Anda di halaman 1dari 99

LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PRAKTIK KLINIK

KEBIDANAN III (PKK III) PADA NY. S UMUR


41 TAHUN DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN
”FITRIANI, SST” TANJUNGPINANG
TAHUN 2021

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Nilai Praktik Kebidanan

Disusun Oleh :

SUZITA PUTRI HAKIKI


P07224218 1857

DOSEN PEMBIMBING :

METASARI SIHALOHO, S.Tr.Keb


NIP. 19960511201902 2001

CI LAPANGAN :

FITRIANI, SST
NIP. 19701130 199103 2 010

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGPINANG
PRODI D III KEBIDANAN
2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL LAPORAN : LAPORAN KASUS PRAKTIK KLINIK


KEBIDANAN III PADA Ny. S UMUR 41 TAHUN
DI PRAKTIK MANDIRI
BIDAN “FITRIANI, SST” TANJUNGPINANG
TAHUN 2021

PRODI : DIII KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES


TANJUNGPINANG

LAPORAN INDIVIDU INI TELAH DISETUJUI

APRIL 2021

MENGETAHUI,

PEMBIMBING AKADEMIK, CI LAPANGAN,

METASARI SIHALOHO, S.Tr.Keb FITRIANI, SST


NIP. 19960511201902 2001 NIP. 19701130 199103 2 010

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berbagai kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan kasus asuhan kebidanan Praktik Klinik (PKK III)
III berjudul ’’ Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Praktik Klinik (PKK III) pada
Ny.S Umur 41 tahun di Praktik Mandiri Bidan “Fitriani, SST” Tanjungpinang
Tahun 2021
Laporan ini penulis susun untuk memenuhi pembelajaran mata kuliah
praktik linik kebidanan III (PKK III) pada program studi DIII Kebidanan
Politeknik Kesehatan Tanjungpinang.
Dalam penyusunan Laporan ini penulis telah mendapatkan banyak
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Iwan Iskandar, SKM, MKM selaku Direktur Poltekes Kemenkes
Tanjungpinang
2. Ibu Rahmadona., M.Keb selaku Ketua Program Studi D-III Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang
3. Ibu Metasari Sihaloho S.TR.Keb selaku pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi kepada penulis, sehingga
Laporan ini dapat terwujud.
4. Pimpinan praktik Lapangan Bidan Fitriani, SST beserta pegawai yang telah
memberi izin.
5. Ibu S yang telah bersedia menjadi subyek dalam Usulan Laporan Tugas Akhir
ini.
Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin, namun kesempurnaan itu
hanya milik Allah SWT, oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Usulan Laporan Tugas
Akhir ini.

Tanjungpinang, April 2021

Penulis

v
1

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUANii
GAMBARAN KASUS iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 4
a. Tujuan Umum 4
b. Tujuan Khusus 4
C. Waktu dan Tempat pengambilan kasus 4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Kehamilan 5
B. Persalinan dan Bayi Baru Lahir 5
C. Bayi Umur 2 Jam sampai dengan 6 Minggu 5
D. Nifas 5
BAB III PERKEMBANGAN KASUS
A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil 38
B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin 38
C. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir 38
D. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas 38
BAB IV PEMBAHASAN KASUS
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Logbook bimbingan Laporan Asuhan minimal 3 kali
2. Daftar kunjungan kegiatan PKK III
3. Satuan Acara Penyuluhan
4. Leaflet/ Poster/ Booklet/ Media lain
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih
merupakan masalah krusial di indonesia karena masalah tersebut merupakan
salah satu indikator kesejahteraan bangsa. Berdasarkan data dari WorlHealth
Organization (WHO) tahun 2017 AKI sebesar 295 per 100.000 KH.
Penyebab dari AKI yaitu perdarahan, preeklampsia, dan infeksi. Sedangkan
AKB tercatat 7.000 bayi meninggal, penyebab dari AKB yaitu
asfiksia,premature, dan infeksi (WHO,2020)
Angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia hasil SUPAS tahun 2015
sebesar 305/100.000 KH. Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata Angka
Kematian Ibu (AKI) tercatat mencapai 395/100.000 KH. Rata-rata kematian
ini jauh melonjak di banding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228/100.000
KH. Target Sustsinable Development Goals (SDGS) global, penurunan AKI
menjadi kurang dari 70 per 100.000 KH pada tahun 20302. Penyebab
kematian ibu didominasi oleh kasus perdarahan (27%), hipertensi (21%),
dan penyebab lain (30%). Sedangkan AKB diindonesia hasil SDKI pada
tahu 2017 sebesar 24 per 1000 kelahiran hidup, angka ini menurun
dibandingkan tahun 2012 sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2012).
Kematian bayi tersebut didominasi oleh kasus prematuritas/BBLR (34%),
gangguan kelainan pernafasan (37%), malformasi kongenital (1%),
posmature (3%), kelainan perdarahan dan kuning (6%), hipotermi (7%), dan
sepsis (12%). (Target sustainable Development Goals (SDGS) global, AKB
menjadi kurang dari 12 per 1.000 KH pada tahun 2030 (Kemenkes RI,2018
(Kemenkes RI, 2017).
Indonesia terdiri dari beberapa provinsi, salah satunya Provinsi
Kepulauan Riau (Kepri). Jumlah AKI di Provinsi Kepri pada tahun 2018
telah mengalami penurunan 119,56/ 100.000 kelahiran hidup tapi kemudian
kembali turun lagi pada tahun 2019 menjadi 98,30/ 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian ibu di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2019 ialah

1
2

komplikasi pada saat kehamilan/persalinan seperti perdarahan dan hipertensi


dalam kehamilan.
Sedangkan AKB di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2018 sebesar 7,01/
1000 kelahiran hidup juga mengalami peningkatan dari tahun 2019 sebesar
6,52/ 1000 kelahiran hidup. Penyebab utama AKB di Provinsi Kepulauan
Riau ialah BBLR dan Asfiksia (Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau,
2019).
Kota Tanjungpinang adalah ibukota Provinsi Kepri. Lebih tinggi
dibandingkan AKI di Provinsi Kepri, AKI di Kota Tanjungpinang pada
tahun 2020 AKI di Kota Tanjungpinang mengalami penurunan dari
130,86/100.000 KH pada tahun 2019 menjadi 107,47/100.000 KH, dengan
jumlah kematian ibu sebanyak 4 orang, sedangkan AKB di Kota
Tanjungpinang pada tahun 2019 mengalami peningkatan dari 5.96/1.000
KH pada tahun 2018 menjadi 6,02/1.000 KH. Penyebab AKI yaitu
disebabkan Emboli air Ketuban, Syok HPP , Eklamsia, Oedema paru dan
kelaian jantung. Sedangkan Kematian bayi di sebabkan karena BBLR,
asfiksia, dan sepsis (Dinkes Kota Tanjungpinang, 2021).
Bidan adalah sumber daya manusia dibidang kesehatan sebagai salah
satu ujung tombak atau orang yang berhubungan langsung dengan wanita
sebagai sasaran program. Peran yang cukup besar ini, membuat bidan
senantiasa harus meningkatkan asuhan kebidanan komprehensif, Asuhan
kebidanan komprehensif adalah manajemen asuhan kebidanan mulai dari ibu
hamil, bersalin, sampai bayi baru lahir sehingga persalinan dapat
berlangsung dengan aman dan bayi yang dilahirkan selamat dan sehat
sampai masa nifas (Lapau, 2015).
BPM Fitriani,SST merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan
yang kompeten. Penulis melakukan asuhan komprehensif di BPM
Fitriani,SST karena telah melakukan asuhan komprehensif sesuai standar
pelayanan kebidanan, baik dari pengetahuan, keterampilan menerapkan 60
langkah APN, sarana dan prasarana yang memadai dan sikap dalam
melayani pasien serta telah bekerjasama dengan BPJS untuk meringankan
pembiayaan kesehatan.Berdasarkan data dari PMB Fitriani, SST tahun 2020
3

Jumlah Kunjungan ANC, INC, dan BBL Meningkat dibandingkan tahun


2019, dan tidak terjadi AKI dan AKB. Terdapat hasil ANC kunjungan 1
sebanyak 352 dan kunjungan 4 sebanyak 368, INC 348, BBL 348. AKI dan
AKB di PMB Fitriani, SST ini dapat dicegah dikarenakan bidan yang aktif
dan focus menjalankan program pemerintah yaitu P4K. Dengan P4K, bidan
bisa memberikan pelayanan secara komprehensif serta mendeteksi sejak dini
pasien beresiko tinggi sehingga dapat mengarahkan pasien ke fasilitas
kesehatan yang lebih memadai sebelum waktu persalinan atau sebelum
terjadi kegawatdaruratan. Hal ini bertujuan supaya pasien dapat
mendapatkan pelayanan sesuai sesuai kondisi kesehatannya dan pelayanan
yang aman untuk mengurangi kemungkinan penambahan jumlah AKI (BPM
Fitriani,SST,2020).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Maret
2021 yang bertempat di PMB Bd. Fitriani, SST Tanjungpinang. PMB ini
merupakan salah satu PMB yang menerima jasa BPJS untuk ibu bersalin.
Berdasarkan uraian di atas, pengkaji tertarik untuk melakukan pengkajian.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. S Umur 41
Tahun di Praktik Mandiri Bidan “Fitriani, SST” Tanjungpinang Tahun
2021
b. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan asuhan kehamilan pada Ny. S umur 41 tahun
di Praktik Mandiri Bidan Fitriani, SST Tanjungpinang Tahun 2021
b. Mampu melaksanakan asuhan persalinan pada Ny. S umur 41 tahun
di Praktik Mandiri Bidan Fitriani, SST Tanjungpinang Tahun 2021
c. Mampu melaksanakan asuhan nifas pada Ny. S umur 41 tahun di
PMB Bd. Fitriani, SST Tanjungpinang Tahun 2021.
d. Mampu memberikan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada Bayi
pada bayi Ny. S di PMB Bd. Fitriani, SST Tanjungpinang Tahun
2021.
4

e. Mampu melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP asuhan


kebidanan yang diberikan pada ibu dalam masa kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir.

C. Waktu dan Tempat pengambilan kasus


a. Waktu
Kegiatan Asuhan Kebidanan ini dilaksanakan pada bulan April
2021 dan jadwal kegiatan terlampir.
b. Tempat
Asuhan Kebidanan ini dilaksanakan di PMB Bd. Fitriani, SST
Tanjungpinang dan di rumah Ny.S.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan
Kehamilan adalah proses fisiologis yang normal dialami wanita. Namun
demikian bidan sebagai tenaga kesehatan yang memfasilitasi seseorang ibu
hamil haruslah paham dan mengerti dengan benar tentang konsep
kehamilan dan asuhannya sehingga dapat memberikan asuhan sesuai
dengan batas kewenangannya. (Erina Eka Hartini, 2018).

B. Persalinan dan Bayi Baru Lahir


1) Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan
janin turun ke jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan
ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Dengan demikian bisa
dikatakan bahwa persalinan (labor) adalah rangkaian peristiwa mulai
dari kenceng-kenceng teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi
(janin, plasenta, ketuban, dan cairan ketuban) dari uterus ke dunia luar
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau dengan
kekuatan sendiri (Utami,2019).
2) Bayi Baru Lahir

Bayi Baru lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi


belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan
lahir 2500 - 4000 gram, dengan nilai apgar > 7 dan tanpa cacat
bawaan (Nurhasiyahjami;,2017).

C. Bayi Umur 2 Jam sampai dengan 6 Minggu


1) Masa Neonatal 2 Jam sampai 6 Minggu
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah serta organ-organ tubuh mulai berfungsi saat
lahir berat badan normal dari ibu yang sehat berkisar 3000-3500 gram,
tinggi badan sekitar 50 cm dan akan ada kenaikan berat badan dan
tinggi badan pada saat kenaikan usia. Pada masa neonatal ini refleks-
refleks primitive yang bersifat fisiologis akan muncul (Setiyani, dkk.
2016).
2) Nutrisi pada Neonatal 2 Jam sampai 6 Minggu
Kebutuhan penting pertama akan nutrisi pada bayi baru lahir adala
ASI Eksklusif. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu)
sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak
diberi makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6
bulan (Setiyani, dkk. 2016).
3) Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir adalah pemeriksaan awal
yang dilakukan terhadap bayi setelah berada di dunia luar yang
bertujuan untuk mengetahui apakah bayi dalam keadaan normal
dan memeriksa adanya penyimpangan/kelainan pada fisik, serta
ada atau tidaknya refleks primiti. Pemeriksaan fisik dilakukan
setelah kondisi bayi stabil, biasanya 6 jam setelah lahir.
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir memerlukan pengetahuan dan
keterampilan yang adekuat, sehingga tidak akan menimbulkan
resiko yang dapat membahayakan bayi. Pada pemeriksaan ini yang
paling penting adalah cara menjaga agar bayi tidak mengalami
hipotermi dan trauma dari tindakan yang kita lakukan. Jangan lupa
untuk melakukan inform consent terlebih dahulu kepada ibu/orang
tua bayi, apabila bayi telah dirawat gabungkan bersama ibunya
(Setiyani, dkk. 2016).
b. Tujuan Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir
Untuk menentukan status kesehatan klien, Mengidentifikasi
masalah, Mengambil data dasar untuk menentukan rencana
tindakan, Untuk mengenal dan menemukan kelainan yang perlu
mendapat tindakan segera dan Untuk menentukan data objektif
dari riwayat kesehatan klien (Setiyani, dkk. 2016).
c. Prinsip Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
1) Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan
tindakan.
2) Cuci dan keringkan tangan, pakai sarung tangan.
3) Pastikan pencahayaan baik.
4) Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yang
akan diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah
lampu pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat.
5) Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh (Setiyani, dkk.
2016).
d. Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, perlu dilakukan
pengkajian pada bayi baru lahir antara lain: faktor lingkungan,
faktor genetic, faktor ibu/maternal, faktor perinatal. Peralatan dan
perlengkapan yang perlu dipersiapkan antara lain: Tempat tidur
pemeriksaan, Stetoscope, Termometer, Pita pengukur, Timbangan
bayi, Sarung tangan, Penunjuk waktu/jam, Lampu, Sabun, Handuk
dan Air mengalir (Setiyani, dkk. 2016).

D. Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai
dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra
hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. Masa nifas (puerperium)
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu (Sukma,2017).
BAB III
PERKEMBANGAN KASUS

A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil


1. Definisi
Kehamilan adalah proses fisiologis yang normal dialami wanita.
Namun demikian bidan sebagai tenaga kesehatan yang memfasilitasi
seseorang ibu hamil haruslah paham dan mengerti dengan benar tentang
konsep kehamilan dan asuhannya sehingga dapat memberikan asuhan
sesuai dengan batas kewenangannya. (Erina Eka Hartini, 2018).

2. Tujuan
Tujuan asuhan kehamilan yang harus di upayakan oleh bidan
melalui asuhan antenatal yang efektif; adalah mempromosikan dan
menjaga kesehatan fisik mental sosial ibu dan bayi dengan pendidikan
kesehatan, gizi, kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi. Di
dalamnya juga harus dilakukan deteksi abnormalitas atau komplikasi
dan penatalaksanaan komplikasi medis, bedah, atau obstetri selama
kehamilan. Pada asuhan kehamilan juga dikembangkan persiapan
persalinan serta kesiapan menghadapi komplikasi, membantu
menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan nifas
normaldan merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial dan
mempersiapkan rujukan apabila diperlukan (Tyastuti,2016).

