Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

BLOK SISTEM SARAF DAN PERILAKU

“OBAT OTONOM”

Nama : Indah Maryam Safitri H

NPM : 1102018295

Fakultas Kedokteran

Universitas YARSI

2020/2021
OBAT OTONOM

Praktikum obat otonom dibagi atas dua bagian, yaitu praktikum obat otonom dengan
menggunakan hewan percobaan dan diskusi obat otonom dengan menggunakan kasus atau
skenario.

Tujuan

Setelah praktikum mahasiswa dapat :

1. Menjelaskan system saraf otonom


2. Menjelaskan efek farmakodinamik obat otonom
3. Menggolongkan obat otonom yang digunakan dalam praktikum ini ke dalam obat
kolinergik, antikolinergik, adrenergik, dan antiadrenergik.
4. Menjelaskann dasar kerja obat yang digunakan pada praktikum ini

1. REAKSI PUPIL TERHADAP OBAT OTONOM


Pupil merupakan organ yang baik dalam menunjukkan efek lokal dari suatu obat,
karena obat yang diteteskan dalam saccus conjunctivalis dapat memberi efek setempat
yang nyata tanpa menunjukkan efek sistemik.

Bahan dan Obat


Penggaris
Lampu senter
Larutan Pilokarpin 1%
Larutan Atropin sulfat 1%

Cara Kerja
Pilihlah seekor kelinci putih dan taruhlah di atas meja. Perlakukanlah hewan secara
baik. Periksalah hewan dalam keadaan penerangan yang cukup dan tetap. Perhatikan
lebar pupil sebelum dan sesudah dikenai sinar yang terang. Amati apakah refleks
konsensual seperti yang terjadi pada manusia juga terjadi pada kelinci. Ukur lebar
pupil dengan penggaris millimeter. Rangsanglah kelinci dan catatlah lebar pupil
dalam keadaan eksitasi.Ambil pilokarpin 1 % dan teteskan pada bola mata kanan.
Perhatikanlah pupil sesudah satu menit dan ulangi jika diameter pupil belum berubah
setelah 5 menit.Setelah terjadi miosis, sekarang teteskan larutan atroin 1% pada mata
yang sama. Observasi pupil setiap satu menit dan ulangi penetesan setelah 5 menit
jika perlu untuk menghasilkan midriasis. Lihatlah reaksi pupil tersebut terhadap sinar.

Hasil Observasi :
Tabel I

Mata Normal
Kanan Kiri
1 cm 1 cm

Tabel II

Mata Normal Rangsang Cahaya


Kanan Kiri
0,8 mm 0,8 mm

Tabel III

Tetes Pilokarpin
Kanan Kiri
0,8 mm 0,8 mm

Tabel IV

Pilokarpin + Cahaya
Kanan Kiri
0,5 mm 0,5 mm

Tabel V

Atropin
Kanan Kiri
1 cm 1 cm
Tabel VI

Atropin + Cahaya
Kanan Kiri
0,8 mm 0,8 mm

Analisis dan Diskusi


a. Reaksi pupil akan membesar pada pemberian atropine
b. Reaksi pupil akan mengecil pada pemberiann pilokarpin

Atropin akan merangsang medulla oblongata dan pusat lain di otak. Pada dosisi kecil,
atropin akan memperlihatkan efek merangsang susunan saraf pusat lalu pada dosis
toksik akan memperlihatkan efek depresi setelah melampaui fase eksitasi yang
berlebihan.

Pilokarpin adalah suatu obat kolinergik  yang bekerja langsung mengkontriksi pupil
mata, sehingga membuka kanalis Schlemm untuk menambah aliran hummor aqueus
(cairan).

Kesimpulan

Efek dari Pilokarpin yang bersifat agonis muskarinik menyebabkan reaksi pada otot
pupil pada mata mengecil dan produksi saliva yang meningkat, kemudian efek dari
Atropin Sulfat yang bersifat anti muskarinik menyebabkan reaksi pada otot pupil pada
mata membesar dan produksi saliva yang menurun.

