukan koordinasi dan konsultasi terlebih dahulu dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Puskesmas sebelum dan selama kegiatan ini berlangsung.
Pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM dilaksanakan dengan 5 tahapan layanan yaitu :
1. Regristrasi / Pendaftaran
Pemberian nomor urut / kode yang sama serta pencatatan hasil pengisian Buku
pemantauan FR-PTM ke Buku Pencatatan oleh Petugas Pelaksana Posbindu PTM.
Setelah peserta menyelesaikan semua tahapan layanan dan memperoleh tindak lanjut
berupa konseling maupun rujukan.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk menelusuri informasi faktor risiko perilaku dan riwayat
PTM pada keluarga seperti merokok, minum alkohol, stres, makan makanan asin, makan
makanan tinggi lemak, makan dan minum manis, kurang makan sayur dan buah, kurang
aktivitas fisik, potensi terjadinya cedera, serta informasi lainnya yang dibutuhkan untuk
identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM.
Aktivitas ini dilakukan saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali.
3. Pengukuran
Pengukuran tinggi badan (TB), berat badan (BB), perhitungan Indek Massa Tubuh (IMT),
Lingkar perut, Analisa lemak tubuh dilakukan 1 bulan sekali.
4. Pemeriksaan
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan Tekanan darah, gula darah, kolesterol total dan
trigliserida serta pemeriksaan APE.
Pemeriksaan gula darah, kolesterol total dan trigliserida dilakukan oleh tenaga kesehatan
(dokter/ perawat/ bidan/ analisis/ labortarorium dan tenaga kesehatan lain)
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan setiap bulan baik bagi yang sehat maupun yang
sudah menyandang hipertensi. Pemeriksaan tekanan darah dapat dilaksanakan oleh petugas
pelaksana posbindu PTM yang terlatih, dokter maupun petugas medis lainnya
Pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit dilaksanakan 1-3 tahun sekali
dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko PTM paling sedikit 1-2 kali dalam setahun
sedangkan bagi penyandang diabetes melitus paling sedikit 1 kali dalam sebulan.
Pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida bagi yang sehat dilakukan 1-5 tahun sekali,
bagi yang memiliki faktor risiko 3-6 bulan sekali.
Pemeriksaan fungsi paru sederhana berupa pengukuran arus puncak ekspirasi (APE)
dilakukan pada semua peserta posbindu pasa saat kunjungan pertama. Kemudian akan
diulang setiap 1 bulan sekali bagi penyandang PTM (seperti: PPOK, Asma Bronchiale, dan
lainnya), 3 bulan sekali bagi seorang yang memiliki faktor risiko, misalnya merokok atau
seseorang dengan gejala batuk dan sesak, dan setiap 1 tahun sekali bagi masyarakat yang
sehat. Pemeriksaan fungsi paru sederhana ini dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.
Kegiatan deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis payudara/ Clinical
Breast Examination (CBE) dan deteksi dini kanker leher rahim melalui pemeriksaan IVA
(Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan jika situasi memungkinkan dan tersedia tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi dan telah dilatih.
Untuk pelaksanaan deteksi dini IVA dan CBE di Posbindu PTM memiliki tahapan
sebagai berikut :
- Penyuluhan IVA dan CBE
- Persiapan klien
- Persiapan tempat dan peralatan
- Pelaksanaan deteksi dini oleh SDM yang terlatih dan kompeten
- Rujukan bila diperlukan
Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol dalam darah dan tes amfetamin urin dilaksanakan di
Posbindu PTM pada kelompok khusus pengemudi dan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
terlatih.
5. Identifikasi faktor risiko PTM dan Konseling
Kegiatan konseling merupakan tahapan layanan terakhir setelah teridentifikasi faktor
risiko yang ada. Konseling dilakukan oleh petugas pelaksana Posbindu PTM terlatih dan atau
petugas kesehatan. Pengambilan keputusan hasil konseling termasuk rujukan berada pada
pihak yang menjadi peserta posbindu PTM.
Kegiatan rujukan dilakukan berdasarkan hasil wawancara, pengukuran dan pemeriksaan
faktor risiko PTM yang teridentifilasi. Rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar
diwilayahnya dengan pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat
sederhana dalam penanganan pra rujukan sebagaimana mekanisme kerja yang telah
disepakati oleh pembina Posbindu PTM.
Penyuluhan dilakukan setiap kali pelaksanaan Posbindu PTM. Materi penyuluhan dapat
meliputi merokok, IVA dan CBE serta materi lain yang dibutuhkan oleh peserta sesuai
dengan masalah dan besaran faktor risiko yang ada.
Kegiatan aktivitas fisik atau olah raga bersama sebaiknya tidak hanya dilakukan jika ada
penyelenggaraan kegiatan Posbindu PTM, namun perlu dilakukan rutin setiap minggu.

Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan Posbindu PTM dilakukan secara manual dan
atau menggunakan sistem informasi manajemen PTM oleh petugas pelaksana posbindu PTM
maupun oleh petugas puskesmas. Petugas puskesmas mengambil data hasil pencatatan
posbindu PTM atau menerima hasil pencatatan dari petugas pelaksana posbindu PTM. Hasil
pencatatan ini dianalisis untuk digunakan dalam pembinaan, sekaligus melaporkan ke instansi
terkait secara berjenjang.
Pencatatan dan pelaporan menggunakan sistem informasi manajemen PTM oleh
petugas pelaksana posbindu PTM maupun oleh petugas puskesmas melalui surveilans faktor
risiko PTM berbasis Posbindu PTM. Untuk pencatatan manual digunakan :
1) Buku Pemantauan FR PTM
Pada pemantauan, faktor risiko PTM harus diketahui oleh peserta maupun petugas
pelaksana Posbindu PTM. Setiap peserta harus memiliki Buku Pemantauan FR PTM untuk
mencatat kondisi faktor risiko PTM. Buku ini disimpan oleh masing-masing peserta, dan
harus selalu dibawa ketika berkunjung ke tempat pelaksanaan Posbindu PTM.
Buku pemantauan FR PTM bermanfaat bagi setiap individu untuk mawas diri dan
melakukan tindak lanjut. Sesuai saran Petugas Pelaksana Posbindu PTM. Bagi petugas dapat
digunakan untuk melakukan tindakan dan memberi saran tindak lanjut yang diperlukan sesuai
dengan kondisi peserta Posbindu.
Format buku pemantauan FR PTM mencakup identitas, waktu kunjungan, jenis faktor
risiko PTM dan tindak lanjut. Pada buku ini ditambahkan pas foto, golongan darah dan status
penyandang PTM yang berguna sebagai informasi medis jika peserta mengalami kondisi
darurat di perjalanan.
Hasil dari setiap jenis pengukuran/pemeriksaan faktor risiko PTM pada setiap kunjungan
peserta ke Posbindu dicatat pada buku pemantauan FR PTM oleh masing masing Petugas
Pelaksana Posbindu PTM. Demikian pula tindak lanjut yang dilakukan ataupun anjuran.

Gambar 2.
Alur Pencatatan dan Pelaporan Manual di Posbindu PTM

1 2
Hasil Pengukuran/ Pemeriksaan FR PTM di catat Buku Pencatatan Hasil Kegiatan
Petugas Pelaksana Posbindu di Buku Pencatatan Posbindu PTM Dikumpulkan
Hasil Kegiatan Posbindu PTM Petugas Puskesmas
Tindak lanjut Hasil Evaluasi
Kegiatan
3
Dilakukan Rekapitulasi oleh
Petugas Puskesmas di Puskesmas
7

4
Melaporkan Hasil Rekap Kegiatan
Posbindu PTM ke Dinkes Kab/
Kota

Evaluasi Kegiatan oleh Petugas


puskesmas petugas Pelaksana
Posbindu
6 5
Dinkes Kab/ Kota menganalisa dan melaporkan ke
Dinkes Prop, dan Kemenkes, serta Feedback ke
Puskesmas, kelurahan/ desa terkait

Buku Pencatatan Posbindu PTM


Buku pencatatan diperlukan untuk mencatat identitas dan keterangan lain mencakup
nomor, No KTP/ kartu identitas lainnya, nama, umur, dan jenis kelamin. Buku ini merupakan
dokumen/file data pribadi peserta yang berguna untuk konfirmasi lebih lanjut jika suatu saat
diperlukan. Melalui buku ini, dapat diketahui karakteristik peserta secara umum. Buku
pencatatan faktor risiko PTM diperlukan untuk mencata semua kondisi faktor risiko PTM
dari setiap anggota/peserta.
Buku ini merupakan alat bantu mawas diri bagi koordinator dan seluruh petugas
pelaksana posbindu PTM dalam mengevaluasi kondisi faktor risiko PTM seluruh peserta.
Bila hasil pengukuran/pemeriksaan faktor risiko dikategorikan buruk, maka diberi tanda.
Kondisi kesehatan seluruh peserta dapat terpantau secara langsung melalu buku ini,
sehingga koordinator maupun petugas dapat mengetahui dan mengingatkan serta memberikan
motivasi lebih lanjut. Buku tersebut merupakan sumber data surveilans atau riset/penelitian
secara khusus jika suatu saat diperlukan.