3. Perubahan Fisiologis Ibu Hamil Trimester III


a) Sistem Reproduksi, perubahannya meliputi perubahan pada uterus
dan vagina. Pada vagina, dindingnya bersiap untuk merenggang
pada saat persalinan (Yulizawati, dkk. 2017). Pada uterus, pada saat
mulai hamil maka uterus mengalami peningkatan sampai pada akhir
kehamilan mencapai 1000 gram (Tyastuti S, 2016).
b) Payudara, hormon estrogen dapat memacu perkembangan duktus air
susu pada payudara, sedangkan hormon progesterone menambah
sel-sel asinus pada payudara. Hormon laktogenik plasenta
menyebabkan hipertrofi, pertambahan sel-sel asinus payudara, dan
meningkatkan produksi zat-zat kasein, laktoalbumin, laktoglobulin,
sel-sel lemak, kolostrum (Tyastuti S, 2016).
c) Sistem Endokrin, perubahannya meliputi perubahan pada hormone
progesterone, estrogen, dan HPL. Kadar hormon progesteron
menjelang persalinan mengalami penurunan, produksi maksimum
diperkirakan 250 mg/hari. Sumber utama estrogen adalah plasenta
dan , kadar terus meningkat menjelang aterm, out put estrogen
maksimum 30 – 40 mg/hari. Kadar HPL terus meningkat seiring
dengan pertumbuhan plasenta selama kehamilan, hormon ini
mempunyai efek laktogenik dan antagonis insulin, Kadar prolaktin
meningkat yang berfungsi untuk menghasilkan kolostrum (Tyastuti
S, 2016).
d) Kekebalan, seiring bertambahnya umur kehamilan, jumlah limfosit
meningkat. Dengan tuanya kehamilan maka ditemukan sel–sel
limfoid yang berfungsi membentuk molekul immunoglobulin.
Gamma–M imunoglobulin: ditemukan pada kehamilan 5 bulan dan
meningkat segera pada saat bayi dilahirkan (Tyastuti S, 2016).
e) Pernafasan, wanita hamil sering mengeluh sesak napas pada umur
kehamilan 32 minggu lebih, karena uterus semakin membesar
sehingga menekan usus dan mendorong keatas menyebabkan tinggi
diafragma bergeser 4 cm sehingga kurang leluasa bergerak (Tyastuti
S, 2016).
f) Perkemihan, hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan
ureter membesar, tonus otot otot saluran kemih menurun. Wanita
hamil trimester I dan III sering mengalami sering kencing
(BAK/buang air kecil) sehingga sangat dianjurkan untuk sering
mengganti celana dalam agar tetap kering (Tyastuti S, 2016).
4. Perubahan Psikologis Ibu Hamil Trimester III
Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan
waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu
kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut
merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang
– kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu –
waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan
timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan. Ibu
seringkali merasa khawatir atau takut kalau–kalau bayi yang akan
dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap
melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa
saja yang dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang ibu
mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang
akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat
kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu
yang merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu, ibu mulai
merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan
perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah
ibu sangat memerlukan keterangan dan dukungan dari suami,
keluarga dan bidan.Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif
untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua. Periode ini juga
disebut periode menunggu dan waspada sebab merasa tidak sabar
menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya
perut merupakan 2 hal yang mengingatkan ibu pada bayi yang akan
dilahirkan nanti. Disamping hal tersebut ibu sering mempunyai
perasaan :
a. Kadang – kadang merasa kuatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu –
waktu
b. Meningkatnya kewaspadaan akan timbulnya tanda dan gejala
persalinan
c. Khawatir bayinya lahir dalam keadaan tidak normal
d. Takut akan rasa sakit yang timbul pada saat persalinan
e. Rasa tidak nyaman
f. Kehilangan perhatian khusus yang diterima selama kehamilan
sehingga memerlukan dukungan baik dari suami, keluarga
maupun tenaga kesehatan
g. Persiapan aktif untuk bayi dan menjadi orang tua
Keluarga mulai menduga – duga tentang jenis kelamin bayinya
( apakah laki – laki atau perempuan ) dan akan mirip siapa. Bahkan
mereka mungkin juga sudah memilih sebuah nama untuk bayinya. (
PusDikNaKes, 2003 : 28 )
Berat badan ibu meningkat, adanya tekanan pada organ dalam,
adanya perasaan tidak nyaman karena janinnya semakin besar,
adanya perubahan gambaran diri ( konsep diri, tidak mantap,
merasa terasing, tidak dicintai, merasa tidak pasti, takut, juga
senang karena kelahiran sang bayi ). ( Tri Rusmi Widayatun, 1999
: 154 )
Adanya kegembiraan emosi karena kelahiran bayi. Sekitar
bulan ke-8 mungkin terdapat periode tidak semangat dan depresi,
ketika bayi membesar dan ketidaknyamanan bertambah. Calon ibu
mudah lelah dan menunggu dampaknya terlalau lama. Sekitar 2
minggu sebelum melahirkan, sebagian besar wanita mulai
mengalami perasaan senang. Mereka mungkin mengatakan pada
perawat “saya merasa lebih baikan saat ini ketimbang sebulan yang
lalu”. Kecuali bila berkembang masalah fisik, kegembiraan ini
terbawa sampai proses persalinan, suatu periode dengan stress
yang tinggi. Reaksi calon ibu terhadap persalinan ini secara umum
tergantung pada persiapan dan persepsinya terhadap kejadian ini.
Perasaan sangat gembira yang dialami ibu seminggu sebelum
persalinan mencapai klimaksnya sekitar 24 jam sebelum
persalinan.

5. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III

Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan pelayanan kesehatan


komprehensif dan berkualitas yang dilakukan melalui :
a. Deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan
Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah
kehamilan dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil:
1) Pusing
Pusing biasa muncul pada kehamilan muda. Apabila pusing
sampai mengganggu aktivitas sehari-hari maka perlu
diwaspadai.
2) Sakit kepala
Sakit kepala yang hebat atau yang menetap timbul pada ibu
hamil mungkin dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.
3) Perdarahan
Perdarahan waktu hamil, walaupun hanya sedikit sudah
merupakan tanda bahaya sehingga ibu hamil harus waspada.
4) Sakit perut hebat
Nyeri perut yang hebat dapat membahayakan kesehatan ibu
dan janinnya.
5) Demam
Demam tinggi lebih dari 2 hari atau keluarnya cairan
berlebihan dari bang rahim dan kadang-kadang berbau
merupakan salah satu tanda bahaya pada kehamilan.
6) Batuk lama
Batuk lama lebih dari 2 minggu, perlu ada pemeriksaan lanjut
dan dapat dicurigai ibu hamil menderita TB.
7) Berdebar-debar
Jantung berdebar-debar pada ibu hamil merupakan salah satu
masalah pada kehamilan yang harus diwaspadai.
8) Cepat lelah
Dalam dua atau tiga bulan pertama kehamilan, biasanya timbul
rasa lelah, mengantuk yang berlebihan dan pusing, yang
biasanya terjadi pada sore hari. Kemungkinan ibu menderita
kurang darah.
9) Sesak nafas atau sukar bernafas
Pada akhir bulan ke delapan ibu hamil sering merasa sedikit
sesak bila bernafas karena bayi menekan paru-paru ibu.
Namun apabila hal ini terjadi berlebihan maka perlu
diwaspadai.
10) Keputihan yang berbau
Keputihan yang berbau merupakan salah satu tanda bahaya
pada ibu hamil
11) Gerakan janin
Gerakan bayi mulai dirasakan ibu pada kehamilan akhir bulan
keempat. Apabila gerakan janin belum muncul pada usia
kehamilan ini, gerakan yang semakin berkurang atau tidak ada
gerakan maka ibu hamil harus waspada (Fatimah,2017).

6. Ketidaknyamanan Trimester III dan Cara Mengatasinya


a. Edema dependen
Peningkatan kadar sodium dikarenakan pengaruh hormonal,
kongesti sirkulasi pada ekstremitas bawah, peningkatan
permiabilitas kapiler, tekanan dari pembesaran uterus pada vena
pelvik ketika duduk atau pada vena kava inferior ketika berbaring.
Hindari posisi berbaring, hindari posisi berdiri pada waktu yang
lama, tinggikan kaki, sering melatih kaki untuk ditekuk ketika
duduk atau berdiri, angkat kaki ketika duduk atau istirahat, hindari
kaos kaki yang ketat, lakukan senam secara teratur.
b. Keputihan
Hyperplasia mukosa vagina, peningkatan produksi lendir dan
kelenjar endoservikal.
Tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari, memakai pakaian
dalam dari bahan katun dan mudah menyerap, tingkatkan daya
tahan tubuh dengan makan buah dan sayur.
c. Kram pada kaki
Tidak jelas dasarnya, tetapi mungkin karena ketidak
seimbangan rasio kalsium/fosfor.
Kurangi konsumsi susu yang kandungan fosfornya tinggi, latihan
dorsofleksi pada kaki dan meregangkan otot yang terkena, gunakan
penghangat otot.
d. Napas sesak
Hiperventilasi, peningkatan kadar progesterone berpengaruh
langsung pada pusat pernafasan untuk menurunkan kadar CO2 serta
meningkatkan kadar O2.
Dorong agar secara sengaja mengatur laju dan dalamnya pernafasan
pada kecepatan normal yang terjadi, merentangkan tangan diatas
kepala serta menarik nafas panjang, mendorong postur tubuh yang
baik, melakukan pernafasan intercostal.
e. Nyeri ligamentum rotondum
Hipertropi dan peregangan ligament selama kehamilan,
tekanan dari uterus pada ligamentum.
Tekuk lutut kearah abdomen, mandi air hangat, gunakan bantalan
pemanas pada area yang terasa sakit hanya jika tidak terdapat
kontraindikasi, gunakan sebuah bantal untuk menopang uterus dan
bantal lainnya letakkan di antara lutut sewaktu dalam posisi
berbaring miring.
f. Heartburn
Aliran balik asam gastrik kedalam esophagus bagian bawah
karena produksi progesterone yang meningkat, relaksasi spingter
esophagus bagian bawah, pergeseran lambung.
Makan sedikit tapi sering, hindari makanan berlemak dan berbumbu
tajam, hindari rokok, asap rokok, alcohol, dan coklat, hindari
berbaring setelah makan, hindari minum air putih saat makan,
kunyah permen karet, tidur dengan kaki ditinggikan.
g. Perut kembung
Penekanan dari uterus yang membesar, pemotilasi
gastrointestinal menurun yang menyebabkan terjadinya perlambatan
waktu pengosongan.
Hindari makanan yang mengandung gas, mengunyah makanan
secara sempurna, lakukan senam secara teratur, pertahankan saat
BAB yang teratur.
h. Sakit punggung atas dan bawah
Spasme otot karena tekanan terhadap akar saraf,
penambahan ukuran payudara, kadar hormone yang berlebihan,
kelelahan.
Gunakan bodi mekanik yang baik untuk mengangkat benda – 1.
berjongkok, dan bukan membungkuk, untuk mengangkat setiap
benda supaya kaki (paha) dan bukan punggung yang menahan
beban dan tegangan – 2. Lebarkan kaki dan letakkan satu kaki
sedikit ke depan kaki yang lain pada waktu membungkuk agar
terdapat dasar yang luas untuk keseimbangan pada waktu bangkit
dari jongkok; gunakan BH yang menopang dan ukuran yang tepat;
gunakan kasur yang keras untuk tidur; gunakan bantal waktu tidur
untuk meluruskan punggung.
i. Pusing
Hipertensi postural yang berhubungan dengan perubahan
hemodinamis, penggumpalan darah dalam pembuluh tungkai yang
mengurangi aliran balik vena dan menurunkan output kardiak serta
tekanan darah dengan tegangan orthostatis yang meningkat.
Bangun secara perlahan dari posisi istirahat, hindari berdiri terlalu
lama dalam lingkungan yang hangat dan sesak.
j. Pigmentasi bertambah, jerawat, kulit berminyak
Hormon MSH dari hipofise anterior. Biasanya sembuh
sendiri selama laktasi atau puerperium.
k. Sembelit
Gerakan saluran pencernaan melambat, oleh progesteron,
mengakibatkan peningkatan absorsi air, usus tertekan oleh uterus,
juga seringkali akibat minum suplemen zat besi. Minum air 6 gelas
sehari, latihan fisik ringan.

l. Varises, tungkai nyeri bisa sampai vulva dan hemoroid


Disebabkan predisposisi herediter, dinding otot polos vena
melebar, akibat hormonal.
Hindari kegemukan, berdiri/duduk lama, baju ketet, latihan fisik
ringan, istirahat dengan kaki lebih tinggi, mandi dengan air hangat.
m. Sering pingsan (biasanya selama kehamilan)
Disebabkan gangguan vasomotor/hormonal. Latihan fisik
ringan, nafas dalam, bangun dari tidur perlahan, suhu kamar diatur
sejuk (Sulistyawati, 2013).

7. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil Trimester III


(a) Oksigen
Untuk memenuhi kebutuhan oksigen ibu hamil perlu melakukan
hal tersebut :
(1) Latihan napas melalui senam hamil
(2) Tidur dengan bantal yang lebih tinggi
(3) Makan tidak terlalu banyak (Walyani,2015).
(b) Nutrisi
Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori per
hari, ibu hamil harus mengkonsumsi yang mengandung protein,zat
besi dan cukup cairan (menu seimbang) (Walyani, 2015)
(c) Personal hygine
Dapat mengurangi kemungkinan infeksi (Tyastuti,2016).
(d) Pakaian
Pakaian yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah pakaian yang
longgar, nyaman dipakai,tanpa sabuk atau pita yang menekan
bagian perut atau pergelangan tangan karena akan mengganggu
sirkulasi darah (Tyastuti,2016)
(e) Eliminasi
Pada ibu hamil sering terjadi obstipasi. Hal tersebut dapat
dikurangi dengan banyak minum air putih, gerak badan
cukupmakan-makanan yang berserat dan buah-buahan
(Tyastuti,2016).
(f) seksual
(1) posisi di atur untuk menyesuaikan dengan pembesaran perut
(2) pada trimester III hubungan seksual dilakukan dengan hati-
hati karena dapat menimbulkan kontraksi
(3) hindari hubungan seksual yang menyebabkan kerusakan janin
(4) pada pasangan yang beresiko dapat menggunakan kondom
untuk mencegah penularan (Tyastuti,2016).

8. Asuhan Antenatal Care


Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anemnesis,
pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan
laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus
(sesuai resiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Kunjungan
antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan (Rukiyah dkk., 2015).
a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum minggu
ke 14).
b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-
28).
c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-
36 dan sesudah minggu ke 36)
Jadwal kunjungan ulang sebaiknya dilakukan setiap 4 minggu
pada usia kehamilan 28-36 minggu, setiap minggu pada usia
kehamilan antara 38 sampai kelahiran (Rukiyah A, Y, dkk,
2015).

9. Kunjungan Antenatal Care


Periksa kehamilan minimal 6 kali selama kehamilan dan
minimal 2 kali pemeriksaan oleh dokter pada trimester 1 dan 3
(Buku KIA revisi, 2020):
1) 2 kali pada trimester pertama (kehamilan hingga 12 minggu).
2) 1 kali pada trimester kedua (kehamilan diatas 12 minggu
sampai 24 minggu).
3) 3 kali pada trimester ketiga (kehamilan diatas 24 minggu
sampai 40 minggu).

10. Pmeriksaan kehamilan


a) Anamnesa
Anamnesa identitas dari suami: nama, umur, agama,
pekerjaan, alamat dan sebagainya (indrayani, 2011)
1) Anamnesa umum
a. Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, miksi,
defeksi perkawinan dan sebagainya.
b. Tentang haid. Dari HPHT dapat dihitung usia
kehamilan penting untuk menetukan kapan taksiran
persalinan.
(1) Menggunakan rumus naegle. Untuk menghitung
taksiran persalinan yaitu menambahkan HPHT
dengan tujuan dan bulannya ditambahkan
Sembilan.
(2) Perkiraan tinggi fundus uteri.
(3) Penentuan kehamilan dengan ultrasonografi, bila ragu
dapat berkomunikasi dengan dokter untuk mentapkan
perkiraan persalinan.
(Indrayani, 2011).
c. Tentang riwayat kesehatan, pemenuhan kebutuhan rutin,
riwayat sosial ekonomi, kehamilan, persalinan, keguguran
dan kehamilan ektopik, atau kehamilan mola sebelumnya.
b) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan seluruh tubuh secara head to toe, pemeriksaan TTV,
dan sebagainya
c) Perkusi menggunakan alat untuk mengetahui refleksi patella.
d) Palpasi
Palpasi perut bertujuan untuk menentukan besar dan konsistensi
rahim, bagian-bagian janin, letak dan presentasi, gerakan janin dan
penurunan persentasi ke panggul dan kontraksi rahim braxton
hicks dan his (Indrayani, 2011).
e) Palpasi Abdomen :

a. Leopold I
Tujuan: untuk menentukan inggi fundus uteri (tusia
kehamilan) dan bagian janin yang terdapat di fundus uteri
(bagian atas perut ibu).
Teknik:
- Memposisikan ibu dengan lutut fleksi (kaki ditekuk 450
atau lutut bagian dalam diganjal bantal) dan pemeriksa
menghadap ke arah ibu
- Menengahkan uterus dengan menggunakan kedua tangan
dari arah samping umbilical
- Kedua tangan meraba fundus kemudian menentukan TFU

- Meraba bagian Fundus dengan menggunakan ujung kedua


tangan, tentukan bagian janin.
Hasil
- Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan
teraba adalah keras,bundar dan melenting (seperti mudah
digerakkan)
- Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan
terasa adalah lunak, kurang bundar, dan kurang melenting

- Apabila posisi janin melintang pada rahim, maka pada


Fundus teraba kosong.