Pertanyaan

1. Apa yang dimaksud dengan refleks konsensual

Refleks konsensual disebut juga refleks cahaya tidak langsung adalah mengecilnya
pupil (miosis) pada mata yang tidak disinari cahaya.Jika pada pupil yang satu disinari
maka secara serentak pupil lainnya mengecil dengan ukuran yang sama

2. Jelaskan sistim saraf yang dipengaruhi oleh pilokarpin dan atropin

Parasimpatomimetik (kolinergik), merupakan obat-obatan yang memilikiefek


menyerupai efek yang ditimbulkan oleh aktivitas susunan saraf  parasimpatis. Contoh:
pilokarpin. Parasimpatolitik (antikolonergik), merupakan obat-obatan yang
memilikiefek yang menghambat efek saraf parasimpatis. Contohnya: atropin.

3. Jelaskan efek lokal pilokarpin dan atropin pada pupil dan mekanisme kerjanya ?

Efek lokal pilokarpin adalah untuk menurunkan tekanan intra okular, sedangkan efek
lokal atropin untuk menurunkan sekresi bronkial dan mengurangi saliva.

4. Jelaskan indikasi dan kontraindikasi pilokarpin dan atropin ?

Pilokarpin :
- Indikasi : Glaukoma kronik, glaukoma sudut tertutup akut.
- Kontraindikasi : Radang iris akut, glaukoma sekunder tertutup.
Atropin :
- Indikasi : Spasme/ kejang pada otot kandung empedu, kandung kemih, dan usus, 
keracunan fosfor organik.
- Kontraindikasi: Asma, miastenia gravis, kolitis ulserativa, penyakit hati dan ginjal
yang serius.

Data Praktikum  
1. OP 1 
OBSERVASI  TD  HR  RR  PRODUKSI SALIVA

Basal  110/70  70  20  11 ml

Post Exercise  160/70  90  25  10 ml

Menit 20  130/70  84  16  8 ml

Menit 40  130/80  72  16  8 ml

Menit 60  120/80  68  20  10 ml

Post Exercise  135/70  80  -  -

2. OP 2 
OBSERVASI  TD  HR  RR  PRODUKSI SALIVA

Basal  100/70  60  15  9 ml

Post Exercise  130/70  70  25  8 ml

Menit 20  100/70  64  24  7 ml


Menit 40  100/70  56  16  8 ml

Menit 60  110/70  52  16  8 ml

Post Exercise  145/70  80  -  -

3. OP 3
OBSERVASI  TD  HR  RR  PRODUKSI SALIVA

Basal  100/70  80  15  10 ml

Post exercise   130/70  120  25  8 ml


(sebelum minum 
obat)

Setelah minum   110/70  100  24  10 ml


obat (menit 20_

Menit 40  120/70  88  16  8 ml

Menit 60  115/70  96  16  8 ml

Post exercise  150/70  128  -  -

4. OP 4 
OBSERVASI  TD  HR  RR  PRODUKSI SALIVA

Basal  110/70  90  30  10 ml

Post exercise   140/70  108  25  9 ml


(sebelum minum 
obat)

Setelah minum   135/80  88  20  7 ml


obat (menit 20)

Menit 40  135/90  88  20  6 ml

Menit 60  125/85  92  20  3 ml

Post exercise  140/70  120  -  -

1. Propranolol 

Propranolol adalah non-selektif beta blocker terutama digunakan


dalam pengobatan  hipertensi. Merupakan blocker beta pertama yang berhasil
dikembangkan. Propranolol  tersedia dalam bentuk generik sebagai
propranolol hidroklorida. Efek propranolol terhadap  denyut jantung
menjelaskan mengapa denyut jantung OP 1 menurun berangsur-angsur 
setelah pemberian obat dan denyut jantung post exercise setelah pemberian
obat lebih  rendah daripada denyut jantung post exercise sebelum pemberian
obat.  
Tekanan darah dapat diturunkan jika propranolol diberikan bersama
dengan  antihipertensi lain. Penghambat beta berguna dalam mengobati
aritmia jantung, hipertensi  ringan, takikardia ringan, dan angina pectoris. 

