Anda di halaman 1dari 12

GERAK DASAR KAKI

 Srisig
 Kenser
 Gejug
 Jinjit
 Nggroda
 Mendak
 Tanjak Kanan/Kiri
 Sila
 Jengkeng
 Trecet
 Lumaksana
 Enjeran
 Debeg

 Keterampilan seni rupa dengan teknik tempel adalah

1. Kolase, yaitu karya seni tempel yang komposisinya terdiri dari berbagai macam bahan
yang ditempel pada permukaan pola. Bahan yang digunakan bisa dari bahan dari alam, seperti
batu, daun, ranting, bunga, kerang, biji-bijan dan keriang, serta dari bahan olahan, seperti plastik,
kain flanel, karet dan logam.
2. Montase, yaitu karya seni tempel yang mengkombinasikan gambar-gambar jadi dari
berbagai sumber menjadi susunan karya seni baru, seperti dari koran bekas, majalah bekas, buku
yang sudah tidak dipakai, pamplet. Contoh karya molase yaitu gambar bintang dari majalah yang
dipotong lalu ditempel pada permukaan media gambar dan digabungkan dengan gambar
binatang lain dari buku, gambar rumah dari phamplet menjadi sebuah karya gambar baru pada
media gambar yang sama.
3. Mozaik, yaitu karya seni tempel yang mengkombinasikan kepingan bahan dengan
berbagai warna, seperti kepingan kertas, kepingan kulit telur, kepingan keramik, kepingan kaca,
kepingan daun, kepingan batu, kepingan kayu dan ditempel pada media kertas, kanvas atau
dinding.

Gambar cerita adalah sebuah gambar atau lukisan yang dikombinasikan dengan sebuah tulisan
sehingga dapat menceritakan peristiwa tertentu. Tulisan pada gambar cerita berfungsi untuk
membuat sebuah alur cerita menjadi jelas. Dalam gambar cerita, objek gambar terdiri dari
berbagai macam, seperti gambar manusia, gambar tumbuhan, ggambar hewan.

Dalam gambar cerita, terdapat beberapa ciri-ciri khusus. Berikut adalah ciri-ciri gambar cerita
dan penjelasannya.

1. Bahasa percakapan. Pada gambar cerita, bahasa yang digunakan adalah bahasa


percakapan sehari-hari agar mudah dipahami pembaca.
2. Bersifat proporsional. Gambar cerita harus bersifat proporsional agar pembacanya hanyut
secara emosional atau perasaan Ketika melihat dan membacanya.
3. Bersifat kepahlawanan. Isi dari gambar cerita yang baik cenderung menonjolkan sifat
kepahlawanan.
4. Terdapat penggambaran watak. Penggambaran watak harus jelas untuk mempermudah
pembaca memahami karakteristik tokoh yang ada pada gambar cerita tersebut.
5. Terdapat humor. Gambar cerita harus terdapat humor ringan dengan bahasa yang mudah
dipahami untuk mencairkan emosi pembaca.

 Judul lagu daerah dan daerah asalnya adalah antara lain:


 Soleram dari Riau.
 Injit-injit Semut dari Jambi.
 Anak Tupai dari Lampung.
 Mak Inang dari Sumatera Barat.
 Kicir-kicir dari Jakarta.
 Tong Sarakah dari Banten.
 Bubuy Bulan dari Jawa Barat.
 Gundul Gundul Pacul dari Jawa Tengah.

N
o Nama Daerah Alat Musik/gambar Jenis Bunyi Keterangan

SERUNE KALEE

ditiup serta
terdapat
lubang yang
dimainkan
dengan jari
sebagai
1 ACEH AEROFON pengatur nada
ARAMBA

dipukul
dengan
menggunakan
SUMATERA pemukul
2 UTARA IDEOFON khusus

SALUANG

ditiup serta
terdapat
lubang yang
dimainkan
dengan jari
SUMATERA sebagai
3 BARAT AEROFON pengatur nada

GAMBUS

dipetik
dengan
menggunakan
jari, serta
memainkan
nada dengan
menggunakan
4 RIAU KORDOFON jari