Gambar 2
Leopold I
(Fatimah,2017)

b. Leopold II

Tujuan : Untuk menentukan dimana punggung anak dan


dimana letak bagian-bagian kecil.
Teknik:
- Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan
pemeriksa menghadap ibu
- Meletakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral
kanan dan telapak tangan kanan pada dinding perut lateral
kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang sama
- Mulai dari bagian atas tekan secara bergantian atau
bersamaan (simultan) telapak tangan tangan kiri dan kanan
kemudian geser ke arah bawah dan rasakan adanya bagian
yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian
kecil (ekstremitas).
Hasil:
Bagian punggung: akan teraba jelas, rata, cembung,
kaku/tidak dapat digerakkan
Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki): akan teraba kecil,
bentuk/posisi tidak jelas dan menonjol, kemungkinan teraba
gerakan kaki janin secara aktif maupun pasif.

Gambar 3
Leopold II
(Fatimah,2017)

c. Leopold III (Fatimah,2017)

Tujuan: untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau


bokong) yang terdapat di bagian bawah perut ibu, serta apakah
bagian janin tersebut sudah memasuki pintu atas panggul
(PAP).
Teknik:
- Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan
pemeriksa menghadap ibu
- Meletakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral
kiri bawah, telapak tangan kanan bawah perut ibu
- Menekan secara lembut dan bersamaan/bergantian untuk
mentukan bagian terbawah bayi
- Gunakan tangan kanan dengan ibu jari dan keempat jari
lainnya kemudian goyang bagian terbawah janin.
Hasil:
Bagian keras,bulat dan hampir homogen adalah kepala
sedangkan tonjolan yang lunak dan kurang simetris adalah
bokong,Apabila bagian terbawah janin sudah memasuki
PAP, maka saat bagian bawah digoyang, sudah tidak bias
(seperti ada tahanan).

Gambar 4
Leopold III
(Fatimah,2017)

d. Leopold IV

Tujuan: untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang


terdapat di bagian bawah perut ibu, serta untuk mengetahui
seberapa jauh bagian bawah janin telah memasuki pintu atas
panggul.
Teknik:
-Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu, dengan posisi kaki ibu
lurus
-Meletakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral
kiri dan kanan uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan
kanan berada pada tepi atas simfisis
-Menemukan kedua ibu jari kiri dan kanan kemudian rapatkan
semua jari- jari tangan yang meraba dinding bawah uterus.
-Perhatikan sudut yang terbentuk oleh jari-jari: bertemu
(konvergen) atau tidak bertemu (divergen)
-Setelah itu memindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada
bagian terbawah bayi (bila presentasi kepala upayakan
memegang bagian kepala di dekat leher dan bila presentasi
bokong upayakan untuk memegang pinggang bayi).

-Memfiksasi bagian tersebut ke arah pintu atas panggul


kemudian meletakkan jari-jari tangan kanan diantara tangan
kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian
terbawah telah memasuki pintu atas panggul.

Hasil:
- Apabila kedua jari-jari tangan pemeriksa bertemu
(konvergen) berarti bagian terendah janin belum memasuki
pintu atas panggul, sedangkan apabila kedua tangan
pemeriksa membentuk jarak atau tidak bertemu (divergen)

mka bagian terendah janin sudah memasuki Pintu Atas


Panggul (PAP)
- Penurunan kepala dinilai dengan: 5/5 (seluruh bagian jari
masih meraba kepala, kepala belum masuk PAP), 1/5
(teraba kepala 1 jari dari lima jari, bagian kepala yang
sudah masuk 4 bagian), dan seterusnya sampai 0/5 (seluruh
kepala sudah masuk PAP).
Gambar 5
Leopold IV
(Fatimah,2017)

1. Genital luar ( externa )


a.Varises
b.Perdarahan
c. Luka
d. Cairan yang keluar
e. Pengeluaran dari uretra dan Skene
f. Kelenjar Bartholin : bengkak ( massa ), cairan yang keluar

2. Genital dalam ( interna )


a. Servik meliputi : cairan yang keluar , luka (lesi ),
kelunakan, posisi, mobilitas, tertutup atau membuka.
b. Vagina meliputi cairan yang keluar , luka , darah.

c. Ukuran Adneksa, bentuk , posisi, nyeri,kelunakan,massa (


pada trimester pertama )
d. Uterus meliputi : ukuran, bentuk,posisi,mobilitas,kelunakan,
massa (pada trimester pertama). (Fatimah,2017).

3. Tes Laboratorium
Pada setting/tempat yang berbeda pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan pada wanita hamil
berbeda.Dibanyak tempat di Indonesia wanita didperiksa
urinnya untuk mengetahui kadar protein dan
glukosanya,diperiksa darahnya untuk mengetahui faktor rhesus ,
golongan darah,Hb dan rubelanya.Jenis tes dalam daftar berikut
yang dicetak tebal adalah tes yang paling penting yang dapat
dipakai untuk menilai adanya masalah pada ibu hamil.Dan jika
tertangani maka akan mencegah kematian dan kesakitan pada
ibu dan anak. Tes yang lain berguna hanya jika ada indikasi
perlunya tes tersebut. (Fatimah,2017).
Tabel 1
Test Laboratorium
Diagnosis
Nilai /
Nilai
Tes Lab Tidak Masalah
Normal
Normal Yang
terkait
Hgb.Hemoglobin 10,5 – 14,0 < 10,5 Anemia
Protein Terlacak / >atau = 2+ Protein urin
urin negatif Keruh ( (mungkin ada
Dipstick Bening / positif) infeksi
Merebus negative (PIH)HPHT

Glukosa dalam Diabetes


urin
Benedict’s

VDRL/RPR Negatif Positif Syphilis


Test
Pemeriksaan
Syphilis pertama

Faktor Rhesus RH+ RH- RH sensitization

Ketidakcocokan
Gol.Darah A B O AB -
ABO

HIV + AIDS

Rubela Positif Negatif Anomali pada


janin jika ibu
mengalami
Infeksi

Tinja untuk Negatif Positif Anemia Akibat


(Ova/Telur cacing 0 Cacing (Cacing
dan parasite) Tambang)
Sumber : (Fatimah,2017)

B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin


a. Pengertian
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan
janin turun ke jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan
ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Dengan demikian bisa
dikatakan bahwa persalinan (labor) adalah rangkaian peristiwa mulai
dari kenceng-kenceng teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi
(janin, plasenta, ketuban, dan cairan ketuban) dari uterus ke dunia luar
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau dengan
kekuatan sendiri (Utami,2019).
Persalinan buatan adalah peroses persalinan yang dibantu dengan
tenaga dari luar atau selain dari ibu yang akan melahirkan. Tenaga yang
di maksud, misalnya ekstraksi foreceps, atau ketika dilakukan operasi
caesaria. Berbeda dengan persalinan anjuran, yaitu proses persalinan
yang tidak dimulai dengan proses yang seperti biasanya, akan tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian Pitocin, atau
prostaglandin. (Yuni Fitriana,2018).
b. Tujuan

Adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat


kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang
terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal dengan asuhan
kebidanan persalinan yang ade kuat sesuai dengan tahapan persalinan
sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada
tingkat yang optimal (Kurniarum,2016).
Seorang bidan harus mampu menggunakan pengetahuan,
keterampilan dan pengambil keputusan yang tepat terhadap kliennya
untuk Memberikan dukungan baik secara fisik maupun emosional
kepada ibu dan keluarganya selama persalinan dan kelahiran, melakukan
pengkajian, membuat diagnose, mencegah, dan menangani komplikasi-
komplikasi dengan cara pemantauan ketat dan deteksi dini selama
persalinan dan kelahiran, melakukan rujukan pada kasus-kasus yang
tidak biasa ditangani sendiri untuk mendapatkan asuhan spesialis jika
perlu, memberikan asuhan yang adekuat kepada ibu dengan intervensi
minimal, sesuai dengan tahap persalinannya, memperkecilresiko infeksi
dengan melaksanakan pencegahan infek yang aman, selalu
memberitahukan kepada ibu dan keluarganya mengenai kemajuan,
adanya penyulit maupun intervensi yang akan dilakukan dalam
persalinan, memberikan asuhan yang tepat untuk bayi segera setelah
lahir dan membantu ibudengan pemberian ASI (Fitriana,Y.,&
Nurwiandani,2018).
c. Prinsip asuhan Persalinan
Prinsip umum dari asuhan sayang ibu yang harus diikuti oleh bidan,
sebagai berikut :
1) Rawat ibu dengan penuh hormat
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dilakukan ibu.
3) Menghargai hak-hak ibu dan memberikan asuhan yang bermutu serta
sopan.
4) Memberikan asuhan dengan memperhatikan privasi.
5) Selalu menjelaskan apa yang akan dikerjakan sebelum anda
melakukannya serta meminta izin dahulu.
6) Selalu mendiskusikan temuan-temuan pada ibu serta kepada siapa
saja yang ia inginkan untuk berbagi informasi ini.
7) Selalu mendiskusikan rencana dan intervensi serta pilihan yang
sesuai dan tersedia bersama ibu.
8) Mengizinkan ibu untuk memilih siapa yang akan menemaninya
selama persalinan dan kelahiran, kelahiran dan pascasalin.
9) Mengizinkan ibu menggunakan posisi apa saja yang diinginkan
selama persalinan dan kelahiran
10) Menghindari penggunaan suatu tindakan medis yang tidak perlu
(episiotomy, pencukuran, dan enema)
11) Memfasilitasi hubungan dini antara ibu dan bayi baru lahir
(bounding and attachment).
d. Tanda-tanda Persalinan
Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah :
Timbulnya kontraksi uterus Biasa juga disebut dengan his
persalinan yaitu his pembukaan yang mempunyai sifat sebagai
berikut :

1. Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian


depan.
2. Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
3. Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan
kekuatannya makin besar.
4. Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan
cervix.
5. Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang
terjadi dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan
pembukaan serviks.
2. Penipisan dan pembukaan servix
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya
pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula.
3. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis
cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan
yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin
pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa
capillair darah terputus.
4. Premature Rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dengan
sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat
ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya
pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan
dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat
sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan
kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum
persalinan. Walaupun demikian persalinan diharapkan akan
mulai dalam 24 jam setelah air ketuban keluar
(Kurniarum,2016).
e. Tahap persalinan
1. Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi
uterus dan pembukaan servix hingga mencapai pembukaan
lengkap (10 cm). Persalinan kala I berlangsung 18 – 24 jam dan
terbagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif.
a. Fase laten persalinan
1. Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan servix secara bertahap
2. Pembukaan servix kurang dari 4 cm, Biasanya berlangsung di
bawah hingga 8 jam
b. Fase aktif persalinan
Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi
maximal, dan deselerasi
1. Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali
atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama
40 detik atau lebih
2. Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan
kecepatan 1 cm atau lebih perjam hingga permbukaan
lengkap (10 cm)
3. Terjadi penurunan bagian terendah janin.
2. Kala II
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari
serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam
pada primi dan 1 jam pada multi
a. Tanda dan gejala kala II
Tanda-tanda bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah:
1. Ibu ingin meneran
2. Perineum menonjol
3. Vulva vagina dan sphincter anus membuka
4. Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
5. His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.
6. Pembukaan lengkap (10 cm )
7. Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan
multipara rata-rata 0.5 jam
8. Pemantauan
a) Tenaga atau usaha mengedan dan kontraksi uterus
b) Janin yaitu penurunan presentasi janin dan kembali.
3. Kala III
a. Pengertian

1) Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan


berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban
2) Berlangsung tidak lebih dari 30 menit
3) Disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta
4) Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) dilanjutkan
pemberian oksitosin untuk kontraksi uterus dan mengurangi
perdarahan
b. Tanda-tanda pelepasan plasenta :
1) Perubahan ukuran dan bentuk uterus
2) Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas
karena plasenta sudah terlepas dari Segmen Bawah Rahim
3) Tali pusat memanjang
4) Semburan darah tiba tiba.
4. KALA IV

a. Pengertian
1. Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
setelah itu
2. Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung
3. Masa 1 jam setelah plasenta lahir
4. Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran
plasenta, 30 menit pada jam kedua setelah persalinan, jika
kondisi ibu tidak stabil, perlu dipantau lebih sering
5. Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada masa
ini
6. Observasi yang dilakukan :
a) Tingkat kesadaran penderita.
b) Pemeriksaan tanda vital.
c) Kontraksi uterus.
d) Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya
tidak melebihi 400- 500cc (kurnirum,2016).

