PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Spesifikasi dalam pendidikan keislaman selain dibutuhkan ilmiah adalah ibadah simbol
ketaatan kepada Allah. Sehingga kebutuhan ilmiah karena menyingkap ilmu-ilmu al-Qur’an
dan Rasul membutuhkan kemampuan instink yang dibarengi dengan kekuatan akal. Sebagai
ibadah, Allah tidak menghendaki orang-orang yang tidak mempunyai tingkat intelegensi yang
tinggi menjadi referensi wahyu-Nya.
Persoalan ibadah kepada Allah SWT adalah suatu hal yang sangat urgen dalam
kehidupan manusia. Namun tidak sedikit umat Islam yang terjebak dalam kehalusan dosa yang
menggerogoti mereka. Karena pengetahuan tentang kebenaran hakiki tidak dipahami. Ditambah
dengan persepsi yang salah yang berkembang dalam sejarah kehidupan umat Islam.
Dewasa ini membuktikan akar dari segala pemahaman yang salah, yaitu terdapat pada
potret sejarah. Khususnya sejarah Islam pada periode awal (zaman Nabi), menjadi suatu hal
yang wajib untuk diketahui. Dan yang terpenting bagaimana bisa meneropong kehidupan Nabi
dikala itu. Karena banyak moralitas yang semestinya diaplikasikan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Faktanya sekarang, moralitas tergadaikan oleh kehidupan yang rendah. Anak bangsa
mempunyai akhlak yang sangat mengkhawatirkan, bahkan sampai kepada kalangan pendidik.
Masalah ini bukanlah permasalahan individual, akan tetapi menjadi tanggung jawab bersama.
Pepecahan umat kian hari semakin menjadi-jadi, di sana-sini saling mengkafirkan dan
menganggap hanya dirinyalah yang benar. Apakah seperti itu yang dicontohkan oleh
Nabi? Nabi pernah tinggal di Madinah (periode Madinah) selama 10 tahun hidup
dalam pluralitas, di mana terdapat nonmuslim. Tapi, Nabi tidak pernah dipersalahkan oleh
mereka yang nonmuslim, bahkan beliau sangat dihargai. Nabi pernah hidup di Makkah, tidak
ada yang menafikan akhlak mulia yang terpancar dari wajah beliau.
Yang terpenting sekarang adalah bagaimana bisa bermanfaat di akhlak. Nabi
bersabda “Sebaik-baik kalian adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”. Jangan yang
sebaliknya, termasuk orang yang paling menyusahkan. Menzolimi orang, mengadu domba,
menfitnah, dengki dan iri hati menjadi karakteristik. Ini sangat bertentangan dengan hakikat
Muslim yang sesungguhnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah biografi Nabi Muhammad Sebelum kenabian?
2. Bagaimana potret kehidupan Nabi di periode Madinah dan Makkah?
3. Akhlak Nabi terhadap kaum Muslimin dan nonmulim bagaimana?
4. Kebijakan politik, ekonomi, sosial dan berbagai aspek lainnya di masa itu?
5. Bagaimana perkembangan Islam pada masa itu?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pribadi Rasulullah SAW
2. Untuk mengetahui sejarah dakwah Rasulullah dan perjuangannya
3. Untuk mengetahui perkembangan agama Islam pada masa Nabi SAW
D. Manfaat Penulisan
Mudah-mudahan makalah yang ringkas ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Agar diluaskan lagi wawasan tentang sejarah Islam pada masa Rasulullah SAW.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Masa Kelahiran
Nabi Muhammad SAW. Adalah salah satu seorang anggota Bani Hasyim, suatu
kabilah yang ada didalam suku Quraisy. Ia lahir pada tanggal 12 Rabiul awal tahun gajah,
bertepatan dengan 20 Agustus 570 M. dinamakan tahun gajah karena pada waktu
itu terjadi penyerangan oleh tentara gajah yang dipimpin oleh Abrahah Al-Asyram ingin
menyerang dan menghancurkan ka’bah. Ketika itu pemimpin Quraisy yaitu kakek Nabi
Muhammad SAW yang bernama Abdul Muththalib memerintahkan para penduduk untuk
mengungsi. Akan tetapi berkat pertolongan Allah SWT yang mengutus burung Ababil
untuk menghancurkan pasukan bergajah tersebut dengan dilempari batu yang dibawa dari
neraka. Dan ini diabadikan di dalam Al-Qur’an surat Al-fiil yang berbunyi:
)3( ) وارسل عليهم طيرا ابا بيل2( ) الم يجعل كيدهم في تضليل1( الم تر كيف فعل ربك با صحا ب الفيل
)5( ) فجعلهم كعصف مأ كول4( ترميهم بحجرة من سجيل
g. Perjalanan Ke Syam
Ketika Rasulullah berusia dua belas tahun. Abi Thalib mengajak beliau untuk
pergi berdagang ke Syam. Ketika sampai di Bushra, seorang Rahib yang terkenal dengan
sebutan Bahira, nama aslinya adalah Jurjis. Datang menghampiri mereka dan
mempersilahkan mereka untuk singgah di rumahnyasebagai tamu kehormatan. Padahal
sebelumnya Rahib tersebut tidak pernah keluar rumah, namun begitu dia bisa mengetahui
Rasulullah SAW dari sifat-sifat beliau. Sambil memegang tangan beliau, sang rahib
berkata, “ Orang ini adalah pemimpin semesta alam. Anak ini akan diutus Allah sebagai
rahmat bagi seluruh alam.”
Abi Thalib bertanya, “Dari mana engkau tahu hal itu?”
Rahib Bahira menjawab, “Sebenarnya ketika kalian tiba di Aqabah, tidak ada
bebatuan dan pepohonan pun melainkan bersujud. Mereka tidak bersujud melainkan
kepada seorang Nabi. Aku mengetahuinya dari cincin nubuwah yang berada di bagian
bawah tulang rawnan bahunya yang menyerupai buah apel. Kami juga mendapati tanda
itu di kitab kami.”
Kemudian sang rahib meminta Abi Thalib kembali tanpa melanjutkan perjalanan
ke Syam, karena takut gangguan orang-orang Yahudi. Sehingga Abi Thalib mengirim
beliau bersama beberapa pemuda agar kembali lagi ke Makkah.[5]
h. Masa remaja Rasulullah SAW
Pada masa remaja Rasulullah SAW juga melewati beberapa peristiwa,
diantaranya:
1. Perang Fijar
Pada usia 15 tahun, meletuslah perang fijar antara kaum Quraisy bersama
Qinanah berhadapan dengan pihak Qais Ailan. Komandan pasukan Quraisy
bersama Kinanah dipegang oleh Harb bin Umayyah. Pada awalnya pihak Qais
Ailan mendapat kemenangan. Namun pada akhirnya beralih dimenangkan oleh
pihak Quraisy dan Kinanah. Dan Nabi ikut peperangan ini berperan sebagai
pengumpul anak panah yang nantinya diberikan kepada pamannya.[6]
2. Hilful Fudhul
Perang Fijar itu berdampak kepada terjadinya suatu perjanjian di kedua bnelah
pihak. Perjanjian itu di laksanakan di kediaman Abdullah bin Jud’an At-Taimi. Dan
Rasulullah yang masih muda juga menghadiri perjanjian tersebut.