2. Plasebo 

Plasebo adalah obat tanpa efek yang diberikan untuk mengetahui


efektivitas suatu  jenis obat. Pemberian plasebo terkadang dapat menunjukkan
efek yang mirip dengan suatu  obat tertentu. Hal ini dikarenakan pasien
merasa mendapatkan obat sungguhan sehingga  tubuh kemudian mengalami
efek seperti diberikan obat tersebut. OP 2 kemungkinan  merasa akan
diberikan propranolol karena data menunjukkan terjadi sedikit penurunan 
denyut jantung setelah pemberian plasebo. 

3. Efedrin 

Efedrin adalah obat adrenergik nonkatekolamin yang diindikasikan


untuk hipotensi  yang signifikan secara klinis dan bekerja secara indirek
dengan berikatan dengan reseptor  alfa dan beta. Efedrin menghambat
pengambilan kembali norepinefrin neuronal dan  memindahkan norepinefrin
dari vesikel-vesikel penyimpanan. Stimulasi reseptor alfa-1- andrenergik pada
otot polos pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler 
sistemik sehingga tekanan darah sistolik dan diastolik meningkat. Efek
pemberian efedrin  dapat terlihat pada peningkatan denyut jantung dan
tekanan darah pada OP 3. 4.

KASUS 1
Seorang gadis 12 tahun datang ke dokter dengan radang tenggorokan dan demam.
Dokter mendiagnosa sebagai faringitis akut yang disebabkan oleh Streptococcus beta-
hemolytic group A. Ia diberikan injeksi Penisilin. Sekitar 5 menit kemudian,
ditemukan kondisi respiratory distress dan adanya wheezing, kulit dingin, takikardi,
tekanan darah turun sampai 70/20 mm Hg. Dokter kemudian mendiagnosa sebagai
reaksi anafilaktik terhadap penisilin lalu memberikan injeksi epinefrin SC.

Pertanyaan:

1. Jelaskan efek pemberian epinefrin pada kasus di atas


Pemberian epinerfin akan menimbulkan efek peningkatan tekanan darah,
memperkuat kontraksi dan mempercepat relaksasi otot jantung, dan merelaksasi
otot bronkus
2. Bagaimana mekanisme kerja epinefrin
Epinerfin berikatan dengan reseptor alfa dan beta-adrenergik, epinerfin bekerja
melalui reseptor alfa-1 dengan meningkatkan kontraksi otot polos dan melalui
reseptor beta-2 dengan menyebabkan bronkodilatasi
3. Apa sebabnya epinefrin merupakan obat terpilih untuk reaksi anafilaktik
Pemberian epinefrin atau adrenalin ini bergungsi untuk mengurangi efek inflamasi
yang disebabkan alergen, melebarkan saluran napas atau bronkodilatasi,
vasokontriksi atau penyempitan pembuluh darah sehingga aliran darah dalam
tubuh membaik dan tekanan darah kembali normal. Apabila reaksi anafilaksis
masih terjadi maka pemberian obat perlu diulang hingga gejala membaik.
Pemberian obat- obat tambahan juga perlu diberikan sebagai bentuk terapi
tambahan setelah pemberian epinefrin.
4. Terangkan apa yang terjadi bila epinefrin diberikan pada syok hipovolemik
Menyebabkan bronkodilatasi, meningkatkan kemampuan jantung, dan
vasokonstriksi pembuluh darah untuk meningkatkan tekanan darah

Anda mungkin juga menyukai