f. kebutuhan Dasar ibu dalam Proses Persalinan


Menurut Abraham Maslow, kebutuhan dasar manusia adalah
suatu kebutuhan manusia yang paling dasar/pokok/utama yang
apabila tidak terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan di dalam diri
manusia. Kebutuhan dasar manusia terdiri dari kebutuhan fisiologis
(tingkatan yang paling rendah/dasar), kebutuhan rasa aman dan
perlindungan, kebutuhan akan dicintai dan mencintai, kebutuhan
harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis
diantaranyaadalah kebutuhan akan oksigen, cairan (minuman), nutrisi
(makanan), keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal,
personal hygiene, istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual.
Kebutuhan fisiologis ibu bersalin merupakan suatu kebutuhan
dasar pada ibu bersalin yang harus dipenuhi agar proses persalinan
dapat berjalan dengan lancar. Kebutuhan dasar ibu bersalin yang harus
diperhatikan bidan untuk dipenuhi yaitu kebutuhan oksigen, cairan
dan nutrisi, eliminasi, hygiene (kebersihan personal), istirahat, posisi
dan ambulasi, pengurangan rasa nyeri, penjahitan perineum (jika
diperlukan), serta kebutuhan akan pertolongan persalinan yang
terstandar. Pemenuhan kebutuhan dasar ini berbeda-beda, tergantung
pada tahapan persalinan, kala I, II, III atau IV. Adapun kebutuhan
fisiologis ibu bersalin adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan Oksigen
Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses persalinan
perlu diperhatikan oleh bidan, terutama pada kala I dan kala II,
dimana oksigen yang ibu hirup sangat penting artinya untuk
oksigenasi janin melalui plasenta. Suplai oksigen yang tidak
adekuat, dapat menghambat kemajuan persalinan dan dapat
mengganggu kesejahteraan janin. Oksigen yang adekuat dapat
diupayakan dengan pengaturan sirkulasi udara yang baik selama
persalinan. Ventilasi udara perlu diperhatikan, apabila ruangan
tertutup karena menggunakan AC, maka pastikan bahwa dalam
ruangan tersebut tidak terdapat banyak orang. Hindari
menggunakan pakaian yang ketat, sebaiknya penopang
payudara/BH dapat dilepas/dikurangi kekencangannya. Indikasi
pemenuhan kebutuhan oksigen adekuat adalah Denyut Jantung
Janin (DJJ) baik dan stabil (kurniarum,2016).
b. Kebutuhan Cairan dan Nutrisi
Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum) merupakan
kebutuhan yang harus dipenuhi dengan baik oleh ibu selama proses
persalinan. Pastikan bahwa pada setiap tahapan persalinan (kala I, II,
III, maupun IV), ibu mendapatkan asupan makan dan minum yang
cukup. Asupan makanan yang cukup (makanan utama maupun
makanan ringan), merupakan sumber dari glukosa darah, yang
merupakan sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Kadar gula
darah yang rendah akan mengakibatkan hipoglikemia. Sedangkan
asupan cairan yang kurang, akan mengakibatkan dehidrasi pada ibi
bersalin.
Pada ibu bersalin, hipoglikemia dapat mengakibatkan komplikasi
persalinan baik ibu maupun janin. Pada ibu, akan mempengaruhi
kontraksi/his, sehingga akan menghambat kemajuan persalinan dan
meningkatkan insiden persalinan dengan tindakan, serta dapat
meningkatkan risiko perdarahan postpartum. Pada janin, akan
mempengaruhi kesejahteraan janin, sehingga dapat mengakibatkan
komplikasi persalinan seperti asfiksia.
Dehidrasi pada ibu bersalin dapat mengakibatkan
melambatnya kontraksi/his, dan mengakibatkan kontraksi menjadi
tidak teratur. Ibu yang mengalami dehidrasi dapat diamati dari
bibir yang kering, peningkatan suhu tubuh, dan eliminasi yang
sedikit.
Dalam memberikan asuhan, bidan dapat dibantu oleh
anggota keluarga yang mendampingi ibu. Selama kala I, anjurkan
ibu untuk cukup makan dan minum, untuk mendukung kemajuan
persalinan. Pada kala II, ibu bersalin mudah sekali mengalami
dehidrasi, karena terjadi peningkatan suhu tubuh dan terjadinya
kelelahan karena proses mengejan. Untuk itu disela-sela kontraksi,
pastikan ibu mencukupi kebutuhan cairannya (minum). Pada kala
III dan IV, setelah ibu berjuang melahirkan bayi, maka bidan juga
harus memastikan bahwa ibu mencukupi kebutuhan nutrisi dan
cairannya, untuk mencegah hilangnya energi setelah mengeluarkan
banyak tenaga selama kelahiran bayi (pada kala II).
(kurniarum,2016).
c. Kebutuhan Eliminasi
Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama persalinan perlu
difasilitasi oleh bidan, untuk membantu kemajuan persalinan dan
meningkatkan kenyamanan pasien. Anjurkan ibu untuk berkemih
secara spontan sesering mungkin atau minimal setiap 2
jam sekali selama persalinan.
Kandung kemih yang penuh, dapat mengakibatkan:
1. Menghambat proses penurunan bagian terendah janin ke dalam
rongga panggul, terutama apabila berada di atas spina isciadika
2. Menurunkan efisiensi kontraksi uterus/his
3. Mengingkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali ibu
karena bersama dengan munculnya kontraksi uterus
4. Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II
5. Memperlambat kelahiran plasenta
6. Mencetuskan perdarahan pasca persalinan, karena kandung
kemih yang penuh menghambat kontraksi uterus.
Apabila masih memungkinkan, anjurkan ibu untuk
berkemih di kamar mandi, namun apabila sudah tidak
memungkinkan, bidan dapat membantu ibu untuk berkemih dengan
wadah penampung urin. Bidan tidak dianjurkan untuk melakukan
kateterisasi kandung kemih secara rutin sebelum ataupun setelah
kelahiran bayi dan placenta. Kateterisasi kandung kemih hanya
dilakukan apabila terjadi retensi urin, dan ibu tidak mampu
untuk berkemih secara mandiri. Kateterisasi akan meningkatkan
resiko infeksi dan trauma atau perlukaan pada saluran kemih ibu.
Sebelum memasuki proses persalinan, sebaiknya pastikan
bahwa ibu sudah BAB. Rektum yang penuh dapat mengganggu
dalam proses kelahiran janin. Namun apabila pada kala I fase aktif
ibu mengatakan ingin BAB, bidan harus memastikan kemungkinan
adanya tanda dan gejala kala II. Apabila diperlukan sesuai indikasi,
dapat dilakukan lavement pada saat ibu masih berada pada kala I
fase latent(kurniarum,2016).
d. Kebutuhan Hygiene
Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu
diperhatikan bidan dalam memberikan asuhan pada ibu bersalin,
karena personal hygiene yang baik dapat membuat ibu merasa
aman dan relax, mengurangi kelelahan, mencegah infeksi,
mencegah gangguan sirkulasi darah, mempertahankan integritas
pada jaringan dan memelihara kesejahteraan fisik dan psikis.
Tindakan personal hygiene pada ibu bersalin yang dapat dilakukan
bidan diantaranya: membersihkan daerah genetalia (vulva-vagina,
anus), dan memfasilitasi ibu untuk menjaga kebersihan badan
dengan mandi. Mandi pada saat persalinan tidak dilarang. Pada
sebagian budaya, mandi sebelum proses kelahiran bayi merupakan
suatu hal yang harus dilakukan untuk mensucikan badan, karena
proses kelahiran bayi merupakan suatu proses yang suci dan
mengandung makna spiritual yang dalam. Secara ilmiah, selain
dapat membersihkan seluruh bagian tubuh, mandi juga dapat
meningkatkan sirkulasi darah, sehingga meningkatkan kenyamanan
pada ibu, dan dapat mengurangi rasa sakit. Selama proses
persalinan apabila memungkinkan ibu dapat diijinkan mandi di
kamar mandi dengan pengawasan dari bidan.
Pada kala I fase aktif, dimana terjadi peningkatan
bloodyshow dan ibu sudah tidak mampu untuk mobilisasi, maka
bidan harus membantu ibu untuk menjaga kebersihan genetalianya
untuk menghindari terjadinya infeksi intrapartum dan untuk
meningkatkan kenyamanan ibu bersalin. Membersihkan daerah
genetalia dapat dilakukan dengan melakukan vulva hygiene
menggunakan kapas bersih yang telah dibasahi dengan air
Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT), hindari penggunaan air yang
bercampur antiseptik maupun lisol. Bersihkan dari atas
(vestibulum), ke bawah (arah anus). Tindakan ini dilakukan apabila
diperlukan, misalnya setelah ibu BAK, setelah ibu BAB, maupun
setelah ketuban pecah spontan.
Pada kala II dan kala III, untuk membantu menjaga
kebersihan diri ibu bersalin, maka ibu dapat diberikan alas
bersalin (under pad) yang dapat menyerap cairan tubuh (lendir
darah, darah, air ketuban) dengan baik. Apabila saat mengejan
diikuti dengan faeses, maka bidan harus segera membersihkannya,
dan meletakkannya di wadah yang seharusnya. Sebaiknya hindari
menutupi bagian tinja dengan tisyu atau kapas ataupun melipat
undarpad. Pada kala IV setelah janin dan placenta dilahirkan,
selama 2 jam observasi, maka pastikan keadaan ibu sudah
bersih. Ibu dapat dimandikan atau dibersihkan di atas tempat
tidur. Pastikan bahwa ibu sudah mengenakan pakaian bersih dan
penampung darah (pembalut bersalin, underpad) dengan baik.
Hindari menggunakan pot kala, karena hal ini mengakibatkan
ketidaknyamanan pada ibu bersalin. Untuk memudahkan bidan
dalam melakukan observasi, maka celana dalam sebaiknya tidak
digunakan terlebih dahulu, pembalut ataupun underpad dapat
dilipat disela-sela paha (kurniarum,2016).
e. Kebutuhan Istirahat
Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat
pada ibu bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat selama proses
persalinan (kala I, II, III maupun IV) yang dimaksud adalah bidan
memberikan kesempatan pada ibu untuk mencoba relaks tanpa
adanya tekanan emosional dan fisik. Hal ini dilakukan selama tidak
ada his (disela-sela his). Ibu bisa berhenti sejenak untuk melepas
rasa sakit akibat his, makan atau minum, atau melakukan hal
menyenangkan yang lain untuk melepas lelah, atau apabila
memungkinkan ibu dapat tidur. Namun pada kala II, sebaiknya ibu
diusahakan untuk tidak mengantuk.
Setelah proses persalinan selesai (pada kala IV), sambil
melakukan observasi, bidan dapat mengizinkan ibu untuk tidur
apabila sangat kelelahan. Namun sebagai bidan, memotivasi ibu
untuk memberikan ASI dini harus tetap dilakukan. Istirahat yang
cukup setelah proses persalinan dapat membantu ibu untuk
memulihkan fungsi alat-alat reproduksi dan meminimalisasi
trauma pada saat persalinan (kurniarum,2016).
f. Posisi dan Ambulasi
Posisi persalinan yang akan dibahas adalah posisi persalinan
pada kala I dan posisi meneran pada kala II. Ambulasi yang
dimaksud adalah mobilisasi ibu yang dilakukan pada kala I.
Persalinan merupakan suatu peristiwa fisiologis tanpa
disadari dan terus berlangsung/progresif. Bidan dapat membantu
ibu agar tetap tenang dan rileks, maka bidan sebaiknya tidak
mengatur posisi persalinan dan posisi meneran ibu. Bidan harus
memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi persalinan dan
posisi meneran, serta menjelaskan alternatif-alternatif posisi
persalinan dan posisi meneran bila posisi yang dipilih ibu tidak
efektif.
Bidan harus memahami posisi-posisi melahirkan,
bertujuan untuk menjaga agar proses kelahiran bayi dapat berjalan
senormal mungkin. Dengan memahami posisi persalinan yang
tepat, maka diharapkan dapat menghindari intervensi yang tidak
perlu, sehingga meningkatkan persalinan normal. Semakin normal
proses kelahiran, semakin aman kelahiran bayi itu sendiri.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan posisi melahirkan:
1. Klien/ibu bebas memilih, hal ini dapat meningkatkan kepuasan,
menimbulkan perasaan sejahtera secara emosional, dan ibu dapat
mengendalikan persalinannya secara alamiah.
2. Peran bidan adalah membantu/memfasilitasi ibu agar merasa
nyaman.
3. Secara umum, pilihan posisi melahirkan secara alami/naluri
bukanlah posisi berbaring. Menurut sejarah, posisi berbaring
diciptakan agar penolong lebih nyaman dalam bekerja.
Sedangkan posisi tegak, merupakan cara yang umum
digunakan dari sejarah penciptaan manusia sampai abad ke-18.
Pada awal persalinan, sambil menunggu pembukaan
lengkap, ibu masih diperbolehkan untuk melakukan
mobilisasi/aktivitas. Hal ini tentunya disesuaikan dengan
kesanggupan ibu. Mobilisasi yang tepat dapat membantu dalam
meningkatkan kemajuan persalinan, dapat juga mengurangi rasa
jenuh dan kecemasan yang dihadapi ibu menjelang kelahiran
janin.
Pada kala I, posisi persalinan dimaksudkan untuk
membantu mengurangi rasa sakit akibat his dan membantu
dalam meningkatkan kemajuan persalinan (penipisan cerviks,
pembukaan cerviks dan penurunan bagian terendah). Ibu dapat
mencoba berbagai posisi yang nyaman dan aman. Peran
suami/anggota keluarga sangat bermakna, karena perubahan
posisi yang aman dan nyaman selama persalinan dan kelahiran
tidak bisa dilakukan sendiri olah bidan. Pada kala I ini, ibu
diperbolehkan untuk berjalan, berdiri, posisi berdansa, duduk,
berbaring miring ataupun merangkak. Hindari posisi jongkok,
ataupun dorsal recumbent maupun lithotomi, hal ini akan
merangsang kekuatan meneran. Posisi terlentang selama
persalinan (kala I dan II) juga sebaiknya dihindari, sebab saat ibu
berbaring telentang maka berat uterus, janin, cairan ketuban, dan
placenta akan menekan vena cava inferior. Penekanan ini akan
menyebabkan turunnya suplai oksigen utero-placenta. Hal ini
akan menyebabkan hipoksia. Posisi telentang juga dapat
menghambat kemajuan persalinan (kurniarum,2016).
Macam-macam posisi meneran diantaranya:
1. Duduk atau setengah duduk, posisi ini memudahkan bidan
dalam membantu kelahiran kepala janin dan memperhatikan
keadaan perineum.
2. Merangkak, posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan
dengan rasa sakit pada punggung, mempermudah janin
dalam melakukan rotasi serta peregangan pada perineum
berkurang.
3. Jongkok atau berdiri, posisi jongkok atau berdiri
memudahkan penurunan kepala janin, memperluas panggul
sebesar 28% lebih besar pada pintu bawah panggul, dan
memperkuat dorongan meneran. Namun posisi ini beresiko
memperbesar terjadinya laserasi (perlukaan) jalan lahir.
4. Berbaring miring, posisi berbaring miring dapat mengurangi
penekanan pada vena cava inverior, sehingga dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia janin karena
suplai oksigen tidak terganggu, dapat memberi suasana rileks
bagi ibu yang mengalami kecapekan, dan dapat mencegah
terjadinya robekan jalan lahir.
Hindari posisi telentang (dorsal recumbent), posisi ini
dapat mengakibatkan: hipotensi (beresiko terjadinya syok dan
berkurangnya suplai oksigen dalam sirkulasi uteroplacenter,
sehingga mengakibatkan hipoksia bagi janin), rasa nyeri yang
bertambah, kemajuan persalinan bertambah lama, ibu
mengalami gangguan untuk bernafas, buang air kecil
terganggu, mobilisasi ibu kurang bebas, ibu kurang semangat,
dan dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan
punggung.
Berdasarkan posisi meneran di atas, maka secara umum
posisi melahirkan dibagi menjadi 2, yaitu posisi tegak lurus
dan posisi berbaring. Secara anatomi, posisi tegak lurus
(berdiri, jongkok, duduk) merupakan posisi yang paling sesuai
untuk melahirkan, kerena sumbu panggul dan posisi janin
berada pada arah gravitasi. Adapun keuntungan dari posisi
tegak lurus adalah:
1. Kekuatan daya tarik, meningkatkan efektivitas kontraksi
dan tekanan pada leher rahim dan mengurangi lamanya
proses persalinan.
a. Pada Kala 1

1. Kontraksi, dengan berdiri uterus terangkat berdiri


pada sumbu aksis pintu masuk panggul dan kepala
mendorong cerviks, sehingga intensitas kontraksi
meningkat.
2. Pada posisi tegak tidak ada hambatan dari gerakan
uterus.
3. Sedangkan pada posisi berbaring, otot uterus lebih
banyak bekerja dan proses persalinan berlangsung
lebih lama.
b. Pada Kala 2