5 JAMBI GAMBUS KORDOFON dipetik pada


bagian
senarnya
SUMATERA dengan
SELATAN menggunakan
kedua tangan,
ACCORDION tangan yang
satu sebagai
pengatur
alunan suara
sedangkan
tangan yang
satu lagi
sebagai
6 AEROFON pengatur nada

DOLL

dipukul
dengan
MEMBRANOFO menggunakan
7 BENGKULU N alat pemukul

BENDE

dipukul
dengan
menggunakan
alat pemukul
8 LAMPUNG IDEOFON khusus
GENDANG MELAYU

ditepuk
dengan
KEPULAUAN menggunakan
BANGKA MEMBRANOFO telapak
9 BELITUNG N tangan

GENDANG PANJANG

ditepuk
dengan
menggunakan
KEPULAUAN MEMBRANOFO telapak
10 RIAU N tangan

TEHYAN

digesek
dengan alat
khusus pada
bagian senar/
DAERAH dawainya
KHUSUS seperti
IBUKOTA memainkan
11 JAKARTA KORDOFON biola

12 JAWA BARAT ANGKLUNG IDEOFON di getarkan


dengan
menggunakan
tangan
GAMELAN

dipukul
dengan
menggunakan
JAWA pemukul
13 TENGAH IDEOFON khusus

GENDANG

ditepuk
DAERAH dengan
ISTIMEWA menggunakan
YOGYAKART telapak
14 A IDEOFON tangan

BONANG
dipukul
dengan
menggunakan
pemukul
15 JAWA TIMUR IDEOFON khusus

GENDANG

ditepuk
dengan
menggunakan
MEMBRANOFO telapak
16 BANTEN N tangan

17 BALI CENGCENG IDEOFON diletakkan di


kedua telapak
tangan
kemudian
ditepuk
sehingga
saling
berbenturan
dan
mengeluarka
n suara

SERUNAI

ditiup sambil
memainkan
nada dengan
menggunakan
NUSA jari pada
TENGGARA lubang-
18 BARAT AEROFON lubangnya

SASANDO

dipetik
dengan
NUSA menggunakan
TENGGARA jari pada
19 TIMUR CHORDOFON senarnya

TUMA

ditepuk
dengan
menggunakan
KALIMANTAN MEMBRANOFO telapak
20 BARAT N tangan
SAMPE

ipetik pada
KALIMANTAN bagian
21 TIMUR KORDOFON senarnya

JAPEN

dipetik pada
KALIMANTAN bagian
22 TENGAH KORDOFON senarnya

PANTING

dipetik pada
KALIMANTAN bagian
23 SELATAN KORDOFON senarnya

KOLINTANG

dipukul
dengan
menggunakan
SULAWESI pemukul
24 UTARA IDEOFON khusus

25 SULAWESI GANDA MEMBRANOFO ditepuk


dengan
menggunakan
telapak
TENGAH N tangan

KESO

digesek pada
bagian senar
dengan
SULAWESI menggunakan
26 SELATAN CHORDOFON alat khusus

LADOLADO

dipukul
dengan
menggunakan
SULAWESI pemukul
27 TENGGARA IDEOFON khusus

GANDA

ditepuk
dengan
menggunakan
MEMBRANOFO telapak
28 GORONTALO N tangan

KECAPI

dipetik pada
SULAWESI bagian
29 BARAT KORDOFON senarnya
NAFIRI

ditepuk
dengan
menggunakan
MEMBRANOFO telapak
30 MALUKU N tangan

FU ditiup serta
dikendalikan
oleh telapak
tangan
sebagai
MALUKU pengatur
31 UTARA AEROFON suara

dipetik pada
bagian
32 APUA BARAT GUOTO KORDOFON senarnya

TIFA

ditepuk
dengan
menggunakan
MEMBRANOFO telapak
33 PAPUA N tangan

Perbedaan 2 dimensi dan 3 dimensi

2 Dimensi :

Tampilan hanya dapat dilihat dari arah depan dan belakang atau flat.
Hanya memiliki koordinat X,Y
Hanya memiliki panjang dan lebar.
Frame layar terbatas
Tidak menggunakan efek cahaya.
Pewarnaan hanya menggunakan dasar warna.
3 Dimensi :
Tampilan dapat dilihat dari berbagai arah, kiri-kanan-depan-belakang-atas-bawah.
Memiliki koordinat X,Y,Z
Memiliki panjang, lebar, dan tinggi.
Frame layar lebih luas.
Banyak menggunakan efek cahaya.
Pewarnaan dengan warna-warna yang lebih kompleks, dan gradasi-gradasi warna lebih rumit.
Contoh :

seni rupa 2D (dua dimensi) lukisan, pamflet, brosur dsb.


seni rupa 3D (tiga dimensi) patung, candi, monumen/ tugu.