3. Penggembala Kambing
Pada awal masa remaja, Nabi SAW tidak mempunyai pekerjaan tetap. Hanya saja
beberapa riwayat menyebutkan bahwa beliau biasa menggembala kambing di
kalangan Bani As’ad bin Bakar dan di Makkah dengan imbalan uang beberapa
dinar.[7]
4. Berdagang
Ketika menginjak usia 25 tahun, Nabi SAW pergi berdagang ke negeri Syam
dengan modal yang diberikan oleh Siti Khadijah RA. Khadijah binti Khuwailid
adalah seorang wanita yang memiliki banyak harta serta mempunyai nasab yang
baik. Dia menyewa banyak lelaki untuk memperdagangkan hartanya dengan sistem
bagi hasil. Dan Kabilah Quraisy dikenal sebagai pedagang yang handal. Maka
tatkala mendengar kejujuran, amanah, dan akhlaq mulia Rasulullah SAW, Khadijah
mengutus seseorang untuk menemuinya dan menawarkannya untuk
memperdagangkan harta miliknya ke negeri Syam. Beliau menerima tawaran
tersebut dan akhirnya beliau berangkat berdagang ke Syam ditemani dengan
seorang pembantu Khadijah RA yaitu Maisarah dan membawa barang dagangan
yang belum pernah Khadijah RA serahkan kecuali kepada beliau.
1. Renovasi Ka’bah
Ketika lima tahun sebelum diangkat menjadi rasul, di Makkah terjadi banjir besar hingga
meluap ke Baitul Haram. Peristiwa itu membuat bangunan Ka’bah menjadi rapuh dan dinding-
dindingnya pun ingin runtuh. Oleh karena itu Ka’bah direnovasi, dengan catatan menggunakan
dana hasil kebaikan. Namun masyarakat merasa bimbang dan takut ketika ingin
merobohkannya. Akhirnya Al-Walid bin Mughirah Al-Makhzumi mulai merobohkan ka’bah
dan membangunnya kembali.
Akan tetapi ketika hampir selesai dan ingin meletakkan Hajar Aswad, terjadi perselisihan
di antara kabilah-kabilah dalam menentukan siapa yang berhak meletakkannya.
Perselisihan ini pun semakin meruncing dan hampir mengarah kepada pertumpahan darah.
Dan pada saat itu Abu Umayyah ibn Al-Mughirah Al-Makhzumi tampil dan memberikan
sebuah solusi. Solusinya adalah menyerahkan masalah ini kepada siapapun yang pertama kali
masuk lewat pintu masjid. Dan mereka sepakat dengan cara ini. Dan ketika semuanya sampai
mereka harus mengakui bahwa yang berhak mengurusinya adalah Muhammad SAW, karena
beliau yang pertama kali masuk masjid.
Pada akhirnya beliau meletakkan batu itu di atas sebuah selendang dan meminta kepada
seluruh pemuka Quraisy untuk memegang ujung-ujung selendang dan bersama-sama
mengangkatnya. Dan atas cara beliau semuanya merasa puas.
1. Periode Makkah.
a. Kota Makkah terletak di perut lembah yang dikelilingi oleh bukit dari segala arah.dari
sebelah timur dari sebelah timur membentang bukit Abu qubais dan sebelah barat dibatasi
oleh dua bukit Qa’aiqa’ sehingga membentuk seperti bulan sabit dan mengelilingi
perkampungan Makkah. Pada bagian rendahnya dikenal dengan nama Al-bathaa’, di sana
terletak ka’bah dan perkampungan orang-orang quraisy. Sedangkan pada
bagian rendahnya disebut Al-mu’alaah dan pada bagian ujubg-ujung bukit ditempati oleh
orang-orang Quraisy Dzawaahir, yaitu orang-orang pedalaman (a’rob) yang miskin
dan merupakan serdadu-serdadu perang. Akan tetapi mereka di bawah kaum Quraisy
Bathaa’dalam hal kebudayaan, kekayaan, dan martabatnya.
)5( ) والرجز فاهجر4( ) وثيابك فطهر3( ) وربك فكبر2( ) قم فانذر1( با ايها المدثر
Artinya: “Hai orang-orang yang berselimut (1) Bangunlah, lalu beri peringatan (2) Dan
Tuhanmu agungkanlah (3)Dan pakaianmu bersihkanlah (4) Dan perbuatan dosa
tinggalkanlah (5) ,” (Q.S. Al-mudatsir: 1-5)
Setelah turun ayat ini maka Rasulullah SAW memulai dakwah secara sirr (sembunyi-
sembunyi). Dan Rasulullah SAW berdakwah kepada kerabat dekat, dan teman-teman
dekatnya.