1. Posisi tegak lurus mengakibatkan kepala menekan


dengan kekuatan yang lebih besar, sehingga
keinginan untuk mendorong lebih kuat dan
mempersingkat kala 2.
2. Posisi tegak lurus dengan berjongkok,
mengakibatkan lebih banyak ruang di sekitar otot
dasar panggul untuk menarik syaraf penerima dasar
panggul yang ditekan, sehingga kadar oksitosin
meningkat.
3. Posisi tegak lurus pada kala 2 dapat mendorong janin
sesuai dengan anatomi dasar panggul, sehingga
mengurangi hambatan dalam meneran.
4. Sedangkan pada posisi berbaring, leher rahim
menekuk ke atas, sehingga meningkatkan hambatan
dalam meneran.
2. Meningkatkan dimensi panggul
a. Perubahan hormone kehamilan, menjadikan struktur
panggul dinamis/fleksibel.
b. Pergantian posisi, meningkatkan derajat mobilitas
panggul.
c. Posisi jongkok, sudut arkus pubis melebar
mengakibatkan pintu atas panggul sedikit melebar,
sehingga memudahkan rotasi kepala janin.
d. Sendi sakroiliaka, meningkatkan fleksibilitas sacrum
(bergerak ke belakang).
e. Pintu bawah panggul menjadi lentur maksimum.
f. Pada posisi tegak, sacrum bergerak ke dapan
mangakibatkan tulang ekor tertarik ke belakang.
g. Sedangkan pada posisi berbaring, tulang ekor tidak
bergerak ke belakang tetapi ke depan (tekanan yang
berlawanan).
3. Gambaran jantung janin abnormal lebih sedikit dengan
kecilnya tekanan pada pembuluh vena cava inferior
a. Pada posisi berbaring, berat uterus/cairan
amnion/janin mengakibatkan adanya tekanan pada
vena cava inferior, dan dapat menurunkan tekanan
darah ibu. Serta perbaikan aliran darah berkurang
setelah adanya kontraksi.
b. Pada posisi tegak, aliran darah tidak terganggu,
sehingga aliran oksigen ke janin lebih baik.
4. Kesejahteraan secara psikologis
a. Pada posisi berbaring, ibu/klien menjadi lebih pasif
dan menjadi kurang kooperatif, ibu lebih banyak
mengeluarkan tenaga pada posisi ini.
b. Pada posisi tegak, ibu/klien secara fisik menjadi lebih
aktif, meneran lebih alami, menjadi lebih fleksibel
untuk segera dilakukan ‘bounding’ (setelah bayi lahir
dapat langsung dilihat, dipegang ibu, dan disusui).
Ada beberapa keuntungan pada persalinan dengan
posisi tegak lurus. Namun ada beberapa kerugian
yang mungkin ditimbulkan dari persalinan dengan
posisi tegak, diantaranya adalah:
1. Meningkatkan kehilangan darah
a. Gaya gravitasi mengakibatkan keluarnya darah
sekaligus dari jalan lahir setelah kelahiran
janin, dan kontraksi meningkat sehingga
placenta segera lahir.
b. Meningkatkan terjadinya odema vulva, dapat
dicegah dengan mengganti-ganti posisi.
2. Meningkatkan terjadinya perlukaan/laserasi pada
jalan lahir
a. Odema vulva, dapat dicegah dengan
mengganti posisi (darah mengalir ke bagian
tubuh yang lebih rendah).
b. Luka kecil pada labia meningkat, tetapi luka
akan cepat sembuh.
c. Berat janin mendorong ke arah simfisis,
mengakibatkan tekanan pada perineum
meningkat, sehingga resiko rupture perineum
meningkat.
3. Untuk memudahkan proses kelahiran bayi pada
kala II, maka ibu dianjurkan untuk meneran
dengan benar, yaitu:
a.Menganjurkan ibu untuk meneran sesuai
dorongan alamiah selama kontraksi
berlangsung.
b. Hindari menahan nafas pada saat meneran.
Menahan nafas saat meneran mengakibatkan
suplai oksigen berkurang.
c. Menganjurkan ibu untuk berhenti meneran
dan istirahat saat tidak ada
kontraksi/hisApabila ibu memilih meneran
dengan posisi berbaring miring atau setengah
duduk, maka menarik lutut ke arah dada dan
menempelkan dagu ke dada akan
memudahkan proses meneran
d. Menganjurkan ibu untuk tidak menggerakkan
anggota badannya (terutama pantat) saat
meneran. Hal ini bertujuan agar ibu fokus
pada proses ekspulsi janin.
e. Bidan sangat tidak dianjurkan untuk
melakukan dorongan pada fundus untuk
membantu kelahiran janin, karena dorongan
pada fundus dapat meningkatkan distosia
bahu dan ruptur uteri.
A B C
A
B

D E E

F G

H I I
J L K
J K
L

Gambar 6
Posisi Persalinan
Sumber: (kurniarum,2016).

Keterangan:
A. Posisi duduk pada meja persalinan yang dirancang khusus
B. Posisi duduk pada kursi berlubang
C. Posisi duduk dengan bersandar pada pasangan
D. Posisi telentang/dorsal recumbent
(posisi ini tidak disarankan untuk meneran/selama persalinan)
E. Posisi setengah duduk kombinasi litothomi
F. Posisi setengah duduk dengan bersandar pada pasangan
G. Posisi setengah duduk dengan bersandar pada bantal
H. Posisi merangkak
I. Posisi jongkok
J. Posisi miring
K. Posisi miring dengan satu kaki diangkat
L. Posisi berdiri dengan bersandar pada meja khusus

g. Langkah-langkah Persalinan Normal ( Midwifery Update, 2016)


1) Mendengar & melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai
21/2 ml ke dalam wadah partus set.
3) Memakai celemek plastic.
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan
sabun air mengalir.
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi
dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah
dibasahi oleh air matang (DTT), engan gerakan vulva ke perineum.
8) Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah lengkap ]
dan selaput ketuban sudah pecah.
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai
pastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit).
11) Mengimformasikan ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah
merasa ingin meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (pada saat his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan
pastikan ia merasa nyaman.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran.
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16) Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan.
18) Memakai sarun tangan DTT pada kedua tangan.
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm,
memasang handuk bersih pada perut ibu untuk mengeringkan bayi jika
telah lahir dan kain kering dan bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah
bokong ibu. Setelah itu kita melakukan perasat stand hand (perasat
untuk melindungi perineum dengan satu tangan, di bawah kain bersih
dan kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan
pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi.
Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala fleksi pada saat keluar
secara bertahap melewati introitus dan perineum).
20) Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa
seteril kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal
menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan
distal untuk melahirkan bahu belakang.
23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan
atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung
kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai
bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin).
25) Melakukan penlaian sepintas :
(a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
(b) Apakah bayi bergerak aktif ?
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks ganti
handuk basah dengan handuk/kain yang kering membiarkan bayi atas
perut ibu.
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus.
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikan oksitosin).
30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira
3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kea rah distal (ibu) dan
jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31) Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (dilindungi
perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem
tersebut.
32) Letakan bayi pada dada ibu dengan posisi tengkurap untuk kontak ibu
dan bayi
33) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau seteril pada satu sisi
kemudian melingkarlah kembali benang tersebut dengan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
34) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi
dikepala bayi.
35) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm ari vilva.
36) Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas
simpisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
37) Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan
kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah
dorsokranial. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan mengulangi prosedur.
38) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan
lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).
39) Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta
dengan hati-hati. Bila perlu (teasa ada tahanan), pegang plasenta
dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu
pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
40) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian
palmar 4 jari kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
41) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan
untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah
lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastic yang tersedia.
42) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
43) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
44) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
paling sedikit 1 jam.
45) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes
mata antibiotic profilaksis, dan vit K1 1 mg intramuskuler di paha kiri
anterolateral.
46) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan anteriolateral.
47) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
48) Mengajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
49) Evaluasi dan estiminasi jumlah kehilangan darah.
50) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 m3nit selama jam
kedua pasca persalinan.
51) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik.
52) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di
dekontaminasi.
53) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
54) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih
dan kering.
55) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum.
56) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
57) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%.
Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5%.
58) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%.
Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5%.
59) Mencuci tangan dengan sabun air mengalir.
60) Melengkapi partograf.
h. Partograf
Partograf merupakan alat bahan bantu bidan mengenali apakah ibu
masih dalam kondisi normal atau mulai pada penyulit dengan selalu
menggunakan partoraf, bidan dapat mengambil keputusan klinik
dengan cepat dan tepat sehingga dapat terhindar dari keterlambatan
dalam pengelolaan ibu bersalin. Parograf dilengkapi proses persalinan
kala I sampai kala IV (Midwifery Update,2016)
1) Penggunaan partograf (Midwifery Update, 2016)
2) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sehingga
bagian penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik
tanpa apapun adanya penyulit.
3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan
asuhan kepada ibu ibu selama persalinan dan kelahiran(special
obgyn, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran)
4) Partograf membantu penolong persalinan dalam memantau,
mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan
normal maupun yang disertai dengan penyulit. Pencatatan pada
partograf dimulai pada saat proses persalinan masuk dalam ”fase
aktif" untuk menyatakan sudah masuk dalam fase aktif harus di
tandai dengan:
(a) Kontraksi yang teratur minimal 3 kali selama 10 menit.
(b) Lamanya kontraksi minimal 40 detik.
(c) Pembukaan 4 cm disertai dengan penipisan.
(d) Bagian terendah sudah masuk pintu atas panggul.
Bila pembukaan sudah mencapai > 4 cm tetapi kualitas kontraksi
masih kurang 3 kali dalam 10 menit lamanyakurang dari 40
detik, pikirkan diagnose inertia uteri.
Komponen yang harus di observasi:
(1) Denyut jantung janin setiap ½ jam
(2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 1/2jam.
(3) Nadi setiap 1/2 jam.
(4) Pembukaan serviks setiap 4 jam.
(5) Penurunan setiap 4 jam.
(6) Tekanan darah dan temperature tubuh setiap 4 jam.
(7) Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam.

C. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir


a. Pengertian
Bayi Baru lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan
lahir 2500 - 4000 gram, dengan nilai apgar > 7 dan tanpa cacat
bawaan (Nurhasiyahjami;,2017).
b. Tujuan
Memberikan perawatan komprehensif kepada bayi baru lahir
pada saat ia dalam ruang rawat, untuk mengajarkan orang tua
bagaimana merawat bayi mereka, dan untuk memberi motivasi
terhadap upaya pasangan menjadi orang tua, sehingga orang tua
percaya diri dan mantap. (Ni Wayan,2017)
c. Standar Asuhan Bayi Baru Lahir
1. Standar 13 : perawatan bayi baru lahir , bidan memastikan
pernafasan spontan, mencegah hiposia sekunder dan
hipotermia,menemukan kelainan, melakukan tindakan, atau
merujuk sesuai kebutuhan.
2. Standar 14 : penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan ,
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam 2 jam setelah persalinan, serta melakukan
tindakan yang di perlukan.
3. Standar 15 : pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas , untuk
membantu ibu di proses pemulihan, melalui penanganan atau
rujukan komplikasi yang mungkin terjadi, penjelasan kesehatan,
kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru
lahir, ASI, imunisasi, dan KB (Sriyanti,2016).
d. Kunjungan Bayi Baru Lahir
a. Kunjungan pertama (0-6 jam setelah lahir)
Asuhan yang diberikan adalah : mempertahankan suhu tubuh bayi,
melakukan pemeriksaan fisik, mengenali tanda-tanda bahaya
(pemberian ASI sulit, sulit mengisap atau lemah hisapan, kesulitan
bernafas yaitu pernafasan >60 kali/menit, letargi (bayi terus
menerus tidur tanpa bangun), warna kulit abnormal kulit biru
(sianosis/kuning), suhu terlalu panas (febris) atau terlalu dingin
(hipotermi), tanda dan prilaku abnormal atau tidak seperti biasa
seperti gangguan gastrointestinal misalnya tidak bertinja selama 3
hari, muntah terus menerus, perut membengkak, mata bengkak,
atau mengeluarkan cairan), melakukan perawatan tali pusat dan
memberikan imunisasi Hb0.
b. Kunjungan kedua (hari ke-3-hari ke-7 setelah lahir)
Asuhan yang diberikan adalah : menjaga suhu tubuh bayi, menjaga
tali pusat dalam keadaan bersih dan kering konseling terhadap ibu
dan keluarga untuk memberikan ASI ekslusif pencegahan
hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah
dengan menggunkan buku KIA, melakukan penanganan dan
rujukan khusus bila di perlukan.
c. Kunjungan ketiga (hari ke-8-hari ke-28 setelah lahir)
Asuhan yang diberikan adalah :menjaga suhu tubuh bayi, menjaga
tali pusat dalam keadaan kering dan bersih, konseling tehadap ibu
dan keluarga untuk memberikan ASI ekslusif pencegahan
hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah
dengan menggunakan buku KIA, melakukan penanganan dan
rujukan khusus bila diperlukan memberitahukan ibu tentang
imunisasi BCG (Buku KIA revisi,2020).
e. Kebutuhan Dasar Bayi Baru Lahir
Kebutuhan nutrisi yaitu pemberian ASI ekslusif berlangsung
hingga enam bulan tanpa adanya tambahan makanan pendamping
lain. Kebutuhan cairan, dan kebutuhan personal hygine dengan
memandikan setelah 6 jam bayi di lahirkan (Noordiati,2018).

D. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas


a. Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra
hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. Masa nifas (puerperium)
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sukma,2017).

b. Tujuan
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
2. Melaksanakan skrining yang komprehinsif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
3. Mendukung dan memperkuat keyakinan diri ibu dan
memungkinkan ia melakukan peran ibu dalam situasi keluarga
dan budaya yang khusus.
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi,
kepala bayinya dan perawatan bayi sehat.
5. Memberikan pelayanan keluarga berencana
6. Mempercepat involusi da kandungan
7. Melancarkan fungsi gastrointestinal atau perkemihan.
8. Melancarkan pengeluaran lochea
Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat
fungsi hati dan pengeluaran sisa metabolism. (Risa Pitriani,2015).

c. Tahapan Masa Nifas


1. Periode Taking In (hari ke-12 setelah melahirkan)
(a) Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain
(b) Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya
(c) Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu
melahirkan
(d) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk memgembalikan
keadaan tubuh kekondisi normal
(e) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga
membutuhkan peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu makan
menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak
berlangsung normal.
2. Periode Takin On/Taking Hold (hari ke 2-4 setelah
melahirkan)
(a) Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan
meningkatkan tanggung jawab akan bayinya.
(b) Ibu menfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh,
BAK,BAB, dan daya tahan tubuh
(c) Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi
seperti menggendong, menyusui, memandikan bayi dan
mengganti popok.
(d) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan
pribadi.
(e) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena
merasa tidak mampu membesarkan bayinya.
3. Periode Letting Go
(a) Terjadi setelah ibu pulang kerumah dan dipengaruhi oleh
dukungan serta perhatian keluarga
(b) Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi
dan memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi
hak ibu dalam kebebasan dan hubungan socialDepresi
postpartum sering terjadi pada masa ini (Risa Pitriani,2015).

d. Perubahan Fisiologis Pada Ibu Nifas


1. Uterus
Uterus adalah organ yang mengalami banyak perubahan
besar karena telah mengalami perubahan besar selama masa
kehamilan dan persalinan. Pembesaran uterus tidak akan terjadi
secara terus menerus, sehingga adanya janin dalam uterus tidak
akan terlalu lama. Bila adanya janin tersebut melebihi waktu yang
seharusnya, maka akan terjadi kerusakan serabut otot jika tidak
dikehendaki. Proses katabolisme akan bermanfaat untuk mencegah
terjadinya masalah tersebut. Proses katabolisme sebagian besar
disebabkan oleh dua faktor, yaitu:
a. Ischemia Myometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-menerus dari
uterus setelah pengeluaran plasenta, membuat uterus relatif
anemi dan menyebabkan serat otot atropi.
b. Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di
dalam otot uterus. Enzim proteolitik dan makrofag akan
memendekan jaringan otot yang sempat mengendur hingga 10
kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula selama
kehamilan.
Akhir 6 minggu pertama persalinan:
1) Berat uterus berubah dari 1000 gram menjadi 60 gram
2) Ukuran uterus berubah dari 15 x 12 x 8 cm menjadi 8 x 6 x
4cm.
3) Uterus secara berangsur-angsur akan menjadi kecil (involusi)
sehingga akhirnya kembali pada keadaan seperti sebelum
hamil.
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2
Tinggi Fundus Uteri
(Khasanah.2017)
No. Waktu Tinggi Fundus Berat Diameter Palpasi
Involusi Uteri Uterus Uterus Serviks
1. Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm Lunak

2. Uri/ Plasenta Dua jari bawah 750 gram 12,5 cm Lunak


Lahir Pusat

3. 1 Minggu Pertengahan 500 gram. 7,5 cm 2 cm


pusat-simfisis

4. 2 Minggu Tidak teraba di 300 gram 5 cm 1 cm


atas simfisis

5. 6 Minggu Bertambah kecil 60 gram 2,5 cm Menyem-


Pit

2. Afterpains
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus
pada umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang
periodik sering dialami multipara dan biasa menimbulkan nyeri
yang bertahan sepanjang masa awal puerperium. Rasa nyeri
setelah melahirkan ini lebih nyata setelah ibu melahirkan, di
tempat uterus terlalu teregang (misalnya, pada bayi besar dan
kembar). Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya
meningkatkan nyeri ini karena keduanya merangsang kontraksi
uterus.
3. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas
mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme
berkembang lebih cepat. Lochea mempunyai bau amis (anyir),
meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda
pada setiap wanita. Lochea juga mengalami perubahan karena
proses involusi. Perubahan lochea tersebut adalah:
a. Lochea rubra (Cruenta)
Muncul pada hari pertama sampai hari kedua post partum,
warnanya merah mengandung darah dari luka pada
plasenta dan serabut dari decidua dan chorion.
b. Lochea Sanguilenta
Berwarna merah kuning, berisi darah lendir, hari ke 3-7
pascapersalinan.
c. Lochea Serosa
Muncul pada hari ke 714, berwarna kecokelatan
mengandung lebih banyak serum, lebih sedikit darah juga
leukosit dan laserasi plasenta.
d. Lochea Alba
Sejak 26 minggu setelah persalinan, warnanya putih
kekuningan mengandung leukosit, selaput lendir serviks
dan serabut jaringan yang mati.
4. Tempat tertanamnya plasenta