 Reklame komersial adalah reklame yang dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan


keuntungan biasanya berkaitan dengan iklan barang atau jasa sebuah perusahaan.   Contoh:
Iklan produk sabun mandi, iklan mobil yang terpampang di jalan raya, dan sebagainya.
 Reklame non komersial adalah reklame yang dibuat dengan tujuan tidak untuk
mendapatkan keuntungan secara bisnis melainkan untuk menghimbau, mengajak,
menginformasikan sesuatu kepada orang banyak.  Contoh: poster Pekan Imunisasi Nasional,
poster petunjuk cuci tangan yang benar, poster peringatan penaggulangan demam berdarah, dan
sebagainya.  

jenis jenis reklame berdasarkan medianya:

1. Iklan = media cetak / elektronik.


2. Spanduk = kain.
3. Brosur = selembar kertas.
4. Embalase = kemasan produk.
5. Poster = selembar kertas yg berisi gambar dan tulisan.

Adapun langkah-langkah membuat poster yang baik adalah sebagai berikut:

1. Pertama, menentukan subjek (tema) yang hendak dijadikan sebagai poster


2. Kedua, merumuskan pesan-pesan apa saja yang hendak disampaikan pada poster tersebut.
3. Ketiga, menyusun kalimat yang singkat juga jelas namun padat makna
4. Keempat, memilih kata-kata juga gambar yang mudah untuk diingat juga menarik
5. Kelima, menulis kata-kata dan menyusun gambar secara menarik dengan memperhatikan
perpaduan warna sehingga meninggalkan kesan menarik pada pembaca dan membuat pesan
mudah diingat.

Bentuk penyajian tari dapat berupa tari tunggal, tari berpasangan, dan tari berkelompok.
Pengolahan pola lantai pada setiap bentuk penyajian tari akan berbeda. Tari tunggal pengolahan
pola lantai dilakukan secara individu, pada tari berpasangan pengolahan lantai dilakukan berdua
dan pada tari kelompok dilakukan secara kerja sama. Apa yang dimaksud dengan pola lantai?
Dalam buku Tari Tradisi Melayu, Eksistensi dan Revitalisasi Seni (2016) karya Muhdi Kurnia,
pola lantai adalah sebuah garis atau pola yang dibentuk sebagai cara bagi penari dalam
berpindah, bergerak, maupun bergeser ke posisi untuk penguasaan panggung. Garis atau pola
yang dimaksud adalah pola garis maya yang dibuat penari ketika melakukan gerakan tari.

Fungsi pola lantai untuk menata gerakan tarian yang selaras atau kompak antar anggota penari.
Pola lantai dibuat untuk memperindah pertunjukan karya tari. Sehingga pembuatan pola lantai
harus memperhatikan beberapa hal, seperti variasi bentuk pola lantai, makna pola lantai, jumlah
penari, ruangan, atau tempat pertunjukan, dan gerak tari. Pola lantai dalam melakukan tarian
banyak menggunakan unsur ruang. Jika digambarkan, pola tersebut berupa lintasan garis
diagonal, vertikal, horizontal dinamis di lantai. Ruang dalam pola lantai terbagi menjadi dua,
yaitu: Ruang pribadi, gerakan penari melakukan pergerakan di tempat atau area sendiri. Ruang
umum, melakukan gerakan berpindah tempat dan dinamis.

Ada beberapa tujuan dibentuknya pola lantai, yaitu:

1. Untuk membuat penari tidak bertabrakan dengan penari lainnya, sehingga


letaknya sinkron atau sesuai.
2. Untuk membedakan gerakan antar seni tari satu dengan yang lainnya.
3. Membuat sebuah tarian tampil menarik
4. Membuat penari bisa tampil atau terlihat secara keseluruhan oleh penonton.
5. Penari dapat menguasai panggung

Anda mungkin juga menyukai