Dan Rasulullah melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi ini selama kurang lebih
tiga tahun. Dalam sejarah yang tercatat, pada periode dakwah secara sembunyi-sembunyi
ini orang-orang yang pertama sekali masuk islam pada hari dimulainya dakwah ada empat,
mereka inilah termasuk as-sabiqunal awwalun, yakni:
1. Istri beliau, Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid.
2. Pembantu beliau, Zaid bin Haritsah.
3. Anak paman beliau, Ali bin Abi Thalib. Yang mana saat itu beliau masih anak-anak.
4. Abu Bakar Ash-shiddiq.
Mereka juga membantu Rasulullah untuk menyebarkan ajaran Islam secara sembunyi-
sembunyi. Berkat jasa mereka, terdapat beberapa orang yang mengikuti ajaran Rasulullah
SAW. Diantaranya:
1. Utsman bin Affan
2. Az-Zubair bin Al-Awwam
3. Abdurrahman bin Auf
4. Sa’ad bin Abi Waqqash
5. Thalhah bin Ubaidillah
2. Periode Madinah
Ketika kaum Quraisy sudah merencanakan akan membunuh Nabi SAW, Malaikat Jibril
datang dan memberitahukan Nabi bahwa telah ada persekongkolan kaum Quraisy tentang
membunuh beliaudan menyampaikan izin Allah untuk berhijrah. Karena pada saat itu hampir
sebagian besar umat islam sudah berhijrah ke Madinah. Dan Jibril juga mengingatkan Nabi
agar pada malam itu tidak berbaring di tempat tidur biasanya.[14]
Setelah itu Nabi pergi ke rumah Abu Bakar untuk menyusun rencana hijrah yang akan
dilakukan malam itu. Setelah mengajak Abu Bakar dan ia sangat bersedia, maka Nabi pun
bergegas pulang agar tidak terlihat oleh orang-orang kafir Quraisy.
Sedangkan para pembesar Quraisy saat itu sedang merundingkan siapakah yang akan
dipilih untuk melaksanakan misi ini. Setelah berunding, maka dipilihlah sebelas orang-orang
pemuka mereka, yaitu:
1. Abu Jahal bin Hisyam
2. Al-Hakam bin Abul Aush
3. Uqbah bin Abul Ash
4. An-Nadhr bin Al-Harits
5. Umayyah bin Khalaf
6. Zam’ah bin Al-Aswad
7. Thu’aimah bin Adi
8. Abu Lahab
9. Ubay bin Khalaf
10. Nabih bin Al-Hajjaj
11. Munabbih bin Al-Hallaj
Pada malam itu, mereka yang telah diutus oleh para pemuka sudah berkumpul di
depan pintu Rasulullah SAW dan mengintai kapan beliau bangun , sehingga dapat
mengintai kapanpun. Karena biasanya Rasulullah tidur di awal waktu dan nanti
akan keluar.
Pada malamnya, Rasulullah SAW bersiap-siap dan melihat situasi, dan beliau
berkata kepada Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempat tidunya dengan
menggunakan jubah hijau yang mana sering dipakai Rasulullah SAW. [15]
Sementara Rasulullah berhasil keluar dengan menggunakan segumpal tanah dari
Al-batha’, lalu menaburkannya ke arah kepala mereka. Ketika itu, Allah SWT telah
mencabut pandangan mereka dari melihat Nabi SAW.
Setelah itu Nabi pergi ke rumah Abu Bakar untuk melaksanakan hijrah ke
madinah. Sebelum sampai madinah mereka berdua harus transit dulu di gua Tsur agar
orang-orang Quraisy tidak bisa menemukan mereka.