Saat plasenta keluar normalnya uterus berkontraksi dan


relaksasi/retraksi sehingga volume/ruang tempat plasenta
berkurang atau berubah cepat dan 1 hari setelah persalinan
berkerut sampai diameter 7,5 cm. Kira-kira 10 hari setelah
persalinan, diameter tempat plasenta ± 2,5 cm. Segera setelah
akhir minggu ke 5-6 epithelial menutup dan meregenerasi
sempurna akibat dari ketidakseimbangan volume darah, plasma,
dan sel darah merah.
5. Perinium,vagina,vulva,dan anus

Berkurangnya sirkulasi progesteron membantu pemulihan


otot panggul, perineum, vagina, dan vulva ke arah elastisitas dari
ligamentum otot rahim. Merupakan proses yang bertahap akan
berguna jika ibu melakukan ambulasi dini, dan senam nifas.
Involusi serviks terjadi bersamaan dengan uterus kira- kira 23
minggu, servik menjadi seperti celah. Ostium eksternum dapat
dilalui oleh 2 jari, pingirannya tidak rata, tetapi retak-retak karena
robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama dilalui oleh
satu jari. Karena hyperplasia dan retraksi dari serviks, robekan
serviks menjadi sembuh.
Pada awal masa nifas, vagina dan muara vagina
membentuk suatu lorong luas berdinding licin yang berangsur-
angsur mengecil ukurannya tapi jarang kembali ke bentuk
nulipara. Rugae mulai tampak pada minggu ketiga. Himen
muncul kembali sebagai kepingan-kepingan kecil jaringan, yang
setelah mengalami sikatrisasi akan berubah menjadi caruncule
mirtiformis. Estrogen pascapartum yang munurun berperan dalam
penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Mukosa vagina
tetap atrofi pada wanita yang menyusui sekurang-kurangnya
sampai menstruasi dimulai kembali. Penebalan mukosa vagina
terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium. Kekurangan estrogen
menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan penipisan
mukosa vagina.. Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman saat
koitus (dispareunia) menetap sampai fungsi ovarium kembali
normal dan menstruasi dimulai lagi. Mukosa vagina memakan
waktu 23 minggu untuk sembuh tetapi pemulihan luka sub-
mukosa lebih lama yaitu 46 minggu. Beberapa laserasi
superficial yang dapat terjadi akan sembuh relatif lebih cepat.
Laserasi perineum sembuh pada hari ke-7 dan otot perineum akan
pulih pada hari ke 56.
Pada anus umumnya terlihat hemoroid (varises anus),
dengan ditambah gejala seperti rasa gatal, tidak nyaman, dan
perdarahan berwarna merah terang pada waktu defekasi. Ukuran
hemoroid biasanya mengecil beberapa minggu postpartum
6. Sistem pencernaan
Ibu menjadi lapar dan siap untuk makan pada 12 jam
setelah bersalin. Konstipasi dapat menjadi masalah pada awal
puerperium akibat dari kurangnya makanan dan pengendalian diri
terhadap BAB. Ibu dapat melakukan pengendalian terhadap BAB
karena kurang pengetahuan dan kekhawatiran lukanya akan
terbuka bila BAB.
7. Sistem peredaran darah
Setelah janin lahir, hubungan sirkulasi darah akan
terputus sehingga volume peredaran ibu akan meninggal.
8. Sistem perkemihan
Terjadi diuresis yang sangat banyak dalam hari-hari
pertama puerperium. Diuresis yang banyak mulai segera setelah
persalinan sampai 5 hari postpartum. Empat puluh persen ibu
postpartum tidak mempunyai proteinuri yang patologi dari segera
setelah lahir sampai hari kedua postpartum, kecuali ada gejala
infeksi dan preeklamsi.
Dinding saluran kencing memperlihatkan oedema dan
hyperaemia. Kadang-kadang oedema dari trigonum, menimbulkan
obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine. Kandung
kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya
bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah
kencing masih tinggal urine residual.
Sisa urine ini dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan
memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi ureter dan pyelum,
normal kembali dalam waktu 2 minggu
9. Sistem muskuloskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi
mencakup hal-hal yang dapat membantu relaksasi dan
hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat
pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada
minggu ke-6 sampai ke-8 setelah wanita melahirkan.
Striae pada abdomen tidak dapat menghilang sempurna
tapi berubah menjadi halus/samar, garis putih keperakan. Dinding
abdomen menjadi lembek setelah persalinan karena teregang
selama kehamilan. Semau ibu puerperium mempunyai tingkatan
diastasis yang mana terjadi pemisahan muskulus rektus abdominus.
Beratnya diastasis tergantung pada faktor-faktor penting
termasuk keadaan umum ibu, tonus otot, aktivitas/pergerakan yang
tepat, paritas,jarak kehamilan,kejadian/kehamilan dengan
overdistensi. Faktor-faktor tersebut menentukan lama waktu
yangdiperlukan untuk mendapatkan kembali tonus otot.
10. Sistem endokrin
1. Sistem kardiovaskuler Oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh glandula pituitari posterior dan
bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Oksitosin
di dalam sirkulasi darah menyebabkan kontraksi otot uterus dan
pada waktu yang sama membantu proses involusi uterus.
2. Prolaktin
Penurunan estrogen menjadikan prolaktin yang dikeluarkan oleh
glandula pituitari anterior bereaksi terhadap alveoli dari
payudara sehingga menstimulasi produksi ASI. Pada ibu yang
menyusui kadar prolaktin tetap tinggi dan merupakan
permulaan stimulasi folikel di dalam ovarium ditekan.
3. HCG, HPL, Estrogen, dan Progesterone
Ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan lahir, tingkat
hormone HCG, HPL, estrogen, dan progesterone di dalam darah
ibu menurun dengan cepat, normalnya setelah 7 hari.
4. Pemulihan Ovulasi dan Menstruasi
Pada ibu yang menyusui bayinya, ovulasi jarang sekali terjadi
sebelum 20 minggu, dan tidak terjadi di atas 28 minggu pada
ibu yang melanjutkan menyusui untuk 6 bulan. Pada ibu yang
tidak menyusui ovulasi dan menstruasi biasanya mulai antara
710 minggu. (Khasanah.2017).
e. Kunjungan Masa Nifas
1. Kunjungan Pertama, waktu: 6 jam – 2 hari setelah persalinan.
Tujuannya antara lain adalah mencegah perdarahan masa
nifas karena persalinan atonia uteri, mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan seperti rujuk bila perdarahan berlanjut,
memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia
uteri, pemberian ASI awal, memberi supervisi kepada ibu
bagaimana teknik melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir, dan menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi. Bila ada bidan atau petugas lain yang membantu
melahirkan, maka petugas atau bidan itu harus tinggal dengan ibu
dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama.
2. Kunjungan Kedua, periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 hari
pasca
persalinan.
Tujuannya antara lain adalah memastikan involusi uteri
berjalan dengan normal, evaluasi adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abdominal, memastikan ibu cukup makan,
minum, dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan benar
dan tidak ada tanda-tanda adanya penyulit, dan memberikan
konseling pada ibu mengenai hal-hal berkaitan dengan asuhan
sayang bayi.
3. Kunjungan Ketiga, periode 8 hari sampai dengan 28 setelah
persalinan.
4. Kunjungan Keempat, periode 29 sampai 42 setelah persalinan.
Tujuannya antara lain adalah menanyakan penyulit (Buku KIA
revisi, 2020)
f. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
1) Nutrisi dan cairan
Kualitas dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi akan
sangat memengaruhi produksi ASI. Selama menyusui, ibu dengan
status gizi baik rata-rata memproduksi ASI sekitar 800cc yang
mengandung 600 kkal, sedangkan ibu yang status gizinya kurang
biasanya akan sedikit menghasilkan ASI. Pemberian ASI
sangatlah penting, karena bayi akan tumbuh sempurna sebagai
manusia yang sehat dan pintar, sebab ASI mengandung DHA.
2) Ambulasi

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin


membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan
membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi dini ini tidak
dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-
paru, demam, dan keadaan lain yang membutuhkan istirahat.
Keuntungannya yaitu:
a. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
b. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.
c. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu
mengenai cara merawat bayinya.

d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia.


Ambulasi dini dilakukan secara perlahan namun meningkat secara
berangsur-angsur, mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke jam
sampai hitungan hari hingga pasien dapat melakukannya sendiri
tanpa pendamping sehingga tujuan memandirikan pasien dapat
terpenuhi
3) Eliminasi : BAB/BAK
Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah
dapat buang air kecil. Semakin lama urine ditahan, maka dapat
mengakibatkan infeksi. Maka dari itu bidan harus dapat
meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil, karena biasanya
ibu malas buang air kecil karena takut akan merasa sakit. Segera
buang air kecil setelah melahirkan dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya komplikasi post partum.
Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat buang air
besar. Buang air besar tidak akan memperparah luka jalan lahir,
maka dari itu buang air besar tidak boleh ditahan-tahan. Untuk
memperlancar buang air besar, anjurkan ibu untuk mengkonsumsi
makanan tinggi serat dan minum air putih.
4) Kebersihan diri
Bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ibu
untuk melakukan personal hygiene secara mandiri dan bantuan
dari keluarga. Ada beberapa langkah dalam perawatan diri ibu
post partum, antara lain:
a. Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu untuk mencegah infeksi
dan alergi kulit pada bayi.

b. Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu


dari daerah depan ke belakang, baru setelah itu anus.
c. Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.
d. Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai
membersihkan daerah kemaluan.
e. Jika mempunyai luka episiotomi, hindari untuk menyentuh
daerah luka agar terhindar dari infeksi sekunder.
5) Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup
untuk memulihkan kembali keadaan fisik. Kurang istirahat pada
ibu post partum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya:
a. MengASSurangi jumlah ASI yang diproduksi.
b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan.
c. Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat
bayi dan diri sendiri.
d. Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga agar
ibu kembali melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan dan bertahap. Namun harus tetap melakukan istirahat
minimal 8 jam sehari siang dan malam.
6) Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau
dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Tetapi banyak
budaya dan agama yang melarang sampai masa waktu tertentu
misalnya 40 hari atau 6 minggu setelah melahirkan. Namun
keputusan itu tergantung pada pasangan yang bersangkutan
Khasanah.2017).

DAFTAR PUSTAKA
ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL CARE PADA Ny. “S”
UMUR 41 TAHUN DI PMB “FITRIANI, SST”
TANJUNGPINANG
TAHUN 2021

Nama pengkaji :Suzita putru H. Tempat :PMB“Fitriani, SST”

Nim PO7224218 1857 Tanggal : 15 Maret 2021

Biodata Ibu Suami


Nama : Ny.S : Tn. I
Umur : 41 tahun : 43 tahun
Suku/bangsa :Melayu : Melayu
Pendidikan : SMA : S1
Pekerjaan : IRT : Honorer
Alamat :Perum griya senggaang permai
blok U No.11
No. Telepon/HP : 087828772105 : -

DATA SUBJEKTIF
1.Kunjungan saat ini Kunjungan Pertama
√ -
Kunjungan Ulang

Keluhan Utama : Sakit Pinggang

2..Riwayat Perkawinan

Kawin ke : 1 kali.

Status Perkawinan : Sah

Umur waktu kawin : 21 tahun.

Lama Nikah : 1 tahun

3. Riwayat Menstruasi
Menarche umur : 13:tahun. HPHT : 25 – 07 -2020
Siklus : 28 hari. HPL : 02 -05 - 2021

Teratur/tidak. : Teratur Sifat darah : encer..

Lama : 4-7 hari.

4. Riwayat kehamilan ini


a. Riwayat ANC
ANC sejak umur kehamilan 14 minggu. ANC di PMB Fitriani,
SST.

Frekuensi : Trimester I : 1 kali

Trimester II : 2 kali

Trimester III : 2 kali

b. Pergerakan janin yang pertama pada umur kehamilan 20 minggu,


pergerakan janin dalam 24 jam terakhir 18 kali
c. Keluhan yang dirasakan : T.A.K
d. Pola keseharian
(1) Pola Makan Minum
nutrisi
Frekuensi : 3 kali 10 gelas
Macam : Air putih
nasi,sayur,ayam,ikan
.
Jumlah : 1piring porsi Sedang
sedang
Keluhan : Tidak ada Tidak Ada
(2) Pola BAB BAK
eliminasi
Frekuensi : 5-6 kali 1 kali
Warna : kuning jernih Kecoklatan
-
(3) Pola :
aktivitas
Kegiatan sehari-hari : Beres Rumah
(4)Istirahat/tidur : 1-2 jam/ hari
(5) Seksualitas : 1x seminggu

(6) Personal Hygiene

Kebiasaan mandi : 2 kali/hari

Kebiasaan membersihkan alat kelamin : Ada

(7) Imunisasi

TT 1 : Ada TT 2 : Ada

TT 3 : Ada TT 4 : Ada

TT 5 : Ada

4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


G5 P40A0H0

Persalinan Nifas
Ha
Umur Jenis Komplikasi Jenis BB
mil Tgl Penolo Ibu Bayi Lak
Kelahiran Persalin Kelami Lahir Komplik
Ke lahir ng tasi
an n
1 18 th normal bidan - - lakilaki 3.500 baik Tidak
13 th normal bidan - - Perempuan 3.200 baik Tidak
2
3 8 th normal bidan - - perempuan 3200 baik Tidak

4 4 th normal bidan - - perempuan 3400 baik tidak

INI

5. Riwayat kontrasepsi yang digunakan


Jenis Mulai Memakai Berhenti/Ganti Cara
N Tangg Ole Temp Keluha Tg Ole Temp Keluha
Kontrasep
o al h at n l h at n
si
6. Riwayat kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pernah/sedang di derita : Tidak Ada
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga : Tidak Ada
c. Riwayat keturunan kembar : Tidak Ada
d. Kebiasan-kebiasaan
Merokok : Tidak Ada

Minum : Tidak Ada

jamu-jamuan : Tidak Ada

Minum-minuman keras : TidakAda

Makanan/minuman pantang : Tidak Ada

7. Keadaan Psiko Sosial Spiritual


a. Kelahiran ini j : √ Diinginkan Tidak
diinginkan √

b. Pengetahuan ibu tentang kehamilan dan keadaan sekarang : Ibu


mengerti tentang kehamilan nya yang sekarang
c. Penerimaan ibu terhadap kehamilan saat ini : Senang
d. Tanggapan keluarga terhadap kehamilan : Senang

DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum :Baik kesadaran . : CM


b. Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 kali per menit
Pernafasan : 20 kali per menit
Suhu : 36,8 ºC
c. TB : 165 cm
BB : sebelum hamil 78 kg, BB sekarang 87 kg
LLA : 31 cm
d. Kepala dan leher
Edema wajah : Tidak ada
Cloasma gravidarum : Tidak ada

Mata : conjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik


Mulut : Tidak ada carries gigi, tidak ada stomatitis
Leher : tidak ada pembesaran vena jungularis dan
kel.tyroid.
Payudara

Bentuk : Simetris

Areola mammae :
Hiperpigmetasi

Putting susu : Menonjol

Colostrums : Belum Ada

e. Abdomen

Bentuk : pembesaran sesuai UK

Bekas luka : Tidak ada

Strie gravidarum : Ada

Palpasi Leopold :

Leopold I : Bagian fundus ibu teraba lunak,bulat yaitu


Bokong

Leopold II : Bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil yaitu


ektermitas, Bagian kanan perut ibu teraba panjang,
keras, memapan yaitu punggung.