Tabel 6. Kriteria Pengendalian Faktor Risiko PTM


Faktor Risiko Baik Buruk
Gula darah puasa <126 >126
Gula darah 2 jam <200 >200
Glukosa darah sewaktu <200 >200
Kolesterol darah total <200 >200
Trigliserida <150 >150
Tekanan darah <140/90 >140/90
Indeks Masa Tubuh (IMT) <25 >25
Lingkar perut P < 90cm; W < 80cm P > 90cm; W > 80cm
Arus puncak ekspirasi Nilai APE > Nilai Nilai APE < Nilai
Prediksi Normal Prediksi Normal

BAB III
PELAKSANAAN POSBINDU PTM

Puskesmas jatijajar mempunyai satu Posbindu PTM yang terletak di RW 07 kelurahan


Jatijajar dengan nama Posbindu PTM Kasih Ibu 07.
Proses kegiatan Posbindu PTM diawali dengan menguraikan Tahapan layanan 5 meja
Posbindu PTM. Selanjutnya pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan Posbindu PTM serta
surveilans faktor risiko PTM berbasis Posbindu PTM.
Tahapan layanan 5 meja Posbindu PTM yaitu :

- Meja I
Ada dua kader Posbindu PTM yang bertugas di Meja I. Sasaran masuk kemudian mengisi
daftar hadir. Setelah itu petugas memberikan nomor urut dan KMS.
Alat alat yang ada di meja I adalah alat tulis, buku, daftar hadir, dan KMS.
Sasaran Posbindu PTM kasih ibu 07 adalah warga disekitar RW 07. Jumlah kunjungan
Posbindu PTM perbulannya berfluktuatif dengan rata rata kunjungan 25 perbulan.

- Meja II
Wawancara faktor risiko PTM oleh petugas pelaksana Posbindu PTM.
Wawancara dilakukan untuk menelusuri informasi faktor risiko perilaku dan riwayat PTM
pada keluarga seperti merokok, minum alkohol, stres, makan asin, makan makanan tinggi
lemak, makan dan minum manis, kurang makan sayur dan buah, kurang aktivitas fisik,
potensi terjadinya cidera, serta informasi yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah
kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM.
Aktivitas ini dilakukan saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali

- Meja III
Pengukuran, yaitu pengukuran tinggi badan (TB), Berat badan (BB), perhitungan Indek
Masa Tubuh (IMT) , dan lingkar perut. Peralatan yang digunakan oleh petugas pelaksana
adalah sebuah meja dengan alat tulis, timbangan berat badan, pita meter lingkar perut selain
itu petugas juga menghitung IMT masing masing peserta.

- Meja IV
Pemeriksaan
Posbindu PTM kasih ibu 07 termasuk Posbindu PTM Dasar, sehingga peralatannya masih
terbatas. Di meja ini yang bertugas biasanya adalah dokter atau petugas kesehatan dari
Puskesmas Jatijajar.
Pemeriksaan meliputi tekanan darah, KGDS, Kolesterol. Sarana dan peralatan yang tersedia
adalah sebuah meja alat tulis, stetoskop, KMS, alat pemeriksaan kadar gula darah dan
kolesterol darah.
- Meja V
Identifikasi faktor risiko dan konseling
Kegiatan ini adalah merupakan kelanjuta meja sebelumnya. Di meja ini sasaran yang
mempunyai faktor risiko diedukasi diberikan penyuluhan, jika sasaran perlu pemberian obat,
sasaran diberikan rujukan untuk selanjutnya berobat ke Puskesmas Jatijajar. Sarana dan
peralatan di meja ini adalah alat tulis, obat obatan ringan, alat penunjang kesehatan untuk
edukasi misalnya surat, leaflet, brosur dll.
Konseling atau penyuluhan diberikan pada sasaran yang memiliki risiko PTM tetapi masih
ringan yang berguna untuk meningkatkan kesadaran sasaran terutama mengenai perilaku
hidup sehat terutama terkait pola makan dan aktivitas fisik.
Tindak lanjut dibedakan menjadi dua yaitu,
Pertama adalah pemberian obat yang dilakukan secara selektif terhadap sasaran yang
mempunyai keluhan seperti sakit kepala, mual atau ulu hati
Yang kedua adalah dirujuk ke Puskesmas, selanjutnya dipantau kesehatannya dengan kontrol
berobat ke puskesmas 3 hari sekali. Misalnya pada pasien penderita hipertensi. Rujukan yang
dilakukan dari Posbindu PTM kasih ibu 07 ke Puskesmas Jatijajar sifatnya langsung agar
sasaran mendapatkan pelayanan yang cepat. Untuk kasus rujukan yang paling banyak adalah
sasaran yang menderita hipertensi.
Beberapa hambatan yang dialami sasaran dalam hal kontrol ke Puskesmas antara lain
adalah tidak ada keluarga yang mengantar ke puskesmas karena jarak rumah sasaran dengan
puskesmas jauh. Malas datang ke puskesmas sehingga sasaran memilih membeli obat di
apotek sehingga keadaan pasien tidak terkontrol.