Akhirnya setelah perjalanan panjang nan melelahkan, Nabi SAW sampai di kota
Yatsrib dengan disambut suka-cita oleh semua penduduk Madinah. Untuk
mengembangkan ajaran Islam , Nabi melakukan beberapa langkah, yaitu:
1. Membangun Masjid
Hal pertama yang dilakukan oleh Bagida SAW adalah membangun Masjid, masjid ini
kemudian bernama Masjid Nabawi. Di sinilah pusat kegiatan umat pada masa Nabi SAW.
Masjid pada masa Rasulullah SAW bukan hanya pusat keagamaan, tetapi juga pusat
pemerintahan.
2. Mempersaudarakan Kaum Muslimin
Selain membangun masjid, Rasulullah juga mensaudarakan antara kaum Muhajirin dengan
kaum Anshar. Tujuan dari pada ini adalah menghilangkan perbedaan sesama suku yang selam
ini merupakan fanatik satu sama lainnya.
3. Membuat Perjanjian Dengan Orang-orang Non-muslim
Setelah mempersatukan umat islam , Rasulullah membuat parjanjian damai dengan orang-
orang non-muuslim dengan perjanjian yang dinamakan Hudaibiyyah.
1. Kemiliteran
Nabi adalah pemimpin negara tertinggi tentara Muslim. Beliau turut terjun dalam 26 atau
27 peperangan dalam ekspedisi. Bahkan Nabi sendiri yang memimpin beberapa peperangan
yang besar misalnya, perang badar, perang Uhud, Khandaq, perang Hunayn dan dalam
penaklukkan kota Makkah. Adapub peperangan ekspedisi yang lebih kecil pimpinan
diserahkan kepada para komandan yang ditunujuk oleh Nabi.[16]
Di kala itu, peraturan kemiliteran belum dikenal. Akan tetapi moralitas dan kedisiplinan
yang tinggi membuat mereka tertata di bawah satu komando yaitu Nabi. Ketika ingin
menghadapi peperangan Nabi kerap kali mengundang para sahabat (Tokoh-tokoh) untuk
berdiskusi mengenai hal tersebut.
Dalam perkembangannnya pasukan kemiliteran umat Islam makin meningkat. Pada
awalnya pasukan umat Islam hanya berjumlah 313 pejuang. Hingga pada peran terakhir di
Uhud, pasukan umat Islam sudah mencapai 30.000 pejuang. Para pejuang tersebut memiliki
keahlian yang cukup baik dan disiplin yang tinggi.
2. Dakwah
Perkembangan dakwah keislaman juga meluas, dengan ekspansi-ekspansi baik
kemiliteran maupun perdagangan merekan menyelipkan unsur dakwah Islam di dalamnya.
Perkembangan Islam juga tidak terlepas dari peranan moral Nabi yang begitu muliah dan
sangat bijak dalam memutuskan sebuah perkara. Sehingga tidak sedikit kasus yang telah
diselesaikan. Bahkan ketika ada perselisihan antar suku, Nabi selalu mendapat undangan untuk
memberikan jalan keluar.
3. Perekonomian
Kekayaan Madinah nyaris secara keseluruahan terkonsentarasi di tangan orang-orang
Yahudi. Jadinya orang-orang Arab (Anshar) hidup dalam kemiskinan dan kekurangan selama
bertahun-tahun. Salah satu alasan mengapa mereka begitu miskin adalah dikarenakan harus
membayar bunga pinjaman mereka yang cukup tinggi kepada orang-orang yahudi.
Kaum Anshar memang berada dalam lembah kemiskinan, akan tetapi Kaum Muhajirin
lebih miskin lagi. Karena mereka hijrah tanpa membawah harta benda, barang berharga
ditinggalkan di Makkah. Semakin hari kehidupan kaum Muhajirin memperihatinkan. Pada
perjanjian awal kaum Muhajirin harus membantu untuk bercocok tanam, namun mereka tidak
berpengalaman dalam hal itu, sehingga mereka harus bekerja sebagai buruh kasar di kebun
milik orang Yahudi dan Ansar. Misalnya menebang pohon, menyiram pohon, dan lain-lain.
Nabi kemudian memberikan solusi kepada kaum Muhajirin untuk dipersaudarakan
dengan kaum Anshar. Mereka harus saling membantu dan bekerja sama. Peristiwa ini terjadi
selang beberapa bulan kedatangan Nabi di Madinah. Ada beberapa orang yang
dipersaudarakan, di anataranya sebagai berikut:
1. Amar bin Yasir (Muhajirin) dengan Huzaifah al-yamani (Anshar)
2. Abu bakar dengan Kharjah bin Zaid
3. Utsman bin Affan dengan ‘Aus bin Sabit
4. Umar bin Khattab dengan Utbah bin Malik
5. Abu Dzar al-Ghiffari dengan al Mundzir bin Amr
6. Mus’ab bin Umair dengan Abu Ayyub
7. Abu Ubaidah Amir al-Jarrah dengan Sa’ad bin Ma’az
8. Zubair bin al-Awwam dengan Salam bin Waqash
9. Abdurrahman bin ‘Auf dengan Sa’ad bin Rabi’
10. Thalhah bin Ubaidillah dengan Ka’ab bin Malik
Sementara itu Ali tidak dipersaudarakan dengan siapa pun, namun Ali patut berbangga,
karena Nabi mengatakan engkau adalah saudaraku di dunia dan akhirat. Hingga akhirnya
masalah perekonomian yang menyiksa bathin mereka telah terlewatkan. Berjalannya hari kaum
Anshar dan Muhajirin menjadi makmur. Bahkan kekayaan Muhajirin melebihi kekayaan kaum
Anshar. Hal ini bukanlah sesuatu yang buruk, namun yang sangat menyedihkan setelah
wafatnya Nabi Saw, kaum Muhajirin menaruh barisan kaum Anshar berada dibelakang barisan
mereka. Ini karena adanya penyusut dari Bani Umayyah yang menyamar menjadi kaum
Muahajirin. Sebagaimana telah diketahui kaum Anshar adalah musuh Bani Umayyah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan Islam di masa Nabi sungguh sangat cepat, itu dikarenakan nilai-
nilai yang terkandung dalam Islam. Namun yang terpenting adalah perilaku Rasulullah
yang sangat terpuji. Dan ini sebuah realitas yang ada saat itu sampai sekarang perilaku
atau akhlak beliau masih terasa di dalam qalbu .
Nabi meletakkan nilai-nilai Islam dengan penuh hikmah dan sangat bijak dalam
menyelesaikan masalah dikala ada persoalan. Baik itu persoalan kenegaraan,
kemasyarakatan atau pun keagamaan. Tidak ada yang merasa diskriminasi oleh sikap-
sikap Nabi. Keunggulan Nabi tidak hanya diakui oleh umat Islam, akan tetapi
nonmuslim pun mengakui akan kecakapan Nabi dalam berbagai hal.
Perjalanan dakwah Rasulullah SAW terbagi menjadi dua, yaitu periode Makkah
dan periode Madinah, dan metode dakwahnya juga terbagi menjadi dua, yaitu secara
sembunyi-sembunyi dan secara terang-terangan.
B. Saran
Manusia berkembang dikala mereka mengadakan perubahan dan
selalu intropeksi terhadap dirinya. Berangkat dari sebuah kenyataan yang menyelimuti
langit dan bumi kini terbayang dalam setiap jiwa manusia. Kami pun mengharapkan
kesempurnaan itu. Maka dari itu kami butuh kritikan yang membangun dan pastinya
sangat mengapresiasi orang yang mau melakukannya untuk kami.
Dengan pengenalan singkat tentang keislaman di masa Nabi, semoga menjadi
gerakan awal dalam merevolusi diri kita masing-masing agar menjadi lebih baik. Agar
bisa sampai kepada cahaya Ilahi. Siapakah gerangan yang tidak ingin sampai di
hadapan yang Maha Kaya dan Maha Sempurna sembari mencicipi kenikmatan dari
Sang Pemberi Nikmat, yaitu Allah SWT
DAFTAR PUSTAKA