Leopold III : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP

Leopold IV : Divergen

TFU : 31 cm
TBJ : 2.750 gram

Auskultasi DJJ : 140 x/menit

Puctum maksimum : PUKA

f. Ekstremitas
Edema : Tidak ada

Varices : Tidak ada

Reflek patella : positif/positif

Kuku : Tidak Sianosis

2. Pemeriksaan panggul luar (bila perlu)


Distansia spinarum : Tidak Dilakukan
Distansia kristarum : Tidak Dilakukan

Boudelogue : Tidak Dilakukan

Lingkar panggul : Tidak Dilakukan

3. Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan


IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
1. Diagnosis Kebidanan
: Ny.S G5P4A0H0 UK 38-39 Minggu dengan kehamilan normal
2. Masalah
: Tidak ada
3. Kebutuhan : Ketidaknyamanan TM III,persiapan persalinan
4. Kebutuhan Tindakan Segera Berdasarkan Kondisi Klien
a. Mandiri : Tidak Ada
b. Kolaborasi : TidakAda
c. Merujuk : Tidak Ada

IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


1. Diagnosis Potensial : Tidak Ada
2. Masalah potensial : Tidak Ada
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
1. Mandiri : Tidak Ada

2. Kolaborasi :Tidak Ada

3. Merujuk : Tidak Ada

INTERVENSI
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu dan janin
normal.
2. Jelaskan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup, makan makanan
yang bergizi dan tetap melakukan jalan pagi guna mempercepat proses
persalinan.
3. Beritahu ibu untuk menyiapkan segala kebutuhan persipaan persalinan,
yaitu : tempat akan melahirkan, transportasi, biaya, pakaian ibu dan
calon bayi serta kesiapan mental ibu.
4. Jelaskan kepada ibu tanda bahaya hamil TMIII yaitu : pusing
berkunang, sakit kepala hebat, kram pada perut, perdarahan dan
frekuensi gerak janin yang semakin berkurang.
5. Anjurkan kepada ibu untuk tetap mematuhi protocol kesehatan pada
masaa pandemic ini seperti menerapkan 3M yaitu: Mencuci
tangan,Menggunakan Masker dan Menjaga Jarak.
6. Anjurkan kepada ibu untuk tetap mengkonsumsi tablet FE hingga
menjelang persalinan nanti.
7. Beritahu ibu unyuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi.
IMPLEMENTASI
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu dan janin
normal.
2. Menjelaskan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup, makan
makanan yang bergizi dan tetap melakukan jalan pagi guna
mempercepat proses persalinan.
3. Memberitahukan ibu untuk menyiapkan segala kebutuhan persipaan
persalinan, yaitu : tempat akan melahirkan, transportasi, biaya, pakaian
ibu dan calon bayi serta kesiapan mental ibu.
4. Menjelaskan kepada ibu tanda bahaya hamil TMIII yaitu : pusing
berkunang, sakit kepala hebat, kram pada perut, perdarahan dan
frekuensi gerak janin yang semakin berkurang.
5. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap mematuhi protocol kesehatan
pada masaa pandemic ini seperti menerapkan 3M yaitu: Mencuci
tangan,Menggunakan Masker dan Menjaga Jarak.
6. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap mengkonsumsi tablet FE hingga
menjelang persalinan nanti.
7. Memberitahukan ibu unyuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu
lagi.
EVALUASI

1. Ibu mengerti
2. Ibu mengerti
3. Ibu mengerti
4. Ibu mengerti
5. Ibu mengerti
6. Ibu mengerti
7. Ibu mengerti dan bersedia

ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL CARE PADA PADA NY. A USIA


41 TAHUN G5P4A0 DENGAN USIA KEHAMILAN 38-39 MINGGU
DI PMB FITRIANI, SST
TANJUNGPINANG
TAHUN 2021

Nama pengkaji :Suzita putri Tanggal : 18- 04- 2021


Nim : P07224218 1824 Pukul : 23.00 WIB
A. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan mengeluh nyeri pada perut bawah yang menjalar
hingga ke pinggang, semakin lama semakin kuat sejak pukul 23.00
WIB.
2. Pemenuhan Kebutuhan Rutin
a. Pola nutrisi
1) Makanan
Jenis : Nasi, ikan, sayur
Frekuensi : 3x sehari
Masalah : Tidak ada
2) Minuman
Jenis : air putih
Frekuensi : 7 gelas/hari
Masalah : Tidak ada
b. Pola eliminasi
1) BAB
Frekuensi : 1x sehari
Warna : kecoklatan
Masalah : tidak ada
2) BAK
Frekuensi : 7x sehari
Masalah :Tidak ada
Warna : kuning jernih
c. Pola istirahat
Tidur siang : ± 30 menit
Tidur malam : ± 4- 5 jam
Masalah : tidak ada
d. Psikososial
Ibu mengatakan senang dan tidak sabar ingin melewati proses
persalinannya.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik RR : 20 x/menit
Kesadaran : composmentis TB : 165 cm
TD : 130/90 mmhg BB Sebelum hamil : 79 kg
Nadi : 80x/menit BB Sekarang : 87,5 kg
S : 36,5 C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Muka : Tidak ada
Oedema : Tidak oedema
Pucat : Tidak pucat
2) Mata
Sklera : putih
konjungtiva : merah muda
3) Hidung : Simetris, Bersih, tidak ada polip
b. Dada
1) Payudara
Pembesaran mamae : Normal
Areola mamae : menghitam
Putting susu : Menonjol
Kebersihan : Bersih
Pengeluaran : ada pengeluaran ASI
Benjolan : Tidak ada
c. Abdomen
1) Inspeksi
Luka bekas operasi : Tidak ada
Pembesaran perut : Sesuai usia kehamilan
Striae : Tidak ada
Linea : Nigra
2) Palpasi
Leopold I : TFU berada di pertengahan Px dan pusat. Pada
bagian atas perut ibu teraba bulat, lunak, tidak
melenting kemungkinan bokong janin.
Leopold II : Pada bagian kanan perut ibu teraba panjang,keras
dan memapan kemungkinan punggung janin,
sedangkan pada bagian kiri perut ibu teraba
tonjolan-tonjolan kecil kemungkinan ekstremitas
janin.
Leopold III : Pada bagian terbawa perut ibu teraba bulat,keras
dan melenting kemungkinan kepala janin,kepala
sudah masuk PAP dan tidak bisa digoyangkan.
Leopold IV : Divergen
TFU (Mc donald) : 31 cm
TBJ : 2,790 gram
His : 4x10’40”
3) Auskultasi
DJJ : 144x/menit
Punctum maximum: PUKA
Irama : Teratur
d. Genitalia
1) Pemeriksaan dalam
Pukul : 16.30 WIB Pembukaan : 10 cm
Portio : Tipis Presentasi : Kepala
Molase: Tidak ada Hodge : II
Indikasi : Ada lendir bercampur darah Ketuban : Utuh
e. Ekstremitas
1) Atas 2) Bawah
Oedema : Tidak ada Oedema: Tidak ada
Kaku sendi : Tidak ada Varises: Tidak ada
Sianosis ujung jari : Tidak ada
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
C. ASESSMENT
Diagnosa : Ny “S” umur 41 tahun G 5 P4 A0 usia kehamilan 38-
39 minggu inpartu kala I fase aktif
Masalah : Sakit yang menjalar semakin terasa
Kebutuhan : Teknik relaksasi dan teknik meneran
Diagnosa potensial : Tidak ada
Tindakan Segera : Tidak ada

D. PLANNING
1. Memberitahukan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan dengan keadaan umum ibu baik yaitu TD : 120/80 mmHg, BB
sekarang 89 kg, usia kehamilan 38-39 minggu, tafsiran berat janin 2.790
gr, dengan keadaan janin DJJ 140 kali/menit, letak janin dengan posisi
kepala janin sudah masuk PAP (Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan).
2. Memberitahu ibu tentang pola nutrisi untuk membantu ibu dalam kenaikan
berat badan ibu yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung
karbohidrat seperti: nasi, roti gandum dan kentang. Protein seperti:
daging,hati ayam, ikan, telur, tahu dan tempe dan sayur-sayuran. Lemak
omega 3 seperti: kacang- kacangan, biji- bijian dan jenis ikan laut.(ibu
mengerti dan mau mengkonsumsi yang telah dianjurkan).
3. Menginformasikan kepada ibu tentang malakukan personal hygiene dan
mandi 2x/hari gosok gigi 3x/hari apabila pakaian dalam sering basah atau
terdapat keringat ganti dengan celana dalam yang bersih agar tidak terkena
virus yang dapat menyebabkan penyakit, serta mengajari ibu cara
mencebok yang benar dimulai dari depan kebelakang (ibu mengerti dan
bersedian melakukannya).
4. Memberitahu ibu tanda bahaya trimester III seperti sakit kepala yang
berlebihan, pandangan mata kabur, pembengkakan pada wajah dan jari-jari
tangan, gerakan janin berkurang (ibu mengerti).
5. Memberitahu ibu ketidaknyamanan trimester III seperti: sering buang air
kecil, keputihan, sembelit, perut kembung, tegang pada bagian bawah
perut, nyeri punggung dan varises pada kaki.(ibu mengerti)
6. Memberitahu kepada ibu persiapan persalinan seperti, kendaraan,
pendonor darah, biaya, pakaian ibu dan bayi, penolong, tempat persalinan,
dan pendamping persalinan (Ibu mengerti dan bersedia melakukannya).
7. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi Kalk 1x1 dan tablet Fe 1 x 1
diminum pada malam hari sebelum tidur agar ibu tidak mual dan
sebaiknya tidak diminum secara bersamaan dengan kopi, teh,atau susu
karena dapat mengganggu proses penyerapan obat tersebut. Menjelaskan
juga tentang manfaat obat-obatan yang dikonsumsi yaitu tablet Fe sebagai
tablet penambah darah dan Kalsium Laktat yaitu untuk membantu
pertumbuhan tulang pada janin (ibu mengerti dan bersedia mengkonsumsi
obat yang diberikan bidan). Memberitahu ibu untuk kunjungan ulaang 2
minggu lagi (ibu mengerti dan bersedia melakukannya).

1. KALA 1 FASE AKTIF


Tanggal/pukul : 18-04-2021/ 16.30 WIB
A. Subjektif
Ibu mengatakan perutnya mules semakin kuat
B. Objektif
KU : Baik VT pukul : 22.00 WIB
TD : 130/80 mmHg Perdarahan : ±20 cc
N : 82 x/menit Portio : lunak dan tipis
R : 20 x/menit Pembukaan : 10 cm
S : 36,6 oC Ketuban : Utuh
Hodge : II Posisi : UUK depan
HIS : 4x10’40” menit Presentasi : kepala
Pengeluaran : lendir bercampur darah Molase : tidak ada

C. Assesment
Diagnosa : Ny. S umur 41 tahun G5P4 A0 inpartu kala I fase aktif
Masalah : Sakit semakin kuat
Kebutuhan : Asuhan Kebidanan Persalinan Kala 1 fase aktif
Diagnosa potensial : Tidak ada
Tindakan Segera : Tidak ada
D. Planning
1. Menginformasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa
keadaan umum ibu dan janin baik dan pembukaan 10 cm (ibu mengerti
tentang hasil pemeriksaan yang telah dijelaskan )
2. Mengajarkan ibu teknik mengedan yang baik yaitu jika ada his,ibu
segera merangkul kedua paha, menarik nafas dalam dan membuangnya
dengan posisi dagu menempel ke dada, kemudian kepala menghadap ke
perut, dan beristirahat bila tidak ada his (ibu mengerti)
3. Memberi motivasi kepada ibu bahwa proses persalinan akan berjalan
lancar serta meminta keluarga terdekat untuk tetap mendampingi dan
memotivasi ibu agar rasa cemasnya berkurang. (ibu mengerti dengan
penjelasan bidan)
4. Mempersiapkan peralatan persalinan seperti partus set, hecting set,alas
bokong,air klorin 0,5 % dan air DTT obat-obatan serta perlengkapan
penolong, ibu dan juga calon bayi. (ibu mengerti dengan penjelasan
bidan)
5. Mengobservasi kemajuan persalinan pembukaan dan TD setiap 4 jam,
nadi ibu, kontraksi dan DJJ setiap (30 menit), suhu setiap (2 jam)
(terlaksana)
6. Melengkapi partograf (terlaksana)
Tabel
Lembar Observasi kala 1 fase aktif
TANGGAL HIS VT DJJ
/ TTV
JAM TD N R S
18-04-2021 120/80 80x/meni 20x/menit 4x10’40 10 144x/
23.00 mmHg t ” cm menit
50-03-2021 130/90 82x/meni 20x/menit 5x10’50 10 134x/
16.00 t ” cm menit

2. KALA II
Tanggal/pukul : 18-03-2021/14.30 WIB
A. Subjektif
Ibu mengatakan mulesnya semakin kuat dan terasa dorongan seperti ingin
meneran
B. Objektif
KU : Baik RR : 22x/menit
Kesadaran : composmentis S : 36,7 C
TD : 120/80 mmHg DJJ : 142x/menit
N : 82x/menit HIS : 5 x10’x50’’
Kandung kemih :kosong

VT pukul : 03.10 WIB


Presentasi : kepala Hodge : IV
Portio : tidak teraba Molase : tidak ada
Pembukaan : 10 cm Ketuban : utuh
Posisi : UUK depan Perineum : menonjol
Pengeluaran : Lendir bercampur darah Perdarahan : ± 50 cc

C. Assesment
Diag nosa : Ny.“S” umur 41 tahun G5P4 A0 inpartu kala II
Masalah : Sakit semakin kuat dan ibu ingin meneran
Kebutuhan : Asuhan kebidanan persalinan kala II
Diagnosa potensial : Tidak ada
Tindakan Segera : Tidak ada
D. Planning
1. Melihat tanda gejala kala II (dorongan ingin meneran, tekanan pada anus,
perineum menonjol, an vulva membuka. (Terlaksana )
2. Memastikan kelengkapan alat persalinan dan obat-obatan.(Terlaksana)
3. Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yaitu celemek, masker, topi,
kacamata, dan sepatu pelindung. (Terlaksana )
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, melipat baju sampai atas
siku dan mencuci tangan dengan sabun sabun dan air yang mengalir.
(Terlaksana)
5. Menggunakan Hanscoon DTT.(Terlaksana)
6. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT dari arah vulva ke
perineum.(Terlaksana)
7. Melakukan pemeriksaan dalam, memastikan pembukaan lengkap, pukul
22.00 WIB warna ketuban jernih. (Terlaksana)
8. Mencelupkan tangan yang masih menggunakan handscoon ke larutan
klorin 0,5%, buka sarung tangan dalam keaadaan terbalik dan
merendamnya di larutan klorin 0,5%. (Terlaksana)
9. Memeriksa DJJ disaat uterus tidak berkontraksi. DJJ dalam batas normal
dengan frekuensi 139 x/ menit.(Terlaksana)
10. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
cukup baik,kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan
sesuai dengan keinginannya.(Terlaksana)
11. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa
ingin meneran atau kontraksi yang kuat. (Terlaksana)
12. Membimbing ibu untuk meneran dengan benar yaitu meneran ketika ada
kontraksi, menarik nafas dalam dengan posisi dagu menempel di dada,
kepala menghadap ke perut, tangan merangkul paha lalu berikan tekanan
pada perut. Menganjurkan ibu untuk beristirahat jika tidak ada kontraksi
dan menganjurkan keluarga untuk memberi minum atau makanan pada
ibu disela-sela kontraksi.(Terlaksana)
13. Mendekatkan partus set, heacting set, dan periksa kembali
kelengkapannya.(Terlaksana)
14. Memimpin persalinan
a. Saat vulva membuka dan kepala sudah tampak diameter 5 cm, letakan
alas perut dan bedong yang kering dan bersih diatas perut ibu,serta
meletakan kain bersih 1/3 dibawah bokong ibu.(Terlaksana)
b. Membuka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan
dan bahan. (terlaksana)
c. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
(terlaksana)
d. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk
mempertahankan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernafas cepat dan dangkal.
(terlaksana)
e. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat, lanjutkan proses
kelahiran bayi. (Terlaksana)
f. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung
secara spontan. (Terlaksana)
g. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara
biparietal. Anjurkan ibu meneran saat kontraksi. Dengan lembut
gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul
dibawah arkus pubis dan kemudian digerakkan ke arah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir, geser
tangan untuk menopang kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas. Seluruh
tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang kedua kaki dengan
melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi
yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk.. (Terlaksana)
h. Bayi lahir spontan pukul 03.34 WIB. (Terlaksana)
i. Melakukan penilaian sepintas,bayi langsung menangis kuat, tonus
otot baik, warna kulit kemerahan dan meletakan bayi di atas perut ibu.
(Terlaksana)
j. Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya tanpa membersihkan verniks dan melakukan hisap lendir
dengan menggunakan mucul delee,melakukan rangsangan taktil.
Ganti handuk basah dengan kain kering. Pastikan bayi dalam kondisi
dan posisi aman diperut bagian bawah ibu . (Terlaksana)
k. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir
dan bukan kehamilan ganda. (Terlaksana)
l. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik. (Terlaksana)
m. Dalam waktu satu menit setelah bayi lahir, suntikan oxytocin 10 UI
secara IM di 1/3 distal lateral paha. (Terlaksana)
n. Setelah 2 menit sejak bayi lahir, pegang tali pusat dengan satu tangan
pada sekitar 5 cm dari pusar bayi, kemudian jari telunjuk dan jari
tengah lain menjepit tali pusat dan geser hingga 3 cm proksimal dari
pusar bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut, kemudian tahan klem
ini pada posisinya, gunakan jari telunjuk dan tengah lain untuk
mendorong isi tali pusat kearah ibu (sekitar 5 cm) dan klem tali pusat
pada sekitar 2 cm distal dari klem pertama. (Terlaksana)
o. Pemotongan dan pengikatan tali pusat menggunakan benang tali pusat
steril. (Terlaksana)
p. Letakkan bayi tengkurap didada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi.
Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel didada ibunya.
Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari puting susu atau areola mamae. Lakukan IMD
selama 1 jam kemudian menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat
dan memasang topi di kepala bayi. (Terlaksana)
3. KALA III
Tanggal/pukul : 18-04-2021/16.40 WIB
A. Subjektif
Ibu mengatakan bahwa ia senang karena bayinya sudah lahir dan masih
ada rasa mules di perutnya
B. Objektif:
KU : Baik Kesadaran : Compos mentis
TD : 130/80 mmHg TFU : sepusat
N : 80x/menit Kontraksi : baik
R : 20x/menit Kandung Kemih : kosong
S : 36,7 C Pendarahan : + 80 cc
Adanya tanda-tanda pelepasan plasenta : tali pusat memanjang, uterus
globuler dan adanya semburan darah tiba-tiba.
C. Assesment
Diagnosa : Ny. “S” umur 41 tahun P5A0 parturien kala III
normal
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Asuhan Manajemen aktif kala III
Diagnosa potensial : Tidak ada
Tindakan Segera : Tidak ada

D. Planning
1. Memberitahu ibu bahwa keaadaan umum ibu baik dan rasa
mules yang dialami ibu dikarenakan adanya kontraksi dan ari-ari akan
segera lahir.(Ibu mengerti tentang penyebab rasa mules pada ibu)
2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali, memindahkan
klem 5-10 cm di depan vulva, tangan kiri menekan uterus secara hati-hati
ke arah dorsokranial, tangan kanan memegang tali pusat. Penegangan tali
pusat terkendali sudah dilakukan. Melahirkan plasenta dengan tangan kiri
tetap menekan uterus sementara tangan kanan menegangkan tali pusat ke
arah bawah kemudian ke atas sesuai dengan sumbu jalan lahir hingga
plasenta tampak di depan vulva, pegang plasenta dengan kedua tangan
dan lakukan putaran searah jarum jam untuk membantu pengeluaran
plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban, plasenta lahir spontan
pukul 04.15 WIB, kemudian meletakkannya di piring plasenta.
(Terlaksana)
3. Melakukan masase uterus sebanyak 15 kali dalam 15 detik
sampai fundus berkontraksi dengan baik.(Terlaksana)
4. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban. Plasenta
lahir lengkap dengan jumlah kotiledon ±20,±500 gram, panjang tali pusat
± 50 cm, selaput ketuban utuh, membungkus plasenta kedalam kantong
plastik. (Terlaksana)
5. Mengecek kemungkinan adanya laserasi pada vagina dan
perineum ibu. Perdarahan dalam batas normal, dan terdapat laserasi
derajat 1 di mukosa vagina dan kulit perineum. Melakukan penjahitan
dengan anestesi. (Terlaksana)
4. KALA IV
Tanggal/pukul :18-04-2021/17.20 WIB
A. Subjektif
Ibu mengatakan lelah dan senang atas kelahiran bayinya
B. Objektif
KU : Baik TFU : 2 jari dibawah pusat
TD : 130/90 mmHg Kontraksi : keras
N : 80x/menit Kandung Kemih : kosong
R : 36,8 C Pendarahan : + 50 cc
S : 20x/menit
C. Assesment
Diagnosa : Ny. “S” umur 41 tahun P5A0 parturien kala
IV normal
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Asuhan kala IV
Diagnosa potensial : Tidak ada
Tindakan Segera : Tidak ada

D. Planning
1. Menginformasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaannya, bahwa
keadaan ibu baik dengan hasil pemeriksaan TD 130/80 mmHg, jumlah
perdarahan dalam batas normal. (ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan)
2. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik, TFU 2 jari dibawah pusat
dan tidak terjadi perdarahan pervaginam. (terlaksana)
3. Mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, melepaskan secara
terbalik dan rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
(terlaksana)
4. Memastikan kandung kemih kosong. (terlaksana)
5. Mengajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi. (terlaksana)
6. Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. (perdarahan kala IV
+ 80 cc(terlaksana)
7. Memeriksa nadi ibu dan memastikan keadaan umum ibu baik. (terlaksana)
8. Memantau keadaan bayi dan memastikan bayi bernapas dengan baik (40-
60 kali/menit). (terlaksana)
9. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit).mencuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi. (terlaksana)h
10. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai. (terlaksana)
11. Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan
menggunakan air DTT. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah di
ranjang atau di sekitar ibu berbaring. membantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering. (terlaksana)
12. Memastikan ibu merasa nyaman, membantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya. (terlaksana)
13. Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
(terlaksana)
14. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, balikkan
bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. (terlaksana)
15. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan
kering. (terlaksana)
16. Memakai sarung tangan bersih atau DTT untuk melakukan pemeriksaan
fisik bayi. (JK: perempuan , BB : 3400 gram, PB : 53 cm , LK : 35 cm .
LD : 35 cm LP : 32 cm LILA : 10 cm (terlaksana)
17. Dalam 1 jam pertama, beri salep atau tetes mata profilaksis infeksi,
vitamin K1 1 mg IM di paha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik bayi baru
lahir, pernapasan bayi (40-60 kali/menit) dan temperatur tubuh (normal
36,5-37,50C) setiap 15 menit. (terlaksana)
18. Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit. (terlaksana)
19. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering .
(terlaksana)
20. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), memeriksa tanda
vital dan asuhan kala IV persalinan.(terlaksana)
ASUHAN KEBIDANAN POSTNATAL CARE (PNC) PADA NY. A UMUR 21
TAHUN P1A0 DENGAN POSTPARTUM 6 JAM
DI PMB FITRIANI,SST
TANJUNGPINANG
TAHUN 2021

Nama Pengkaji : Suzita putri Tanggal : 18-04-


2021
NIM :P07224218 1857
A. Data Subjektif
1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan badannya masih terasa lelah setelah
melewati proses persalinan
2. Tanda bahaya Masa Nifas
a. Perdarahan dan pengeluaran abnormal :Tidak ada
b. Sakit daerah abdomen/punggung : Tidak ada
c. Sakit kepala terus-menerus/penglihatan kabur : Tidak ada
d. Nyeri ulu hati : Tidak ada
e. Bengkak pada ektremitas : Tidak ada
f. Demam atau muntah : Tidak ada
g. Sakit saat BAB : Tidak ada
h. Perubahan pada payudara : Tidak ada
i. Nyeri/kemerahan pada betis : Tidak ada
j. Depresi postpartum : Tidak ada

3. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


a. Riwayat Kehamilan
1) Trimester I
Keluhan : Mual muntah
Periksa ke : Tidak ada
Frekuensi : Tidak ada
2) Trimester II
Keluhan : Tidak ada
Periksa ke : Tidak ada
Frekuensi : Tidak ada
3) Trimester III
Keluhan : Tidak ada
Periksa ke : Bidan
Frekuensi : 2 kali
b. Riwayat Persalinan
Tanggal/pukul : 18-04-2021/16.30 WIB
Ditolong oleh : Bidan
Jenis persalinan : Spontan
Jumlah perdarahan :
Kala I : + 20 cc kala III : + 80 cc
Kala II : + 50 cc kala IV : + 50 cc
c. Bayi
JK :Perempuan BB : 3800 gram PB : 54 cm
d. Plasenta,Selaput Ketuban dan Tali Pusat
Plasenta : Lahir lengkap Panjang tali pusat : + 50 cm
Selaput ketuban : Utuh Insersi :Tidak ada
4. Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
Makan : 3 kali sehari
Jenis : Nasi, sayur,buah, daging,roti,lauk pauk
Minum : 8 gelas/hari
Jenis : Air putih,the

b. Eliminasi
BAK : 7x sehari
BAB : 1x sehari
Masalah : Tidak ada
c. Istirahat
Tidur siang : 1/2 jam
Tidur malam : 6 jam
Masalah : Tidak ada
d. Personal Hygiene
Mandi : 2x sehari
Sikat gigi : 3x sehari
Ganti pakaian dalam : 4x sehari
e. Psikologis : baik, dan ibu senang terhadap kelahiran bayinya

B. Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Kesadaran : Composmentis Nadi : 80 x/menit
Kandung kemih : Kosong Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5˚C

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Rambut : Hitam dan tidak rontok
Kebersihan : Bersih
b. Muka
Oedema : Tidak oedem Chloasma gravidarum :Tidak ada
Pucat : Tidak pucat
c. Mata
Sclera : Putih
Konjungtiva : Merah muda
d. Hidung
Bentuk : Simetris
Polip : Tidak ada
e. Telinga
Bentuk : Simetris kiri dan kanan
Pengeluaran : Tidak ada
f. Mulut
Stomatitis : Tidak ada
Gigi berlubang : ada
Caries gigi : ada
Kebersihan lidah : Bersih
g. Leher
Kelenjar thyroid : Tidak ada pembengkakan
Vena jugularis : Tidak ada pembesaran
h. Dada
1) Payudara
Mengatakan payudaranya simetris antara kanan dan kiri, bersih, ada
pengeluran ASI lancar, tidak bengkak, areola kehitaman, tidak ada
benjolan dan putting susu menonjol.
2) Jantung
Bunyi : Terdengar lup-dup
Lain-lain : Tidak ada
3) Paru-paru
Bunyi nafas : Terdengar vesikuler, tidak ada rhoncii dan wheezing
i. Abdomen
Bekas luka operasi : tidak ada
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kandung kemih : kosong
Kontraksi :baik
j. Genitalia
Vulva : Tidak ada oedema, tidak ada varises, lochea rubra,
perdarahan normal.
Kelenjar bartholin : Tidak ada kelainan
Kelenjar skene : Tidak ada kelainan
Perineum : Terdapat bekas luka jahitan yang belum kering
k. Ekstremitas
Atas Oedema : Tidak ada
Kaku : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada
Tromboflebistis : Tidak ada
Bawah oedema : Tidak ada
Varises : Tidak ada

3. Pemeriksaan Penunjang : Tidak ada

C. Assessment
Diagnosa : Ny. “S” P5A 6 jam Post Partum Normal
Masalah : Lelah setelah persalinan
Kebutuhan : KIE pola istirahat dan mobilisasi
Diagnosa potensial : Tidak ada
Tindakan segera : Tidak ada

D. Planning
1. Menginformasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan
umum ibu baik, TD :120/80 MmHg, kontraksi uterus baik dan perdarahan
dalam batas normal . (ibu mengerti dan senang mendengarnya)
2. Memberikan KIE kepada ibu tentang pola istirahat. Ibu harus istirahat
minimal 1-2 jam pada siang hari dan 6-8 jam pada malam hari, tidak
mengerjakan aktivitas yang berat atau yang terlalu melelahkan, serta
menganjurkan ibu untuk segera beristirahat ketika bayi sedang tidur. ( Ibu
mengerti dan bersedia melakukannya)
3. Menganjurkan ibu melakukan mobilisasi dini seperti berjalan ke kamar mandi
yang berguna untuk melancarkan sirkulasi darah sehingga meregangkan oto-
otot yang tegang. (Ibu mengerti dan bersedia melakukannya)
4. Memberitahu ibu untuk menjaga pola nutrinya yaitu mengkonsumsi makanan
yang bergizi seimbang yaitu perbanyak makan-makanan yang mengandung
karbohidrat, protein, serat, vitamin dan mineral seperti ikan gabus, putih telur,
tahu, tempe, sayuran hijau, buah,minum air putih kurang lebih 8 gelas per hari
karena sangat berguna untuk mempercepat proses pemulihan luka serta gizi
yang cukup akan disalurkan kepada bayi melalui ASI sehingga bayi
memperoleh gizi yang baik. (ibu mengerti dan bersedia akan mengkonsumsi
makanan yang telah dianjurkan)
5. Menginformasikan kepada ibu tentang personal hygiene atau kebersihan
diri,yaitu mandi dan gosok gigi 2x sehari,mengganti pembalut jika terasa
penuh,membilas alat kelamin dengan air mengalir dari bagian depan ke
belakang, setelah selesai BAK dan BAB serta mengeringkan dengan handuk
bersih,ibu disarankan mencuci tangan terlebih dahulu sebelum dan sesudah
menyentu alat kelamin. (ibu mengerti dan bersedia melakukannya)
6. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Sebaiknya
ASI diberikan kepada bayi maksimal 2 jam sekali atau jika bayi
menginginkan (on demand) selama 6 bulan pertama tanpa memberikan
makanan dan minuman tambahan apapun (ibu mengerti dan akan memberi
ASI kepada anaknya tanpa memberikan makanan tambahan)
7. Mengajari ibu teknik menyusui yang benar yaitu cuci tangan sebelum
menyusui, gunakan posisi yang nyaman bagi ibu dan bayi, bersihkan payudara
dengan handuk kecil yang sudah dibasahi dengan air bersih, oleskan ASI
pada putting dan bagian yang kehitaman, posisikan bayi berhadapan dengan
ibu. Sentuh pipi bayi untuk memberi ransangan, kemudian setelah bayi
membuka mulut dekatkan payudara, masukan putting susu dan areola ke
mulut bayi. Tangan yang lain membantu menopang payudara ibu, setelah
menyusui maka lepaskan putting susu dengan tidak menariknya dan minta ibu
untuk menyendawakan bayinya. Kemudian cuci tangan kembali. Anjurkan ibu
untuk menyusui bayinya pada payudara kiri dan kanan secara bergantian (Ibu
mengerti tentang teknik menyusui yang benar)
8. Mengajarkan pada ibu tentang perawatan payudara yaitu dengan melakukan
pemijatan pada payudara agar ASI ibu keluar dengan lancar dan cara
melakukan perawatan payudara yaitu dengan mengolesi putting susu dengan
baby oil, kemudian melakukan gerakan memutar dengan kedua tangan, lalu
urut ke bawah dengan posisi tangan menggumpal, selanjutnya dengan
melakukan gerakan menyisir menggunakan tepi-tepi jari kelingking, setelah
itu guyur payudara menggunakan air hangat kemudian guyur lagi
menggunakan air dingin dan keringkan menggunakan handuk kering.(ibu
mengerti dan bersedia akan melakukan perawatan payudara)
9. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas yaitu demam tinggi diatas
38,5 °C, perdarahan yang banyak seperti kram dari vagina, nyeri perut yang
hebat, sakit kepala yang terus menerus, pembengkakan pada wajah dan
tangan, kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama, dan rasa tidak
mampu mengurus bayinya atau merasa sedih berkelanjutan. Jika ibu
merasakan salah satu tanda tersebut segera ke tenaga kesehatan terdekat (ibu
mengerti dan dapat mengulangi apa saja tanda bahaya pada masa nifas)
10 Memberitahu kepada suami untuk memberi dukungan kepada ibu
95

Anda mungkin juga menyukai