Pencatatan dan pelaporan Posbindu PTM.


Hasil kegiatan Posbindu PTM kasih ibu RW 07 kelurahan Jatijajar yang meliputi data
pemeriksaan tekanan darah dan pengukuran faktor risiko PTM dicatat di status sasaran
kemudian direkap dan sasaran dimasukkan kedalam portal web PTM kemenkes.
Pelaporan hasil kegiatan Posbindu PTM di puskesmas Jatijajar dilakukan setiap ada kegiatan
Posbindu PTM yaitu satu bulan sekali, apabila pelaksanaan posbindu PTM bertepatan dengan
hari libur, maka pelaksanannya akan dialihkan ke hari berikutnya.
BAB IV
HAMBATAN-HAMBATAN

Hambatan yang dialami


Jumlah kunjungan posbindu PTM kasih ibu 07 puskesmas Jatijajar masih relatif sedikit
dikarenakan beberapa hal, yaitu
- Sasaran kurang mengerti tentang pengertian untuk mengetahui secara dini faktor
risiko PTM meskipun petugas pelaksana telah melakukan sosialisasi
- Sasaran tidak memeriksakan diri secara rutin karena takut mengetahui penyakit yang
dideritanya
- Sasaran malas dan merasa dirinya sehat.
- Tidak mau berangkat ke puskesmas jika dirujuk.
Adapun hambatan hambatan dari kader yaitu :
- Kurangnya jumlah kader yang sudah dilatih mengenai Posbindu PTM untuk
melakukan pemantau FR PTM.
- Adanya kader yang tidak aktif lagi dikarenakan kesibukan kader atau ada yang
melahirkan dan pindah tempat tinggal.
- Tidak adanya uang transport untuk kader dikarenakan lokasi Posbindu PTM yang
kurang strategis dimana letaknya jauh dari tempat tinggal kader
Pelaporan posbindu PTM kasih ibu 07 dikirim ke puskesmas. Selanjutnya, petugas
puskesmas menginput data tersebut ke web portal PTM kemenkes setiap selesai pelaksanaan
posbindu PTM. Sehingga surveilans faktor risiko PTM berbasis posbindu PTM kasih ibu 07
yang meliputi pengumpulan data, pengolahan data sampai dengan penginputan data ke portal
PTM kemenkes sudah berjalan dengan baik terlebih sejak tiga bulan terakhir ini.
Surveilans faktor risiko PTM berbasis Posbindu adalah bentuk kegiatan menganalisa secara
sistematis dan terus menerus terhadap faktor risiko PTM terhadap sasaran atau warga rw 07
kelurahan Jatijajar dapat dilakukan walaupun belum maksimal.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Proses kegiatan Posbindu PTM Kasih Ibu 07 di Puskesmas Jatijajar yang meliputi
tahapan, pelayanan, pencatatan, dan pelaporan serta surveilans faktor risiko PTM belum
senada dengan teknis Posbindu PTM.
Hal tersebut dipengaruhi oleh input yang meliputi kurangnya ketersediaan SDM,
Pelatihan yang belum maksimal, kurangnya sarana dan peralatan, dan yang tak kalah
pentingnya, kurangnya kesadaran masyarakat tentang perlunya mengetahui secara dini faktor
risiko PTM sehingga hal hal tersebut diatas berpengaruh terhadap jumlah kunjungan sasaran
yang datang ke Posbindu kasih ibu 07 Kelurahan Jatijajar, meskipun sudah sering dilakukan
sosialisasi kepada masyarakat

Sasaran
 Memperbaiki proses kegiatan Posbindu PTM sesuai dengan teknis Posbindu PTM.
Mengadakan pelatihan kader, menambah jumlah kader, dan membangun jenjang kader.
Memastikan ketersediaan sarana dan prasarana termasuk logistik, membangun jejaring
kerja untuk menunjang keberlangsungan Posbindu PTM Kasih Ibu 07.
 Supaya puskesmas sesering mungkin melakukan penyuluhan dan sosialisasi serta
melakukan pemantauan dan penilaian Posbindu PTM secara berkala

DAFTAR PUSTAKA

1. Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,


Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Buku Pintar Posbindu PTM Seri 2:
Penyakit Tidak Menular dan Faktor Risiko. Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2016.
2. Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2013.
3. Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Pedoman Umum Pos Pembinaan
Terpadu Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2016.
4. Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Penyelenggaraan Posbindu PTM.
Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2016.
5. Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kementerian Kesehatan;
2016.
6. Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Upaya Pengendalian Faktor Risiko
Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2016.
7. Erni Dwiastuti dkk. Proses kegiatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular.
Bagian Epidemiologi dan Biostatistika Kependudukan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai