Sekretaris : Indah Maryam Safitri Harahap 1102018295 Anggota : Nabilah 1102018012 Amani Ahmad Bawazier 1102018051 Safira Qoyyumi 1102018052 Natasyia Milenia 1102018001 Savina Madliena 1102018025 Agni Hadieta Cahyanti 1102018113 Nurul Amini Azzahra 1102018333 SKENARIO KEJANG DISERTAI DENGAN DEMAM Laki-laki berusia 56 tahun, saat sedang melaksanakan umrah tiba-tiba mengalami kejang selama 5 menit kemudian tidak sadarkan diri. Dari alloanamnesis dengan anggota jamaah lainnya didapatkan informasi bahwa pasien telah mengalami demam disertai nyeri kepala sejak 3 hari yang lalu. Pada riwayat penyakit dahulu didapatkan keluhan kejang demam saat usia 3 tahun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan GCS (Glasgow Coma Scale) E3M5V2 dan tanda rangsang meningeal kaku kuduk (+). Dokter setempat mendiagnosis pasien dengan meningoensefalitis suspek bakterial. Untuk membantu menegakkan diagnosis, dokter melakukan lumbal pungsi setelah sebelumnya memastikan tidak adanya peningkatan tekanan intrakranial melalui funduskopi. Jamaah lain mempertanyakan bagaimana keabsahan ibadah umrah pasien tersebut. KATA SULIT 1. Kejang : Perubahan fungsi otak mendadak dan sementara akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan. Perubahan sementara gejala yang disebabkan oleh disfungsi otak disertai dengan gangguan motorik sensorik dan otonom pada organ itu sendiri 2. Glasgow coma scale : Suatu skala neurologik yang dipakai untuk menilai secara objektif derajat kesadaran seseorang berdasarkan terbukanya mata, respon motorik, dan respon verbal 3. Lumbal pungsi : Pemeriksaan cairan otak / cairan serebrospinal, pada orang dewasa di lumbal 3 dan 4. Prosedurnya dengan menusukkan jarum ke celah tulang belakang 4. Tekanan intrakranial : Tekanan dalam ruang ventrikular subarachnoid dibandingkan dengan tekanan luar 5. Meningoensefalitis : Peradangan pada selaput meningen (selaput yang menutupi otak dan medula spinalis) dan jaringan otak 6. Kaku kuduk : Otot sekitar leher kaku sehingga tidak bisa memfleksikan kepala. 7. E3M5V2 : Eye 3 – membuka mata ketika diajak berbicara, Motorik 5 - normal, Verbal 2 – hanya mengerang 8. Rangsang meningeal : Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dengan tanda tanda gangguan sistem saraf pusat terdiri dari tes kaku kuduk, kernig sign, dan edelmann sign. Brudzinski 1 dan 2 PERTANYAAN 1. Bakteri apa saja yang menyebabkan meningoensefalitis ? 2. Bagaimana cara menghitung dan pemeriksaan dari GCS ? 3. Mengapa sebelum pemeriksaan lumbal pungsi harus memastikan tidak ada peningkatan tekanan intrakranial ? 4. Mengapa dokter harus melakukan pemeriksaan lumbal pungsi dan apakah ada pemeriksaan lain ? 5. Mengapa kaku kuduk (+) ? 6. Apa hubungan kejang demam saat usia 3 tahun dengan kejang yang dialami pasien saat ini ? 7. Bagaimana keabsahan ibadah umrah pasien tersebut ? 8. Tatalaksana pertolongan pertama apa yang bisa dilakukan ? 9. Apa hasil pemeriksaan yang didapatkan dengan melakukan lumbal pungsi ? 10. Komplikasi apa yang dapat terjadi apabila pasien tidak segera ditangani ? 11. Faktor apa saja yang menyebabkan berulangnya kejang demam ? JAWABAN 1. S. pneumonieae, Neisseria meningitidis, Haemophilus influenzae, Listeria monocytogenes, Mycobacterium tuberculosis, Staphylococcus aureus, E. coli, Treponema pallidum, Leptospira interrogans 2. Dengan memperhatikan tanggapan atau respon penderita terhadap rangsang dan memberikan nilai pada respon tersebut. Membuka mata jika : spontan (4), terhadap bicara (3), dengan rangsang nyeri (2), tdk ada reaksi (1). Respon verbal : baik dan tidak ada disorietasi (5), kacau (4), tidak tepat (3), mengerang (2), tdk ada jawaban (1). Respon motorik : menurut perintah (6), mengetahui lokasi nyeri (5), reaksi menghindar (4), reaksi fleksi (3), reaksi ekstensi (2), tdk ada reaksi (1). Untuk hasil gangguan kesadaran ringan (13-15), sedang (9-12), berat (3-8) 3. Apabila lumbal pungsi saat tekanan Intrakranial meningkat bisa mengakibatkan komplikasi salah satunya hernia serebral 4. Untuk membuktikan adanya infeksi pada sistem saraf pusat. Pemeriksaan lain dengan kultur darah, pewarnaan CSS, pencitraan / radiologi 5. Karena adanya kekakuan dan tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Terjadi karena adanya rangsangan selaput otak, infeksi bakteri, viral, perdarahan subarachnoid, atau karsinoma, miositis otot kuduk, abses retrofaringeal dan atritis servikal 6. Pengobatan tidak selesai sehingga menyebabkan rekuren/ berulang 7. Ibadah umrah sah jika rukun umrahnya sempat dijalani. Rukun umrah : Ihram, tawah, sai, tahalul, tertib 8. Pemeriksaan tanda vital (diperiksa kesadarannya, jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi) perlu diwaspadai adanya tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial seperti nyeri kepala, muntah, penurunan kesadaran, diplopia, pernafasan ireguler, atau peningkatan suhu tubuh pada tahap lanjut 9. Dilihat hasilnya apakah ada bakteri/tidak. Untuk menilai gambaran cairan serebrospinal 10. Pada kejang demam yang lama atau lebih dari 15 menit akan menimbulkan hipoksemia, apnoe, asidosis laktat, hiperkapnea, hipoksia arterial yang selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Kejadian diatas menyebabkan gangguan peredaran darah di otak sehingga terjadi hipoksemia dan edema otak pada akhirnya terjadi kerusakan sel neuron 11. Usia terjadinya 6 bulan – 6 tahun kejadian berulang, genetik HIPOTESIS Meningoensefalitis adalah peradangan pada selaput meningen (selaput yang menutupi otak dan medula spinalis) dan jaringan otak yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme. Gejala yang timbul adalah kejang disertai demam. Tanda fisik yang ditemukan adalah tanda rangsang meningeal. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu lumbal pungsi untuk menegakkan diagnosis. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan dengan resusitasi, airway, breathing, circulation. Apabila kejang tidak segera ditangani dapat menyebabkan gangguan peredaran darah di otak sehingga terjadi hipoksemia dan edema otak pada akhirnya terjadi kerusakan sel neuron. Ibadah umrah tetap sah jika rukun umrahnya sempat dijalani. SASARAN BELAJAR 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Meninges Sisterna Ventricularis dan Cairan Serebrospinal 5. Memahami dan Menjelaskan kejang demam 1.1. Makroskopis 5.1. Definisi 1.2. Mikroskopis 5.2. Epidemiologi 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi dan Aliran LCS 5.3. Etiologi dan Faktor Risiko 3. Memahami dan Menjelaskan Pungsi Lumbal (Indikasi, 5.4. Klasifikasi Kontraindikasi, Prosedur) 5.5. Patofisiologi 4. Memahami dan Menjelaskan Meningoensefalitis 5.6. Manifestasi Klinis 4.1. Definisi 5.7. Cara Mendiagnosis dan Diagnosis Banding 4.2. Epidemiologi 5.8. Tatalaksana 4.3. Etiologi dan Faktor Risiko 5.9. Pencegahan 4.4. Patofisiologi 5.10. Komplikasi 4.5. Manifestasi Klinis 5.11 Prognosis 4.6. Cara Mendiagnosis dan Diagnosis Banding 6. Memahami dan Menjelaskan Keabsahan ibadah umrah dan haji 4.7. Tatalaksana (syarat dan rukun) 4.8. Pencegahan 4.9. Komplikasi 4.10. Prognosis 01 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Meninges Sisterna Ventricularis dan Cairan Serebrospinal 1.1. Makroskopis 1.2. Mikroskopis 02 Memahami dan Menjelaskan Fisiologi dan Aliran LCS 03 Memahami dan Menjelaskan Pungsi Lumbal (Indikasi, Kontraindikasi, Prosedur) 04 Memahami dan Menjelaskan Meningoensefalitis 4.1. Definisi 4.2. Epidemiologi 4.3. Etiologi dan Faktor Risiko 4.4. Patofisiologi 4.5. Manifestasi Klinis 4.6. Cara Mendiagnosis dan Diagnosis Banding 4.7. Tatalaksana 4.8. Pencegahan 4.9. Komplikasi 4.10. Prognosis 05 Memahami dan Menjelaskan Kejang Demam You can enter a subtitle here if you need it 5.1. Definisi 5.2. Epidemiologi 5.3. Etiologi dan Faktor Risiko 5.4. Klasifikasi 5.5. Patofisiologi 5.6. Manifestasi Klinis 5.7. Cara Mendiagnosis dan Diagnosis Banding 5.8. Tatalaksana 5.9. Pencegahan 5.10. Komplikasi 5.11. Prognosis 06 Memahami dan Menjelaskan Keabsahan Ibadah Umrah dan Haji (syarat dan rukun) You can enter a subtitle here if you need it DAFTAR PUSTAKA THANK YOU !
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis